Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR KEPERAWATAN JIWA

DISUSUN OLEH :

HAENOR RAFIK

1914314201045

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARANI MALANG

2020/2021
A. DEFINISI SEHAT JIWA
1. WHO
Kesehatan jiwaadalah suatu kondisi sejahtera secara fisik, sosial dan mental yang
lengkap dan tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan. Atau dapat dikatakan
bahwa individu dikatakan sehat jiwa apabila berada dalam kondisi fisik, mental dan
sosial yang terbebas dari gangguan (penyakit) atau tidak dalam kondisi tertekan sehingga
dapat mengendalikan stress yang timbul. Sehingga memungkinkan individu untuk hidup
produktif, dan mampu melakukan hubungan sosial yang memuaskan. (Sataloff, Johns,
and Kost n.d.)
2. UU Kesehatan Jiwa No.03 Tahun 1966
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental yang sejahtera sehingga
memungkinkan seseorang berkembang secara optimal baik fisik, intelektual dan
emosional dan perkembangan tersebut berjalan secara selaras dengan keadaan orang lain
sehingga memungkinkan hidup harmonis dan produktif. Coba Anda diskusikan dengan
teman Anda adakah carilah definisi lain mengenai sehat jiwa menurut ahli yang lain.
B. RENTANG ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Keperawatan jiwa menurut ANA merupakan suatu bidang spesialistik


keperawatan yang menerapkan suatu teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya.

Seorang perawat harus mengetahui beberapa aspek dalam melaksanakan asuhan


keperawatan dalam keperawatan jiwa, maka dari itu perlu adanya perhatian khusus dalam
mempelajari tentang hal tersebut secara sungguh-sungguh agar nantinya proses asuhan
keperawatan jiwa akan berjalan dengan lancar.(Irawan, Fatih, and Sari 2019)

1. Prevensi primer
a. Memberikan penyuluhan tentang prinsip-prinsip sehat jiwa
b. Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan, dan
pendidikan
c. Memberikan pendidikan kesehatan
d. Melakukan rujukan yang sesuai sebelum gangguan jiwa terjadi
2. Prevensi sekunder
a. Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa
b. Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan dirumah
c. Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di RSU
d. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
e. Melakukan supervise klien yang mendapatkan pengobatan
f. Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri
g. Memberikan konsultasi
h. Melaksanakan intervensi krisis
i. Memberikan psikoterapi individu, keluarga, dan kelompok pada berbagai tingkat
usia
j. Memberikan intervensi pada komunitas dan organisasi yang telah teridentifikasi
masalah yang dialaminya.
3. Prevensi Tersier
a. Melakukan latihan vokasional dan rehabilitasi
b. Mengorganisasi “after care” untuk klien yang telah pulang dari fasilitas kesehatan
jiwa untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas
c. Memberikan edukasi manajemen stress dan meningkatkan koping yang adaftif
d. Penguatan (Reinforcemen) pada kekuatan klien dan keluarga
C. KONTEKS LEGAL ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

Klien psikiatri memiliki hak legal, sama seperti klien ditenpat lain. Isu legal dan
etik yang dibahas pada bagian ini terutama berkaitan dengan topik klien yang
menunjukkan sikap bermushan dan agresif, tetapi berlaku untuk semua klien
dilingkungan kesehatan jiwa.(Panggabean 2019)

1) PASIEN RAWAT INAP


A. Hospitalisasi involunter
1) Seharusnya klien masuk ke tempat rawat inap atas dasar sukarela
2) Keinginan klien untuk tidak mau dirawat di rumah sakit dan diobati harus
dihargai, kecuali mereka membahayakan diri mereka sendiri atau orang lain.
3) Klien dengan kondisi seperti ini dimasukkan ke RS untuk perawatan psikiatri
sampai mereka tidak lagi berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain.
4) Seseorang dapat ditahan di fasilitas psikiatri selama 48 sampai 72 jam karena
keadaan darurat sampai dapat dilakukan pemeriksaan untuk menentukan kondisi klien
5) Negara memiliki komitmen untuk menangani klien dengan masalah
penyalahgunaan zat yang berbahaya bagi diri sendiri atau orang lain
6) Komitmen sipil atau hospitalisasi involunter mengurangi hak klien untuk bebas
atau meninggalkan RS ketika ia menginginkannya. Hak klien yang lain tetap utuh.

B. Keluar Dari Rumah Sakit


1. Klien yang masuk RS secara sukarela memiliki hak untuk meninggalkan RS jika
mereka tidak lagi berbahaya dengan menandatangani suatu permintaan tertulis.
2. Apabila klien masih yang berbahaya bagi dirinya maupun orang lain ingin pulang,
psikiater dapat menahan klien sampai kondisinya benar-benar aman.
3. Studi yang di lakukan Weinberger et al. (1998) menunjukkan bahwa pengadilan
menerima ˂ 50% petisi profesional kesehatan jiwa untuk tindakan hospitalisasi pada
klien psikiatri yang berbahaya. Perhatian pengadilan adalah “klien psikiatri memiliki hak
sipil dan tanpa alasan yang kuat tidak boleh ditahan di RS jika mereka tidak berbahaya
dan tidak ingin dirawat di RS”. Masyarakat menentang dengan menuntut bahwa mereka
patut dilindungi dari individu yang berbahaya.
C. Status Hak Warga Negara
Dalam hal status kewarganegaraan, pasien jiwa memiliki hak yang sama dengan pasien
dengan penyakit-penyakit yang lain. Mereka tetap memiliki status kewarganegaraan yang
sama Karen sejatinya hanya otak mereka saja yang terganggu tidak ada hubungan dengan
hal-hal lain yang sampai mempermasalahkan kewarganegaraannya.
D. Konservator
Pengangkatan konservator atau pelindung hukum merupakan proses yang terpisah dari
komitmen sipil. Individu yang mengalami disabilitas berat terbukti tidak kompeten tidak
dapat menyediakan makanan, pakaian, dan tempat tinggal bagi diri mereka sendiri
walaupun sumber-sumber tersedia dan tidak dapat bertindak sesuai keinginan mereka
sendiri, dapat memerlukan pengangkatan seorang konservator. Pada kasus ini, pengadilan
menunjuk seseorang untuk bertindak sebagai pelindung hukum. Petugas ini memiliki
banyak tanggung jawab untuk individu tersebut, seperti memberi persetujuan tindakan,
menulis cek, dan membuat kontrak. Klien yang memiliki pelindung hukum tidak lagi
memiliki hak untuk membuat kontrak atau persetujuan hukum (misal, pernikahan atau
penggadaian) yang memerlukan tanda tangan : hal ini mempengaruhi banyak aktivitas
sehari-hari yang kita anggap benar. Karena konservator atau pelindung hukum berbicara
atas nama klien, perawat harus mendapat persetujuan atau izin dari konservator klien.
Hirarki Dalam Membatasi Pasien Jiwa (Stuart & Laraian, 2001)
Pembatasan bisa dalam makna dibatasi secara fisik atau dibatasi pilihannya. Hirarki dari
yang paling restriktif ke yang kurang restriktif.
1. Ektremitas tubuh
2. Batasan ruang gerak ( kamar isolasi)
3. Batasan dalam aktivitas sehari-hari, misal acara TV, waktu merokok, komunikasi
4. Aktivitas yang bermakna, misalnya: akses untuk ikut rekreasi
5. Pilihan perawatan
6. Kontrol sumber keuangan
7. Ekspresi verbal dan emosional
F. Metode Dalam Pengambilan Keputusan Etis
1. Menunjukan maksud baik.
2. Mengidentifikasi semua orang penting.
3. Mengumpulkan informasi yg relevan.
4. Mengidentifikasi prinsip etis yang penting
5. Mengusulkan tindakan alternatif.
6. Melakukan tindakan

2) KOMITMEN PASIEN BEROBAT JALAN

Menurut Ah. Yusuf dalam jurnalnya KOMPETENSI PERAWAT DALAM


MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA, dalam penelitiannya seorang yang memiliki
masalah kejiwaan tidak serta merta mau dirawat atau dilakukan pemeriksaan, jadi mereka
yang mau dirawat di rumah sakit adalah mereka yang memang mau untuk berobat. Dan
dalam hal berobat jalan hal ini dilakukan oleh perawat jika pasien jiwa ini sudah pernah
mengalami perawatan di rumah sakit dan memilih untuk pulang, maka seorang perawat
memiliki tugas dalam memantau perkembangan perawatan dengan menawarkan rawat jalan
sebagai salah satu pilihannya kepada pasien dan juga keluarga, sehingga apabila ada
kesepakatan maka keadaan pasien akan dipantau oleh perawat atau dalam hal ini komunitas
psikiatri untuk proses rawat jalan.(Ah. Yusuf et al. 2016)

3) HAK-HAK PASIEN
1. Hak untuk berkomunikasi dengan orang lain di luar RS dengan berkorespondensi,
telepon dan mendapatkan kunjungan
2. Hak untuk berpakaian
3. Hak untuk beribadah
4. Hak untuk dipekerjakan apabila memungkinkan
5. Hak untuk menyimpan dan membuang barang
6. Hak untuk melaksanakan keinginannya
7. Hak untuk memiliki hubungan kontraktual
8. Hak untuk membeli barang
9. Hak untuk pendidikan
10. Hak untuk habeas corpus
11. Hak untuk pemeriksaan jiwa atas inisiatif pasien
12. Hak pelayanan sipil
13. Hak mempertahankan lisensi hukum; supir, lisensi profesi
14. Hak untuk memuntut dan dituntut
15. Hak untuk menikah dan bercerai
16. Hak untuk tidak mendapatkan restrain mekanik yang tidak perlu
17. Hak untuk review status secara periodik
18. Hak untuk perwalian hukum
19. Hak untuk privasi
4) PERAN LEGAL PERAWAT
Perawat jiwa memiliki hak dan tanggung jawab dalam tiga peran legal:
1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan
2. Perawat sebagai pekerja
3. Perawat sebagai warga Negara.
Perawat mungkin mengalami konflik kepentingan antara hak dan tanggung jawab ini.
Penilaian keperawatan propsesinal memerlukan pemeriksaan yang teliti dalam konteks
asuhan keperawatan, kemungkinan konsekuensi tindakan keperawatan, dan alternative
yang mungkin dilakukan perawat.
Masalah Legal Dalam Praktek Keperawatan
1. Dapat terjadi bila tidak tersedia tenaga keperawatan yg memadai tidak tersedia standar
praktek dan tidak ada kontrak kerja.
2. Perawat profesional perlu memahami aspek legal untuk melindungi diri, melindungi
hak-hak pasien dan memahami batas legal yang mempengaruhi praktek keperawatan.
3. Pedoman legal Undang-undang praktek, peraturan Kep Men Kes No 1239 dan Hukum
adat.(Panggabean 2019)
DAFTAR PUSTAKA

Ah. Yusuf, Rizki Fitryasari, Hanik Endang Nihayati, and Rr. Dian Tristiana. 2016.
“KOMPETENSI PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA
( Nursing Competencies in Taking Care Patient with Mental Disorders ) Ah . Yusuf , Rizki
Fitryasari , Hanik Endang Nihayati , Rr . Dian Tristiana Fakultas Keperawatan Universitas
AirlanggaKampus C Unai.” Jurnal Ners 11(2): 230–39.

Irawan, Erna, Hudzaifah Al Fatih, and Rika Purnama Sari. 2019. “Gambaran Pengetahuan Dan
Sikap Masyarakat Terhadap Pasien Gangguan Jiwa Dengan Perilaku Kekerasan Di Wilayah
Upt Puskesmas Sukajadi.” VII(1): 111–17.

Panggabean, Nabila Salsabila. 2019. “Proses Keperawatan Dan Asuhan Keperawatan Untuk
Pasien Jiwa.”

Sataloff, Robert T, Michael M Johns, and Karen M Kost. “No 主観的健康感を中心とした在


宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title.”

Anda mungkin juga menyukai