Anda di halaman 1dari 2

Bentuk kebijakan multikulturalisme di Australia

Australia merupakan benua terkecil dan berada di bagian selatan bumi, penduduk asli Australia
benua Australia adalah suku Aborigin. Suku Aborigin merupakan sekelompok manusia berkulit
hitam yang tiba pertama kali di benua Australia, kehadiran mereka diperkirakan berasal dari
wilayah daratan Asia Tenggara. semula mereka sempat singgah di daratan Irian, namun akhirnya
mereka meneruskan perjalanan ke wilayah Australia. Melalui perahu kano dan berjalan kaki,
namun akhirnya mereka meneruskan perjalanan ke wilayah Autralia dan membanjiri daerah-
daerah subur untuk memenuhi kebutuhan mereka (Ward, 1982:9).

Bangsa eropa melakukan penjelajahan yang membawa mereka sampai ke benua australia.
Bangsa penjelajah pertama yang tiba di benua ini adalah bangsa Portugis. Namun orang Portugis
hanya singgah sebentar di benua ini, hal ini dikarenakan mereka mendatangi daratan yang
kering, sehingga bangsa ini merasa belum cocok dan lebih memilih untuk meneruskan pelayaran
dan menemukan daerah yang cocok. Bangsa belanda adalah bangsa kedua yang tiba di benua
australia setelah bangsa portugis. Willem Jansz berhasil sampai di wilayah Australia sebagai
awak kapal yang disebut kapal Duyfen. Willem jansz berhasil menapakkan kakinya wilayah
teluk Carpentaria, kemudian disusul oleh Abel Tasman yang sempat tinggal di wilayah Tasmania
bagian barat dan mengklaim teritori tersebut untuk negaranya dengan diberi nama van diemn’s
land (Clark, 1983:12).

Lalu, bangsa inggris datang bersama kapten Arthur yang mendapat titah untuk membawa ratusan
narapidana dari negaranya ke sebuah daerah baru. Dipilihlah Australia yang mereka anggap
wilayah tak bertuan, maka dimulailah pemukiman-pemukiman Inggris di Australia, yang
membawa sejarah baru bagi bangsa ini. Semenjak kedatangan banyak imigran yang datang dari
berbagai negara, jumlah suku Aborigi sudah tidak banyak lagi karena terdesak oleh para
pendatang. Suku Aborigin juga sempat tidak mendapatkan tempat karena kemampuan
bersaingnya dengan orang kulit putih rendah. Pendidikan pun tidak sepenuhnya didapatkan
karena suku Aborigin tidak diprioritaskan oleh pemerintah.

Terpilihnya Perdana Menteri Whitlam membawa perubahan baru bagi kehidupan suku Aborigin.
PM Whitlam mencetuskan kebijakan Multikulturalisme untuk pertama kalinya pada tahun 1972
karena PM Whitlam melihat bahwa Autralia yang memiliki warga ngera yang beragam dari
berbagai latar belakang bangsa, ras, budaya dan bahasa yang berbeda membawa ia untuk
mengikuti kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Kanada yaitu multikulturalisme. Dengan
kebijakan multikulturalisme inilah akhirnya suku Aborigin mendapatkannya haknya seperti,
kepemilikan tanah, kesejahteraan, pendidikan dan lapangan pekerjaan yang diurus dan di atur
oleh pemerintah. PM Whitam memberikan kebebasan kepada setiap etnis untuk
mengekspresikan kebudayaan nenek moyangnya. Kemudian kebijakan ini diteruskan oleh
penggatinya yaitu PM Fraser yaitu menekankan pada hak untuk mempertahankan budaya asli
tiap-tiap etnis. Selanjutnya pada masa PM Hawke dibentuk kantor urusan Multikultural (Office
of multicultural Affairs-OMA). Harapan hawke dengan adanya kebijakan ini para imigran dapat
berpartisipasi dalam pembangunan Australia.

Pada masa John Howard hak-hak warga australia dijamin melalui kebijakan toleransi rasial yang
isinya antara lain : persamaan hak bagi masyarakat Australia untuk mendapatkan perlakuan yang
sama tanpa perbedaan ras, warna kulit serta asal-usul.

DAFTAR PUSTAKA

 Poetrie, S.T.R., 2013. DISKRIMINASI IMIGRAN KULIT PUTIH BERWARNA


DALAM MASA KEBIJAKAN MULTIKULTURALISME PASCA PENGHAPUSAN
WHITE AUSTRALIAN POLICY. Lakon: Jurnal Kajian Sastra Dan Budaya, 2(1), pp.1-
9.
 Erlina, M., 2019. Sejarah Dan Perkembangan Multikulturalisme Hingga Penghapusan
White Australia Policy. Zait Geist: Jiwa Zaman, 2(1), pp.33-45.
 Utaminingtyas, D., 2001. Kebijakan Multikultural Di Australia Pada Masa
Kepemimpinan John Howard.

Anda mungkin juga menyukai