Anda di halaman 1dari 6

DINAMIKA SUKU ABORIGIN DAN PERBUDAKAN DI AUSTRALIA

Muchlis Fauzan Ramadani 20407141037 Sej. Australia dan Oceania A

PENDAHULUAN

Penjelajahan oleh bangsa barat memberikan pengetahuan tentang peta bagi


dunia luas. Daratan yang dulunya hanya sebuah konsep belaka ternyata memang
ada. Seperti benua Australia yang dianggap sebagai daratan penyeimbang belahan
bumi oleh bangsa barat. Mereka kemudian berbondong-bondong untuk berlayar ke
Australia, tak terkecuali orang-orang dari Inggris. Mereka datang dan
bersinggungan dengan penduduk asli Australia yang dinamakan sebagai suku
Aborigin. Untuk mendirikan koloni di Australia, para orang barat dari Inggris
melakukan pembantaian kepada suku lokal dan menyingkirkan mereka ke daerah
pegunungan. Ketika berlangsung pemerintahan Inggris di Australia, mereka juga
dijadikan objek perbudakan oleh pengusaha dari barat. Mereka dijadikan objek
perbudakan karena memiliki tingkat pengetahuan yang rendah dan dinilai tidak
akan melawan majikannya. Perbudakan suku lokal ini terus berlangsung bahkan
sampai zaman modern.

PEMBAHASAN

Penduduk Australia yang sering dilihat dimasa sekarang bukanlah orang-


orang Asli yang berasal dari Australia. Awalnya mereka adalah pendatang dari
benua Eropa dan mendirikan pemukiman di Australia hingga beranak cucu dan
terus menetap di Australia. Penduduk Asli Australia adalah Suku Aborigin yang
telah bertempat tinggal di benua Australia sejak 50.000 tahun yang lalu. Menurut
penelitian yang telah dikaji, Suku Aborigin ini tinggal di sebuah daratan yang sangat
luas dan terhubung dari Papua hingga Australia. Karena adanya seleksi alam pulau
Papua dan Australia akhirnya terpisah.
Ketika tahun 1700-an, Inggris datang ke Australia dan mendirikan koloni
disana. Suku Aborigin dikenal oleh bangsa barat sebagai suku yang bar-bar karena
mereka mencoba untuk mengusir bangsa asing yang datang ke daratan Australia.
Inggris mencoba masuk dengan paksa dan coba dihalangi oleh Suku Aborigin,
alhasil kerusuhan pun terjadi. Suku Aborigin mengalami pembantaian yang
besarbesaran karena kalah sumber daya manusia daripada Inggris. Sekitar 20.000
Suku Aborigin dilaporkan tewas karena perebutan wilayah tersebut. Alhasil Suku
Aborigin tersebut dipaksa harus dipaksa menjauh ke pedalaman untuk menghindar
dari pasukan Inggris.

Permasalahan Inggris dan Suku Aborigin terus berlanjut, mereka


menjadikan orang asli Australia sebagai budak yang akan melayani para pendatang
dari barat. Pada tahun 1863, terjadi peristiwa kekurangan kapas di seluruh dunia
akibat adanya Perang Saudara Amerika. Robert Towns seorang pengusaha membeli
property di sekitar Sungai Logan dan menanam 400 hektar tanaman kapas disana.
Besarnya tanah yang akan digunakan tersebut membuat Robert membutuhkan
banyak tenaga kerja untuk mengurus tanaman kapas. Ia bekerja sama dengan
Kapten Grueber untuk merekrut tenaga kerja dari Kepulauan Laut Selatan ke
Pelabuhan Brisbane pada Agustus 1863. Para tenaga kerja tersebut merupakan
penduduk dengan ras Melanesia dan diangkut secara paksa untuk menjadi budak
para pengusaha. Robert Towns diperkirakan membawa pekerja sekitar 400 orang
ke Townsvale dengan kontrak kerja hingga tiga tahun. Mereka dating menggunakan
kapal Uncle Tom dan Black Dog.

Sekitar tahun 1860-1870-an, orang Aborigin diculik dan dikeluarkan dari


rumah mereka untuk menjadi budak pekerja di sebuah peternakan sapi dan domba
di seluruh Australia. Dalam laporan yang termuat dalam pemerintahan Queensland
juga menyebutkan bahwa orang Aborigin yang bekerja tidak diberi batas untuk
istirahat.Violet West merupakan salah satu korban yang menjadi saksi kekejaman
Inggris atas Suku Aborigin. Ia bercerita bahwa pernah diculik bahkan sejak belum
cukup umur dan dijadikan budak. Mereka yang diculik akan ditampung di rumah
sekitar Kota Cootamundra dan mereka diajarkan beberapa pekerjaan yang dapat
melayani orang kulit putih. Dalam pengakuannya, ia pernah mencoba kabur namun
tertangkap oleh penjaga. Violet lalu dikunci di sebuah ruangan selama beberapa hari
dan tidak mendapat makanan dan tidur tanpa alas.

Sebenarnya sejak tahun 1868, pemerintahan Queensland sudah mencoba


untuk mengatur perekrutan tenaga kerja. Dikatakan bahwa pemerintah
mengeluarkan kebijakan yang isinya adalah mengatur dari para kapal pedagang
yang memiliki budak harus memiliki catatan resmi dari pemerintah dan harus
disetujui oleh pemerintah. Para budak ini juga harus direkrut secara sukarela dan
tidak direkrut secara paksa.Sekitar awal tahun 1900-an di Queensland, suku
Aborigin tercatat hanya mendapat gaji sebesar 3% dari pekerja orang kulit putih,
meskipun orang Aborigin ini dinilai lebih handal dalam melakukan pekerjaannya.
Mereka para orang suku Aborigin hidup dengan tekanan batin yang sangat tinggi,
di peternakan Northern territory mereka hidup bagaikan hewan ternak. Mereka
harus menggunakan air dari bak ternak dan mereka tidak diberi makan oleh
majikannya hanya diberi makanan yang minim.

Sebenarnya di Queensland pada tahun 1897 terbit Undang-Undang


Perlindungan dan Pembatasan Penjualan Candu Aborigin. Setalahnya terbit juga
Undang-Undang yang mengizinkan protector Aborigin menyimpan gaji para budak
yang tidak pernah dibayarkan. Mulai tahun tersebut, tidak ada pengusaha yang bisa
memperkerjakan suku lokal di Queensland tanpa persetujuan protector. Protector
sendiri merupakan bagian yang berasal dari kepolisian setempat maupun pejabat
pemerintahan yang memiliki kendali penuh atas kontrak dengan majikan. Namun
ada jua protector yang curang dengan cara mereka bekerjasama dengan majikan,
penggembala, untuk membayarkan gaji yang lebih rendah bahkan tidak membayar
pekerja Aborigin. Mereka yang menolak untuk patuh akan bekerja di penjara, dan
diancam untuk dipindahkan maupun tidak diberikan makanan untuk hidup.

Sementara itu penduduk Aborigin yang berasal dari Kepulauan Selat Torres
digunakan sebagai tenaga yang tidak berbayar diberbagai sektor industri
penggembalaan, beche-de-mer, mutiara, pelacuran, hingga untuk membantu bagia
rumah tangga. Mereka yang bekerja dalam industri ini ternyata diberi akses mudah
untuk mendapat komoditas murah seperti tembakau, rum, pakaian kotor, tepung dan
jeroan.

Menurut penelitian, ada sekitar 15.000 orang yang menjadi budak illegal di
Australia pada tahun 2016. Atas banyaknya pelanggaran yang terjadi di Australia
kepada suku Aborigin dan suku lainnya, pemerintah menetapkan Undang-Undang
Perbudakan Modern 2018 ke dalam Undang-Undang Australia. Hal ini didasari oleh
kekhawatiran maraknya budak di sector pertanian.

Namun sejarah perbudakan di Australia ini ternyata disangkal oleh PM


Australia, Scott Morrison. Ia mengklaim pernyataan tersebut Ketika mengikuti
diskusi tentang sejarah pendudukan Inggris di Australia. Ia mangatakan bahwa
Australia tidak memiliki sejarah perbudakan yang digaungkan oleh para peneliti.
Namun ia mengakui bahwa masa pendudukan Inggris adalah masa yang kelam di
benua Australia. Hal ini tentunya menuai kritikan dari para peneliti yang
mengatakan bahwa sejarah perbudakan sangat marak di Australia dan didukung
oleh bukti-bukti yang snagat jelas.
KESIMPULAN

Keberadaan Suku Aborigin di Australia menjadi tersisih seiring datangnya


Inggris di Australia. Mereka dibantai oleh pasukan Inggris karena mempertahankan
tanah kelahiran mereka. Orang-orang suku Aborigin yang tersisa harus dipaksa
menyisih menghindari orang Inggris karena ketakutan tersendiri. Tak hanya
tersisih, mereka yang tersisa dipaksa menjadi budak untuk melayani para pengusaha
dari barat. Mereka diculik oleh broker dan ditempatkan di penampungan kemudian
dijual kepada pengusaha. Mereka diperlakukan seperti hewan dan mendapatkan
gaji yang sangat tidak sepadan dari apa yang mereka kerjakan. Akibat adanya
praktik perbudakan tersebut menyebabkan beberapa korban harus menderita
kematian. Atas sejarah yang kelam tersebut, pada awal abad ke-21 dicetuskan
sebuah Undang-undang yang mengatur tentang perbudakan modern.
DAFTAR PUSTAKA

Burn, J., & Simmons, F. (2006). Trafficking and slavery in Australia: An evaluation
of victim support strategies. Asian and Pacific Migration Journal, 15(4),
553-570.

Nugraha, M. T. (2015). Perbudakan Modern (Modern Slavery)(Analisis Sejarah


Dan Pendidikan). dalam Jurnal al-Turāts, Nomor, 1.

Pramadiba Musaharun, Istman. 2020. PM Australia Sangkal Perbudakan dan


Tolak Penurunan Patung. https://dunia.tempo.co/read/1352436/pm-
australiasangkal-perbudakan-dan-tolak-penurunan-patung Diakses pada
tanggal
26/05/2023

Anda mungkin juga menyukai