Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PENJAJAHAN BANGSA EROPA

Kelompok 5.

Nama kelompok : ZULAEHA

DIEN DININTA

RAODATUL PITRI

PRANDINO PUTRANTA

DANANG RIZAL HAMDI

C. Dampak Penjajahan Bangsa Eropa

Pengaruh kolonialisme terhadap kehidupan politik, sosial, dan budaya rakyat Nusantara hingga kini
dapat diuraikan sebagai berikut

1. Pengaruh Kolonialisme Portugis

a. Agama

Menurut Denys Lombard, umat Kristen tertua Indonesia adalah Katolik Penyebaran agama ini dimulai
jauh sebelum kedatangan bangsa Portugis, yaitu sejak abad XIV. Pada abad itu, sejumlah rohaniwan
Katolik singgah di Nusantara. Salah satunya adalah Odorico de Pordenone, yang mengadakan perjalanan
dari Eropa ke Tiongkok. Pada tahun 1321, la singgah di istana Majapahit dan Bandar Lamuri di Aceh.
Seorang rohaniwan Fransiskan yang bernama Joao de Marignelli mengikuti jejak Odorico de Pordenone
dan tercatat pernah diterima dengan baik di istana Samudera Pasal pada tahun 1347. Akan tetapi,
penyebaran agama Katolik dengan pengaruh yang lebih besar terjadi pada saat kedatangan bangsa
Portugis di Nusantara. Komunitas Kristen yang dipengaruhi bangsa Portugis tersebar di Kepulauan
Maluku dan daerah tertentu di Kepulauan Sunda Kecil, seperti Nusa Tenggara Timur. Misionaris
terkemuka yang datang ke Maluku adalah Fransiskus Xaverlus, seorang anggota Serikat Yesus, la
mengunjungi Ambon, Ternate, dan Halmahera antara tahun 1546 hingga 1547. Misionaris lainnya
adalah para biarawan dari Ordo Fransiskan dan Dominikan. Mereka memperkenalkan agama Katolik di
kalangan penduduk Nusa Tenggara Timur, yang berpusat di Larantuka (Flores Timur). Selanjutnya,
mereka menyebarkan agama Katolik ke Minahasa, Bolaang Mongondow, Pulau Siau, Sangihe Talaud,
Blambangan, danPanarukan Agama Katolik yang dibawa bangsa Portugis dan juga Spanyol berkembang
sangat baik di Flores dan Timor (Timor Barat dan Timor Leste) Saat ini, pengaruh Portugis masih dapat
ditemukan dalam bentuk warisan nama-nama yang dipakai arang Umar dan Flares hagian timur yang
mirip dengan nama-nama orang Portugis, seperti da Cruz, da Costa, da Cunha, de Rasan, da Gomes,
Fernandez, dan Rodriquez. Selain itu, perayaan keagamaan warisan Portugis masih bisa disaksikan setiap
tahun melalui perayaan Tri Hari Suct di Larantuka, yang dikenal dengan sebutan upacara Semana Santa.

b. Kesenian

Pengaruh Portugis dalam bidang kesenian tampak pada musik keroncong. Kita masih bisa menemukan
peninggalannya di Kampung Tugu, Jakarta Utara, Penduduk awal kampung in berasal dari berbagai
kolont Portugis di Malaka, Pantai Malabar Kalkata, Surate Koromandel, Goa, dan Srilanka. Pada abad
XVII, mereka alboyong Belanda ke Batavia sebagal tawanan perang, Di Batavia, mereka ditempatkan di
Gereja Portugis (sekarang Gereja Slon di Jl. Pangeran Jayakarta). Sebagian besar dari mereka kemudian
pindah ke Kampung Tugu. Musik keroncong berasal dari musik Portugis abad XVI yang disebut fado, dari
bahasa Latin yang berarti nasib.

Selain di Jakarta, Jejak-jejak peninggalan budaya Portugis dalam bidang kesenian masih membekas di
beberapa tempat di Nusantara, seperti Maluku Utara. Maluku Tengah, Ambon, Solor, dan Flores.

c. Bahasa Dalam bidang bahasa, banyak kosa kata Portugis diserap ke dalam bahasa Indonesia. Sebagal
contoh armada (armada),bendera (bandera), gereja (greya), keju (quejo), leman (aimario). minggu
(dominggo), misa (missa), dan sepatu (sapatu).

2. Pengaruh Kolonialisme Belanda

a. Pendidikan

Sistem pendidikan Barat di Indonesia digarap Belanda sejak abad XVIII. Pada akhir abad XIX. sistem
pendidikan yang berkembang di Indonesia semakin banyak, Sistem pendidikan diselenggarakan oleh
berbagai elemen, ada yang diselenggarakan oleh kelompok keagamaan dan ada pula yang
diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda sendiri. Sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh
kelompok laagamaan lebih menitikberatkan pada pendidikan agama, seperti agama Islame
pendidikannya diselenggarakan melalui pesantren. Sementara itu, pendidikan yang diberikan oleh
pemerintah kolonial Belanda menekankan pada sistem pendidikan Barat dengan acuan kurikulum.
Sistem persekolahan Belanda awalnya bersifat segregatit: ada sekolah khusus Belanda dan Eropa,
seperti Europeesche Lagere School (ELS), ada sekolah khusus untuk orang-orang keturunan Tionghoa
seperti Hollandsche Chineesche School, dan ada sekolah khusus untuk pribumi, seperti Indlandsche
School. Perhatian pada pendidikan semakin tegas tatkala politik etis diberlakukan pada tahun 1911
melalui tokoh liberalnya, Th. van Deventer. Sebelum politik etis, tujuan pembentukan sistem pendidikan
Belanda bagi orang Indonesia sekadar untuk menyediakan tenaga ahli yang murah untuk mengerjakan
administrasi kolonial. Kebutuhan tenaga terdidik dimaksudkan untuk mengantisipasi meluasnya wilayah
kekuasaan Belanda. Luasnya wilayah kelola tentu diiringi kerumitan serupa dalam tata administrasinya.
Kebijakan politik etis mereorganisasikan serta mengembangkan sekolah-sekolah baru pada semua
jenjang pendidikan. Sejalan dengan itu, terjadi pula perluasan pengajaran bahasa-bahasa Eropa, serta
inisiatif pengiriman secara selektif anak-anak keluarga bangsawan untuk bersekolah ke Negeri Belanda.
Dari model pendidikan seperti itu, muncul kaum terpelajar baru di luar priayl lama dan masyarakat
Eropa di Hindia Belanda, Penguasaan kaum terpelajar atas bahasa Eropa, dibarengi kehadiran bahan
pustaka dan industri penerbitan, memberi mereka kesempatan dan kemampuan untuk mengakses
gudang pengetahuan dan informasi termaju pada zamannya secara langsung tanpa perantara. Semua itu
mengantar mereka pada penguasaan modal kultural baru yang mendorong gerakan ke arah kemajuan.
Kemajuan yang disasar kelompokterpelajar baru ini meliputi banyak hal, seperti pendidika modernisasi,
kehormatan, dan keberhasilan dalam kehidupanDi dalarn negeri, gerakan kemajuan disuarakan media
cetak dan organisasi-organisasi sosial bergaya Eropa, yang dirintis oleh lulusan sekolah guru pribumi dan
Sekolah Dokter Jawa, yang kemudian menjadi STOVIA. Salah seorang penggeraknya yang terkenal
adalah Tirto Adhi Suryo (1880-1918), yang pernah mengenyam pendidikan di STOVIA namun tidak
sampai selesal Dalam kapasitasnya sebagal pemimpin redaksi Pemberita Betawi (1901-1903), dia
mengasuh kolom "Dreyfusiana" untuk menyuarakan aspirasi pembebasan kaum terjajah, dengan
mengambil inspirasi dari perkembangan intelektualisme di Eropa.Pengaruh penjajahan Barat dalam
bidang pendidikan yang dapat terasa hingga kini adalah kehadiran lembaga pendidikan dan penelitian
modern, perkembangan tulisan latin, percetakan dan pers serta gaya hidup.

b. Bahasa

Bahasa Belanda juga banyak memengaruhi bahasa Indonesia dan bahasa Jawa serta bahasa-bahasa
Nusantara lainnya. Kata-kata pinjaman dalam bahasa Belanda, seperti knalpot bekleding vermaak,
afdruk, belasting, bestek, gratis, handel, hutspot, krat loket nota, onderneming, opa, rekening, sigaret,
spoot wastafel, dan wortel telah dikenal dan digunakan sebagai bahasa Indonesia. Namun, beberapa
kata memang tidak digunakan lagi. Kata hutspot tidak banyak lagi dipergunakan, dan kata sigaret sudah
diganti dengan kata rokolc Ironisnya kata terakhir ini Juga berasal dari bahasa Belanda roken. Untuk
urusan lalu lintas dan mobil, kita menggunakan atret (dari achteruit), verboden, pit (dari fiets), knalpot,
rem, persneling (daci versnelling), dongkrak, dan seterusnya. Ada pula beberapa kata yang dieja lain,
namun pelafalannya masih sama atau mirip, antara lain adopsi apel, asprak, bagasi. bandit, bateral,
bioskop, debil. demisioner, duane, ekonomi, energi, finansill, frustras, garansi, generasi, granat, higiene,
ideolog, Imbesil, impoten, inflasi. Jenewer, kamplun, kantur, kardiolog, kartu, kastrasi, kelom, korting,
kristen, kuitansi. langsam, losion, makelar, marsepen, menstruasi, monarki, opas, operasi, overproduksi,
panekuk, parlemen, pesimis, polisi, resest, revolusi, segregasi, sigar, sirop, setrup, skorsing, selop,
spanduk, tabu, taksi, tanpasta, toleran, vegetarir, verkoper, verpleister, wanprestasi.

c. Gaya hidup

Penjajah Belanda juga membawa gaya hidup yang memengaruhi kehidupan sebagian rakyat Indonesia.
Oleh karena itu, muncul istilah "gaya hidup yang kebarat- baratan Istilah westernisasi kiranya tidak
terlalu tepat untuk menunjukkan gejala ini karena "gaya hidup Barat itu tidak disebarkan secara
terencana dan sistematis, juga tidak memengaruhi secara mendasar hidup sebagian besar orang:
Pengaruh "gaya hidup yang kebarat-baratan" terlihat di kalangan bangsawan dan birokrat kolonial,
sedangkan sebagian besar rakyat Indonesia masih tetap menjalani gaya hidup lama (feodal-tradisional).
"Gaya hidup yang kebarat- baratan itu, misalnya, tampak dalam kebiasaan minum- minuman keras,
pesta, dansa (menari khas Belanda atau Barat), gaya perkawinan, dan model berpakaian (rok, jasdasi,
topi), Selain itu, bangsa Barat, juga memperkenalkan sekaligus membiasakan sikap disiplin, menghargai
waktu, demokrasi dan terbuka, serta bersikap rasional.

d. Berkembangnya agama Kristen Protestan di Indonesia

Pada tahun 1617, parlemen Belanda yang disebut Staten Generaal menginstruksikan kepada
Gubernur Jendral VOC dan Raad van Indie untuk bertanggung jawab menyebarkan agama Kristen dan
mengajarkannya melalui sekolah - sekolah dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.Saat
ini,sebagian daerah di Nusantara yang mayoritas masyarakatnya beragama Kristen Protestan seperti
Sulawesi Utara,Timor Barat,Sumba.

e. Bidang Ekonomi

Pengaruh ekonomi yang membekas sampai sekarang terutama sejak diberlakukannya sistem tanam
paksa dan kebijakan pintu terbuka (sistem ekonomi liberal ).

Pengaruh sistem tanam paksa dalam dua hal :

(1). Petani pribumi mulai mengenal jenis - jenis tanaman komoditas lain seperti kopi dan teh.

(2). Petani mulai mengenal sistem upah, yang sebelumnya tidak dikenal (masyarakat lebih
mengutamakan sistem gontong royong).

Sementara sistem liberal membuat rakyat Indonesia mengenal hal - hal berikut.

a). Sistem sewa tanah.Sistem sewa tanah didasarkan pada undang - undang Agraria Tahun 1870 masih
tetep berlaku hingga sekarang.Peraturan ini mengizinkan perseorangan dan badan swasta mengelola
tanah milik pemerintah.Undang - undang ini juga melarang penduduk non bumiputra memiliki tanah
yang luas atas dasar hak milik mutlak, kecuali tanah untuk pabrik.Kepemilikan hak guna usaha dengan
masa berlaku sekitar 70 tahun.
b). Ekonomi uang. Sistem uang sekaligus mengubah sistem barter yang sebelumnya menjadi tradisi
bangsa Indonesia. Penggunaan uang dipicu oleh penyewaan tanah penduduk oleh perusaan swasta
Belanda pada masa penerapan liberalisme ekonomi melalui kebijakan pintuterbuka. Penggunaan uang
kemudian diterapkan untuk membayar pajak. Dengan demikian, rakyat tidak lagi dikenakan pajak tenaga
Penggunaan uang juga ternyata membawa pengaruh negatif bagi petani Jawa karena mereka menjadi
terbelit utang. Undang-Undang Agraria sebenarnya melarang penyitaan tanah akibat utang. Namun,
selama tidak ada pemberian kredit, para petani Jawa tetap terjerumus utang. Pemerintah kemudian
mendirikan lembaga pemberian kredit perdesaan dan bank desa. Pada tahun 1917, Jumlah bank desa
sudah mencapai 2.000 dengan nasabah lebih dari 600.000 orang.

c) Sistem kerja kontrak. Pada tahun 1888, pemerintah kolonial membuat peraturan yang disebut Koell
Ordonantie, Peraturan itu dibuat untuk mengatur masalah perburuhan. Pengaturan perburuhan
dipandang perlu karena pembukaan dan perluasan perkebunan dan pertambangan berdampak pada
meningkatnya kebutuhan tenaga kerja Sistem dan praktik kerja kontrak masih dikenal hingga saat ini.
Dewasa ini, kerja kontrak bisa menjadi langkah awal sebelum mendapat status permanen di tempat
kerja Kerja kontrak juga bisa berupa hubungan kerja antara tenaga kerja dengan perusahaan, tetapi
tenaga kerja tidak dianggap sebagai karyawan perusahaan yang mempekerjakan. Sistem ini dikenal
sebagai alih daya (outsourcing). Karyawan outsourcing adalah karyawan dari perusahaan yang merekrut
mereka, bukan perusahaan yang mempekerjakan mereka. Praktik kerja kontrak juga dikenal di lembaga
pemerintahan atau institusi-institusi pemerintahan dan sekolah-sekolah pemerintah. Tenaga kerja
kontrak di lembaga-lembaga pemerintahan dikenal sebagal tenaga honorer.

f. Bidang politik

Pengaruh penjajahan Belanda dalam bidang politik tampak dalam hal birokrasi. Sistem pemerintahan
kolonial di bawah pimpinan gubernur jenderal dirancang seperti lembaga eksekutif yang kita kenal saat
ini. Dalam mengelola pemerintahan, gubernur jenderal dibantu oleh enam departemen, yaitu
kehakiman, keuangan, dalam negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi, serta kesejahteraan
umum. Ada juga departemen militer, yaitu departemen peperangan dan angkatan laut. Departemen-
departemen ini mirip dengan kabinet dalam sistem pemerintahan presidensial sekarang ini. Dalam
struktur birokrasinya, jabatan teritorial di atas tingkat kabupaten dipegang orang Belanda. Jabatan
tertinggi yang bisa dipegang pribumi adalah bupati, yang umumnya diwariskan turun-temurun untuk
menjaga loyalitas pemangku jabatan tersebut kepada pemerintah kolonial.

Bupati dibantu oleh seorang patih, Di bawah bupati terdapat wedana, yang bertugas mengatur
kewedanaan Sementara itu, kecamatan, yang dikepalai seorang camer merupakan wilayah di bawah
kewedanaan. Camat membawahi para kepala desa. Pada dasarnya, kepala desa tidak termasuk dalam
struktur birokrasi pemerintah kolonial sehingga mereka bukan anggota korps pegawai negeri Hindia
Belanda. Oleh karena itu, kepala desa tidak termasuk kategori priayi. Para kepala desa tidak diangkat
maupun digaji oleh pemerintah. Mereka dipilih langsung oleh rakyat. Gaji diperoleh dari tanah desa
yang menjadi hak mereka selama menjabat sebagai kepala desa. Struktur birokrasi semacam ini masih
kuat memengaruhi struktur birokrasi Indonesia sampai sekarang ini.
g. Bidang hukum

Jauh sebelum masa kolonialisme Barat, hukum yang berlaku di Indonesia adalah hukum adat, yang
merupakan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang blasanya tidak tertulls Pada masa kolonialisme
Belanda, hukum Belanda mulal diperkenalkan di Indonesia. Meskipun demikian, hukum Belanda itu
hanya berlaku untuk orang Belanda dan bangsa Eropa lainnya. Bagi orang Indonesia, berlaku hukum
adat Setelah Indonesia merdeka, bahkan sampai sekarang, sistem hukum Belanda itu dijadikan salah
satu pilar sistem hukum Indonesia Hal ini nyata dalam pasal-pasal KUH-Pidana dan KUH-Perdata. Selain
itu, dua pilar lain sistem hukum Indonesia adalah sistem hukum adat dan sistem hukum Islam. Sebagal
contoh, istilah-istilah hukum kita masih menggunakan kosa kata bahasa Belanda, seperti ruilslag (tukar
guling), gijzeling (penyanderaan), advokat (dari kata advocaat), beslag (sita), in kracht (putusan
pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap), dan bezet (diduduki).

h. Bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

Mengenal paham liberalisme Diterapkannya kebijakan pintu terbuka pada abad XVIII oleh pemerintah
kolonial membuat rakyat Indonesia mengenal paham liberalisme. Paham Ini ikut memengaruhi
kebijakan ekonomi dan politik Indonesia sampai sekarang in Sebagaimana sudah dibahas sebelumnya,
penerapan gagasan liberal dalam bidang ekonomi di Indonesia waktu itu kurang sejalan dengan cita-cita
awalnya. Meskipun demikian. setidaknya bangsa Indonesia mengenal pentingnya kebebasan dan
kesetaraan dalam semua bidang kehidupan (ekonomi, politik, dan sosial-budaya). Kedua gagasan inilah
jantung paham liberalisme. Dalam bidang ekonomi, paham ini mengusung perdagangan bebas,
pengakuan terhadap hak milik pribadi, pembatasan terhadap campur tangan negara dalam
perekonomian dan memberi kebebasan kepada pihak swasta untuk melakukan kegiatan ekonomi.
Semua unsur Ini bersatu di bawah sistern yang disebut kapitalisme. Di bawah sistem ini, segala potensi
dan kreativitas-inovasi individu untuk melakukan aktivitas ekonomi diberi ruang yang besar. Hal ini pada
gilirannya mendorong munculnya para wirausaha, yang menciptakan lapangan kerja, menghasilkan
pajak bagi negara, menumbuhkan persaingan yang sehat, dan seterusnya. Dalam bidang politik dan
sosial-budaya, paham liberalisme mengusung pemilihan umum yang bebas dan adil, adanya pengakuan
terhadap hak-hak sipil (seperti kebebasan berpendapat), kebebasan pers, kebebasan beragama, serta
supremasi hukum. Dalam perkembangannya muncul juga gagasan kesetaraan gender. Sampai saat ini,
penerapan paham Ini dalam bidang ekonomi dan politik kerap menimbulkan kontroversi. Kritik yang
paling sering dikemukakan terkait dengan penerapan paham liberalisme dalam bidang ekonomi adalah
sebagai berikut. a) Terjadinya penyerahan pengelolaan aset-aset negara yang menguasai hajat hidup
orang banyak, seperti minyak bumi, pangan, air, dan bahan-bahan mineral ke tangan swasta. b)
Berkurangnya peran dan campur tangan negara dalam kegiatan perekonomian. c) Adanya
kecenderungan membiarkan pasar bergerak dengan mekanismenya sendiri tanpa campur tangan
negara.

Ketiga hal tersebut dianggap tidak adil menumpu kekayaan pada segelintir orang (kaum pengusaha
swasta memperlebar ketimpangan sosial-ekonomi (membuat yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin), serta mengancam ketahanan kita sebagai bangsa dalam berbagai aspek kehidupan.
Oleh karena itulah, bapak-bapak bangsa kita memilih sistem ekonomi yang sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia, yaitu sistem ekonomi Pancasila. Secara garis besar, sistem ekonomi ini ditegaskan
dalam Pasal 3 UUD 1945, baik sebelum maupun setelah amandemen

*Mengenal teknologi berbasis mesin Penjajah Belanda mengenalkan Indonesia untuk pertama kalinya
pada teknologi-teknologi baru berbasis mesin baik dalam bentuk mesin pengolah hasil bumi, teknologi
transportasi maupun teknologi pertanian. Kelak setelah merdeka, yaitu melalui kebijakan nasionalisasi
semua aset Belanda di Indonesia, teknologi-teknologi ini masih dapat dipakai dan bahkan dikembangkan
untuk membangun Indonesia yang sudah merdeka. Bangsa Indonesia misalnya mengenal mesin
pengolah hasil bumi, seperti mesin pengolah tebu menjadi gula, kelapa sawit menjadi minyak, dan biji
kopi menjadi bubuk kopi. Mesin-mesin ini meningkatkan hasi produksi dengan lebih cepat dan efisien,
tidak saja pada zaman pemerintah kolonial Belanda, tetapi juga sejak Indonesia merdeka.

Selain itu, munculnya sarana transportasi, seperti penggunaan kereta api telah dapat menggantikan
sistem pengangkutan tradisional (tenaga manusia ataupun hewan). Perkembangan transportasi juga
memungkinkan terbentuknya Jaringan yang luas antarwilayah, dan secara ekonomis mempercepat
pengangkutan hasil-hasil perkebunan ke pabrik- pabrik serta distribusi hasil-hasil produksi ke pelabuhan-
pelabuhan. Demikian pula dengan transportasi air: munculnya kapal-kapal bermesin memungkinkan
transportasi hasil-hasil bumi antarpulau dapat dilakukan dengan cepat. Kemajuan transportasi juga
memungkinkan bangsa Indonesia bisa mengenal satu sama lain, dari barat sampai ke timur. Pada akhir
abad XIX, kendaraan bermotor mulai diperkenalkan di Indonesia. Sepeda motor buatan Jerman masuk
ke Indonesia pada tahun 1893.

*Mengenal teknologi komunikasi dan informasi Sementara itu, tersedianya layanan kereta api dan kapal
lain membuka peluang terwujudnya layanan di bidang lain, seperti pos umum yang lebih teratur.
Kehadiran telegraf dan telepon juga membuat komunikasi menjadi lebih lancar dan cepat. Pada tahun
1925, radio siaran Bataviasche Radio Vereeniging (BRV) berdiri di Batavia (sekarang Jakarta). Setelah itu
muncul Nederlandsch Indische Radio Omroep Mij (NIROM) di Batavia, Bandung, dan Medan. Di Solo,
berdiri Solossche Radio Vereeniging (SRV), sementara di Yogyakarta didirikan Mataramse Vereeniging
voor Radio Omroep (MVRO). Hampir semua radio itu didirikan oleh orang Belanda. Hanya SRV saja yang
didirikan oleh orang Indonesia, yaitu oleh Mangkunegara VII dan Sarsito Mangunkusumo.
Perkembangan radio dan bahkan pertelevisian berkembang sangat pesat sejak Indonesia merdeka
hingga kini.

Anda mungkin juga menyukai