Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KOLONIALISME EROPA DAN PENGARUHNYA TERHADAP ISLAM


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah
Sejarah Peradaban Islam
DOSEN PEMBIMBING:
FAHMI HASAN NUGROHO.LC.,M.A

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
Yudha Adryansyah 1233040102
Haikal Hilmal Abrar 1233040103
Tiyya Nahdiyatul Urfiyah 1233040108

JURUSAN PERBANDINGAN MADZHAB DAN HUKUM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah taala . Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kolonialisme Eropa dan Pengaruhnya bagi
Dunia Islam" dengan tepat waktu.

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam . Selain
itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang sejarah bagaiamana pengaruh besar
penjajahan bangsa Eropa untuk Dunia Islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahmi Hasan Nugroho L,C . M.A .
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu menyusun
makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan ilmu dan
pengalaman yang dimiliki. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.

Bandung, 15 Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................5
BAB III PENUTUP..............................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tentu, sejarah penjajahan Eropa terhadap dunia Islam memiliki dampak yang signifikan. Ini
mencakup periode kolonialisme dan imperialisme di mana banyak negara-negara Eropa, terutama
pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, menguasai wilayah-wilayah di dunia Islam.

Pada awalnya, pada abad ke-15 hingga ke-17, bangsa-bangsa Eropa seperti Portugal, Spanyol,
Belanda, Inggris, dan Prancis mulai menjajah dan menaklukkan wilayah-wilayah di Timur Tengah,
Afrika Utara, Asia Selatan, dan Asia Tenggara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Motivasi utama
mereka termasuk ekonomi, kekuatan politik, dan penyebaran agama dan budaya mereka sendiri.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh penjajahan bangsa Eropa terhadap dunia Islam

1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengetahui bagaimana sejarah dan pengaruh penjajahan bangsa Eropa
terhadap dunia Islam
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Kolonialisme

Kolonialisme menurut Oxford English Dictionary berasal dari kata Romawi “Colonia” yang berarti
“tanah pertanian” atau “pemukiman”, dan mengacu kepada orang Romawi yang bermukim di negeri-
negeri lain tapi masih memepertahankan kewarganegaraan meraka[1], yang berarti suatu usaha untuk
untuk mengembangkan kekuasaan suatu negara diluar wilayah negara tersebut. Kolonialisme pada
umumnya bertujuan untuk mencapai dominasi ekonomi atas sumber daya alam, manusia, dan
perdagangan di suatu wilayah. Wilayah koloni umumnya adalah daerah-daerah yang kaya akan bahan
mentah untuk keperluan negara yang melakukan kolonialisme

1.2 Bentuk – Bentuk Kolonialisme Barat

Bentuk bentuk penjajahan barat terhadap dunia islam termasuk di Indonesia di latar belakangi oleh
terjadinya perang salib. Negara-negara Barat seperti Inggris, Perancis, Spanyol, Italia, Rusia dan lain-
lain memang mempunyai teknologi militer dan industri perang yang lebih canggih dibandingkan
dengan negara Islam, sehingga mereka tidak segan-segan untuk menyerang dan mengalahkan
wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Islam.

Dari awal penjajahan Barat yaitu perang salib umat Islam telah kehilangan berbagai daerah yang
semula telah dikuasai Islam, yang kemudian jatuh ke tangan orang Kristen, yang sukar untuk
dikembalikan kembali. Jadi pada perang salib ini telah terjadi penaklukan dan penyerangan yang
dilakukan oleh negara Barat untuk merebut wilayah-wilayah kekuasaan Islam.

Di setiap tempat yang terdapat Islam, tidak ada kelanggengan bagi pilar-pilar sistem pemerintahan
otoriter. Setiap tempat yang dihuni Islam, akan menjadi tanda perlawanan terhadap segala bentuk
kezaliman dan kekejaman penjajahan dan eksploitasi, penghinaan dan peremehan terhadap manusia,
serta perlawanan terhadap poros yang dikuasai sistem pemerintahan sewenang-wenang di dunia
kontemporer .

Invasi Eropa terhadap dunia Islam tidak pernah sama, tetapi selalu secara menyeluruh dan efektif.
Penetrasi Barat terhadap dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh dua bangsa Eropa
terkemuka, Inggris dan Perancis. Inggris terlebih dahulu mencoba menguasai kerajaan Mughal India.
Selama pertengahan terakhir abad ke-18, para pedagang Inggris telah memantapkan diri di Benggali.
Rentang waktu antara 1798 – 1818, dengan perjanjian atau aksi militer, pemerintahan kolonial Inggris
tersebar ke seluruh India, kecuali lembah Indus, yang baru menyerah pada tahun 1843 – 1849.

Sementara itu Perancis merasa perlu memutuskan hubungan komunikasi antara Inggris di barat dan
India di timur. Oleh karena itu, pintu gerbang ke India, yakni Mesir berhasil ditaklukkan dan dikuasai
oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798 M. Alasan lain Perancis menaklukkan Mesir adalah untuk
memasarkan hasil-hasil industrinya. Mesir, di samping mudah dicapai dari Perancis juga dapat
menjadi sentral aktivitas untuk mendistribusikan barang-barang ke Turki, Syiria hingga ke timur jauh.

Pada tahun 1799 M., Napoleon Bonaparte meninggalkan Mesir karena situasi politik yang terjadi di
negara tersebut. Ia kemudian menunjuk jenderal Kleber menggantikan kedudukan Napoleon di Mesir.
Dalam suatu pertempuran laut antara Inggris dan Perancis, jenderal Kleber kalah dan meninggalkan
Mesir pada tahun 1801 M., dan di Mesir terjadi kekosongan kekuasaan.
Kekosongan tersebut dimanfaatkan oleh seorang perwira Turki, Muhammad Ali dengan didukung
oleh rakyat, berhasil megambil alih kekuasaan dan mendirikan dinasti. Pada masa itu Mesir sempat
menegakkan kedaulatan dan melakukan beberapa pembeharuan, namun pada tahun 1882 M. dapat
ditaklukkan kembali oleh Inggris.

Faktor utama yang menarik kehadiran kekuatan-kekuatan Eropa ke negara-negara muslim adalah
ekonomi dan politik. kemajuan Eropa dalam bidang industri menyebabkannya membutuhkan bahan-
bahan baku, di samping rempah-rempah. Mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat
memasarkan hasil industri mereka. Untuk menunjang perekonomian tersebut, kekuatan politik
diperlukan sekali. Akan tetapi persoalan agama seringkali terlibat dalam proses politik penjajahan
barat atas negeri-negeri muslim. Trauma Perang Salib masih membekas pada sebagian orang barat,
terutama Portugis dan Spanyol, karena kedua negara ini dalam jangka waktu lama, berabad-abad
berada di bawah kekuasaan Islam.

1.3 Dampak Kolonialisme


A. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Budaya

Dampak kolonialisme sangat berpengaruh sekali dalam dunia Islam, misalnya adalah negara Turki,
Turki adalah negara pertama yang dijajah oleh Eropa karena dilihat dari letak geografisnya sangatlah
dekat dengan benua eropa. Dan Turki adalah salah satu negara yang telah terpengaruh oleh
kolonialisme barat, baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, maupun agama.

Bukan hanya turki yang telah dijjajah oleh Bangsa Barat, akan tetapi negara Islam yang lainnya pun
merasakan penajajahan bangsa Eropa, 1882 Mesir diduduki Inggris, 1881-1883 Tunisia diserbu
Perancis, 1898 Sudan ditaklukkan Inggris, 1912 Marokko diserbu Perancis dan Spanyol. Dan masih
banyak negara-neagra yang dijajah oleh Barat.
Kolonialisme barat yang membawa tiga misi yaitu : God (Tuhan/Agama), Gold (Kekayaan), dan
Glory (Kemewahan) tidak henti-hentinya mendoktrin pikiran-pikiran masyarakat pada masa itu, dan
masih terasa sampai sekarang, dan akibat dari itu semua sangatlah banyak pengaruhnya. Para
kolonialisme juga telah merusak paradigma dan dampak yang paling jelas terlihat yaitu pada gaya
hidup masyarakat muslim, contohnya 3F yaitu : Fun (kesenangan), Food (makanan) dan Fashion (cara
berpakaian).

Masyarakat jaman sekarang telah tergiur oleh produk-produk luar negeri yang mungkin memang
kuallitas mereka lebih tinggi di bandingkan produk dalam negeri, sadar atau tidak, maraknya produk-
produk luar negeri telah menjajah perpasaran negara-negara lain, khususnya Indonesia, negara yang
mayoritas muslim telah lama dicekoki oleh produk-produk luar yang memakai sistem monopoli dalam
proses perdagangannya. Para kolonialsme ternyata tidak pernah puas akan kejayaan mereka,
keserakahan untuk mendapatkan sesuatu yang merekan inginkan.

Gaya berbusana juga sudah tak sepantasnya masyarakat muslim memakai budaya berbusana barat
(Para kolonialisme), ala westernisasi sudah tercampur aduk dengan gaya busana orang-orang muslim
yang sebenarnya.
B. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Sosial

Ketika sampai di negara-negara Islam, mereka (Negara-negara Kolonial) menyusun rencana untuk
memisahkan generasi muda dari Agamanya. Dalam hal itu, mereka memilih dua
jalan. Pertama, menyebarluaskan nafsu (Seksual) dan membuka lebar-lebar kran dekadensi moral.
Menjadi jelas ketika para penjajah itu menjajah umat Islam melalui berbagai cara, terlebih dari bidang
Agama yang mereka pandang bahwasanya Agama adalah salah satu penghalang untuk mereka, dan
jalan termudah untuk melawan semua Agama adalah dengan membebaskan pelampiasan hawa nafsu
di tengah-tengah masyarakat dan membuka semua kran untuk mempraktikkan semua bentuk
kerusakan dan kemerosotan akhlak. Itulah jalan yang para penjajah tempuh secara efektif.
Kemajuan peradaban dan temuan-temuan ilmiah baru, seperti radiao, bioskop dan lain-lain telah
menjadi pengaruh yang kurang baik terhadap moral-moral umat Islam, banyaknya remaja islam yang
terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran para penjajah.

Yang kedua, tercermin pada orientasi ilmu pengetahuan dan pemikiran, bersamaan dengan dampak
pengaruh pemikiran ilmiah baru ke negara-negara Islam yang cukup menarik perhatian karena
memang ilmu pengetahuan pasti punya daya tarik. Kemajuan ilmu pengetahuan barubah menjadi
sarana pemisahan orang banyak dari keyakinan akidahnya, dan menjadi perantara bagi pemadaman
obor bagi keimanan agama dalam hati serta pencabutan emosi keagamaan sampai keakar-akarnya.

C. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Ekonomi

Para Kolonialisme barat menggunakan segala cara untuk menghancurkan Islam, begitu pula dalam
bidang ekonomi, misalnya negara India.

India, pada masa kemajuan kerajaan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal ini
mengundang Eropa yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. Di awal abad ke-17
M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. pada tahun 1611 M, Inggris mendapat izin
menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M belanda mendapat izin yang sama.

Kongsi dagang Inggris, British East India Company (BEIC), mulai berusaha menguasai wilayah India
bagian timur, ketika merasa cukup kuat. Penguasa setempat mencoba mempertahankan kekuasaan dan
berperang melawan Inggris. Namun, mereka tidak berhasil mengalahkan kekuatan Inggris. Pada tahun
1803 M, Delhi, ibukota kerajaan Mughal jatuh ke tangan Inggris dan berada di bawah bayang-bayang
kekuasaan Inggris. Tahun 1857 M, kerajaan Mughal dikuasai secara penuh, dan raja yang terakhir
dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India berada di bawah kekuasaan Inggris yang menegakkan
pemerintahannya di sana. Pada tahun 1879, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan pada tahun
1899, Kesultanan Muslim Baluchistan dimasukkan ke bawah kekuasaan India-Inggris.

Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru berkembang, yang merupakan daerah penghasil rempah-
rempah terkenal pada masa itu, menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kerajaan-kerajaan
Islam di wilayah ini lebih lemah dibandingkan dengan kerajaan Mughal, sehingga lebih mudah
ditaklukkan oleh bangsa Eropa.

Kerajaan Islam Malaka yang berdiri pada awal abad ke-15 M di Semenanjung Malaya yang strategis
merupakan kerajaan Islam kedua di Asia Tenggara setelah Samudera Pasai, ditaklukkan Portugis pada
tahun 1511 M. Sejak itu peperangan-peperangan antara Portugis melawan kerajaan-kerajaan Islam di
Indonesia seringkali berkobar. Pedagang-pedagang Portugis berupaya menguasai Maluku yang sangat
kaya akan rempah-rempah.
Akibat kolonialisme Barat dibanyak negara Islam dalam bidang Ekonomi, maka tentu sistem
perdagangan Barat mau tidak mau sangat berpengaruh buruk terhadap sistem perdagangan yang telah
ada pada masa itu, misalnya “Monopoli” dalam perdagangan.

Dengan adanya monopoli perdagangan tersebut membuat kehancuran perekonomian yang


sebelumnya sudah ada. Seperti dengan masuknya barang-barang import kenegara jajahannya yang
membuat produk-produk local mengalami kerugian. Ini dikarenakan barang-barang import yang
masuk kualitasnya lebih baik dan harganya lebih murah. Disamping itu barang-barang yang
diproduksi Negara-negara barat bisa diproduksi dengan jumlah banyak karena majunya perindustrian
di eropa yang menggunakan mesin dalam memproduksinya.

Kebanyakan negara Islam sekarang ini hidup dalam keterbelakangan dan kebingungan, meskipun
telah berlalu puluhan tahun lamanya. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan Barat mampu
memanfaatkan berbagai kekayaan negara-negara Islam dan memenuhi kantong-kantong mereka
dengan harta milik negara-negara Islam tersebut. Negara-negara Islam masih sangat bergantung pada
hasil produksi dan ilmu pengetahuan (Sains) Barat. Demikian pula, mereka masih lemah di dunia
politik dan mengekor sistem politik Barat.[2]

D. Dampak Kolonialisme Barat dalam Bidang Politik

Politik sebagaimana yang telah kita ketahui adalah cara untuk mandapatkan sesuatu. Berpijak pada
yang kita ketahui ini, bangsa barat yang ingin menguasai dunia islam tak luput pula dari beragam cara
yang mereka gunakan untuk menduduki dan mengeruk habis kekayaan islam baik dari segi SDAnya
maupun dari SDMnya.

Kololnialisme mengetahui bahwasanya daerah-daerah yang diduduki oleh islam itu terdapat kekayaan
yang banyak sekali sehingga mereka ingin menguasai sepenuhnya seperti minyak bumi, gas alam dan
sebagainya, ini merupakan kekayaan yang melimpah untuk masa depan. Politik yang mereka pakai
untuk melumpuhkan islam adalah menjauhkan orang muslim dari sejarah masa silam (kejayaan islam)
dan meniadakan peran penting ulama dalam kenyataan hidup.

Pada kenyataannya mereka tidak dapat menghilangkan peran ulama secara total dalam masyarakat,
tetapi mereka menggunakan cara lain yakni ulama-ulama berada di bawah kekuasaan pemerintah dan
ulama hanya memainkan peran formal saja seperti penguburan mayat dan sebagainya yang bersifat
formal saja, serta kehidupan pada ulama dijauhkan atau dikucilkan dari keramaian masyarakat.
Dengan cara inilah mereka dapat menduduki sebagain negara-negara islam yang ada pada saat ini.

Dengan kedua cara ini mereka dapat melumpuhkan islam sampai pada ambang keputusasaan, tidak
hanya sampai disini, kolonialisme menawarkan solusi pada islam yang pada hakikatnya merupakan
tujuan mereka untuk melumpuhkan islam, berupa ilmu pengetahuan yang kalau dicermati tidak lain
untuk menjauhkan kaum muslimin dari agamanya.

Politik mereka ini mengarah pada kemerosotan dan kerusakan kemanusiaan yang dapat
dikelompokkan dalam dua judul yakni; sistem sosial dan sistem intelektual[3]. Sistem sosial, tujuan
dari perwujudan dalam hal ini adalah meniadakan kenyataan akan kemanusiaan sebagai suatu esensi
utama dan supra-material yang secara tragis dilupakan. Seperti kapitalisme dan komunisme – meski
beda dalam bentuk lahirnya – menganggap manusia sebagai binatang ekonomis (economic animal),
yang hanya bertumpu pada pemenuhan kebutuhan material saja.
Francis Bacon “ilmu meninggalkan pencarian kebenaran dan beralih untuk mencari kekuatan”.
Nampak dari apa yang dikatakan Bacon, bahwa agama dan spiritul secara perlahan ditinggalkan dan
secara sadar maupun tidak, manusia mengalami pengucilan pada arti esensinya. Tak bedanya sepeti
binatang, hanya bertumpu pada materi dan pemuasan hawa nafsu. Inilah politik kolonialisme untuk
menghancurkan islam.

Sistem intelektual/ideologi, tidak hanya orang islam yang tertarik pada pengetahuan, begitupun
bangasa barat. Karena intelektual memiliki ketertarikan, kolonialisme memunculakan ideoliogi-
ideologi kontemporer yang menutupi akan tujuan mereka untuk meniadakan konsep manusia sebagai
mahluk utama. Seperti historisisme, biologisme dan sosiologisme.
Historisisme menganggap manusia sebagai satu-satunya material determinatif yang mengarah pada
determinatid materialisme, yang peranan manusia didalamnya hanya sebagai elemen yang pasif.
Biologisme, yang mengutamakan hukum alam, menganggap manusia seperti binatang serta
menifestasi spiritual kemanusiaan dan kuslitasnya hasnya sebagai penimbulan dari keadaan fisik
manusia, seperti insting binatang. Sosiologisme, menganggap menusia sebagai tumbuhan yang
tumbuh dalam taman lingkungan sosialnya. Paham ini beranggapan bahwasanya menusia itu bisa
mengalami panen hanya apabila taman itu diubah.

Terlihat dari paham-paham kontemporer itu, semuanya bertumpu pada peniadaan konsep mausia dan
mengarah hanya pada materi saja.

E. Dampak Kolonialisme Barat Dalam Bidang Agama

Sejak tahun-tahun pertama dimulainya era penjajahan, negara-negara kolonial telah bersungguh-
sungguh memperhatikan masalah misalkan pemisahan ulama dari kehidupan bangsa. Mereka
berupaya mempengaruhi peran yang dijalankan para ulama dengan cara menghilangkan identitas
mereka yang nyata, atau meminggirkan mereka seraya memberi peran yang tiada arti, atau membunuh
mereka jika memungkinkan.

Negara kolonial sebuk menjalankan politk tersebut selama bertahun-tahun lamanya sehingga peran
para ulama melemah di banyak wilayah pendudukan. Keberadaan para ulama terpinggirkan, tak
punya otoritas apapun, bahkan tak lagi menyandang identitas ulama. Para ulama itu tersingkir
ketempat-tempat yang sangat terbatas dan disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan remeh dan tidak
berhubungan dengan kenyataan hidup, seperti mengurusi orang mati dan pekerjaan-pekerjaan lainya
yang bersifat formal.

Bahkan para penguasa disebagian negeri Islam telah berhasil meminggirkan para ulama setelah
bersusah payah selama bertahun-tahun. Bahkan para ulama itu tak lagi dapat menjalankan peran
rutinya, mengajar. Tentunya, di sebagian negeri yang kita ketahui dengan baik, mereka (para kolonial)
tak mampu mencabut kedudukan ulama atau menghilangkan secara total pusat-pusat keilmuan para
ulama itu. Bahkan mereka tak mampu melemahkan para ulama sampai batas menjadikan adanya
ulama itu sama dengan tak adanya.

Namun, mereka (kolonial) menggunakan cara lain, yaitu menjadikan para ulama dan pusat-pusat
keilmuan berada bahwa kekuasaan penguasa, kearajaan, dan pemerintahan yang batil.

Saat berupaya mealapangkan rencananya menguasai politik, ekonomi, sosial, dan kebuudayaan,
negara-negara Kolonial justru berbenturan dengan dinding kokoh, yang terbentuk dari keyakinan
agama. Tentunya, tidak semua agama di setiap tempat berdiri menentang intrik penjajahan; misalnya,
Agama yang menyimpang dan agama buatan tangan kekuasaan. Sudah tentu, agama semacam ini
tidak akann menentang kolonialsme.
Sebaliknya, Islam sebagai perlambang kesempurnaan agama, bangkit dengan benar menentang
penjajahan dan menghadapi para kolonial di wilayah-wilayah Islam. Para penjajah tealh memahami
itu lewat berbagai penelitian. Meraka mencobanya di India, di negara-negara Arab, dan di Iran. Di
setiap tempat, perasaan reliigius bangkit di tengah-tengah umat manusia. Hasilnya, negara-negara
kolonial mendapatkan penghalang yang berarti tegak dihadapan mereka, serta genccar menentang
rencana jahat mereka, Diantaranya adalah “Revolusi tembako” di Iran, geraakan konstitusi, tragedi
berdarah di India dalam menghadapi penjajahan Inggris, dan perlawanan orang-orang Islam
Afganistan terhadap penjajahan Inggris di pertengahan Abad ke-19. Juga kebangkitan Sayyid
Jaaluddin al-Asad Abadi di mesir yang mengguncang Inggris. [4]
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Penjajahan Barat terhadap dunia Islam yang diawali dengan Perang Salib berlatar belakang hal-hal
berikut :

1. Mercenary yaitu untuk mencari keuntungan negara Barat di negara-negara Islam.

2. Missionary yaitu untuk menyebarkan agama Kristen pada negara-negara jajahannya.

3. Military yaitu perluasan daerah militer.

Selain hal diatas yang melatarbelakangi penjajahan Barat adalah faktor ekonomi dan politik.

Bentuk-bentuk penjajahan barat terhadap dunia Islam berupa penyerangan, penaklukan, sehingga
banyak wilayah-wilayah Islam yang jatuh ke negara-negara Barat. Juga berupa penindasan,
penghisapan dan perbudakan.

Penjajahan Barat ternyata membawa implikasi yang sangat luas terhadap perkembangan peradaban
Islam baik peradaban material yang berupa tehnologi baru, maupun peradaban mental. Penjajahan
Barat juga memicu gerakan pembaharuan dalam Islam, yang mana bertujuan untuk memurnikan
agama Islam dari pengaruh asing dan menimba gagasan-gagasan pembaharuan dan ilmu pengetahuan
Barat.

DAFTAR PUSTAKA

Khamenei Ali, Perang Kebudayaan, Jakarta : Cahaya, 2005


Looba Ania, Kolonialisme/Pascakolonialisme, Yogyakarta: Bintang Budaya, 2003
Muthahhari, Murtadha, Islam dan tantangan zaman, Jakarta : Sadra Press, 2011
www.wikipedia.com
Syariati Ali, kritik islam atas marxisme dan sesat-pikir barat lainnya, bandung , mizan press, 1980

[1] Ania Loomba, Kolonialisme/Pascakolonialisme, (Yogyakarta : Bentang Budaya, 2000), hlm. 1.


[2] Imam Ali Khamenei, Perang Kebudayaan, (Jakarta, Cahaya; 2005) hal. 133
[3] Ali syari’ati, kritik islam atas marxixme dan sesat-pikir barat lainnya, hal 77
[4]Ibid. halm. 107-108

Anda mungkin juga menyukai