0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan5 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sistem perbudakan di berbagai belahan dunia dari zaman kuno hingga masa kini. Perbudakan telah ada di berbagai peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, dan berlanjut hingga Abad Pertengahan di Eropa. Perbudakan juga memainkan peran penting dalam perdagangan budak Atlantik. Meskipun perbudakan telah dilarang di banyak tempat, masih terjadi perbudakan ilegal di be
Dokumen tersebut membahas tentang sistem perbudakan di berbagai belahan dunia dari zaman kuno hingga masa kini. Perbudakan telah ada di berbagai peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, dan berlanjut hingga Abad Pertengahan di Eropa. Perbudakan juga memainkan peran penting dalam perdagangan budak Atlantik. Meskipun perbudakan telah dilarang di banyak tempat, masih terjadi perbudakan ilegal di be
Dokumen tersebut membahas tentang sistem perbudakan di berbagai belahan dunia dari zaman kuno hingga masa kini. Perbudakan telah ada di berbagai peradaban kuno seperti Mesopotamia, Mesir Kuno, dan berlanjut hingga Abad Pertengahan di Eropa. Perbudakan juga memainkan peran penting dalam perdagangan budak Atlantik. Meskipun perbudakan telah dilarang di banyak tempat, masih terjadi perbudakan ilegal di be
Autobiografi Omar Ibn Said Sistem perbudakan meliputi beberapa budaya, kebangsaan, dan agama dari zaman kuno sampai masa sekarang. Namun, posisi sosial, ekonomi dan hukum para budak beragam dalam sistem perbudakan yang berbeda di waktu dan tempat yang berbeda.Perbudakan bermula dari catatan-catatan kuno, seperti Mesopotamia Kode Hammurabi (s. 1860 SM), yang merujuknya sebagai sebuah lembaga yang berdiri, dan merupakan hal umum pada bangsa-bangsa kuno seperti Sumeria, Mesir Kuno, Akkadia, Elamit, Asiria, Babilonia, Hattia, Hittit, Amorit, Yunani Kuno, Kanaan, Eblait, Hurria, Mitanni, Israel, Persia, Medes, Kassit, Luwia, Moabit, Edomit, A mmonit, Armenia, Khaldea, Filistin, Skitia, Nubia, Kushit, dan lain-lain. Perbudakan merupakan hal jarang pada penduduk pemburu-peramu, karena hal tersebut berkembang sebagai sistem stratifikasi sosial. perbudakan dikenal dalam peradaban perabadan paling tua seperti Sumeria di Mesopotamia dari 3500 SM, serta hampir setiap peradaban lainnya. Peperangan Bizantium-Utsmaniyah dan peperangan Utsmaniyah di Eropa mengakibatkan pengambilan sejumlah besar budak Kristen. Perbudakan menjadi hal umum di sebagian besar Eropa dan kepulauan Britania pada Zaman Kegelapan dan berlanjut sampai Abad Pertengahan. Belanda, Prancis, Spanyol, Portugis, Inggris, Arab, dan sejumlah kerajaan Afrika Barat memainkan peran penting dalam perdagangan budak Atlantik, khususnya setelah 1600. David P. Forsythe] menyatakannya: "Kenyataannya menyatakan bahwa pada permulaan abad kesembilan belas, tiga per empat dari seluruh orang yang hidup terjebak dalam perjuangan melawan keterikatan mereka dalam beberapa perbudakan." Denmark- Norwegia adalah negara Eropa pertama yang melarang perdagangan budak pada tahun 1802. Meskipun perbudakan tak selamanya dianggap sah di bagian manapun di dunia, perdagangan manusia masih menjadi masalah internasional dan sekitar 25-40 juta orang hidup dalam perbudakan ilegal pada masa sekarang. Pada Perang Saudara Sudan Kedua 1983– 2005, orang-orang dimasukkan dalam perbudakan. Meskipun Perbudakan di Mauritania dikriminalisasi pada Agustus 2007,sekitar 600,000 pria, wanita dan anak-anak, atau 20% dari populasi, sekarang diperbudak, beberapa diantaranya dijadikan sebagai buruh utang. Terdapat bukti perbudakan sistematis pada akhir 1990an dalam penanaman kakao di Afrika Barat. Hal tersebut selau terjadi pergerakan untuk penolakan gerakan yang dibuktikan oleh Ta- Nehshi Coates (2015) “You must resist the common urge toward the comforting narrative of divine law, toward fairy tales that imply some irrepressible justice. The enslaved were not bricks in your road, and their lives were not chapters in your redemptive history. They were people turned to fuel for the American machine. Enslavement was not destined to end, and it is wrong to claim our present circumstance—no matter how improved—as the redemption for the lives of people who never asked for the posthumous, untouchable glory of dying for their children. Our triumphs can never compensate for this.” pada abad 17 yaitu dimana saat Beliau dilahirkan adalah tahun kegelapan dimana pada saat itu terdapat banyak kejadian-kejadian yang diluar akal kemanusiaan seperti kelaparan, kemiskinan, pembunuhan, perbudakan, kerasisan, dan lain-lain, namun itu semua dianggap lumrah atau hal biasa pada saat itu dikarenakan hukum yang digunakan pada saat itu masihlah bersifat menguntungkan sebelah pihak.Perbudakan di Amerika Serikat adalah perlembagaan absah mengenai perbudakan manusia yang pernah ada di Amerika Serikat pada abad ke-18 dan 19. Perbudakan pernah dilaksanakan di Amerika Utara jajahan Britania dari masa-masa awal penjajahan, dan diakui juga di Tigabelas Koloni pada saat Proklamasi Kemerdekaan tahun 1776. Ketika Amerika Serikat didirikan, meskipin beberapa orang berwarna bebas ada juga, status para budak biasanya bersamaan dengan keturunan Afrika, hal ini membuat sebuah sistem dan tradisi di mana ras memainkan peran yang sangat berpengaruh. Perbudakan di Amerika Serikat berlangsung secara legal hingga diambilnya Amendemen Konstitusi Amerika Serikat ke-13 tahun 1865. Perbudakan sudah dimulai sejak kolonisasi Britania di Virginia tahun 1607, meskipun budak Afrika sudah dibawa ke Florida Spanyol pada tahun 1560-an. Kebanyakan orang yang menjadi budak berkulit hitam dan dimiliki orang yang berkulit putih, meskipun beberapa penduduk asli dan orang berkulit hitam juga memiliki budak. Terdapat pula budak berkulit putih, namun jumlahnya sedikit. Mayoritas pemilik budak berada di Amerika Serikat Wilayah Selatan, di mana kebanyakan dijadikan "mesin" untuk pertanian. Kejadian ini terjadi sesuai dengan yang dikatakan oleh Arthur Conan Doyle (1905) tentang kebebasab wanita yaitu “From the first day I met her, she was the only woman to me. Every day of that voyage I loved her more, and many a time since have I kneeled down in the darkness of the night watch and kissed the deck of that ship because I knew her dear feet had trod it. She was never engaged to me. She treated me as fairly as ever a woman treated a man. I have no complaint to make. It was all love on my side, and all good comradeship and friendship on hers. When we parted she was a free woman, but I could never again be a free man.”” Setelah Perang Revolusi Kemerdekaan Amerika Serikat, undang-undang dan sentimen pro abolisionis secara bertahap meluas di negara-negara bagian utara, sementara meluasnya industri perkatunan dari tahun 1800 membuat negara-negara bagian Selatan dengan kuat mengidentifikasi diri dengan perbudakan dan bahkan ingin memperluasnya ke daerah-daerah baru di Barat. Amerika Serikat terpolarisasi dengan oleh perbudakan menjadi daerah bebas dan daerah berbudak, sepanjang Garis Mason-Dixon yang memisahkan Maryland (berbudak) dengan Pennsylvania (bebas).Meskipun perdagangan perbudakan internasional dilarang mulai tahun 1808, perdagangan internal budak terus berlanjut dan populasi budak melonjak ke 4 juta jiwa sebelum perbudakan diabolisi. Ketika daerah-daerah baru di bagian Barat AS dibuka, maka negara-negara bagian Selatan yakin bahwa mereka harus menjaga keseimbangan antara negara- negara bagian pro budak dan negara-negara bagian bebas sehingga bisa menjaga keseimbangan kekuasaan di Congress atau Parlemen AS.Daerah-daerah baru AS yang diperoleh dari Britania, Prancis dan Meksiko dijadikan kompromi-kompromi politik besar. Pada tahun 1850, daerah Selatan baru yang menanam katun dan kaya mengancam akan keluar dari negara kesatuan AS, dan ketegangan semakin melonjak. Para pendeta-pendeta pun ditekan untuk berkhotbah sesuai kebijakan politik, dan dengan ini aliran Baptis dan Methodis pecah menjadi organisasi kedaerahan. Ketika Abraham Lincoln terpilih menjadi Presiden AS pada tahun 1860, maka akhirnya Daerah AS Selatan memerdekakan diri, keluar dari negara kesatuan AS dan mendirikan Konfederasi. Hal ini mencetuskan pecahnya Perang Saudara AS dan mengganggu perekonomian yang berdasarkan perbudakan, dengan banyaknya budak yang melarikan diri atau dibebaskan oleh Tentara Utara. Perang Saudara ini secara efektif menghentikan perbudakan sebelum Amendemen ke-13 (Desember 1965) melarang perlembagaan ini di seluruh wilayah AS Pada tahun-tahun awal Permukiman Teluk Chesapeake, sungguhlah sulit untuk menarik dan mempertahankan para pekerja, apalagi tingkat kematiannya atau mortalitas cukup tinggi. Sebagian besar pekerja berasal dari Britania sebagai hamba yang terikat, yang telah menandatangani kontrak untuk membayar biaya perjalanan dengan upah pekerjaan mereka, tempat tinggal dan tempat pelatihannya, biasanya di sebuah pertanian. Sebab biasanya permukiman koloni ini bersifat agraris. Para pekerja kontrakan ini adalah orang-orang muda yang ingin menetap di tanah perantauan. Beberapa majikan memperlakukan mereka seburuk atau sebaik mereka memperlakukan anggota keluarga. Dalam beberapa kasus, para narapidana yang telah dijatuhi hukuman, dikirim ke daerah koloni daripada dimasukkan ke penjara. Banyak Orang Skotlandia- Irlandia, Irlandia dan Jerman yang tiba pada abad ke-18. Para pekerja kontrakan ini bukanlah budak. Masalah utama bagi pekerja kontrakan ini ialah bahwa sebagian besar pergi setelah beberapa tahun, pas pada saat mereka telah menjadi terampil dan merupakan pekerja yang paling handal. Selain itu, ekonomi di Inggris membaik pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18, sehingga pekerja kontrakan yang bertolak ke koloni menjadi semakin sedikit. Para sejarawan memperkirakan bahwa lebih dari separuh semua imigram berkulit putih yang menuju ke daerah jajahan Inggris di Amerika Utara merupakan pekerja kontrakan. Jumlah pekerja kontrakan terutama sungguh besar di Wilayah Selatan. Penjelasan ini dapat perkuat dengan penolakan yang dikatakan oleh Fredick Douglass (1845) bahwa “I therefore hate the corrupt, slaveholding, women- whipping, cradle-plundering, partial and hypocritical Christianity of the land... I look upon it as the climax of all misnomers, the boldest of all frauds, and the grossest of all libels. Never was there a clearer case of 'stealing the livery of the court of heaven to serve the devil in.' I am filled with unutterable loathing when I contemplate the religious pomp and show, together with the horrible inconsistencies, which every where surround me. We have men-stealers for ministers, women- whippers for missionaries, and cradle-plunderers for church members. The man who wields the blood-clotted cowskin during the week fills the pulpit on Sunday, and claims to be a minister of the meek and lowly Jesus. . . . The slave auctioneer’s bell and the church-going bell chime in with each other, and the bitter cries of the heart-broken slave are drowned in the religious shouts of his pious master. Revivals of religion and revivals in the slave-trade go hand in hand together. The slave prison and the church stand near each other. The clanking of fetters and the rattling of chains in the prison, and the pious psalm and solemn prayer in the church, may be heard at the same time. The dealers in the bodies of men erect their stand in the presence of the pulpit, and they mutually help each other. The dealer gives his blood-stained gold to support the pulpit, and the pulpit, in return, covers his infernal business with the garb of Christianity. Here we have religion and robbery the allies of each other—devils dressed in angels’ robes, and hell presenting the semblance of paradise” Orang-orang Afrika pertama yang tiba di Koloni Inggris berjumlah sekitar 19 dan mendarat pada tahun 1619 di dekat Jamestown, Virginia. Mereka dibawa oleh para pedagang Belanda yang menyita mereka dari sebuah kapal Spanyol yang mereka rebut. Orang Spanyol biasanya membaptis mereka sebelum mereka dinaikkan ke kapal. Karena undang-undang Inggris melarang orang yang telah dibaptis dianggap sebagai budak, maka mereka bergabung dengan sekitar 1.000 pekerja kontrak Inggris yang sudah ada di koloni. Mereka dibebaskan setelah selang beberapa waktu dan diberi tanah untuk dipergunakan dan persediaan barang-barang oleh mantan majikan mereka. Sejarawan Ira Berlin mencatat bahwa apa yang ia sebut sebagai "generasi piagam" (charter generation) kadangkala terdiri dari para pria blasteran yang merupakan pekerja kontrak dan merupakan keturunan Afrika dan Iberia. Mereka adalah keturunan wanita Afrika dan pria Portugis dan Spanyol yang bekerja di pelabuhan-pelabuhan Afrika sebagai pedagang atau perantara dalam perdagangan budak. Hal ini digambarkan oleh Wandell Berry pada bukunya (2002) bahwa ““In a society in which nearly everybody is dominated by somebody else's mind or by a disembodied mind, it becomes increasingly difficult to learn the truth about the activities of governments and corporations, about the quality or value of products, or about the health of one's ownplaceandeconomy.In such a society, also, our private economies will depend less and less upon the private ownership of real, usable property, and more and more upon property that is institutional and abstract, beyond individual control, such as money, insurance policies, certificates of deposit, stocks, and shares. And as our private economies become more abstract, the mutual, free helps and pleasures of family and community life will be supplanted by a kind of displaced or placeless citizenship and by commerce with impersonal and self-interested suppliers... Thus, although we are not slaves in name, and cannot be carried to market and sold as somebody else's legal chattels, we are free only within narrow limits. For all our talk about liberation and personal autonomy, there are few choices that we are free to make. What would be the point, for example, if a majority of our people decided to be self-employed? The great enemy of freedom is the alignment of political power with wealth. This alignment destroys the commonwealth - that is, the natural wealth of localities and the local economies of household, neighborhood, and community - and so destroys democracy, of which the commonwealth is the foundation and practical means.” Sebagai contoh, seperti Anthony Johnson yang tiba pada tahun 1621 sebagai pekerja kontrak, beberapa orang Afrika bisa bebas dan bahkan memiliki properti. Transformasi status orang-orang Afrika dari perhambaan terikat sampai ke perbudakan dari mana mereka tidak bisa lepas, terjadi secara bertahap. Pada sejarah awal Virginia belum ada undan-undang mengenai perbudakan. Namun pada tahun 1640 ada sebuah pengadilan di Virginia yang memvonis seseorang bernama John Punch menjadi budak setelah ia mencoba melarikan diri dari pekerjaannya.The two whites with whom he fled were only sentenced to an additional year of their indenture, and three years service to the colony. Dua orang putih yang melarikan diri bersamanya hanya divonis satu tahun ekstra kerja kontrakan dan tambahan tiga tahun kerja rodi untuk koloni. Inilah salah satu pertama kalinya adanya perbedaan secara hukum antara orang Eropa dan orang Afrika, dan pertama kalinya ada hukuman perbudakan di daerah jajahan Inggris. Hal ini tentu berlawanan dengan apa yang dikatakan oleh Robert Green Ingersoll (1900) “Religion can never reform mankind because religion is slavery. It is far better to be free, to leave the forts and barricades of fear, to stand erect and face the future with a smile. It is far better to give yourself sometimes to negligence, to drift with wave and tide, with the blind force of the world, to think and dream, to forget the chains and limitations of the breathing life, to forget purpose and object, to lounge in the picture gallery of the brain, to feel once more the clasps and kisses of the past, to bring life's morning back, to see again the forms and faces of the dead, to paint fair pictures for the coming years, to forget all Gods, their promises and threats, to feel within your veins life's joyous stream and hear the martial music, the rhythmic beating of your fearless heart. And then to rouse yourself to do all useful things, to reach with thought and deed the ideal in your brain, to give your fancies wing, that they, like chemist bees, may find art's nectar in the weeds of common things, to look with trained and steady eyes for facts, to find the subtle threads that join the distant with the now, to increase knowledge, to take burdens from the weak, to develop the brain, to defend the right, to make a palace for the soul. This is real religion. This is real worship”