Anda di halaman 1dari 6

BAB 2

PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Kemerdekaan Liberia
B. Proses Kemerdekaan Liberia
Perbudakan atau trade slave transatlantic memiliki keterkaitan yang
mendalam terhadap kemerdekaan Liberia. Hal ini karena sejatinya Liberia
merupakan tanah yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk mengatasi
permasalahan budak Afro-Amerika pada dekade awal abad ke 19. Permasalahan
itu berujung pada terjadinya perang sipil (American Civil war) pada tahun 1861-
1865. Dan juga permasalahan perbudakan yang terjadi ini juga menjadi jalan
terbentuknya negara Liberia.
Pada dekade awal abad ke 19, Liberia hanya menjadi tanah yang masih
belum sepenuhnya tersentuh modernisasi. Hal ini karena penduduk lokal masih
mempertahankan kebudayaan tradisional yang dimilkinya. Meskipun demikian
tanah itu sebetulnya sudah ditelusuri oleh orang-orang Eropa, khusunya oleh
pelaut berkebangsaan Portugis yang sampai di Liberia pada tahun 1461. Sejalan
dengan itu dalam sebuah artikel di Ensiklopedia Britanica, “Outsider’ knowledge
of the west Africa began with a Portuguese sailor, Pedro de Sintra, Who reached
the Liberian coast in 1461.” (Holsoe, Jones, & Petterson, 2020) Pada artikel
tersebut memperkuat gagasan bahwa penjelajahan bangsa eropa telah sampai di
wilayah pesisir Liberia oleh salah satu pelaut Portugis bernama Pedro de Sintra.
Menjelang abad ke 19 permasalahan mengenai perbudakan muncul di
Amerika serikat. Terkhusus pada lonjakan budak kulit hitam di Amerika Serikat,
untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah Amerika serikat
medirikan American Colonization Society pada 1816. Itu merupakan, “American
organization decided to transported freeborn blacks and emancipated slaves to
Africa. It was founded in 1816 by Robert Finley, a Presbyterian minister, and
some of the country’s most influential men, including Francis Scott Key, Henry
Clay, and Bushrod Washington.”(Britannica, 2016) atau terjemahannya adalah
organisasi yang didedikasikan untuk mengangkut orang kulit hitam yang
dilahirkan merdeka dan budak yang dimerdekakan ke Afrika, yang didirikan pada
1816 oleh Robert Finley, seorang pendeta Gereja Presbiten, dan beberapa orang
berpengaruh di negara Amerika serikat, termasuk Francis Scott Key, Henry Clay,
dan Bushrod Washington.
Organisasi tersebut kemudian mengirimkan beberapa utusanya ke wilayah
Afrika untuk menemukan tanah yang cocok untuk budak-budak Afro-America.
Hingga mereka sampai di Grain Coast pada tahun 1818. “In 1818 two U.S
government and two officers of the American Coloniztion Society visited the
Grain Coast.” (Holsoe et al., 2020) Grain Coast dirasa cocok untuk dijadikan
tanah hunian baru bagi budak-budak Afro-America yang akan dibebaskan dari
status perbudakan nantinya. Memang apabila melihat kondisi dari tanah tersebut
merupakan tanah yang subur, tanah yang cocok untuk tanaman rempah serta
berdekatan dengan sumber air yaitu sungai St. John.
Pada proses tersebut sebenarnya mendapatkan tantangan oleh beberapa
penduduk lokal yang mendiami wilayah tersebut. Namun pada tahun 1821
kesepakatan terjadi antara orang-orang pribumi dengan pejabat pemerintah
Amerika, pada kesepakatan ini juga termasuk didalamnya berupa kepemilikan
tanah di Cape Mesurado. Hal ini diperkuat dalam salah satu artikel di
Ensiklopedia Britannica, “After abortive attempts to establish settlements there,
an agreement was signed in 1821 between the officer of the society and local
African chiefs granting the society possession of Cape Mesurado.” (Holsoe et al.,
2020) Tanah di Cape Mesurado ini akan berganti nama menjadi Monrovia
sekaligus menjadi Ibukota dari Liberia.
Tidak berlangsung lama maka terjadilah repatriasi beberapa budak Afro-
Amerika ke Liberia, sekaligus sebagai pembebasan dari status budak yang
mereka miliki. Umumnya mereka menetap di sepanjang aliran sungai St. John,
tepatnya di Greenville dan Harper. Repatriasi orang-orang pribumi Afrika
tersebut berkurang dan akhirnya berhenti setelah perang saudara di Amerika
Serikat dapat berakhir. (Soeratman, 2019) Sebenarnya Liberia ini akan dijadikan
sebagai commonwealth atau pesemakmuran Liberia. Maka diangkatlah gubernur
untuk menjalankan pemerintahan di Liberia. Thomas Buchanan diangkat menjadi
gubernur pertama di Liberia pada tahun 1839 hingga kematiannya pada tahun
1841.
Selanjutnya jabatan gubernur digantikan oleh Joseph Jenkins Roberts,
sekaligus menjadi gubernur kulit hitam pertama di Liberia. Dalam kekuasaannya
juga Liberia ini menjadi negara merdeka. Hal ini tidak lepas dari beberapa
kebijakannya yang merangkul beberapa perjanjian dengan perwakilan penduduk
lokal, serta untuk mewujudkan stabilitas politik dan ekonomi. Tindakan ini
dilakukan karena sering terjadi gesekan antara penduduk pribumi dengan
pendatang. Lebih jelas lagi Darsiti Soeratman menulis, “Maka pada tahun 1847
dibentuklah negara baru di Afrika dengan nama Liberia.”(Soeratman, 2019: 284)
Kendati demikian kemerdekaan secara de jure baru diakui oleh beberapa negara
pada periode 1848-1956, dan baru diakui oleh Amerika Serikat pada tahun 1862.
Dalam sejarah Liberia ini terdapat kata “settler” ini merujuk pada
penduduk pendatang dari Amerika Serikat atau penduduk repatriasi. Peduduk
settler ini meskipun dari segi ras dan warna kulit yang sama dengan penduduk
lokal, namun pada gaya hidup dan kebudayaan memiliki perbedaan. Settler
cenderung memiliki kebudayaan yang hampir sama dengan kebudayaan Amerika
Serikat. Ini diperkuat juga dengan pendapat Darsiti Soeratman, “…kaum settler
itu sangat dipengaruhi oleh peradaban amerika serikat. Rumah-rumah yang
mereka dirikan, baik bentuk dan gayanya mirip dengan bangunan yang terdapat
di Amerika Serikat.” (Soeratman, 2019: 285) salah satu alasannya adalah karena
penduduk settler ini telah lama berhubungan dengan kebudayaan Amerika
Serikat, sehingga kebudayaan yang mereka miliki lambat laun berbaur dan
dipengaruhi oleh kebudayaan Amerika Serikat.
Gaya hidup, kebudayaan dan peradaban penduduk settler ini kontras
dengan penduduk lokal yang masih mempertahankan nilai-nilai dan tradisi
kesukuan. Sehingga hubungan antara penduduk settler dan penduduk lokal ini
kurang harmonis. Bahkan pada kasus yang parah terjadi konflik antara penduduk
lokal dan penduduk settler. Biasanya konflik ini terjadi karena adanya perbedaan
pandangan dan juga sikap penduduk settler yang menganggap penduduk lokal
sebagai budak-budak mereka. Ini tentu menjadi masalah sekaligus menambah
kesulitan dalam unifikasi antara keduanya. Selain itu permasalahan mengenai
keadaan geografis menjadi permasalahan yang cukup berat. Keadaan tanah
Liberia dan Amerika Serikat memiliki perbedaan, sehingga menjadi masalah
dalam penggarapan tanah tersebut. ini terjadi karena kurangnya pengetahuan
mengenai metode pertanian yang efektif dan efisien. Serta permasalahan
mengenai keuangan dan modal juga menjadi masalah tambahan dalam
memajukan kehidupan di Liberia pada saat itu.
Hubungan antara Liberia dan Amerika Serikat masih terjalin dengan baik,
bahkan dalam beberapa hal Amerika serikat memberikan bantuan melalui The
American Colonization Society dan melalui pemerintah Amerika Serikat sendiri.
Bantuan dana itu berlangsung antara tahun 1847 hingga 1942. Liberia
memperoleh bantuan dari Amerika Serikat, karena apabila bantuan dihentikan
Amerika Serikat takut kalua negeri yang masih lemah dan muda itu jatuh ke
tangan bangsa Eropa.(Soeratman, 2019: 285) Ini menjadi alasan yang cukup kuat
pasalnya Liberia ini berbatasan langsung dengan beberapa wilayah Inggris dan
Prancis.
Dalam sejarah Liberia terdapat istilah “Century of Survival” periode ini
merujuk pada seratus tahun dari pendirian Liberia, penduduk Liberia masih harus
berjuang dalam mempertahankan negaranya. Dalam hal ini berjuang dari segi
internal, yang berkaitan dengan permasalah penduduk. Baik itu konflik antara
penduduk settler dan penduduk lokal, dan masalah penggarapan tanah. Hingga
masalah eksternal yang berkaitan dengan perjuangan mempertahankan
kedaulatan wilayah Liberia. Atau perjuangan mempertahankan wilayah atas
pendudukan sebagian wilayah oleh Inggris dan Prancis. “Kesulitan ini berupa
serangan oleh orang-orang Inggris yang mengambil daerah Liberia di sebelah
barat Sungai Mano dan serangan Prancis untuk mengambil daerah di sebelah
timur Sungai Cavally.”(Soeratman, 2019: 285-286).
Kedua permasalahan eksternal itu kenudian dapat diselesaikan, tepatnya
pada tahun 1885 diadakan pembahasan perbatasan dengan Inggris dan pada 1892
diadakan pembahasan perbatasan dengan negara Prancis. Kendati demikian
penyelesaian sengketa perbatsan tersebut sangat memberatkan Liberia. Terkhusus
pada permasalahan sengketa dengan Prancis atas Sungai Cavally. Kerugian ini
muncul ketika sebuah kongsi dagang dari Amerika Serikat didirikan, dan pada
proses pengiriman karet melalui Sungai Cavally memerlukan izin dari Prancis
terlebih dahulu, tentunnya ini sangat menyulitkan apabila pemerintah Prancis
tidak memberi izin.
Dinamika kehidupan penduduk Liberia terus berlanjut dan mengalami
sedikit harapan ketika kongsi dagang Amerika Serikat didirikan di Liberia.
Kongsi dagang ini adalah Firestone Rubber Company tepatnya pada tahun 1926.
Kongsi dagang ini diberikan izin untuk menggunakan dan membuka lahan satu
juta hektar acre, sebagai imbalannya pemerintah Liberia diberikan pinjaman
besar oleh pemerintah Amerika Serikat.(Soeratman, 2019: 286) Perusahaan
tersebut menggunakan lahan tersebut untuk lahan perkebunan karet dan hampir
menguasai seluruh produksi karet di negara itu dan menjadikan produksi karet
terbesar di dunia. Kegiatan perekonomian ini terus berlanjut hingga menjelang
perang dunia ke dua, produksi karet ini turut membantu dalam pasokan karet
alam sekutu selain dari Sailan.
DAFTAR PUSTAKA
Versi Mendeley
Britannica, T. E. of E. B. (2016). American Colonization Society. In
Encyclopedia Britannica. Retrieved from
http://www.britannica.com/topic/American-Colonization-Society
Holsoe, S. E., Jones, A. B., & Petterson, D. R. (2020). Liberia. In Encyclopedia
Britannica. Retrieved from https://www.britannica.com/place/Liberia
Soeratman, D. (2019). Sejarah Afrika (Edisi V). Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Versi Manual
Holsoe, S. E. , Jones, . Abeodu Bowen and Petterson, . Donald Rahl (2020,
December 10). Liberia. Encyclopedia Britannica.
https://www.britannica.com/place/Liberia
Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2016, December 7). American
Colonization Society. Encyclopedia Britannica.
https://www.britannica.com/topic/American-Colonization-Society
Soeratman, D. (2019). Sejarah Afrika (Edisi V). Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Anda mungkin juga menyukai