Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PROMOSI GIZI

TENTANG COGNITIVE DISSONANCE

OLEH:
NAMA : VIRA YUNIAR J. PAUTE
NADIA PAUTE
CANTIKA BASO
KELOMPOK : 2 (DUA)

UNIVERSITAS BINA MANDIRI GORONTALO


PROGRAM STUDI S1-GIZI
TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat dan kesehatan, sehingga kelompok kami, diberi kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang “Cognitive Dissonance”
 Kami menyampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya untuk
dosen mata kuliah Promosi Gizi yang telah menyerahkan kepercayaannya kepada
kami guna menyelesaikan makalah ini . Kami juga berharap dengan sungguh-
sungguh supaya makalah ini mampu berguna serta  bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan sekaligus wawasan terkait Cognitive Dissonance di
indonesia. Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan Di akhir kami
berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami mohon maaf apabila dalam makalah kami terdapat perkataan
yang tidak  berkenan di hati.

Gorontalo, Mei 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................2

1.3 Tujuan............................................................................................................2

1.4 Manfaat ……………………………………………………..……………...2

BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Definisi Cognitive Dissonance …………………………………...………..3


2.2 Tingkat disonansi...........................................................................................4

2.3 Penyebab munculnya disonansi kognitif …………………………………..4


2.4 Cara mengatasi disonansi kognitif …………………………………………5
2.5 Contoh kondisi disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari …….........6
BAB 3. PENUTUP..................................................................................................7

3.1 Kesimpulan....................................................................................................7

3.2 Saran..............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori disonansi kognitif adalah Toeri ini dikembangkan oleh Leon Festinger
pada tahun 1957. Teori ini ada karena sepasang kognisi (elemen pengetahuan)
yang bisa relevan atau tidak relevan satu sama lain yang dapat menimbulkan
keadaan konsonan atau disonan. Sepasang kognisi dikatakan konsonan jika satu
kognisi mengikuti kognisi lainnya dan dapat dikatakan disonan jika tidak sesuai
(kebalikan) dari satu kognisi dengan kognisi lainnya. Adanya disonansi secara
psikologis, akan memotivasi orang untuk mengurangi disonansi dan mengarahkan
mereka pada penghindaran informasi yang cenderung meningkatkan disonansi.
Semakin besar disonansi, semakin besar tekanan untuk menguranginya (Harmon-
Jones & Mills, 2004).
Festinger mengemukakan tiga metode untuk mengurangi disonasi:
1. Mengubah elemen perilaku
2. Mengubah lingkungan untuk memvalidasi perilakunya
3. Menambah elemen kognitifnya
Disonansi dapat dikurangi dengan perubahan. Jika perilaku sendiri
berkontribusi pada disonansi, maka perasaan disonan dapat berubah. Lingkungan
juga dapat diubah untuk memberikan alasan untuk membenarkan atau
mengharuskan perilaku sendiri, dan ketiga menghilangkan disonansi melalui
perubahan atau penambagan elemen kognitif, namun cara ini digunakan antara
untuk mengubah perilaku atau tetap berperilaku dengan menambah informasi
sebagai pembenaran atas perilaku yang telah dilakukan (Kivirinta, 2014).
Teori ini dikembangkan dari kepentingan seseorang untuk memahami
komunikasih dan pengaruh social. Teori ini tidak jauh berbeda dengan teori-teori
konsistensi kognitif lainnya, dimana teori-teori tersebut berdasar pada sebuah
pengetahuan umum bahwa kognisi (pengetahuan, kesadaran) yang tidak konsisten
dengan kognisi-kognisi lain akan menimbulkan keadaan psikologis yang tidak
menyenangkan. Keadaan ini mendorong seseorang untuk bertingkah laku agar
tercapai konsistensi antara kognisi-kognisi tersebut sehingga menimbulkan
keadaan yang menyenangkan (Sarwono, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud dengan disonanssi kognitif?
- Berapa Tingkat disonansi ?
- Apa Penyebab munculnya disonansi kognitif ?
- Cara mengatasi disonansi kognitif ?
- Apa Contoh kondisi disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari ?
1.3 Tujuan Penulisan 
- Guna memenuhi tugas mata kuliah Promosi Gizi
- Memberikan gambaran mengenai disonansi kognitif, Tingkat disonansi,
Penyebab munculnya disonansi kognitif, Cara mengatasi disonansi kognitif
dan Contoh kondisi disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari.
1.4 Manfaat
- Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah guna menambah wawasan
mengenai disonansi kognitif, Tingkat disonansi, Penyebab munculnya
disonansi kognitif, Cara mengatasi disonansi kognitif dan Contoh kondisi
disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cognitive Dissonance


Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial
yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap,
pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang
untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Istilah
disonansi kognitif pertama kali dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Leon
Festinger pada tahun 1950an.
Disonansi kognitif adalah perasaan tidak nyaman saat menghadapi dua nilai
yang berbeda - atau ketika melakukan hal yang tidak sesuai dengan kepercayaan
yang dianut.
Disonansi kognitif adalah istilah yang merujuk pada kondisi mental yang
tidak nyaman saat menghadapi dua keyakinan atau nilai yang berbeda. Kondisi ini
juga terjadi ketika seseorang melakukan hal yang tidak sesuai dengan nilai dan
keyakinan yang dianut. Istilah disonansi kognitif diperkenalkan sebagai teori oleh
ahli yang bernama Leon Festinger tahun 1957.
Teori disonansi kognitif berpusat pada bagaimana seseorang berusaha untuk
mendapatkan konsistensi dan kesesuaian dalam sikap dan perilaku mereka.
Menurut Leon Festinger, keyakinan yang berkonflik atau tidak sesuai dapat
menghapus harmoni dalam diri – suatu kondisi yang berusaha dijauhi oleh orang-
orang. Konflik nilai inilah yang menimbulkan rasa tidak nyaman.
Ketidaksesuaian saat mengalami disonansi kognitif membuat seseorang akan
mencari cara untuk mengurangi ketidaknyaman tersebut.
Konsep disonansi kognitif telah lama menjadi salah satu teori yang
berpengaruh dalam keilmuan psikologi sosial. Teori ini juga menjadi subjek
penelitian yang banyak dilakukan oleh para ahli.
 Teori disonansi kognitif memiliki sejumlah anggapan atau asumsi dasar
diantaranya adalah:
Manusia memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan
perilakunya. Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari
manusia yang mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi.
 Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada
fakta-fakta harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk
menimbulkan disonansi kognitif.
 Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk
melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat diukur.
Teori ini menekankan seseorang yang berada dalam disonansi memberikan
keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan melakukan tindakan untuk
keluar dari ketidaknyamanan tersebut.
 Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha
untuk mengurangi disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan
disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk keluar dari
inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.
2.2 Tingkat disonansi
Merujuk kepada jumlah inkonsistensi yang dialami seseorang. Tiga hal yang
merujuk kepada tingkat disonansi seseorang:
 Tingkat kepentingan, yaitu seberapa signifikan tingkat masalah tersebut
berpengaruh pada tingkat disonansi yang dirasakan.
 Rasio disonansi, yaitu jumlah disonansi berbanding dengan jumlah
konsistensi.
 Rasionalitas merupakan alasan yang dikemukakan oleh seseorang yang
merujuk mengapa suatu inkonsistensi muncul.
2.3 Penyebab munculnya disonansi kognitif
Terdapat beberapa faktor yang menimbulkan konflik dan disonansi kognitif.
Faktor tersebut termasuk:
1. Tekanan dari pihak lain
Disonansi kognitif seringkali muncul akibat paksaan atau tekanan
yang sulit dihindari. Misalnya, seorang karyawan tetap pergi bekerja ke
kantor di tengah pandemi Covid-19. Ia terpaksa berangkat ke kantor
karena takut dipecat serta demi mempertahankan penghasilannya.
Kasus lain yakni peer pressure dari orang terdekat. Misalnya, seorang
karyawan yang tengah berhemat “terpaksa” ikut memesan makanan secara
online agar bisa berbaur dengan teman-teman kantornya.
2. Informasi baru
Terkadang, menerima suatu informasi baru dapat menimbulkan
kondisi disonansi kognitif dan rasa tidak nyaman dalam dirinya. Misalnya,
seorang pria memiliki teman laki-laki yang baru saja melela atau coming
out sebagai pria homoseksual. Kondisi tersebut membuatnya dilema
karena ia menganut kepercayaan bahwa homoseksual adalah suatu bentuk
dosa.
3. Keputusan yang diambil
Sebagai manusia, kita akan terus menciptakan beragam keputusan.
Saat dihadapkan dengan dua pilihan yang sama-sama kuat, kita akan
mengalami kondisi disonansi. Misalnya, seseorang menerima dua tawaran
pekerjaan, yakni satu pekerjaan di dekat rumah orangtuanya dan satu
pekerjaan di luar kota namun dengan gaji lebih tinggi. Ia mungkin bingung
dengan dua pilihan tersebut karena menurutnya faktor kedekatan dengan
keluarga dan gaji sama pentingnya.
2.4 Cara mengatasi disonansi kognitif
Ada banyak cara untuk mengatasi disonansi kognitif, namun cara yang
paling efektif untuk ditempuh adalah:
 Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita.
 Menambahkan keyakinan yang konsonan.
 Menghapus disonansi dengan cara mengubah persepsi (rasionalisasi).
Kritik
 Teori ini dinilai kurang memiliki kegunaan karena teori ini tidak menjelaskan
secara menyeluruh kapan dan bagaimana seseorang akan mencoba untuk
mengurangi disonansi.
 Kemungkinan pengujian tidak sepenuhnya terdapat dalam teori ini.
Kemungkinan pengujian berarti kemampuan untuk membuktikan apakah teori
tersebut benar atau salah.
Cara manusia menghadapi disonansi kognitif
Rasa tidak nyaman saat mengalami disonansi kognitif dapat dikurangi
dengan beberapa metode, yaitu:
1. Menolak atau menghindari suatu informasi
Kondisi disonansi kognitif seringkali dikurangi dengan
menghindari suatu informasi baru yang berkonflik dengan keyakinannya.
Misalnya, seorang perokok menemukan informasi riset bahwa rokok dapat
meningkatkan risiko komplikasi kanker paru. Karena berat baginya untuk
menghindari rokok, ia mungkin tetap memilih melupakan informasi
tersebut, mengatakan bahwa riset tersebut belum tentu benar, dan tetap
merokok. Kondisi ini dikenal dengan bias konfirmasi.
2. Melakukan justifikasi
Saat mengalami disonansi kognitif, seseorang mungkin akan
melakukan justifikasi dan meyakinkan diri dalam melakukan hal tertentu.
Misalnya, seorang karyawan terpaksa menemani atasannya untuk
mengonsumsi minuman alkohol di kelab malam. Walau sebenarnya ia
khawatir dengan risiko kesehatan akibat konsumsi alkohol, si karyawan
mungkin tetap memesan minuman tersebut dan melakukan justifikasi
bahwa ia melakukannya demi kepentingan karier dan membuat atasannya
terkesan.
3. Mengubah keyakinan lama
Cara lain manusia menyelesaikan disonansi kognitif adalah dengan
mengubah keyakinan yang selama ini ia anut. Misalnya, seorang perokok
menerima informasi riset bahwa penggunaan rokok meningkatkan risiko
komplikasi kanker paru. Setelah membaca atau mendengar informasi
tersebut, ia mungkin berusaha untuk berhenti merokok. Disonansi kognitif
adalah kondisi perang batin saat seseorang dihadapkan dengan dua
keyakinan yang berbeda. Kondisi ini tentu sering kita alami dalam
kehidupan bermasyarakat. Teori disonansi kognitif juga menjadi konsep
yang terkenal dan banyak dikaji dalam keilmuan psikologi sosial.
2.5 Contoh kondisi disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari
 Salah satu contoh dari disonansi kognitif adalah fabel dari Aesop yang
berjudul "Serigala dan Anggur". Dikisahkan seekor serigala lewat didekat
sebuah pohon anggur. Serigala tersebut lapar dan tergiur akan anggur ranum
itu namun tidak sanggup mengambilnya. Karena kecewa tidak bisa
mendapatkan anggur, ia kemudian pergi dengan beranggapan bahwa anggur
tersebut pastilah masam.
Contoh kondisi disonansi kognitif dalam kehidupan sehari-hari
 Tetap merokok meski tahu bahayanya bagi kesehatan merupakan contoh
disonansi kognitif
 Tetap merokok meski dapat membahayakan paru-paru merupakan contoh
disonansi kognitif
 Seseorang tetap merokok walau ia paham bahwa aktivitas tersebut dapat
mengganggu kesehatannya
 Seseorang mengatakan kebohongan namun ia meyakinkan dirinya bahwa
ia sedang mengatakan hal yang baik
 Seseorang memaparkan pentingnya olahraga walau ia sendiri tidak
melakukannya. Perilaku ini dikenal dengan hipokrisi atau kemunafikan.
 Seseorang mengonsumsi daging walau menyebut dirinya pencinta hewan
yang tidak menyetujui sembelih hewan. Perilaku ini dikenal juga dengan
istilah meat paradox.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Disonansi
kognitif adalah istilah yang merujuk pada kondisi mental yang tidak nyaman saat
menghadapi dua keyakinan atau nilai yang berbeda. Kondisi ini juga terjadi ketika
seseorang melakukan hal yang tidak sesuai dengan nilai dan keyakinan yang
dianut. Hal ini dapat terjadi jika muncul paksaan atau tekanan yang sulit dihindari.
Kemudian adanya Informasi baru dan keputusan yang diambil, maka dari itu
perlunya Menambahkan keyakinan yang konsonan pada diri manusia itu sendiri
agar tidak terjadi Disonansi kognitif dalam kehidupannya.
3.2 Saran
Makalah ini dapat merekomendasikan adanya pemahaman mengenai
disonansi kognitif pada masyarakat di Indonesia, dimana ternyata masih banyak
resistensi terhadap disonansi kognitif. Individu bukan mengubah perilaku untuk
mengurangi disonansi tetapi menambah elemen kognitif dengan informasi baru
sebagai pembenaran atas perilakunya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, Mangaraja, 2007. Disonansi Kognitif. Jakarta: Universitas Indonesia.


Christanti, Viensensia Riana. 2017. Disonansi Kognitif Pada Tahap
Pengungkapan Diri Kaum Homoseksual Dewasa Awal. Yogyakarta :
Universitas Sanata Dharma.
Cognitive Consequences Of Forced Compliance, Classics In The History Of
Psychology. Diakses Pada 16 Januari 2012.
Elster, Jon (2001). Sour Grapes: Studies In The Subversion Of Rationality.
Cambridge University Press.
Fadholi Dkk. 2020. Disonansi Kognitif Perokok Aktif Di Indonesia. Jakarta:
Universitas Indonesia.
West, Richard Dan Turner, Lynn H. 2008. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis
Dan Aplikasi. Jakarta: PT. Salemba Humanika.

Anda mungkin juga menyukai