Anda di halaman 1dari 3

Kisah Barbados: Republik Baru, Lepas dari Inggris Usai 396 Tahun

Gian Abdul Rahim (181010427)

Orang Inggris pertama berlabuh di Barbados pada 1625 dan resmi mendirikan koloni
dua tahun kemudian. Melansir tulisan Robert C. Batie dalam bunga rampai Caribbean Slavery in
the Atlantic World (2000), awalnya Inggris mengembangkan tembakau, kapas, dan jahe. Sekitar
dua dekade kemudian, ketika harga daun tembakau mulai jatuh, tanaman tebu digalakkan dan
terbukti cepat jadi primadona. Sepanjang 1655, Barbados berhasil mengirimkan 7.787 ton gula
ke Inggris. Pada abad ke-17, mereka telah dipandang sebagai koloni paling menguntungkan di
seluruh dunia.

Namun, siapakah yang bisa dieksploitasi di perkebunan tebu, komoditas tani yang
pengolahannya kompleks dan menguras tenaga? Tidak lain adalah para budak.

Kala itu saudagar Inggris sudah punya akses ke sentra jual beli budak di pesisir barat
Afrika. Disokong oleh permintaan tinggi akan pekerja di Barbados, mereka mengirimkan kapal
berisi orang-orang dari Angola, Guinea-Bissau, dan Tanjung Verde. Sebagian pernah bekerja
untuk perkebunan di teritori jajahan Portugis sehingga dianggap imun dari virus penyebab
demam kuning yang sempat membunuh ribuan orang di perkebunan Barbados selama wabah
pada 1647.

Semenjak itulah Inggris membangun sistem ekonomi tebu berbasis masyarakat budak
di Barbados—kelak menjadi model bagi sistem perbudakan di seluruh Karibia dan Amerika
Utara. Dari jutaan orang Afrika yang diboyong menyeberangi Samudra Atlantik ke kawasan
Amerika, diperkirakan 500 ribu orang diangkut oleh kapal-kapal Inggris ke Barbados.

Orang kulit hitam dieksploitasi habis-habisan sehingga rentan terserang penyakit.


Menurut studi terhadap kerangka-kerangka budak yang dikubur di selatan pulau, Newton Slave
Burial Ground, banyak yang meninggal dunia karena infeksi penyakit akibat tuberkulosis,
tetanus, disentri, dan kusta, sementara usia harapan hidup hanya berkisar 18 tahun. Kematian
mereka pada intinya disebabkan oleh kehidupan penuh tekanan atau “stres ekstrem”.

Seiring waktu, populasi budak kulit hitam di Barbados bertambah dan sebagian dari
mereka mulai menuntut emansipasi. Aksi protes terbesar meletus pada 1816, dipimpin oleh
budak bernama Bussa dan diikuti sekitar 400 orang. Dalam waktu singkat, Bussa dan separuh
lebih pengikutnya dieksekusi oleh pasukan kolonial (pada 1998 atau sekitar 180 tahun
kemudian, Parlemen Barbados mengangkat Bussa sebagai satu dari sepuluh pahlawan
nasional).

Meskipun praktik perbudakan sudah dihapuskan pada 1834, orang-orang kulit hitam di
Barbados masih hidup nelangsa dan tertindas di bawah kuasa kulit putih. Situasi ekonomi yang
susah di kalangan para pekerja kulit hitam kelak menyulut aksi protes pada 1876 dan 1937.

Seiring protes pecah pada 1937, gerakan untuk mengadvokasi kesejahteraan buruh
semakin kuat. Tahun itu pula Partai Buruh Barbados didirikan oleh Grantley Adams--yang kerap
dipanggil Bapak Demokrasi. Perjuangan mereka membuahkan hak pilih universal pada 1951,
ketika semua orang dewasa, apa pun latar belakang etnis dan sosio-ekonominya, bisa
memberikan suara saat pemilu. Sebelum itu, hanya pemilik properti dan orang kaya yang diberi
ruang.

Saat gelombang dekolonisasi menyapu dunia pada abad ke-20, tahun 1966 Barbados
lepas dari Inggris. Meskipun sudah merdeka, mereka masih mengangkat Ratu Inggris sebagai
kepala negara. Seiring itu, kebijakan-kebijakan era kolonial tetap meninggalkan jejak, seperti
Hukum Kontrak yang melarang pembelian lahan di kalangan mantan budak dan keturunannya.
Dampak dari kebijakan itu masih terasa sampai 1970, ketika 77 persen tanah di Barbados
dikuasai oleh 10 persen pemilik lahan terkaya.
Kini, setelah lebih dari setengah abad sejak merdeka, Ratu Inggris tak lagi menjadi
simbol pengayom bagi 300 ribu orang di pulau yang tak sampai seluas Jakarta itu. Logika bahwa
rakyat Barbados harus diwakili oleh monarki Inggris memang sudah tidak relevan mengingat
Inggris tak lagi berkuasa atas Barbados, di samping Ratu Elizabeth II dan anak-cucunya memang
tidak pernah hidup berdampingan dengan masyarakat yang sehari-hari menghirup udara di
sana.

Anda mungkin juga menyukai