Anda di halaman 1dari 9

Sejarah Afrika

TENTANG

"Resensi Buku”

Nur Aina : A31120066

Prodi/Kelas: Pendidikan Sejarah/B_2020

Dosenpembimbing: Windayanti,S.pd.,M.pd

RESENSI BUKU

Pendahuluan
Identitas Buku:

Judul buku: Sejarah Afrika

Pengarang: Darsiti Soeratman


Penerbit: Ombak

Tanggal Terbit: 2019

ISBN: 978-602-8335-96-6

Tebal halaman: x + 333 hlm

Lebar: 16.0 cm

Panjang: 24.0 cm

SINOPSIS BUKU
Buku Sejarah Afrika Zaman Imperialisme Modern ini akan mengantar para pembaca
untuk mendapatkan gambaran secara garis besar keadaan Afrika pada periode
tersebut. Bagaimana cara dan usaha kaum imperialis Barat mendapatkan koloni-
koloni di Afrika, bagaimana cara mereka memerintah daerah-daerah koloninya
masing-masing. Apakah politik paternalisme, politik otonomi, politik asimilasi,
politik apartheid dan bagaimana keadaan sosial rakyat bumiputra serta sampai
seberapa jauh pengaruh peradaban Barat terhadap masyarakat di Afrika.

Isi Resensi

Dalam buku ini terdapat 2 bagian pokok pembahasan, bagian 1 dengan 10 Bab dan
Bagian 2 dengan 7 bab.
Pada bab bagian pertama di jelaskan mengenai Zaman imperialisme modern, yang di
mana dalam bab kedua telah diuraikan bahwa pengertian imperialisme telah ada
sejak zaman kuno dan masih tetap berlangsung hingga dewasa ini. Tetapi,
imperialisme dalam arti ekspansi keluar batas benuanya secara besar-besaran dan
mendalam dimulai sejak ditemukannya daerah atau benua baru oleh Vasco da Gama
dan Columbus. Sejak saat itu mulailah yang disebut “Da Gama Epoch" yang
berlangsung kira-kira selama 4 abad. Suatu masa yang cukup panjang bagi
imperialisme Barat untuk melebarkan sayapnya ke seluruh penjuru dunia, sehingga
terjadilah proses Eropanisasi atau Westernisasi dunia.
Imperialisme yang telah dimulai sejak abad ke-16 itu pada umumnya menghasilkan
koloni-koloni atau tanah jajahan. Tokoh kolonialismeimperialisme yang mula-mula
adalah Portugal dan Spanyol, kemudian didesak oleh Inggris, Belanda dan Prancis.
Selanjutnya, pada abad ke-17 dan 18 ketiga negara tersebut bersaing dan akhirnya
Inggris keluar sebagai pemenang. Untuk waktu yang lama negeri ini melakukan
imperialisme kolonial guna memenuhi kepentingan perdagangannya.
Selain imperialisme kolonial, terdapat pula imperialisme kontinental, dan
imperialisme lokal. Disamping itu, juga dibedakaan antara imperialisme tua dan
imperialisme modern. Tahun 1880, adalah tahun pemisah antara kedua macam
imperialisme tersebut. Perbedaan antara imperialisme tua dan modern terdapat juga
pada bagi keperluan pertahanannya.
fungsi tanah jajahan. Pada zaman imperialisme tua, kolonisator hanya mengambil
barang-barang dari Timur tanpa menyajikan balasan berupa barang-barang kepada
tanah jajahan itu. Sedangkan, pada masa imperialisme modern, Barat mengekspor
hasil industri ke tanah jajahan. Tanah jajahan selain diambil bahan-bahan mentahnya,
juga dapat dijadikan pasaran bagi hasil industrinya dan tempat penanaman modal.
Tetapi, untuk mencapai tujuan pokok, yaitu menguasai atau mempengaruhi ekonomi
bangsa lain, baik imperialisme tua maupun modern, keduanya sama-sama melakukan
penguasaan-penguasaan terhadap tempat-tempat yang letaknya strategis.
Sekalipun sifat imperialisme itu pada hakikatnya sama, tetapi terdapat pula corak-
corak khusus yang membedakan antara satu dengan lainnya. Perbedaan ini
disebabkan oleh adanya perbedaan sifat kapitalisme di negeri induk. Perbedaan corak
imperialisme tersebut, mengakibatkan adanya perbedaan corak politik kolonial yang
dilakukan oleh pemerintah kolonial di tanah jajahannya masing-masing. Akibatnya,
cara yang dipakai oleh gerakan kebangsaan untuk melepaskan diri dari belenggu
penjajahan pun, tidak sama.
Kemudian juga disini kita bisa mengetahui bahwa Semua pertentangan-pertentangan
antara kaum kolonialis imperialis di Afrika itu dapat diakhiri dengan jalan damai,
sehingga krisis-krisis yang mengancam Eropa dapat diatasi. Tetapi peristiwa-
peristiwa yang terjadi di Afrika ternyata berpengaruh besar terhadap pembentukan
persekutuanpersekutuan di antara negara imperialis, seperti Triple Alliance dan Triple
Entente, yang dalam Perang Dunia I merupakan kekuatan inti yang saling
berlawanan. Timbulnya aliansi-aliansi tersebut akan berakibat kandasnya
perimbangan politik di Eropa.

Berbeda dengan di Asia, daerah di Afrika sebagian besar jatuh ke tangan kaum
kolonialis-imperialis tanpa disertai perlawanan yang hebat. Memang ada juga
perlawanan-perlawanan kaum nasionalis, seperti yang dipimpin oleh Mahdi Abd
Kadir, Arabi, dan lain-lainnya, tetapi sebagian besar daerah Afrika jatuh ke jurang
penjajahan akibat perjanjian yang diadakan antara kaum imperialis sendiri atau kaum
imperialis dengan kepala suku/kepala daerah di Afrika.

Seperti juga terhadap Asia, kaum kolonialis-imperialis Barat selalu mendengungkan,


bahwa mereka datang di Afrika untuk “mengangkat derajat bangsa yang
terbelakang"; mereka datang untuk mengemban “tugas suci” yang dipikulkan di atas
pundak mereka. Jika demikian halnya, maka pastilah rakyat terjajah tidak meronta
menuntut kemerdekaan negaranya, tidak akan timbul pergerakan-pergerakan
nasional. Sejarah membuktikan bahwa baik di Asia maupun di Afrika membara api
perjuangan kemerdekaan, berjuang unluk melepaskan diri dari perbudakan kolonialis-
imperialis, berjuang menuntut keadilan dan menentang "exploitation de l'homme par
homme".

Nah ketika kita memasuki Bagian ke 2 Dalam buku ini membahas tentang politik
kolonial barat dan penerapan nay di Afrika. dalam bab 11, kita akan diberitahu bahwa
Sekitar 1875, barulah 10,8% dari daerah Afrika berada dibawah kekuasaan atau
pengaruh bangsa Barat. Belgia, Jerman dan Italia belum ikut terlibat kekuasaan Turki
tersebut sudah tidak ada.dalam masalah Afrika. Pada waktu itu daerah di Afrika
seluas 1.250.000 mil persegi adalah milik Spanyol, Portugal, Prancis dan Inggris.
Dengan mengikut sertakan Afrika di bagian selatan yang luasnya 250.000 mil
persegi, Inggris memiliki daerah terbesar di Afrika. Kekuasaan Prancis hanya terbatas
di pantai sebelah utara, pos-pos terasing di Senegal dan Pantai Guinea, seluruhnya
diperkirakan meliputi 170.000 mil persegi. Daerah milik Portugal terutama terdapat
di sepanjang Pantai Angola dan Mozambik, sedang milik Spanyol terletak di Afrika
Barat laut seluas kira-kira 1000 unit persegi. Di samping kekuasaan bangsa Barat
tersebut di atas, terdapat pula kekuasaan Turki di pantai Utara.
Dalam usaha memperluas tanah jajahan di Afrika, para pedagang dan penjelajah
memegang peranan yang sangat penting. Pada masa imperialisme modern itu seakan-
akan muncul kembali perserikatanperserikatan dagang yang mendapat hak-hak
kenegaraan seperti EIC dan VOC pada abad-abad yang lain. Chartered Companies
tersebut dapat membuat perjanjian-perjanjian baik bersifat ekonomis maupun politis
dengan kepala kepala suku bumiputra. Dengan demikian, kongsi-kongsi itu memiliki
tanah-tanah koloni atau protektorat yang semakin diperluas. Pada umumnya, tokoh-
tokoh kongsi dagang seperti Goldie Taubman, Karl Peters, Cecil Rhodes menjadi
pembentuk imperium negerinya masingmasing. Demikian pula peranan kaum
penjelajah seperti Baker, Gordon, D. Stanley dan de Brazza. Pada bagian ketiga buku
ini menjelaskan tentang Afrika Barat dan Timur, Daerah Sasaran Pedagang Barat,
menjelaskan bagaimana masuknya pengaruh kongsi dagang ke daerah-daerah di
Afrika Barat dan Afrika Timur.
Pada bagian empat buku ini tentang afrika barat dan timur, yang menjelaskan bahwa
diafrika barat delta sungai niger merupakan daerah yang penting di afrika barat. Di
daerah daerah ini pembentukan imperium dari jerman inggris dan prancis yang saling
bersaing untuk mendapatkan daerah pengaruh.
Pada bagian kelima buku ini menjelaskan Tentang Sudan, Daerah Sangketan
Imperialis Inggris-Prancis, menjelaskan perjanjian penentuan batas-batas wilayah,
Ketika Salisbury memimpin kabinet 1886-1892 untuk ke dua kalinya dan merangkap
sebagai menteri luar negeri Inggris, dimana masyarakat Inggris pada waktu itu telah
bersifat imperialistis. Pada pemerintahan kedua ini politik Salisbury terhadap Mesir
telah berubah, Dalam menghadapi saingan Prancis di Mesir Salisbury berusaha
mendapatkan bantuan diplomatik dari negara-negara sentral. Pada bab ini juga
membahas tentang krisis Fashoda krisis ini terjadi karena adanya sengketa antara dua
negara imperialis.
Pada bagian keenam buku ini tentang Afrika Selatan di serbu imperialis Inggris,
menjelaskan tentang pembentukan imperium Inggris di Afrika Selatan di mana
ketika api imperialisme Inggris akan dinyalakan kembali dan pada waktu daerah
Inggris yang ada di Afrika Selatan akan diperluas munculah seorang penyelidik tanah
yaitu Cecil Rhodes. Cedil Rhodes sendiri merupakan pembentuk kaum imperium
Inggris di Afrika Selatan. Perhatian kaum imperialis-kapitalis terhadap Afrika Selatan
semakin besar sesudah ditemukan tambang tambang emas di Witwatersrand. Ada
berapakah faktor yang mengakibatkan perubahan kekuasaan di Inggris adalah sifat
imperialisme itu sendiri yang tidak puas dengan hasil yang telah dicapai.
Pada bagian ketujuh buku ini tentang Afrika dan Imperialis Prancis-Italia,
menjelaskan tentang keinginan Prancis untuk memperluas pengaruhnya ke Tunis
sebuah daerah di sebelah timur Aljazair lebih sempit dengan iklimnya yang sedang
Tunis merupakan negara terbelakang dan penduduknya yang tidak padat. Selain
Prancis Italia juga ingin menguasai daerah-daerah di Afrika bagian timur laut ialah
daerah Ethopia dan daerah pantai di sekitarnya.
Pada bagian kedelapan buku ini tentang Masalah Maroko, menjelaskan Masalah
krisis di Maroko terjadi setelah konferensi Algenciras yang diadakan tahun 1911
terjadilah berbagai konflik antara Tentara Prancis dan penduduk Maroko serta di
Melilla antara orang-orang Spanyol dan penduduk pegunungan.
Pada bagian kesembilan buku ini tentang Kekuasaan Bangsa Barat Di Afrika,
menjelaskan tentang materi bagaimana Afrika pada tahun 1875-1974 dimana pada
masa itu Afrika berada di bawah kekuasaan pengaruh bangsa Barat. Pada Perang
Dunia I Afrika ikut terseret karena Inggris dan sekutunya berusaha merebut koloni
Jerman di Afrika. Pada Perang Dunia II benua Afrika digunakan sebagai kepentingan
strategi perang dan ekonomi.
Pada bagian kesepuluh buku ini tentang Afrika Prancis menjelaskan agaimana koloni
Prancis di Afrika di mana sebelum perang dunia I berkobar koloni Prancis di Afrika
meliputi Afrika barat laut yang terdiri atas Tunis Aljazair dan Maroko. Menjelaskan
bagaimana politik kolonial Perancis di Afrika di mana sebelum perang dunia 2 politik
kolonial Perancis yang dijalankan di daerah-daerah kolonial berdasarkan suatu
doktrin atau asimilasi. Tujuan dari politik asimilasi ialah mengintegrasi daerah milik
diseberang lautan dengan Prancis dengan mengasimilasi penduduk koloni dalam
format Prancis baik politik, sosial, ekonomi, etnis, religi maupun kultural.
Pada bagian kesebelas buku ini tentang Afrika Inggris, menjelaskan bagaimana
daerah Inggris di Afrika. Menjelang perang dunia 1 daerah Inggris yang terdapat di
Afrika Barat Selatan Tengah Timur dan Utara ditambah dengan beberapa pulau di
sekitar benua Afrika sebagian besar daerah milik Inggris tersebut terletak disebelah
Timur yang merupakan rangkaian dari protektorat. Kekuasaan Inggris di Afrika Barat
terdapat Gambia, Sierra Leone,Gold Coast dan Nigeria. Di Afrika Selatan daerah
Inggris meliputi Cape Colony, Natal, Transvaal, Oranye, Bechuanaland, Basutoland
dan Swaziland. Di Afrika Tengah kekuasaan Inggris terdapat di Rhodesia
selatan,Rhodesia Utara dan Nyasaland. Politik kolonial Inggris di Afrika dimana
kedudukan Inggris di Afrika sebagai penguasa kolonial sebelum perang dunia II
sangat menonjol.
Pada bagian keduabelas buku ini tentang Afrika Belgia menjelaskan Politik kolonial
Belgia dimana sebelum perang dunia 1 berakhir satu-satunya koloni yang dimiliki
oleh Belgia di Afrika adalah sebuah koloni yang luasnya 82 kali luas Belgia koloni
tersebut didapat dari tangan raja Leopold II pada 1908.
Pada bagian ketigabelas buku ini tentang Bunga Rampai Afrika, menjelaskan Jerman
koloni-koloni nya di Afrika menurut Hans kohn perbedaan antara imperialisme
Jerman dan imperialisme bangsa-bangsa Eropa Barat lainnya terletak pada unsur
inisiatif individual. Inisiatif individual memegang peran yang vital dalam
mengembangkan imperialisme maka di Jerman seperti di Rusia dan Jepang hal
semacam itu tidak ada disebabkan karena struktur ekonominya sangat terikat kepada
negara titik karena pandangan para humanis Jerman pengaruh renaissance di Jerman
sangat tipis dan pengaruh aliran romantik abad ke-19 sangat besar maka tidak heran
jika post and dreams memegang peranan dalam memberikan puisi tentang
terbentuknya imperium Jerman dan kesadaran memikul tugas suci di dunia.
Pada bagian keempatbelas buku ini tentang UNI Afrika Selatan, menjelaskan
terbentuknya Uni Afrika Selatan, penduduk di Afrika Selatan, Dasar masyarakat
Afrikaner dan Afrikanerdom, Keadaan Sosial Ekonomi, Pemerintahan Botha dan
Smuts, pemerintahan Herzog dan Smuts dan pemerintahan Dr. Malan dan politik
apartheid. Pada 1909 usulan pembentukan uni di Afrika Selatan itu diratifikasi oleh
parlemen Inggris kemudian berdasarkan Act of Union, Cape Colony, Natal, Transvaal
dan Orange Free State merupakan sebuah uni yang disebut uni Afrika Selatan.
Kelebihan Buku:
Kelebihan dari buku sejarah Afrika ini yaitu menampilkan materi yang jelas dan
mudah dipahami, prnjelasan pada buku Ini lumayan mendalam sehingga memberikan
banyak pemahaman. Sampul buku ini juga menarik terdiri dari 3 warna yaitu kuning
agak coklat, putih serta hitam.

Kekurangan:
Kelemahan dari buku ini (Sejarah afrika) yaitu terletak pada tata bahasa, Detail
pembahasan yang disampaikan terlalu rumit,Kualitas pencetakan kerta buku kurang
baikbaik, dan banyak istilah istilah yang membuat pembaca kurang memahami nya,
walaupun buku ini di sampaikan secara jelas. Penggunaan istilah istilah yang kurang
di dengar akan mengakibatkan kita kesulitan dalam mengatahui maksud dari buku ini.
Kesimpulan :
Buku sejarah Afrika karangan Daristi Soeratman ini menjelaskan tentang zaman
imperialisme moderen dan sebuah studi politik kolonial barat dan penerapan di
Afrika. Buku ini menjelaskan tentang keadaan benua di Afrika. Penjelasan buku ini
sangat jelas. Dan membahas tentang cara memerintah daerah kolonialnya masing-
masing.

Anda mungkin juga menyukai