Anda di halaman 1dari 3

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA DAN BUDI PEKERTI


AKIBAT KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM
DIDUNIA

Disusun oleh: Kelompok 1


Nama Anggota:
Fariz Alfaraq
Bayhaqi
Riski Akbar
Lisa Amelia
Afrah Attahirah
Hayatul Liza
Amanda

SMKN 1 BIREUEN
Kemunduran suatu peradaban tidak dapat dikaitkan dengan satu atau dua faktor saja.
Karena peradaban adalah sebuah organisme yang sistemik, maka jatuh bangunnya suatu
perdaban juga bersifat sistemik. Artinya kelemahan pada salah satu organ atau elemennya
akan membawa dampak pada organ lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor
lainnya – yang secara umum dibagi menjadi faktor eksternal dan internal berkaitan erat
sekali.
 
Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita
rujuk paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Uthmani,
kekuatan Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai
berikut:
 
Faktor ekologis dan alami, yaitu kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada
adalah gersang, atau semi gersang, sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu
kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-
sungai besar, seperti Nil, Eufrat dan Tigris. Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini
menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan
luar. Faktor alam yang cukup penting adalah:
 Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain mengalami
berbagai bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis
pangan) disebabkan oleh rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun
1347-1349 terjadi wabah penyakit yang mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. 
 Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan musuh. Iraq, Syria, Mesir
merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak kawasan itu
berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi
pihak luar.
 
Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib,
yang terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. “Perang
Salib”, menurut Bernard Lewis, “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama
imperialisme barat yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan
menggunakan agama sebagai medium psikologisnya.” Sedangkan tentara Mongol menyerang
negara-negara Islam di Timur seperti Samarkand, Bukhara dan Khawarizm, dilanjutkan ke
Persia (1220-1221). Pada tahun 1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan
serangan ke Syria dan Mesir. Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah
berakhir. Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat. Pada
tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam
upayanya mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. 
 
Pada saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-
negara Islam. Di saat itu kekuatan ummat Islam baik di laut maupun di darat dalam sudah
memudar. Akhirnya pos-pos pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada akhir abad
ke 16 Belanda, Inggris dan Perancis telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia
perdagangan. Selain itu, ternyata hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah
meningkat dan melampaui jumlah penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey
Uthmani. Penduduk Eropa Barat waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa
timur menjadi 274 juta; sedangkan jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang
rendah inipun tidak dibarengi oleh kualitas yang tinggi.
 
Meskipun Barat muncul sebagai kekuatan baru, Muslim bukanlah peradaban yang
mati seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban Islam terus hidup dan
bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai ancaman
Barat. Sesudah kekhalifahan Islam jatuh, negara-negara Barat menjajah negara-negara Islam.
Pada tahun 1830 Perancis mendarat di Aljazair, pada tahun 1881 masuk ke Tunisia.
Sedangkan Inggris memasuki Mesir pada tahun 1882. Akibat dari jatuhnya kekhalifahan
Turki Uthmani sesudah Perang Dunia Pertama, kebanyakan negara-negara Arab berada
dibawah penjajahan Inggris dan Perancis, demikian pula kebanyakan negara-negara Islam di
Asia dan Afrika. 
 
Setelah Perang Dunia Kedua kebanyakan negara-negara Islam merdeka kembali,
namun sisa-sisa kekuasaan kolonialisme masih terus bercokol. Kolonialis melihat bahwa
kekuatan Islam yang selama itu berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras dan
bangsa dapat dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan tehnik divide et impera sehingga
konflik intern menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara Islam terfragmentasi
menjadi negeri-negeri kecil.
 
Itulah di antara faktor-faktor eksternal yang dapat diamati. Namun analisa al-Hassan
di atas berbeda dari analisa Ibn Khaldun, Intinya dalam pandangan Ibn Khaldun, kehancuran
suatu peradaban disebabkan oleh hancur dan rusaknya sumber daya manusia, baik secara
intelektual maupun moral. Contoh yang nyata adalah pengamatannya terhadap peradaban
Islam di Andalusia. 
 
Di sana merosotnya moralitas penguasa diikuti oleh menurunnya kegiatan keilmuan
dan kepedulian masyarakat terhadap ilmu, dan bahkan berakhir dengan hilangnya kegiatan
keilmuan. Di Baghdad kepedulian al-Ma’mun, pendukung Mu’tazilah dan al-Mutawakkil
pendukung Ash’ariyyah merupakan kunci bagi keberhasilan pengembangan ilmu
pengetahuan saat itu. Secara ringkas jatuhnya suatu peradaban dalam pandangan Ibn Khaldun
ada 10, yaitu: 
 
1) rusaknya moralitas penguasa;
2) penindasan penguasa dan ketidak adilan;
3) Despotisme atau kezaliman;
4) orientasi kemewahan masyarakat;
5) Egoisme;
6) Opportunisme;
7) Penarikan pajak secara berlebihan;
8) Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat;
9) Rendahnya komitmen masyarakat terhadap agama dan;
10) Penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat.

Itulah sebagian pelajaran yang dapat dipetik dari apa yang disampaikan oleh para
sejarawan Muslim tentang kemunduran peradaban Islam. Jika al-Hassan memfokuskan
pengamatannya pada masa-masa terakhir kejatuhan kekuasaan Islam pada abad ke 16 hingga
abad ke 20, Ibn Khaldun mengamati peristiwa-peristiwa sejarah pada abad ke 15 dan
sebelumnya. 

Anda mungkin juga menyukai