Anda di halaman 1dari 6

SEJARAH KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

Tugas: Sejarah Peradaban Islam


SEJARAH KEMUNDURAN PERADABAN ISLAM

Disusun Oleh:
Nur Diana R.S (11027009)
Karmilawati (11028003)
Nur Fitriani (11027502)
Adnan Ardianto (11028008)
Denis Mei S. (11027008)
Ferdian rikza (11B28 )
Amiruddin (11028503)

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
2011

KRONOLOGI KEMUNDURAN ISLAM

1. Sketsa Kemunduran Islam


Seperti banyak diketahui, bahwa Islam merupakan jembatan emas bagi kemajuan Barat saat
ini. Islam memberi sumbangan ilmu pengetahuan yang tak ternilai bagi Barat. Namun pada
gilirannya kaum Nasrani dapat merebut pengetahuan yang berharga tersebut. Pada masa akhir
kejayaan Islam di Andalusia (Spanyol) tepatnya pada tahun 609 H/1212 M, Kaum Nasrani
melakukan agresi besar-besaran ke Andalusia. Dengan dalih perang suci di Eropa mereka
menyerang Islam dipimpin oleh Alfonso VII , Raja Castile beserta sekutu-sekutunya. Serangan
tersebut dihadapi oleh khalifah al-Mansur Billah bersama 600000 tentara di Las Navas de Toloso
(Al ‘Uqub) sekitar 70 mil di sebelah timur Cordova.
Dalam peperangan tersebut tentara Muwahidun mengalami kekalahan besar bahkan
menyebabkan berakhirya kekuasaan Islam di Andalusia(1235 M). Berakhirnya Islam puncaknya
ketika peperangan antara pasukan Musa, Pasukan Abdullah melawan pasukan Ferdinand,
Ferdinand mengirim pasukannya untuk menghancurkan pasukan Islam, tetapi Abdullah beserta
pasukannya terjun ke medan peperangan dengan gagah berani,pada saat itu islam yang
mengalami kemenangan dibantu oleh penduduk Granada, sehingga beberapa beneteng dapat
direbut kembali
Pada tahun 896 H/1491 M Ferdinand bersama Isabella melibatkan diri bersama 50.000
personil dengan mendengungkan perang suci. Namun pasukan Musa mendengungkan bahwa
akan terus mempertahankan tanah ini walau hanya tinggal jasad saja , hal itu membuat semangat
tempur pasukan islam, dan mengalahkan pasukan Ferdinand. Namun dengan kelicikannya,
Ferdinand mengepung dan memblokade pasukan islam agar kelaparan. Apalagi di musim dingin
(salju), sehingga keadaan kaum muslimin menjadi kritis. Abdullah menyerang atas desakan
penduduk Granada yang kelaparan dan kedinginan. Sedangkan panglima Musa terus menyerang
dan melawan pasukan ferdinand, sehingga mati terbunuh dalam medan peperangan. Abdullah
bersama keluarganya pindah ke Maroko dan tinggal di kota Faz. Granada pada tanggal 2 Januari
1492 M dapat dikuasai kaum Nasrani dengan masuknya pasukan Castile . Dengan masuknya
pasukan Castile . Dengan demikian, Salib telah menyingkirkan bulan Sabit.

2. Agresi Kolonial Barat


Masa ini dimulai pada abad ke-19 ketika Eropa mendominasi dunia. Dalam abad ke 19 dan
awal abad 20 , didorong oleh kebutuhan ekonomi industri terhadap bahan-bahan baku dan
pemasarannya , dan juga oleh kompetisi politik ekonomi satu sama lain, negara-negara Eropa
menegakkan kerajaan teroterial dunia. Belanda menjajah Indonesia; Rusia mengambil Asia
Dalam; Inggris mengkonsolidasi kerajaan mereka di India dan Afrika, dan mengontrol sebagian
Timur tengah, Afrika Timur, Nigeria, dan sebagian Afrika Barat.
Pada permulaan abad ke-20 kekuatan Eropa hampir menguasai seluruh dunia Islam .
Dengan didukung oleh pertumbuhan produksi pabrik dalam skala dan perubahan yang besar serta
dengan metode komunikasi ditandai dengan ditemukannya kapal uap, kereta api, dan telegrap.
Eropa telah siap untuk melakukan ekspansi perdagangan. Kesemuanya ini diiringi dengan
peningkatan kekuatan angkatan bersenjata dari negara-negara besar Eropa; akibatnya Aljazair
menjadi negara Arab pertama yang ditaklukkan oleh perancis (1830-1847 M). Negeri-negeri
Islam dan masyarakatnya pada waktu itu tidak lengkap lagi hidup dalam keadaan stabil serta
tidak mapan sistem kebudayaannya sehingga keperluan mereka yang mendesak adalah
bagaimana menggerakkan kekuatan agar selamat dari dominasi bangsa lain.Kerajaan
Utsmaniyah misalnya, harus mengadopsi metode-metode baru dalam pengorganisasian militer,
administrasi dan kode-kode hukum pola Eropa, dan begitu juga yang dilakukan oleh dua
penguasa otonomi dari propinsi kerajaan tersebut, Mesir dan Tunisia .
Begitu seterusnya agresi kolonial barat yang meyebabkan perubahan demi perubahan dalam
kejayaan Islam , banyak yang ternetralisir dengan sistem kebudayaan barat.

3. Penetrasi Barat Terhadap Dunia Islam


Pengaruh Eropa terhadap dunia Islam menyadarkan para pemimpin kerajaan Utsmaniyah
untuk mengadakan perubahan . Begitu pun pada masa Sultan Mahmud II padatahun 1820-an,
sejumlah kecil para pejabat yang menyadari perlu adanya perubahan mengambil keputusan –
keputusan yang cukup penting.
Di Kairo, sepeninggal tentara Perancis, kekuasaan diambillah oleh Muhammad Ali (1805-
48), orang Turki dari Macedonia yang dikirim oleh kerajaan Utsmaniyah melawan Perancis .
Dari uraian-uraian di atas, dapat ditarik gambaran bahwa pada abad ke-19 dan awal abad ke-20
dunia Islam hampir seluruhnya berada dalam koloni barat , kecuali Hijaz , Persia, dan
Afghanistan . Dunia Islam lainnya yang membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan
negeri-negeri kolonial yang dijadikan “sapi perahan” untuk kemakmurann bangsa barat.
Apabila kita menyimak secara seksama tentang faktor-faktor yang mendorong kemajuan
umat Islam di masa lalu, maka kita akan sepakat bahwa faktor-faktor tersebut kini mulai sirna
dan tidak melekat lagi pada umat Islam, tinggal puing-puingnya saja, dan hanya menjadi
kenangan sejarah masa lalu.

FAKTOR PENYEBAB KEMUNDURAN ISLAM

Setelah mengetahui asas kebangkitan peradaban Islam kini kita perlu mengkaji sebab-sebab
kemunduran dan kejatuhannya. Dengan begitu kita dapat mengambil pelajaran dan bahkan
menguji letak kelemahan, kekuatan, kemungkinan dan tantangan (SWOT). Kemunduran suatu
peradaban tidak dapat dikaitkan dengan satu atau dua faktor saja. Karena peradaban adalah
sebuah organisme yang sistemik, maka jatuh bangunnya suatu perdaban juga bersifat sistemik.
Artinya kelemahan pada salah satu organ atau elemennya akan membawa dampak pada organ
lainnya. Setidaknya antara satu faktor dengan faktor lainnya – yang secara umum dibagi menjadi
faktor eksternal dan internal – berkaitan erat sekali. Untuk itu, akan dipaparkan faktor-faktor
ekternal terlebih dahulu dan kemudian faktor internalnya.
Untuk menjelaskan faktor penyebab kemunduran umat Islam secara eksternal kita rujuk
paparan al-Hassan yang secara khusus menyoroti kasus kekhalifahan Turkey Uthmani, kekuatan
Islam yang terus bertahan hingga abad ke 20. Faktor-faktor tersebut adalah sbb:
1. Faktor ekologis dan alami
Kondisi tanah di mana negara-negara Islam berada adalah gersang, atau semi gersang,
sehingga penduduknya tidak terkonsentrasi pada suatu kawasan tertentu. Kondisi ekologis ini
memaksa mereka untuk bergantung kepada sungai-sungai besar, seperti Nil, Eufrat dan Tigris.
Secara agrikultural kondisi ekologis seperti ini menunjukkan kondisi yang miskin. Kondisi ini
juga rentan dari sisi pertahanan dari serangan luar. Faktor alam yang cukup penting adalah
Pertama, Negara-negara Islam seperti Mesir, Syria, Iraq dan lain-lain mengalami berbagai
bencana alam. Antara tahun 1066-1072 di Mesir terjadi paceklik (krisis pangan) disebabkan oleh
rusaknya pertanian mereka. Demikian pula di tahun 1347-1349 terjadi wabah penyakit yang
mematikan di Mesir, Syria dan Iraq. Kedua, letak geografis yang rentan terhadap serangan
musuh. Iraq, Syria, Mesir merupakan target serangan luar yang terus menerus. Sebab letak
kawasan itu berada di antara Barat dan Timur dan sewaktu-waktu bisa menjadi terget invasi
pihak luar.
2. Faktor eksternal.
Faktor eksternal yang berperan dalam kajatuhan peradaban Islam adalah Perang Salib, yang
terjadi dari 1096 hingga 1270, dan serangan Mongol dari tahun 1220-1300an. “Perang Salib”,
menurut Bernard Lewis, “pada dasarnya merupakan pengalaman pertama imperialisme barat
yang ekspansionis, yang dimotivasi oleh tujuan materi dengan menggunakan agama sebagai
medium psikologisnya.” Sedangkan tentara Mongol menyerang negara-negara Islam di Timur
seperti Samarkand, Bukhara dan Khawarizm, dilanjutkan ke Persia (1220-1221). Pada tahun
1258 Mongol berhasil merebut Baghdad dan diikuti dengan serangan ke Syria dan Mesir.
Dengan serangan Mongol maka kekhalifahan Abbasiyah berakhir.

3. Hilangnya Perdagangan Islam Internasional dan munculnya kekuatan Barat


Pada tahun 1492 Granada jatuh dan secara kebetulan Columbus mulai petualangannya. Dalam
upayanya mencari rute ke India ia menempuh jalur yang melewati negara-negara Islam. Pada
saat yang sama Portugis juga mencari jalan ke Timur dan juga melewati negara-negara Islam. Di
saat itu kekuatan ummat Islam baik di laut maupun di darat dalam sudah memudar. Akhirnya
pos-pos pedagangan itu dengan mudah dikuasai mereka. Pada akhir abad ke 16 Belanda, Inggris
dan Perancis telah menjelma menjadi kekuatan baru dalam dunia perdagangan. Selain itu,
ternyata hingga abad ke 19 jumlah penduduk bangsa Eropa telah meningkat dan melampaui
jumlah penduduk Muslim diseluruh wilayah kekhalifahan Turkey Uthmani. Penduduk Eropa
Barat waktu itu berjumlah 190 juta, jika ditambah dengan Eropa timur menjadi 274 juta;
sedangkan jumlah penduduk Muslim hanya 17 juta. Kuantitas yang rendah inipun tidak
dibarengi oleh kualitas yang tinggi.
Sebagai tambahan, meskipun Barat muncul sebagai kekuatan baru, Muslim bukanlah
peradaban yang mati seperti peradaban kuno yang tidak dapat bangkit lagi. Peradaban Islam
terus hidup dan bahkan berkembang secara perlahan-lahan dan bahkan dianggap sebagai
ancaman Barat. Sesudah kekhalifahan Islam jatuh, negara-negara Barat menjajah negara-negara
Islam. Pada tahun 1830 Perancis mendarat di Aljazair, pada tahun 1881 masuk ke Tunisia.
Sedangkan Inggris memasuki Mesir pada tahun 1882. Akibat dari jatuhnya kekhalifahan Turki
Uthmani sesudah Perang Dunia Pertama, kebanyakan negara-negara Arab berada dibawah
penjajahan Inggris dan Perancis, demikian pula kebanyakan negara-negara Islam di Asia dan
Afrika. Setelah Perang Dunia Kedua kebanyakan negara-negara Islam merdeka kembali, namun
sisa-sisa kekuasaan kolonialisme masih terus bercokol. Kolonialis melihat bahwa kekuatan Islam
yang selama itu berhasil mempersatukan berbagai kultur, etnik, ras dan bangsa dapat
dilemahkan. Yaitu dengan cara adu domba dan tehnik divide et impera sehingga konflik intern
menjadi tak terhindarkan dan akibatnya negara-negara Islam terfragmentasi menjadi negeri-
negeri kecil.
Itulah di antara faktor-faktor eksternal yang dapat diamati. Namun analisa al-Hassan di atas
berbeda dari analisa Ibn Khaldun. Bagi Ibn Khaldun justru letak geografis dan kondisi ekologis
negara-negara Islam merupakan kawasan yang berada di tengah-tengah antara zone panas dan
dingin sangat menguntungkan. Di dalam zone inilah peradaban besar lahir dan bertahan lama,
termasuk Islam yang bertahan hingga 700 tahun, India, China, Mesir dll. Menurut Ibn Khaldun
faktor-faktor penyebab runtuhnya sebuah peradaban lebih bersifat internal daripada eksternal.
Suatu peradaban dapat runtuh karena timbulnya materialisme, yaitu kegemaran penguasa dan
masyarakat menerapkan gaya hidup malas yang disertai sikap bermewah-mewah. Sikap ini tidak
hanya negatif tapi juga mendorong tindak korupsi dan dekadensi moral. Lebih jelas Ibn Khaldun
menyatakan:
Tindakan amoral, pelanggaran hukum dan penipuan, demi tujuan mencari nafkah meningkat
dikalangan mereka. Jiwa manusia dikerahkan untuk berfikir dan mengkaji cara-cara mencari
nafkah, dan untuk menggunakan segala bentuk penipuan untuk tujuan tersebut. Masyarakat lebih
suka berbohong, berjudi, menipu, menggelapkan, mencuri, melanggar sumpah dan memakan
riba.Tindakan-tindakan amoral di atas menunjukkan hilangnya keadilan di masyarakat yang
akibatnya merembes kepada elit penguasa dan sistem politik. Kerusakan moral dan penguasa dan
sistem politik mengakibatkan berpindahnya Sumber Daya Manusia (SDM) ke negara lain
(braindrain) dan berkurangnya pekerja terampil karena mekanimse rekrutmen yang terganggu.
Semua itu bermuara pada turunnya produktifitas pekerja dan di sisi lain menurunnya sistem
pengembangan ilmu pengertahuan dan ketrampilan.
Dalam peradaban yang telah hancur, masyarakat hanya memfokuskan pada pencarian
kekayaan yang secepat-cepatnya dengan cara-cara yang tidak benar. Sikap malas masyarakat
yang telah diwarnai oleh materialisme pada akhirnya mendorong orang mencari harta tanpa
berusaha. Secara gamblang Ibn Khaldun menyatakan:
…..mata pencaharian mereka yang mapan telah hilang…. jika ini terjadi terus menerus, maka
semua sarana untuk membangun peradaban akan rusak, dan akhirnya mereka benar-benar akan
berhenti berusaha. Ini semua mengakibatkan destruksi dan kehancuran peradaban.
Pada Intinya, dalam pandangan Ibn Khaldun, kehancuran suatu peradaban disebabkan oleh
hancur dan rusaknya sumber daya manusia, baik secara intelektual maupun moral. Contoh yang
nyata adalah pengamatannya terhadap peradaban Islam di Andalusia. Disana merosotnya
moralitas penguasa diikuti oleh menurunnya kegiatan keilmuan dan keperdulian masyarakat
terhadap ilmu, dan bahkan berakhir dengan hilangnya kegiatan keilmuan. Di Baghdad
keperdulian al-Ma’mun, pendukung Mu’tazilah dan al-Mutawakkil pendukung Ash’ariyyah
merupakan kunci bagi keberhasilan pengembangan ilmu pengetahuan saat itu.
Jatuhnya suatu peradaban dalam pandangan Ibn Khaldun ada 10, yaitu:
1) Rusaknya moralitas penguasa
2) Penindasan penguasa & ketidak adilan
3) Despotisme atau kezaliman
4) Orientasi kemewahan masyarakat
5) Egoisme
6) Opportunisme
7) Penarikan pajak secara berlebihan
8) Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat
9) Rendahnya peran masyarakat terhadap agama
10) Penggunaan pena & pedang secara tidak tepat.
Kesepuluh poin ini lebih mengarah kepada masalah-masalah moralitas masyarakat khususnya
penguasa. Nampaknya, Ibn Khaldun berpegang pada asumsi bahwa karena kondisi moral di atas
itulah maka kekuatan politik, ekonomi dan sistem kehidupan hancur dan pada gilirannya
membawa dampak terhadap terhentinya pendidikan dan kajian-kajian keislaman, khususnya
sains. Menurutnya “ketika Maghrib dan Spanyol jatuh, pengajaran sains di kawasan Barat
kekhalifahan Islam tidak berjalan.” Namun dalam kasus jatuhnya Baghdad, Basra dan Kufah ia
tidak menyatakan bahwa sains dan kegiatan saintifik berhenti atau menurun, tapi berpindah ke
bagian Timur kekhalifahan Baghdad, yaitu Khurasan dan Transoxania.

KEMUNDURAN ISLAM ERA SEKARANG


Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab kemunduran dan kemerosotan umat Islam
pada era sekarang yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di antaranya Amir Syakib
Arsalan dalam kitabnya Limadzaa Ta’akkhara al-Muslimuuna Wa Limaadzaa Taqaddama al-
Ghayruuna. Dengan tegas beliau mengemukakan beberapa faktor penyebab yang terbesar dan
terpenting sebagai faktor kemunduran umat Islam, yaitu:
1. Kebodohan
Kebodohan inilah yang menyebabkan umat Islam mudah sekali dibohongi dan diombang-
ambingkan, sebab tidak bisa membedakan mana yang merugikan dan mana yang
menguntungkan

2. Kerusakan Budi Pekerti


Umat Islam telah kehilangan perangai sebagaimana yang telah diperintahkan oleh al-Qur’an,
meninggalkan akhlaq mulia yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat serta
salaf al-Shalihin. Budi pekerti mulia sungguh sangat besar peranannya dalam rangka
membangun umat dan bangsa. Dalam pada itu, Syauki Beik telah mengingatkan: ”sesungguhnya
umat-umat itu tidak lain melainkan budi pekerti. Selama budi pekerti itu tetap ada pada sebuah
umat maka umat itu tetap ada, dan jika budi pekerti itu lenyap maka mereka pun ikut lenyap.”

3. Kebejatan Moral dan kerusakan budi pekerti para pemimpinnya.


Munculnya pemimpin diktator dan otoriter yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat
dan mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan rakyat dan menumpas golongan/
kelompok yang ingin meluruskan perbuatan mereka

4. Sikap penakut dan pengecut


Dahulu, umat Islam terkenal sebagai umat pemberani, dapat mengalahkan musuh yang
berlipat ganda jumlahnya. Namun sekarang, uamt Islam dilandasi rasa takut, dan rasa takut itulah
yang menyebabkan umat Islam menjadi penakut dan pengecut.

Menurut Lotrop Stodart dalam bukunya ”the New World of Islam” telah mengemukakan
beberapa faktor penyebab kemunduran umat Islam yang secara ringkas dapat diurai berikut ini:
a. Kambuhnya rasa permusuhan di kalangan umat Islam;
b. Rusaknya ajaran Islam, akibatr dari bermacam-macam penafsiran yang menyimpang sari
esensi ajaran Islam
c. Sikap jumud/beku yang dialamai umat Islam, dengan menyelubungi ketauhidan yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan khurafat dan faham kesufian
d. Merosotnya akhlak dan kehormatan diri.
Dalam kenyataan yang ada pada saat ini, kita lihat dan rasakan upaya-upaya untuk
memundurkan umat Islam yang dilakukan dengan serius dan sistematik, yaitu di antaranya
dengan jalan:
1. Menjauhkan umat Islam dari al-Qur’an
2. Menghancurkan akhlak umat Islam
3. Memecah belah persatuan & kesatuan umat Islam
4. Menanamkan keraguan terhadap ajaran Islam
5. Merintangi kemajuan umat Islam.
Hal-hal di atas merupakan faktor-faktor penyebab bagi kemunduran umat Islam menurut
beberapa ahli yang akibatnya umat Islam diremehkan dan tidak lagi disegani oleh umat lain.
Umat Islam menduduki peringkat bawah dan hanya sebagai pengikut, bukan sebagai pemimpin,
sehingga mudah sekali dikendalikan dan diombang-ambingkan, dan pada gilirannya satu sama
lain mudah diadu domba. Inilah yang mengakibatkan umat Islam berantakan, tidak sempat
mengejar ketertinggalan.

Anda mungkin juga menyukai