Anda di halaman 1dari 16

Tugas

Sejara
h
Disusun Oleh Kelompok
3
Anggota

kelompo
Wilna A. Petriwanto Talimbing
Reawaruw k Widja P. Susilo
Benedikta Gewab
Natalia
Chelsea Teniwut
Jamlean
Ribka Essuruw
DAMPAK PENJAJAHAN BANGSA
EROPA DI BIDANG SOSIAL DAN
BUDAYA

Bidang Sosial

Bidang
Budaya
Bidang
Sosial
Lunturnya Feodalisme
Sistem feodal dalam masyarakat Indonesia semakin
luntur pada masa penjajahan bangsa Eropa karena
bangsa Eropa melakukan praktik kolonialisme dan
imperialisme di Indonesia.
Penguasa kolonial berhasil menggeser hak-hak istimewa
para penguasa pribumi, dan menjadikan para penguasa
pribumi sebagai pegawai pemerintah kolonial, sehingga
para penguasa pribumi kehilangan status sebagai
bangsawan yang dihormati rakyat.
Berkembangnya
Stratifikasi Sosial
Masa kolonial Belanda, pembagian status sosial
masyarakat diatur menurut hukum
ketatanegaraan tahun 1927, sebagai berikut:
Golongan atas yang terdiri atas orang-
orang Eropa.
Golongan Timur Asing (Tionghoa, Arab, dan India).
Golongan pribumi yang terdiri atas bangsa
Indonesia asli, dan dikategorikan dalam lapisan
atas (para bangsawan dan kerabat istana),
lapisan menengah (para petani kaya, pedagang
kecil dan menengah, pegawai), lapisan bawah
(rakyat jelata yang hidup di pedesaan dan
merupakan penduduk mayoritas)
Pertumbuhan dan Perpindahan Penduduk
Pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan
pada abad XIX di pulau Jawa.
Pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh intensitas
peperangan yang semakin menurun, kebijakan
kesehatan pemerintah, perkembangan teknologi dan
transportasi, serta proses migrasi.
Tahun 1930 jumlah penduduk pulau J awa
meningkat menjadi 40 juta jiwa.
Pemerintah kolonial menerapkan program migrasi
untuk mengatasi ledakan penduduk.
Pertumbuhan dan Perpindahan Penduduk
Perpindahan penduduk disebabkan oleh kebijakan
tanam paksa yang diterapkan pemerintah kolonial.
Penduduk berpindah ke daerah-daerah yang tidak
terdapat kewajiban tanam paksanya, dan juga
pengalihfungsian lahan-lahan pertanian untuk
industri dan perkebunan besar.
Masyarakat di pedesaan meninggalkan desanya
menuju tempat-tempat industri dan beralih profesi
menjadi buruh.
Bidang Budaya
Perkembangan Agama Nasrani

Penyebaran agama Katolik di Indonesia dilakukan oleh


bangsa Portugis di Maluku.
Misionaris yang menyebarkan agama Katolik di Maluku
antara lain Gonzalves Veloso, Fernao Vinagre, dan Simon
Vaz.
Tahun 1546-1547 misionaris Spanyol, Fransiskus Xaverius
mengunjungi Ambon, Ternate, Halmahera, dan berhasil
menarik banyak pengikut.
Tahun 1560 St. Fransiskus Xaverius telah menarik 10.000
orang memeluk agama Katolik
1590 jumlah penduduk Maluku yang memeluk Katolik
meningkat menjadi 60.000 orang.
Penyebaran agama Katolik juga dilakukan di daerah NTT.
Perkembangan Agama Nasrani

Bangsa Belanda juga menyebarkan agama


Kristen Protestan di Indonesia.
Dalam penyebaran agama Kristen juga terjadi
sinkretisme (praktik percampuran antara agama
Kristen dan kepercayaan lokal) di beberapa tempat di
Indonesia, terutama di Pulau Jawa.
Sinkretisme agama Kristen ini dikembangkan oleh
para misionaris seperti C. Coolen, Kiai Tunggul
Wulung, dan Kiai Sadrach.
Perkembangan Seni Arsitektur
Abad XIX arsitektur bergaya Eropa (Indis)
mengalami perkembangan signifikan di Indonesia.
Gaya Indis merupakan perpaduan antara arsitektur Eropa
dan arsitektur lokal, dan memiliki struktur bangunan yang
kukuh.
Contoh bangunan Indis pada masa ini adalah gereja Blenduk
di Honesia SUMU 2020 Semarang.
Akhir abad XIX hingga awal abad XX arsitektur yang
berkembang di Indonesia adalah gaya Napoleon klasik
untuk membangun kantor pemerintahan.
Pada masa ini berkembang arsitektur neogotik dan
rasionalisme Belanda, misalnya bangunan kantor de
Javasche Bank di Bandung, Medan, Surabaya, dan Jakarta.
Perkembangan Seni Sastra
Perkembangan karya sastra pada masa
penjajahan bangsa Eropa ditulis dalam bentuk
artikel dan diterbitkan melalui surat kabar
dan majalah.
Tahun 1899 Van Deventer menulis artikel
"Een Eereschuld" (Utang Kehormatan):
menganjurkan adanya politik balas budi
(Politik Etis) yang berisi edukasi, irigasi, dan
imigrasi dari pemerintah kolonial kepada
rakyat Indonesia.
Perkembangan karya sastra di masa kolonial
berdampak pada penyerapan kosakata Inggris,
Portugis dan Belanda dalam bahasa
Indonesia.
Perkembangan Seni Musik
Bangsa Eropa memperkenalkan berbagai alat
musik: biola, selo (cello), gitar, seruling
(flute), ukulele, dan sistem solmisasi dalam
berbagai karya lagu.
Pada masa penjajahan bangsa Eropa, para
musisi Indonesia memadukan musik Barat
dengan musik Indonesia, yaitu musik
keroncong.
Musik keroncong diperkenalkan oleh bangsa
Portugis pada abad XVI.
Perkembangan Surat Kabar
Tahun 1744 pemerintah Belanda menerbitkan surat kabar
bernama Bataviasche Nouvelles, yang diinisiasi oleh
Gubernur Jenderal VOC di Batavia, Gustaaf Willem Baron
van Imhoff.
Surat kabar di Indonesia tidak hanya menggunakan bahasa
Belanda sebagai bahasa pengantar tetapi juga bahasa
Jawa dan Melayu.
Perkembangan surat kabar pada awal abad XX
membawa pencerahan di kalangan masyarakat pribumi.
Golongan terpelajar menggunakan surat kabar sebagai
media untuk mengembangkan kesadaran nasionalisme.
Puncak kesadaran ini terjadi pada 28 Oktober 1928
yang ditandai dengan ikrar Sumpah Pemuda.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai