Anda di halaman 1dari 13

Muhammad Zanu Rahmadhani

1403617127

Pendidikan Sejarah C 2017

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER SEMESTER GANJIL (2019/2020)

Mata kuliah : Sejarah Amerika Latin


Dosen pengampu : Nur’aeni Marta, SS., M.Hum
Sifat Soal : Take Home

======================================================
Jawablah pertanyaan dibawah ini:

1. Jelaskan latarbelakang, proses pelayaran, eksplorasi dan ekspansi (penaklukan


wilayah) bangsa Spanyol di benua Amerika, dan jelaskan mengapa pelayaran
Magelhan memiliki arti penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan
2. Uraikan bagaimana sistem administrasi pemerintahan, pembagian wilayah koloni dan
struktur masyarakat koloni Spanyol di Amerika (uraian secara jelas pembagian
Viceroy dan Captancy General dan ekonomi merkantilisme)
3. Secara garis besar gerakan kemerdekaan di Amerika Latin dapat digolongkan menjadi
3 pola, yaitu gerakan yang dipimpin oleh kaum agamawan/gerejawan, aristokrat dan
militer, jelaskan dan berikan contohnya!
4. Uraikan bagaimana Inggris, Perancis, Belanda memperebutkan wilayah Guyana ?
5. Uraiakan bagaimana proses kemerdekaan Panama, dan mengapa Amerika Serikat
sangat berkepentingan menguasai terusan Panama
6. Uraikan mengapa di Amerika Latin muncul gagasan teologi pembebasan ?
7. Uraikan bagaimana pendapat anda tentang materi mata kuliah ini apakah ada
kaitannya dengan perkembangan sejarah Indonesia ?

Selamat Mengerjakan Semoga Sukses


Jawaban

1. Niat untuk mencan jalur pelayaran ke Asia terus dilakukan oleh bangsa Spanyol.
Penguasa Spanyol, Charles V, menugaskan Ferdinad Magellan (1480-1521) untuk
menemukan jalur langsung ke kepulauan Maluku sebagai pusat penghasil rempah-
rempah. Magellan berlayar ke arah barat-daya melintasi Samudera Atlantik, dan
sampai ke ujung selatan benua Amerika. Dari sana dia menyeberang ke Samudera
Pacifik menuju arah Barat dan sampai di kepulauan Filipina tahun 1521 (pemberian
nama kepulauan Philipina dilakukan tahun 1560 setelah kepulauan tersebut berada di
bawah imperialisme Spanyol atas 'nama raja Philip II). Di kepulauan tersebut
Magellan terbunuh. Namun deniikian pelayaran terus dilakukan oleh anak buahnya
hingga tiba kembali di Spanyol thun 1522. Pelayaran Magellan berpengaruh besar
bagi dunia ilmu pengetahuan dan membuktikan teori Columbus bahwa dunia ini
bulat. Pelayaran ini juga memberi keterangan yang berharga bahwa Samudera Pasifik
demikian luas dan bumi ini lebih besar dibandingkan dengan yang selama itu
dipercayai orang,.
2. Setelah periode penaklukan itu, penguasaan Spanyol atas tanah Amerika berlangsung
selama hampir 300 tahun. Bangsa Spanyol kemudian membagi wilayah kekuasaannya
itu menjadi 5 provinsi (New Spain, New Grenada, Rio de La Plata, Peru, dan
Kepulauan Hispaniola) dan di antaranya yang terpenting adalah provinsi New Spain
(Mexico),dan Peru.
Raja Spanyol menunjuk seorang viceroy sebagai wakilnya di setiap provinsi. Raja
juga membentuk Council of the Indies. Dewan ini mengadakan sidang di Spanyol dan
membuat peraturan-peraturan perundangan bagi koloni tersebut. Sekalipun demikian,
antara viceroy dan Dewan seringkali bertentangan pendapat tentang pelaksanaan
kekuasaan di Dunia Baru itu. Selain itu Raja juga menetapkan adanya pemerintah
daerah yang penguasanya disebut cabildo atau Dewan Kota. Dewan Kota ini
mempunyai kekuasaan yang ekstensif yang digunakan untuk melayani kemauan dan
menyebarkan peradaban Spanyol. Dalam perkembangan kekaisaran kolonial Spanyol
di Amerika berjalan selama 300-an tahun, mapanlah suatu struktur sosial dwi-klas
yang rigid dan bersifat otoritariankorporatis sebagaimana skema di bawah ini

Pada puncak masyarakat kolonial itu terdapat sejumlah kecil orang yang mempunyai
hakhak istimewa di bawah Raja, yakni peninsulares. Peninsulares adalah para pejabat
yang berasal dan dikirim dari Spanyol untuk memerintah koloni tersebut, misalnya
sebagai seorang viceroy. Hanya merekalah yang berhak menjabat kedudukan tinggi
atau menjadi pejabat tinggi Gereja. Raja Spanyol kadang-kadang juga menghadiahi
mereka tanah- tanah yang sangat luas di koloni tersebut yang menyebabkan mereka
menjadi sangat kaya. Di bawah peninsulares adalah criollos (creole), yakni para anak
keturunan pemukim Spanyol yang lahir di tanah Amerika. Secara ras, creole itu
sederajat dengan peninsulares, namun pada praktik kesehariannya, kaum creole
dilarang menduduki posisi pejabat tertinggi semacam viceroy atau pejabat tinggi
Gereja. Padahal banyak juga kaum creole yang kaya-raya dan memiliki tanah-tanah
luas atau pertambangan, sedangkan yang lain banyak pula yang aktif dalam
perdagangan dan industri. Setelah creole, di bawahnya lagi terdapat orang-orang
Mestizo, yakni keturunan campuran antara orang Eropa dan Indian. Ras Mestizo
bekerja di berbagai bidang pekerjaan, dari buruh harian, petani perkebunan, hingga
ahli hukum. Di antara tahun 1600-an hingga 1700-an, populasi kaum Mestizo tumbuh
dengan cepat. Di bagian terbawah dari struktur masyarakat kolonial yakni budak
Indian dan budak hitam yang berasal dari Afrika.
3. Agamawan Pemimpin Revolusi Pada dasarnya, hubungan antara agama-sebagai-
lembaga dan masyarakat memang tak akrab. Dalam sejarah Amerika Latin, Gereja
ikut aktif dalam kolonisasi; orang Spanyol datang untuk menjarah dan berkhotbah.
Tambang emas, ekploitasi tanah, dan penyebaran agama Kristen berkelindan.
Kekuasaan ditegakkan dan dijaga dengan wibawa para padri tingkat tinggi. Surutnya
kekuasaan Spanyol sejak abad ke-19 tak mengubah posisi para padri itu dalam
menjaga status-quo. Kita ingat dalam Seratus Tahun Kesendirian, pastur Nicanor
Reyna bekerja untuk kepentingan kaum Konservatif -- sebuah versi fiktif dari sikap
Gereja Katolik dalam sejarah politik Colombia. Gereja selalu memihak kuasa yang
menentang perubahan, kukuh di tengah sisa-sisa perang saudara yang berlangsung
selama 10 tahun antara kaum Liberal dan kaum Konservatif. Masa Perang Dingin
menegaskan corak ini. Ketika kekuasaan Amerika Serikat makin mengerkah untuk
merebut posisi menghadapi Uni Soviet dan gerakan komunis internasional, kita bisa
melihat pemihakan Gereja dalam mural Riviera, Gloriosa Victoria. Di sana tampak
sosok Uskup Agung Guatemala, Rossell y Arellano --- jangkung, dengan jubah dan
topi hitam-- memberkati tentara yang menembaki rakyat -- sambil mendoakan para
buruh yang mati ditembaki. Tapi di sisi lain, banyak para pastur yang bekerja dekat di
kalangan rakyat kecil. Mereka tahu benar betapa buruknya kemiskinan dan
ketimpangan sosial -- satu hal yang juga menggugah Che Guevara dan Fidel Castro,
sejak muda, yang menggerakkan mereka mengadakan perlawanan. Para padri itu pun
tak bisa diam, tak bisa tak memihak -- dan tak selamanya mengikuti ketat ketentuan
Gereja yang konsevatif. Ini bukan fenomena baru. Sejak orang Spanyol menaklukkan
negerinegeri ini, dengan dukungan Gereja, buku sejarah sudah mencatat protes dan
pembangkangan para padri. Sembilan belas tahun setelah Columbus mendarat di
Amerika, kekejaman orang Spanyol kepada penduduk asli telah ditentang secara
terbuka oleh Montesinos, pastur dari ordo Dominican di Pulau Hispaniola -- 21
Desember 1510. Contoh Agamawan yang berperan memimpin revolusi ialah Camilo
Torres Restrepo. Torres pastur pertama yang, dengan pakaian tempur, ikut perang
gerilya menentang pemerintahan Front Nasional. Torres awalnya pengajar sosiologi di
Universitas Nasional di Bogota. Ia lulus di tahun 1960 dari Universitas Katolik di
Louvain, Belgia dengan thesis, “Struktur kelas sosial di Kota Bogota.” Dari aktivitas
di kampus itulah pastur yang datang dari keluarga kelas atas ini, yang lama hidup di
Eropa, lebih bisa mengenal keadaan masyarakat yang sesunguhnya: di balik
demokrasi Bolivia, kemiskinan adalah penindasan. Torres jadi juru bicara dan
penggerak perang politik untuk kaum melarat dalam melawan oligarki. Tapi ia
merasa itu semua tak memadai. Ia pun bergabung dengan ELN (Ejército de Liberatión
Nacional, Tentara Pembebasan Nasional), yang baru dibentuk. Ia meninggalkan kota
dan pergi ke hutan. Ia tak melihat lagi ada jalan yang legal dan tanpa senjata untuk
kaum miskin; mereka tak akan bisa ikut dalam proses politik. “Andai Yesus hidup
sekarang, ia akan jadi seorang gerilyawan”, kata pastur muda itu.
Aristokrat Pemimpin Kemerdekaan di Latin Bolivar juga berasal dari keluarga
bangsawan. Nama keluarga Bolívar berasal dari bangsawan La Puebla de Bolivar
yang berasal dari sebuah desa kecil di Basque, Spanyol. Ayahnya merupakan
keturunan laki-laki dari keluarga Ardanza. Sementara sang ibu adalah keturunan
nenek moyang beberapa keluarga dari Kepulauan Canary yang menetap di negara
tersebut.
Simon Bolivar lahir di sebuah rumah di Caracas, Venezuela Captaincy Umum
(sekarang Republik Bolivarian Venezuela), pada 24 Juli 1783. Ibunya bernama Doña
María de la Concepción Palacios y Blanco dan ayahnya adalah Coronel Don Juan
Vicente Bolívar y Ponte. Bolivar, yang dibaptis sebagai Simón José Antonio de la
Santisima Trinidad Bolívar y Palacios, juga memiliki empat saudara lain: María
Antonia, Juana, Juan Vicente, serta María del Carmen yang meninggal saat lahir.
Ketika masih bayi, Bolivar dirawat seorang suster kepercayaan keluarga, Doña Ines
Manceba de Miyares, serta budak keluarga bernama Hipólita. Meski hanya beberapa
tahun, tapi periode ini sangat membekas dalam benak Bolivar. Ia bahkan menganggap
Hipólita sebagai “satu-satunya ibu yang saya kenal". Hal ini lantaran ketika ia berusia
tiga tahun, sang ayah meninggal karena menderita TBC. Enam tahun berselang,
giliran sang ibu yang tiada. Setelah kematian ibunya, Namun, guru terbaik Bolivar
adalah Simón Rodríguez. Dia hadir tatkala Bolivar tengah mengalami masa-masa
demoralisasi usai sang istri, María Teresa, yang dinikahinya di Madrid, Spanyol,
ketika berusia 19 tahun, meninggal akibat sakit kuning. Rodríguez lah yang
membantu Bolivar untuk kembali menemukan semangat hidupnya kembali. Sebab
itulah ia menganggap Rodríguez tak hanya sebagai guru terbaik, namun juga mentor
kehidupan sekaligus sahabatnya. Dapat dikatakan, dari Hipólita Bolivar belajar
menjadi pihak yang mengalami ketertindasan. Sementara bersama Rodríguez ia
memaknai betul betapa penting sebuah kemerdekaan. Merekalah yang mula-mula
membentuk watak dan jalan pikiran Bolivar.
Memasuki tahun 1816 Bolivar memulai ekspedisi untuk kembali ke Venezuela
dengan perencanaan yang lebih matang. Dimulai dari berhasil merebut daerah yang
jadi pusat perbudakan, Carúpano, Bolivar bersama pasukannya berturut-turut
menaklukkan Guayana dan Angostura. Pada periode itu Bolivar lantas
mengorganisasi negara baru. Termasuk pula menerbitkan sebuah koran bernama
Correo del Orinoco. Setelah kekuatannya tambah matang, ia memulai perang
pembebasan wilayah Nueva Granada. Meski melewati jalur pegunungan Andes yang
menyebabkan banyak prajuritnya yang mati kelaparan, pasukan Bolivar tetap
melancarkan serangan terhadap pasukan Spanyol yang jauh lebih tangguh di Bogota
pada 7 Agustus 1819. Pertempuran inilah yang kelak dicatat dalam sejarah sebagai
“Pertempuran Boyacá".
Bogota akhirnya berhasil direbut total tiga hari kemudian. Setelah itu Bolivar pun
memproklamasikan berdirinya “Republik Besar Amerika Kolombia" atau sering
disebut “Gran Colombia" yang meliputi Venezuela, Kolombia, Panama, dan Ekuador.
Ia pun juga ditunjuk sebagai presiden. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada Juni 1821,
Bolivar bersama pasukan Republik akhirnya baru benar-benar mengusir habis
pasukan Spanyol di Caracas dan di beberapa daerah kecil di Venezuela. Setelah itu
giliran Ekuador yang dibebaskan, kemudian Peru dua tahun berselang. Cita-cita
Bolivar membebaskan seluruh Amerika Selatan dari kolonialisme Spanyol pun
perlahan terwujud.
Pemimpin Militer Kemerdekaan Latin. Máximo Gómez y Báez, (lahir 18
November 1836, Bani, Republik Dominika — meninggal 17 Juni 1905, Havana,
Kuba), komandan tertinggi pasukan revolusioner Kuba dalam Perang Sepuluh Tahun
yang gagal (1868-78) dan lagi dalam revolusi Kuba yang sukses melawan Spanyol
sekitar 20 tahun kemudian. Menolak karier klerus yang diinginkan ibunya untuknya,
Gómez pada usia 16 tahun bertempur melawan pasukan Haiti dan kemudian
memimpin pasukan cadangan Spanyol di Santo Domingo, Republik Dominika. Pada
1865 ia pergi ke Kuba. Dia bergabung dengan revolusi Kuba melawan pemerintahan
Spanyol pada tahun 1868, dengan cepat naik pangkat menjadi yang kedua dalam
komando dan kemudian, pada tahun 1870, komandan kepala pemberontakan. Sebagai
ahli strategi utama, ia mengorganisasi dan mengarahkan pasukan gerilya melawan
tentara Spanyol yang lengkap. Akan tetapi, Perang Sepuluh Tahun berakhir secara
tidak jelas, dengan amnesti umum dan konsesi terbatas untuk Kuba; Gómez dan para
pemimpin revolusioner lainnya menolak untuk menerima perjanjian itu dan pergi ke
pengasingan.
Ketika pemberontakan meletus lagi pada tahun 1895, Gómez kembali ke Kuba
bersama José Martí dan yang lainnya untuk mengambil kembali komando pasukan
revolusioner. Gómez berharap bahwa kegiatan gerilyawannya akan mendorong
Amerika Serikat untuk campur tangan guna mengakhiri penghancuran harta benda
Amerika, dan, ironisnya, akhirnya intervensi militer AS dalam Perang Spanyol-
Amerika yang sepenuhnya membayangi eksploitasi heroik Gomez dan patriot Kuba
lainnya. . Ketika Amerika Serikat akhirnya memberikan kebebasan terbatas pada
Kuba pada tahun 1902, Gómez bisa saja terpilih sebagai presiden tetapi tidak ingin
menerima jabatan publik.
4. Selama Perang Kemerdekaan Amerika yang pecah pada 1776, Prancis bergabung
dengan Amerika dalam memerangi Inggris. Meskipun Belanda tetap netral, mereka
melakukan perdagangan barang selundupan dan menjadi pemasok barang bagi
Amerika. Karena itu Inggris memutuskan untuk merebut koloni Belanda untuk
mencegah mereka digunakan sebagai depot untuk pengiriman barang ke Amerika.
Pada 1781, Inggris mengambil kendali Esuguribo-Demerara tanpa perlawanan ketika
mereka tiba di sana dengan empat kapal penjagaan. Inggris mengizinkan para
pemukim untuk mempertahankan properti mereka, tetapi harta milik Perusahaan India
Barat direbut. Di Berbice, Gubernur Pieter Hendrik Koppiers, ketika mengetahui
tentang penangkapan Esafteribo-Demerara, mengorganisir milisi kecilnya dalam
upaya untuk menunjukkan perlawanan, tetapi tidak dapat berbuat apa-apa ketika
tentara Inggris tiba di Sungai Berbice dan merebut Fort St. Andries . Ketika privateers
bergerak ke hulu, kru membakar bangunan di Plantation Vryheid di mana rupanya ada
perlawanan Belanda. Segera setelah mereka menangkap Benteng Nassau dan
Koppiers dengan enggan menyerahkan koloni kepada seorang perwakilan Inggris
yang tiba dari Demerara. Seperti halnya Eshiriibo-Demerara, penjajah Belanda juga
diizinkan untuk mempertahankan harta mereka dan Koppiers terus memegang jabatan
sebagai Gubernur. Dengan Inggris mengendalikan koloni, ada gelombang pemukim
Inggris dari Barbados dan mereka diberi hibah tanah di sepanjang pantai untuk
menanam gula, kapas dan kopi. Namun, karena gula terbukti menjadi yang paling
menguntungkan, sebagian besar pemukim baru ini meninggalkan penanaman kopi dan
kapas dan berkonsentrasi pada gula.
Tak lama setelah mereka merebut koloni, Inggris, di bawah komando Letnan
Gubernur, Letnan Kolonel Robert Kingston, membangun sebuah benteng kecil di
mulut Sungai Demerara untuk melindungi pelabuhan. Benteng ini bernama Benteng
St. George, dan di dekatnya ada gedung-gedung administrasi yang didirikan untuk
menampung pemerintahan Demerara. Inggris juga mulai meletakkan permulaan kota
di sekitar benteng, yang dekat dengan yang dibangun pemukiman kecil. Tetapi
kemudian, pada Januari 1782, sebuah armada Prancis tiba dan Inggris terpaksa
menyerahkan koloni-koloni. Segera, para administrator baru Prancis mulai
membangun sebuah kota di muara Sungai Demerara. Orang yang ingin tinggal di kota
baru diminta untuk mengajukan lot. Dua kanal paralel yang mengalir ke timur dari
Sungai Demerara digali oleh para budak dan tanah yang digali digunakan untuk
membangun bendungan di antara kanal-kanal ini. Para pemukim di kota baru itu
membangun rumah mereka di kedua sisi tanggul ini yang kemudian di permukaan
dengan batu bata yang terbuat dari tanah liat yang terbakar. Jalan yang dihasilkan
kemudian dikenal sebagai Brickdam. Kanal-kanal yang membentang di belakang
rumah berfungsi sebagai jalur untuk kargo. Kota ini pertama kali disebut
Longchamps, tetapi kemudian namanya diubah menjadi La Novelle Ville, secara
harfiah Kota Baru. Prancis juga membangun dua benteng di muara Sungai Demerara;
benteng di sisi timur bernama Le Dauphin dan di tepi barat bernama La Reine. Di
Berbice, Prancis membubarkan Koppiers tetapi mereka melanjutkan kebijakan Inggris
untuk memberikan tanah di pantai untuk ditanami. Ketika perang berakhir pada 1783,
koloni-koloni itu dikembalikan kepada Belanda yang segera berganti nama menjadi
kota baru Stabroek setelah presiden Perusahaan India Barat. Untuk memastikan
drainase yang baik, banyak kanal digali dan pintu air kecil, yang disebut koker,
dibangun untuk mengontrol sistem drainase. Jalanan, yang banyak di antaranya
kemudian dilapisi dengan pohon, juga ditata dalam pola persegi panjang. Pada 1789,
kota ini memiliki 88 rumah dan 780 penduduk.
5. Panama
Wilayah yang disebut oleh conquistadors Darién adalah situs pemukiman Spanyol
stabil pertama di daratan. Pada 1510, di pantai barat Teluk Urabá, Balboa mendirikan
Santa María la Antigua del Darién. Dari sinilah ia memulai perjalanan pada 1513
yang membawanya ke Pasifik. Penemuannya tentang laut lain ini menambah dimensi
baru pada ambisi Spanyol. Santa María la Antigua memperoleh uskupnya sendiri
sekitar tahun 1514. Tetapi sejak tahun 1519 keuskupan, dan dengan itu menjadi pusat
pemerintahan lokal, dipindahkan melintasi tanah genting yang sempit menuju desa
nelayan Panama di pantai Pasifik. Panama segera menjadi tempat yang sangat penting
dalam kekaisaran Spanyol yang sedang berkembang. Dari sini ekspedisi berangkat
untuk menjajah pantai Pasifik (yang paling terkenal adalah kepergian Pizarro dalam
perjalanannya ke Peru pada 1530). Dan di sini hasil koloni Pasifik selanjutnya
dibawa, untuk memulai perjalanannya ke Spanyol. Barang-barang tersebut dibawa
dengan karavan bagal sejauh lima puluh mil melintasi tanah genting ke Portobelo -
pelabuhan yang dinamai indah oleh Columbus pada tahun 1502. Portobelo menjadi
tempat pameran dagang yang hebat. Setiap tahun, sampai acara ini dihentikan pada
1748, armada kapal Spanyol datang, untuk mengirimkan barang-barang Eropa ke
koloni-koloni dan untuk membawa pulang kekayaan Amerika Latin.
Pada tahun 1821, ketika Bolivar masih terlibat dalam mengusir Spanyol dari New
Granada, wilayah Panama secara singkat mendeklarasikan kemerdekaan yang
terpisah. Tetapi sebelum akhir tahun, ia melempar dengan Republik Bolivar de
Colombia (yang lebih sering disebut Gran Kolombia). Ketika itu terlepas, pada 1830,
Panama tetap menjadi bagian dari Republik gabungan, Kolombia. Aspek penting
tanah genting Panama, dari penemuannya oleh Balboa pada tahun 1513, adalah
statusnya sebagai penghubung termudah antara dua samudera. Kedatangan zaman
kereta api membuat fungsi ini lebih menarik secara komersial. Pada tahun 1846
pemerintah Kolombia menegosiasikan perjanjian dengan Amerika Serikat
Pentingnya Kanal Panama bagi A.S
Di Paris pada tahun 1879 ada pertemuan tingkat tinggi dari 135 delegasi untuk
mempertimbangkan topik penting dari kanal yang menghubungkan Atlantik dan
Pasifik. Presiden Kongres Internasional untuk Pertimbangan Terusan Antar-benua
adalah Ferdinand de Lesseps yang berusia 74 tahun, pahlawan keberhasilan
penyelesaian kanal Suez hanya sepuluh tahun sebelumnya. De Lesseps dipercayakan
dengan usaha baru, yang ingin dicapai melalui Panama daripada Nikaragua.
Sayangnya insinyur yang sudah tua itu, yang menolak saran ahli, memutuskan tugas
yang hampir mustahil dari kanal permukaan laut. Tujuannya adalah untuk memotong
kesenjangan benua yang membentang sepanjang tanah genting. Kesalahan ini,
dikombinasikan dengan ketidakmampuan keuangan dan kerusakan akibat penyakit
khatulistiwa, memaksa perusahaan Terusan Panama Perancis ke dalam likuidasi pada
tahun 1889. Skandal ini meningkat ketika anggota pemerintah Perancis diduga
menerima suap dari perusahaan. De Lesseps diadili pada tahun 1893 dan dijatuhi
hukuman lima tahun penjara (dia tidak menjalani hukuman pada saat putusan
dibatalkan beberapa bulan kemudian).
Runtuhnya upaya Perancis ini meninggalkan lapangan untuk Amerika, yang telah
mempertimbangkan usaha saingan melalui Nikaragua. Urgensi ditambahkan ke
masalah ini pada tahun 1898 ketika kapal perang AS yang sangat dibutuhkan, Oregon,
membutuhkan waktu dua bulan untuk uap dari Pasifik ke putaran Atlantik Amerika
Selatan. Pada tahun 1902 sebuah kesepakatan disepakati bagi AS untuk membeli
karya perusahaan Prancis yang belum selesai di Panama, menempatkan rute ini jauh
di depan kompetisi di Nikaragua. Selama bulan-bulan kemudian di tahun yang sama,
sebuah perjanjian dinegosiasikan antara para penanggung jawab Kolombia di
Washington dan pemerintah AS untuk pembuatan dan pemeliharaan zona kanal.
Secara umum dinyatakan bahwa perjanjian tersebut memberikan persyaratan yang
menguntungkan bagi Kolombia. Perjanjian ini diratifikasi di Washington pada tahun
1903 sebagai perjanjian Hay-Herrán. Tetapi tiga bulan kemudian itu ditolak oleh
pemerintah Kolombia - dalam tindakan yang ceroboh yang mengarah langsung ke
kemerdekaan Panama. Para pemimpin provinsi di Panama khawatir bahwa
kemunduran ini dapat menyebabkan AS memilih rute kanal saingan melalui
Nikaragua. Seorang utusan dikirim ke Washington dengan rincian revolusi Panama
yang direncanakan. Tidak ada bantuan langsung yang dijanjikan, tetapi kapal perang
AS, Nashville, bergerak menuju wilayah tersebut. Dia muncul di lepas pantai dekat
Colón pada 2 November 1903. Pemberontakan yang diharapkan terjadi pada hari
berikutnya, diikuti oleh proklamasi republik independen Panama. Nashville tidak
memainkan peran aktif, tetapi kehadirannya menghalangi pasukan Kolombia dari
bergerak ke barat di sepanjang tanah genting tepat pada waktunya untuk menekan
revolusi. Republik baru segera diakui oleh Amerika Serikat.
6. Pengaruh Revolusi Kuba memang menyalakan semangat di mana-mana. Ketika 8
Januari 1959 Fidel Castro dan pasukan gerilyanya memasuki ibu kota Havana dengan
bendera kemenangan, di Bogota kabar ini menggetarkan Torres dan agaknya juga
teman kuliahnya, Gabriel García Márquez. Sejak itu ia bertekad meneruskan apa
yang sudah dilakukan kaum kiri di Kuba -- sebuah keputusan yang luar biasa.
Bagaimanapun juga, Revolusi Kuba adalah perubahan dengan kekerasan dan Torres
seorang rohniawan Katolik. Hubungan Gereja Katolik dengan Castro, yang di masa
muda dididik di sekolah milik Ordo Jesuit, tak pernah merupakan garis lurus. Sejak
awal beberapa rohaniawan mendukung gerakannya: Guellirmo Sardiñas , misalnya,
sudah ikut bergabung di pegunungan Sierra Maestra, pusat gerilya “M-26-7”.
Majalah Gereja yang terkemuka, La Quincena, membawakan suara anti-Batista
selama perlawanan Castro terhadap diktator itu. Tapi hubungan seperti ini tak
selamanya manis. Di musim semi 1961, “insiden Teluk Babi”. Sebuah serangan dari
laut untuk menjatuhkan Castro, dengan bantuan CIA, digagalkan. Di antara para
penyerbu ada empat pastur. Segera sesudah itu Castro memerintahkan agar sekolah-
sekolah Katolik ditutup dan 130 rohaniawan diusir. Dalam beberapa tahun kemudian
3500 biarawati dan padri harus meninggakan Kuba. Di tahun 1962, Vatikan
mengekskomunikasikan Castro -- meskipun tak jelas benar dampaknya, sebab
hubungan diplomatik antara Havana dan Vatikan berjalan terus. Bahkan dutabesar
Tahta Suci jadi sahabat baik Fidel. Bagaimana pun, pada akhirnya sosok Castro
sebagai atheis tak berpengaruh bagi para padri yang tergugah oleh kemeleratan yang
luas di negeri-negei Amerika Latin. Apalagi ketika Castro mengatakan,”Yang
mengkhianati kaum miskin mengkhianati Kristus”.
Theologi Pembebasan : Dari perspektif ini kemudian suatu “gerakan” yang disebut
sebagai Theologi Pembebasan tumbuh. Konsili Vatikan Kedua yang terkenal itu, di
tahun 1965, memungkinkan pemikiran baru itu mekar. Konsili itu mengecam
“ketidak-setaraan dan ketimpangan ekonomi antara bangsa bangsa yang miskin” --
sebuah pernyataan yang tak pernah terdengar dari Vatikan sebelumnya. Maka
seakan-akan lumrah ketika di tahun 1968 Konferensi Para Uskup Amerika Latin
(CELAM) dibuka di Medelin, Columbia menyatakan sesuatu yang sejajar. Di sini
ditegaskan bahwa Gereja memberi “perlakuan istimewa kaum miskin” dalam
pelayanannya. Perlakuan itu bukan berupa sikap dermawan yang memberi,
melainkan sikap yang teguh mendampingi si miskin mengangkat diri mereka sendiri.
Ada kesadaran tentang perbedaan perlakuan kepada manusia dalam teks itu --
perbedaan kelas -- dan juga semangat “perjuangan”; tapi pengaruh pemikiran Marxis
baru lebih jelas kemudian. Seperti dalam “teori dependensi”, yang sudah bersemi
sejak akhir 1940-an dan mengemuka di 1970--an di kalangan inteklektual kiri, para
uskup di Medelin itu menyebut “ketergantungan negeri-negeri Amerika Latin kepada
satu kekuatan tertentu”. Tak adanya keadilan itu, bagi CELAM, merupakan
“kekerasan institusional”. Kekerasan ini harus dilawan. Maka yang harus dilakukan
adalah “transformasi yang mencakup semua segi, berani, mendesak dan
memperbaharui secara mendalam.” Tampaknya, revolusi tak dinafikan, dan revolusi
Marxis tak diharamkan. Apalagi dalam perkembangan pemikiran para theolog itu
kemudian. “Kristus membimbingku ke Marx”, kata padri Nikaragua, Ernesto
Cardinal, salah satu penganjur Theologi Pembebasan. Lebih berhati-hati adalah
pernyataan Leonardo Boff, theolog dari Brazil: “Theologi Pembebasan menggunakan
Marxisme sebagai sebuah instrumen”. Babon pemikiran Marx tak diperlakukan
sebagai ajaran yang disanjung-sanjung, tapi analisa sosialnya berguna dan tak
mungkin ditolak. Gereja tak menyenangi pandangan seperti itu. Tapi Boff, yang
pernah dititahkan diam oleh Vatikan, menolak menjadi padri dan pemikir anti
komunis. Ia tak ingin mengikuti sikap para pemimpin Gereja Katolik umumnya. Ia
kontroversial. Kemudian ia memang meningalkan jabatan kepasturannya, hidup
sebagai awam, menikah dan menulis. Boff dekat dengan Castro. Pernah di tahun
1984 Castro mengundangnya selama 15 hari ke Kuba untuk berdiskusi menelaah
persoalan “agama, Amerika Latin, dan dunia”. Sang pastur tahu bahwa atheis yang
satu ini, Marxis-Leninis terkemuka di Amerika Latin ini, bukan seorang anti-agama
yang keras, meskipun di awal kemenangan Revolusi ia, seperti sudah disebutkan di
atas, mengusir sejumlah besar rohaniawan. Dalam satu catatannya, Boff menulis
tentang ketertarikan Castro kepada Theologi Pembebasan. Ia membaca karya
Gustavo Guitirrez, pelopor theologi itu, juga karya Leonardo sendiri dan pemikiran
Clodovis Boff, adiknya. Castro mengaku, andaikata pemikiran mereka ini sudah ada
di masanya, (Theologi Pembebasan baru dikenal di tahun 1971), ia akan
memasukkannya ke dalam agenda pembangunan masyarakat Kuba.
Memang ada titik singgung antara Yesus dan Marx, antara Injil dan Manifesto
Komunis. Dalam kitab suci itu disebutkan berkat Tuhan yang istimewa adalah bagi
mereka yang miskin. Juga disebutkan ancaman kepada mereka yang tak memberi
makan orang yang lapar, tak menyediakan sandang bagi yang telanjang. Marx juga
menyebut semacam ancaman: revolusi akan terjadi, ketika begitu banyak orang yang
dimiskinkan kapitalisme. Dan bila agama Kristen menjanjikan ada hari kemudian
setelah kematian, Marxisme punya eskatologinya sendiri juga: akan ada akhir
sejarah, ketika manusia bebas dalam masyarakat yang tak berkelas. Pendek kata, titik
singgung itu terletak dalam pengertian “harapan”. Kata ini agaknya sentral dalam
wacana Theologi Pembebasan. Gustavo Gutiérrez, pastur Peru yang sejak pertemuan
di Medelin dianggap sebagai bapak theologi yang mengutamakan kaum miskin itu,
menyebut Injil sebagai “Kitab Harapan.» Pada saat yang sama, ia mengutamakan
praxis, laku yang di sini bisa diartikan aksi ke arah pembebasan. Dalam hal ini
pandangannya sejajar dengan pandangan Jürgen Moltmann, theolog dari Tübingen,
Jerman dalam Theology of Hope yang terbit (dalam bahasa Inggris) di tahun 1967.
Dalam pemikiran Moltmann, harapan Kristiani tak menerima dengan mudah status-
quo; harapan itu justru sebuah gangguan yang terus menerus terhadap realitas
sebagaimana adanya kini. Sekaligus ia sebuah seruan untuk ke masa depan, seperti
ditunjukkan dalam Injil.
7. Materi kuliah Sejarah Amerika Latin ini saya kira cukup menarik karena kita menjadi
tahu bahwa Bangsa Latin adalah bangsa yang terdiri dari komponen yang majemuk
dan memiliki historis yang panjang. Selain itu, ternyata Amerika Latin memiliki
kesamaan dengan Bangsa Indonesia karena jika kita tilik Bangsa Latin dan Bangsa
Indonesia sama – sama pernah dijajah bangsa Eropa selama ratusan tahun dan sama –
sama pernah menjadi daerah koloni eropa yang dikeruk kekayaan dan sumber daya
alamnya selama ratusan tahun. Hal tersebut akhirnya sama – sama mengilhami
Bangsa Latin dan Bangsa Indonesia untuk berjuang memerdekakan diri dari
cengkraman colonial bangsa eropa

Anda mungkin juga menyukai