Anda di halaman 1dari 6

A.

PENDAHULUAN
Antropologi berasal dari kata Yunani Anthropos yang berarti "manusia" atau
"orang", dan logos yang berarti ilmu. Ilmu ini sendiri lahir atau muncul berawal dari
ketertarikan atau keheranan ilmuan atau orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat
istiadat, budaya yang berbeda (budaya primitive) dari apa yang ada di Eropa. Obyek
Antropolgi itu sendiri adalah manusia namun dalam pengertian manusia sebagai individu
dan cenderung dalam ruang lingkup kebudayaannya, dan hal inilah yang membedakannya
dengan Sosiologi yang oyeknya adalah manusia sebagai masyarakat namun umumnya
tetap membahas tentang manusia.

Perkembangan ilmu antropologi diawali dengan kedatangan bangsa Eropa ke


Afrika, Asia, Amerika, bahkan Australia pada akhir abad ke-15 sampai awal abad ke-16.
Bersamaan dengan perkembangan itu, bangsa Eropa Barat mulai mengkumpul buku yang
mendeskripsikan tentang adat-istidat, susunan masyarakat, bahasa dan berbagai ciri fisik
lainnya dari beragam suku di Afrika, Asia, Amerika, dan Australia. Yang tentunya sangat
menarik bagi bangsa Eropa karena sangat berbeda dengan adat istiadat mereka. Bahan
pengetahuan tadi disebut etnografi, berasal dari kata ethnos yang berarti bangsa. Di Eropa
etnografi sangat menarik perhatian para pelajar. Apa sih etnografi itu? Etnografi Yaitu
berupa gambaran lukisan dan rumusan mengenai suku bangsa tertentu. Sedangkan ilmu
yang mempelajarinya disebut Etnologi.

Pada awal abad ke-19 pehartian terhadap himpunan pengetahuan tentang


masyarakat, adat istiadat dan ciri-ciri fisik bangsa-bangsa di luar Eropa dari pihak dunia
ilmiah menjadi sangat besar, demikian besarnya sehingga timbul usaha-usaha pertama
dari dunia ilmiah untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan pengetahuan etnografi
tadi menjadi satu.1

B. PEMBAHASAN
Pembahasan pertama, terkait permasalahn bangsa Aceh bida kalah dengan
bangsa Belanda ataupun Inggris. Selama menjajah Indonesia, Perang Aceh (1873-1904)
menjadi salah satu pergolakan tersulit dan terlama yang pernah dihadapi Belanda. Setelah

1
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Anek Cipta. Jakarta. 1990
dua dekade lebih tidak mendapatkan hasil yang diinginkan, Belanda memutuskan untuk
mengubah strategi. Belanda akhirnya mengirim Dr. Snouck Hurgronje. Dr. Snouck
Hurgronje ditugasi oleh Belanda untuk memenangkan Perang Aceh dengan cara menjalin
hubungan yang harmonis dengan rakyat Aceh. Tugas Dr. Snouck Hurgronje di Aceh Untuk
menaklukkan Aceh, Belanda akhirnya menempuh jalan dengan mencari rahasia kekuatan
masyarakatnya, terutama yang menyangkut kehidupan sosial-budayanya.

Tokoh yang dikirim oleh Belanda untuk menyelidiki tata negara Aceh agar diketahui
kelemahan rakyat Aceh adalah Dr. Snouck Hurgronje. Dr. Snouck Hurgronje adalah
orientalis ternama berkebangsaan Belanda yang paham tentang agama Islam dan
mempunyai pengalaman bergaul dengan orang-orang Aceh selama di Mekah. Dr. Snouck
Hurgronje dipandang sebagai orang yang tepat untuk terjun ke tengah masyarakat Aceh
dan diberi tugas memecahkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi Belanda dalam
penaklukkan Aceh.

Pada Juli 1891, Dr. Snouck Hurgronje berhasil masuk ke Aceh untuk memelajari
adat-istiadat, kebudayaan, dan ajaran Islam masyarakatnya. Selama menjalankan
kegiatannya di Aceh, nama samaran Dr. Snouck Hurgronje adalah Abdul Gafar. Baca
juga: Perang Aceh: Penyebab, Tokoh, Jalannya Pertempuran, dan Akhir Temuan penting
Dr. Snouck Hurgronje Pada 23 Mei 1892, Dr. Snouck Hurgronje menulis sebuah laporan
kepada pemerintah Belanda yang diberi judul Atjeh Verslag. Laporan tersebut berisi
temuannya selama menyamar dan beberapa cara menaklukkan Aceh berdasarkan pihak
yang akan dihadapi. Meskipun sultan berhasil ditundukkan, bukan berarti para kepala
daerah akan menyerah begitu saja kepada Belanda. Terlebih lagi, pengaruh para ulama
terhadap rakyat sangat kuat. Itulah mengapa, sangat sulit untuk mengalahkan pertahanan
rakyat Aceh yang keyakinan agamanya sangat kuat.

Dr. Snouck Hurgronje juga menyatakan bahwa satu-satunya jalan baik untuk
ditempuh dan akan membawa hasil adalah dengan memecah belah kekuatan yang ada
dalam masyarakat Aceh. Kaum ulama yang memimpin perlawanan harus dihadapi dengan
kekuatan senjata. Terkait masalah ini, Dr. Snouck Hurgronje mengusulkan untuk
mengadakan serangan umum di Aceh yang dipimpin oleh tokoh Belanda yang bernama
J.B van Heutz, Gubernur Sipil dan Militer Aceh. Di samping itu, Belanda akan membuka
kesempatan bagi bangsawan Aceh dan anak-anaknya untuk masuk dalam korps pamong
praja pemerintah kolonial. Beberapa usulan Dr.Snouck Hurgronje kemudian digunakan
oleh Belanda untuk membuat siasat perang yang baru. Penugasan Dr.Snouck Hurgronje
pun terbukti mampu membalikkan keberuntungan Belanda. Pasalnya, beberapa serangan
gerilnya berhasil dipatahkan dan Kesultanan Aceh takluk pada 1903. 2  

Pembahasan kedua, terkait dengan bangsa Eropa dapat diterima oleh suku
Aborigin maupun Indian. Ketika bangsa Eropa pertama kali tiba di Australia, mereka
mengalami kesulitan dalam berkomunikasi dengan suku Aborigin karena bahasa dan
budaya yang berbeda. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa suku Aborigin mulai
berinteraksi dengan bangsa Eropa dan menerima kehadiran mereka. Ada sebuah
kebijakan Asimilasi yang dijalankan secara paksa. Pada periode 1910 hingga 1970 lebih
dari 100 ribu anak-anak Aborigin di rebut dari orangtua nya untuk dapat dipasangkan
dengan orang tua angkat kulit putih. Mereka juga diwajibkan berbahasa Inggris dan
membuang semua kebudayaan Aborigin. Bagi pria Aborigin yang melawan asimilasi maka
polisi berhak melakukan tindak lanjut atas perlakuan Aborigin tersebut, asimilasi ini
berlangsung sampai tahun 1970. Tepat pada 31 maret 2014 lalu, ras Aborigin
menunjukkan keinginan nya untuk merdeka dari Inggris. Mereka ingin mengakhiri
pemerintahan kolonial yang telah berlangsung kurang lebih 200 tahun, dengan mengirim
surat kepada ratu Elizabeth II dan pemerintah Australia.

Beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan suku Aborigin terhadap bangsa


Eropa adalah:

1. Perubahan lingkungan: Kedatangan bangsa Eropa membawa perubahan besar


pada lingkungan dan cara hidup suku Aborigin. Beberapa suku Aborigin melihat
keuntungan dalam perdagangan dan pertukaran budaya dengan bangsa Eropa.

2. Teknologi baru: Bangsa Eropa membawa teknologi baru seperti senjata api, alat
pertanian, dan peralatan lainnya yang membantu suku Aborigin dalam kehidupan
sehari-hari mereka.

3. Penyebaran agama: Beberapa suku Aborigin tertarik dengan agama yang dibawa
oleh bangsa Eropa dan mulai memeluk agama Kristen.

Namun, tidak semua suku Aborigin menerima kehadiran bangsa Eropa dengan
baik. Banyak suku Aborigin mengalami penindasan, kekerasan, dan diskriminasi oleh
2
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto (Eds). (2008). Sejarah Nasional Indonesia IV: Kemunculan
Penjajahan di Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
bangsa Eropa. Hal ini menyebabkan konflik dan ketegangan antara suku Aborigin dan
bangsa Eropa yang berlangsung selama beberapa abad.

Suku Indian Amerika merupakan penduduk pribumi benua Amerika, mereka sudah
ada di belahan dunia tersebut sejak sekitar 15.000-20.000 tahun yang lalu, namun pada
abad ke 15 para penjelajah kulit putih yang dipimpin Christoper Colombus datang ke
Amerika, dan semenjak itu terjadi konflik panjang yang terjadi selama berabad abad antara
suku Indian Amerika dengan pendatang kulit putih dimana mereka memperebutkan
wilayah kekuasaan untuk suku mereka dan koloni mereka. Perselisihan antar dua
golongan ini terus berlangsung hingga akhirnya pada abad ke -19 hanya sekitar dua ratus
ribu jiwa suku Indian yang tersisa, dari yang awalnya 15 juta jiwa pada abad ke- 15, hal ini
selain di akibatkan oleh perang juga diakibatkan oleh banyaknya kasus genosida 3 dan
penyakit4 yang dibawa oleh para pendatang terhadap penduduk Indian.

Mereka dipaksa tinggal dalam sebuah reservasi 5 dilahan yang tidak


menguntungkan bagi pendatang kulit putih seperti lahan yang tidak subur dan terisolasi
dari dunia luar, akibatnya masyarakat Indian kehilangan aspek penting dari kebudayaan
mereka yaitu hidup yang terfokus pada keakraban komunitas dan juga terpaksa
meninggalkan tradisi berburu mereka. Sementara para kulit putih pendatang dari Eropa
menikmati lahan subur para leluhur suku Indian yang mereka sebut barbarik dan kotor.
Hal ini sangat berdampak terhadap tradisi dan budaya masyarakat Indian, bagi banyak
masyarakat Indian, tanah berkaitan dengan semua aspek kehidupan seperti budaya,
spiritualitas, bahasa, hukum, keluarga, dan identitas. Alih-alih memiliki tanah, dalam
kebudayaan suku Indian setiap orang memiliki sebidang tanah yang mereka miliki.

Namun, secara umum, ada beberapa faktor yang memungkinkan suku Indian untuk
menerima suku bangsa Eropa. Pertama, ada beberapa suku Indian yang telah memiliki
hubungan perdagangan dan diplomatik dengan bangsa Eropa sebelum kedatangan para
penjajah. Ini termasuk suku-suku yang tinggal di wilayah pesisir Amerika Utara, seperti
suku Wampanoag dan Powhatan. Hubungan ini memungkinkan suku Indian untuk terbiasa
dengan keberadaan orang Eropa dan bahkan mengadopsi beberapa aspek budaya
mereka.
3
Eksekusi Mankato, Pembantaian Sand Creek, Kampanye Custer, Pembantaian Mesapaqua, dll.
4
Kolera, TBC, Influenza, Cacar, Malaria, dll.
5
Reservasi Indian adalah tanah yang dikelola oleh sebuah suku Indian di bawah Kantor Urusan Indian, Departemen
Dalam Negeri Amerika Serikat.
Kedua, ada beberapa suku Indian yang melihat kehadiran orang Eropa sebagai
kesempatan untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka. Beberapa pemimpin
suku Indian bahkan bersekutu dengan orang Eropa dalam perang melawan suku-suku lain
atau dalam perdagangan. Namun, ada juga banyak suku Indian yang menentang
kehadiran orang Eropa dan melawan penjajahan mereka. Konflik antara suku Indian dan
orang Eropa sering kali berdarah dan menyebabkan banyak penderitaan bagi kedua belah
pihak.

Dalam kesimpulannya, penerimaan suku Indian terhadap suku bangsa Eropa


sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Namun, penting untuk diingat
bahwa sejarah penjajahan Amerika Utara sangat kompleks dan tidak dapat
disederhanakan menjadi satu jawaban.

C. KESIMPULAN
Pertama, kekalahan bangsa Aceh dikarenkan adanya perpecahan kekuatan yang
terjadi di dalam masyarakat Aceh. Dengan adanya usulan dari Dr. Snouck Hurgronje
untuk mengadakan serangan umum di Aceh yang dipimpin oleh tokoh Belanda yang
bernama J.B van Heutz, Gubernur Sipil dan Militer Aceh. Beberapa usulan Dr.Snouck
Hurgronje kemudian digunakan oleh Belanda untuk membuat siasat perang yang baru dan
terbukti mampu membalikkan keberuntungan Belanda. Sehingga serangan gerilya
berhasill dipatahkan dan Kesultanan Aceh takluk pada 1903

Kedua, beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan suku Aborigin terhadap


bangsa Eropa yaitu diantaranya perubahan lingkungan, teknologi baru dan penyebaran
agama. Namun, tidak semua suku Aborigin menerima kehadiran bangsa Eropa dengan
baik. Banyak suku Aborigin mengalami penindasan, kekerasan, dan diskriminasi oleh
bangsa Eropa. Hal ini menyebabkan konflik dan ketegangan antara suku Aborigin dan
bangsa Eropa yang berlangsung selama beberapa abad.

Ketiga, beberapa faktor yang memungkinkan suku Indian untuk menerima suku
bangsa Eropa. Diantaranya, ada beberapa suku Indian yang telah memiliki hubungan
perdagangan dan diplomatik dengan bangsa Eropa sebelum kedatangan para penjajah
serta beberapa suku Indian yang melihat kehadiran orang Eropa sebagai kesempatan
untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan mereka.
TUGAS
ANTROPOLOGI BUDAYA

Disusun oleh:
Mhs. Reza Novaris, S. Pd. (2414)
Mhs. Rizky Aulia (2415)
Mhs. Robby Arizeal (2416)
Mhs. Siti Nur’aeni (2417)
Mhs. Sugianor (2418)
Mhs. Syafiudin Rizal (2419)
Mhs. Tony Budi U. (2420)
Mhs. Kms. A. Taufan A. P. (2421)

SEKOLAH TINGGI HUKUM MILITER


ANGKATAN XXVIII
TA. 2023

Anda mungkin juga menyukai