Anda di halaman 1dari 12

PERKEMBANGAN PENDIDIKAN PADA MASA PORTUGIS

Rafli Fandu Ramadhani, Adhitya Triananda, Arifah Andayani, Fathya Nurul Jannah,
M Aswa Azhari, Universitas Sriwijaya, FKIP, Pendidikan Fisika,
Ogan Ilir, Sumatera Sealatan

ABSTRAK

Pendidikan merupakan hal penting yang selalu berkembang setiap zaman, begitu pula
pada zaman penjajahan Portugis di Indonesia. Sejarah pendidikan menggunakan sistem
pengajaran dengan wujud lembaga lebih dikenal dengan sekolah, sebenarnya sudah di
mulai pada permulaan abad ke-16 yaitu pada saat kedatangan bangsa Portugis di
Indonesia yang kemudian di susul oleh bangsa Spanyol. Kedatangan bangsa Portugis
membawa pandangan yang tidak lepas dari konteks perkembangan sistem dunia yang
semakin meluas sebagai akibat ekspansi barat sejak akhir abad ke-15. Bangsa Portugis
ini menguasai berbagai daerah di nusantara diantaranya Maluku dan Sumatera Selatan.
Kedatangan Portugis ini disambut hangat olah masyarakat, walaupun pada akhirnya
terjadi perlawanan. Kedatangan Portugis bertujuan untuk mencari kekayaan (gold),
mencari kejayaan (glory), menyebarkan agama (gospel). Dalam penyebaran agama ini
bangsa Portugis mendirikan sekolah, yang mana sekolah tersebut tidak hanya
mengajarkan penduduk pribumi mengenai agama yang mereka sebarkan akan tetapi
juga mengajarkan membaca, menulis dan berhitung. Kedatangan bangsa portugis ini
tidak hanya berpengaruh pada bidang agama dan pendidikan, akan tetapi juga
berpengaruh pada bidang seni dan bidang bahasa.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal penting yang selalu berkembang setiap zaman, begitu
pula pada zaman penjajahan Portugis di Indonesia. Bangsa Portugis pertama kali
singgah di Malaka tahun 1509 M setelah sebelumnya menaklukkan kerajaan Goa di
India. Ini berarti Portugis hadir di Indonesia hampir satu dekade setelah Raden Patah
mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa. Tahun 1511 M Malaka sudah dapat
dikuasai oleh Portugis di bawah Afonso de Albuquerqe (1459-1515 M). Tujuan
kedatangan bangsa Portugis ke Indonesia adalah untuk mencari kekayaan, dan juga
mencari mebarkan agama Katolik.
Praktisnya pendidikan pada masa Portugis ini secara mendasar dikerjakan oleh
organisasi misi Katholik Roma. dimana pengajar-pengajar didatangkan langsung dari
portugis. diantara mereka Baru pada tahun 1536, di bawah Antonio Galvano, penguasa
Portugis di Maluku, didirikan sekolah seminari yang menerima anak-anak pemuka
pribumi.
Selain pelajaran mereka juga diajari membaca, menulis dan berhitung. Sekolah
dibuka di Solor dimana bahasa Latin juga diajarkan kepada murid-muridnya. Mereka
yang berkeinginan melanjutkan pendidikan dapat pergi ke Goa – India yang ketika itu
merupakan pusat kekuatan Portugis di Asia. Tentunya selain mengajarkan agama
Katholik, mereka juga mengajarkan pelajaran calistung. Sekolah sejenis juga dibuka di
daerah kepulauan Solor tetapidengan menambahkan bahasa Latin dalam mata
pelajarannya. Sekolah keguruan pertamadidirikan beberapa saat setelahnya di daerah
Ternate oleh kaum pendeta Portugis.Ketika Portugis menjejakkan kakinya di Maluku,
seperti diutarakan oleh Russell Jones, Islamtelah mengakar di kalangan penduduk
setempat sekitar 80 tahun.
Dibalik semua sejarah panjang pendidikan pada zaman portugis, mulai dari ada
sekolah yang banyak didirikan, banyak penduduk yang diajarkan membaca, menulis,
dan berhitung. Selain itu juga banyak sekali pengaruh penjajahan bangsa portugis di
Nusantara. Sehingga disini kami ingin mencoba menjelaskan sejarah pendidikan
Indonesia pada masa Portugis.
PEMBAHASAN

Awal Mula Kedatangan Bangsa Portugis

Portugis pertama kali singgah di Malaka tahun 1509 M setelah sebelumnya


menaklukkan kerajaan Goa di India. Ini berarti Portugis hadir di Indonesia hampir satu
dekade setelah Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa. Tahun
1511 M Malaka sudah dapat dikuasai oleh Portugis di bawah Afonso de Albuquerqe
(1459-1515 M).

Dua tahun kemudian, Pati Unus putra Raden Patah memimpin armada menyerang
kekuasaan Portugis di Malaka, tetapi berakhir dengan kegagalan. Berikutnya Portugis
bergerak untuk menguasai daerah rempah-rempah yang berpusat di Maluku (berasal
dari istilah bahasa Arab: Jazirat al-Mulk, yakni kepulauan raja-raja). Ketika Portugis
menjejakkan kakinya di Maluku, seperti diutarakan oleh Russell Jones, Islam telah
mengakar di kalangan penduduk setempat sekitar 80 tahun. Di daerah ini khususnya
Ambon, melalui peran ordo Jesuit hingga tahun 1560 M, tercatat ada sekitar 10.000
orang yang memeluk Roma Katholik dan bertambah menjadi 50.000 hingga 60.000
pada tahun 1590 M.

Sementara ordo Dominikan mampu mengkonversikan kedalam agama Roma


Katholik sekitar 25.000 orang di kepulauan Solor. Dari catatan Ismatu Ropi, Katholik
Roma ini merupakan fase kedua masuknya Kristen ke Indonesia melalui jasa ordo
Jesuit di bawah payung organisasi Society of Jesus dan ordo Dominikan yang turut
hadir bersama armada Portugis. Fase pertama adalah masuknya Gereja Timur
Nestorian yang ditengarai sempat muncul di Sibolga Sumatera Utara sekitar abad ke-
16 juga. Sedangkan fase ketiga adalah Kristen Protestan yang muncul bersamaan
dengan armada pelayaran Belanda.

Penyebaran Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Portugis

Sejarah pendidikan menggunakan sistem pengajaran dengan wujud lembaga lebih


dikenal dengan sekolah, sebenarnya sudah di mulai pada permulaan abad ke-16 yaitu
pada saat kedatangan bangsa Portugis di Indonesia yang kemudian di susul oleh bangsa
Spanyol. Kedatangan bangsa Portugis membawa pandangan yang tidak lepas dari
konteks perkembangan sistem dunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi
barat sejak akhir abad ke-15 antara bangsa-bangsa Eropa di Asia khususnya.

Dilihat dari sudut pandangang bangsa-bangsa Eropa dengan sikap keagamaannya


dalam abad pertengahan dengan usaha kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris
yang menyertai ekspedisi Portugis dan Spanyol semakin memperhebat membawa
pengaruhnya terhadap pendidikan di daerah-daerah yang bersangkutan.

Ketika pendeta Ignatius Loyola untuk pertama kali mendirikan Ordo Jesuit di Paris
dengan membangun. sebuah organisasi yang sangat militant untuk memperjuangkan
dan menyebarluaskan agama tersebut dengan segala penjuru dunia.

Kemasyuran dan jumlah peserta sekolah-sekolah Jesuit yang semakin meningkat


sebagian besar pada prioritas pelajaran tentang Sastra Yunani dan Romawi. para murid
dianjurkan untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan deklamasi dan perdebatan di
luar jam sekolah, bersaing untuk memperoleh penghargaan dan hadiah, sehingga
sekolah mampu menarik anak-anak berbakat yang akhirnya mendapat perhatian dan
sambutan dari berbagai kalangan masyarakat tanpa mempersoalkan agama dan status
sosialnya, sehingga murid-murid yang berbakat inilah yang nantinya memberikan
pengaruh besar terhadap pendidikan di Indonesia.

Salah seorang pengikut Ordo Jesuit yang pertama adalah Franciscus Xaverius,
meninggal pada tahun 1552 semasa hidupnya Franciscus Xaverius berhasil mendirikan
berbagai misi gereja Katolik Roma di Indonesia dan sekaligus menjadi peletak dasar
dari Katholisisme di Indonesia dan menegaskan bahwa untuk memperluas agama Nas
rani perlu didirikan sekolah di mana-mana terutama di daerah –daerah non-kristen dan
berkat Francicus Xaverius juga agama katolik menjadi pijakan yang kuat di Halmahera
Ternate dan Ambon sehingga ketiga pangkalan itu banyak orang yang memeluk agama
khatolik.
Sistem Pendidikan Agama

Praktisnya pendidikan pada masa Portugis ini secara mendasar dikerjakan oleh
organisasi misi Katholik Roma. dimana pengajar-pengajar didatangkan langsung dari
portugis. diantara mereka Baru pada tahun 1536, di bawah Antonio Galvano, penguasa
Portugis di Maluku, didirikan sekolah seminari yang menerima anak-anak pemuka
pribumi. Selain pelajaran agama, Mereka juga diajari membaca, menulis dan berhitung.
Sekolah sejenis dibuka di Solor dimana bahasa Latin juga diajarkan kepada murid-
muridnya. Mereka yang berkeinginan melanjutkan pendidikan dapat pergi ke Goa–
India yang ketika itu merupakan pusat kekuatan Portugis di Asia.

Kedatangan mereka yang selalu dibarengi dengan para misionaris Roma Katholik,
membuat setiap daerah yang mereka datang menjadi memiliki gereja dan sekolah.
Sekolah pertama yang didirikan oleh orang-orang Portugis adalah di pulau Ambon
pada tahun 1536. Pada masa kepemimpinan Antonio Galvao waktu itu, yang didirikan
adalah sekolah seminari untuk anak-anak pribumi.

Tentunya selain mengajarkan agama Katolik, mereka juga mengajarkan pelajaran


calistung. Sekolah sejenis juga dibuka di daerah kepulauan Solor tetapi dengan
menambahkan bahasa Latin dalam mata pelajarannya. Sekolah keguruan pertama
didirikan beberapa saat setelahnya di daerah Ternate oleh kaum pendeta
Portugis.Ketika Portugis menjejakkan kakinya di Maluku, seperti diutarakan oleh
Russell Jones, Islam telah mengakar di kalangan penduduk setempat sekitar 80 tahun.

Di daerah ini khususnya Ambon, melalui peran ordo Jesuit hingga tahun 1560 M,
tercatat ada sekitar 10.000 orang yang memeluk Roma Katholik dan bertambah
menjadi 50.000 hingga 60.000 pada tahun 1590 M.Sementara ordo Dominikan mampu
mengkonversikan kedalam agama Roma Katholik sekitar25.000 orang di kepulauan
Solor.

Katholikisasi yang masifini pada akhirnya mengakibatkan penyebaran Islam di


daerah Timur nusantara menjadi terhenti.Selain mengemban misi penyebaran agama
Katholik (Gunawan, 1995), kedatangan orang-orangPortugis juga untuk meraup
keuntungan sebesar-besarnya dari hasil perdagangan. Merekaselalu berusaha
memonopoli perdagangan dengan cara-cara kasar sehingga bangsa Portugiskurang
disukai.

Tidak salah bila pada masa ini sering terjadi pergolakan yang penuh
denganperebutan kekuasaan. Tetapi, pada akhirnya kedatangan bangsa Belanda di
bumi nusantaraberhasil menghalau Portugis hingga ke wilayah Timor Timor pada
tahun 1641. Seluruh gereja dan sekolah yang telah dibangun oleh Portugis, diambil alih
sepenuhnya oleh Belanda. Berbagai upaya bahkan dilakukan untuk menghilangkan
pengaruh Portugis di bumi Nusantara, seperti dengan mengajarkan agama Kristen di
sekolah-sekolah dan mengganti penggunaan bahasa Portugis yang juga diajarkan di
sekolah-sekolah.

Daerah Penyebaran Pengaruh Portugis

A. Maluku

Secara historis kepulauan Maluku sangat terkenal dengan sebagai suatu daerah
penghasil rempah-rempah tetapi sebenarnya daerah tersebut bukanlah pulau penghasil
rempah-rempah yang asli selama berabad-abad sebelum kedatangan orang-orang barat
di kepulauan Maluku para pedangan melayu, jawa dan cina telah melakukan dagang
cengkeh dengan sistem barter di daerah-daerah bagian tertentu yaitu pulau
Halmahera,Ternate, Tidore, Moti, Makian dan Bacan.

Pada tahun 1525 orang-orang portugis melakukan kontak hubungan dengan


penduduk Hitu akan tetapi mereka terpaksa pindah kesemenanjung Leitimor di tempat
itulah orang-orang Portugis ini mendirikan benteng yang selanjutnya menjadi kota
Ambon sekarang,bersamaman dengan itu mereka memperluas penanaman pohon
cengkeh sampai kepualuan Leiser.

Pada tahun 1536 penguasa portugis untuk Maluku adalah Antonio Galvano
berhasil mendirikan sekolah Seminari untuk anak-anak para pembuka pribumi di
Ternate yang merupakan sekolah agama Kristen bagi-anak-anak mereka dan sekolah
yang sejenis kemudian didirikan di pulau Solor dengan jumlah murid sebanyak 50
orang,murid-murid yang berasal dari golongan pribumi dan ternyata mampu mengikuti
pelajaran dengan baik dan berkeinginan melanjutka pendidikannya ke Goa (India) Pada
tahun 1546 di Ambon sudah banyak pemeluk agama khatolik selain pelajaran agama
yang di berikan pelajaran seperti membaca, menulis dan berhitung juga di berikan
dengan tambahan bahasa latin.

B. Sumatra Selatan

Hubungan kesultanan Palembang dengan bangsa Portugis di malaka sampai akhir


abad ke-16 selalau mengikuti kebijakan Demak yang telah mengambil alih peran
malaka dalam penyebaran agama Islam di daerah nusantara,serbuan Demak terhadap
malaka sejak tahun 1512 sampai 1513 dan 1551-1574 selalu mendapatkan bantuan dari
Palembang sehingga tidak memberikan kesempatan kepada bangsa eropa untuk
berpengaruh di daerah Palembang.

Ketika inggris menguasai Bengkulu sempat misi Kristenisasi dibawah zending


Kristen memasuki daerah Tanjung Sakti dibawah asuhan seorang pastur Khatolik di
daerah tanjung sakti dibangun sebuah sekolahan desa (volkschool) dan voorvolkschool
di simpang tiga Tanjung Sakti setelah itu di buka pula sebuah sekolahan pertanian
dalam masyarakat setempat sekolahan itu di kenal dengan nama sekolah mingguan.

Penyebaran agama khatolik dengan mempergunakan sarana pendidikan yang


setingkat dengan pendidikan pada akhir abad ke-19 hanya terbatas daerah Tanjung
Sakti saja karena tidak dapat menjangkau daerah yang lebih luas dan setela jatuhnya
kesultanan Palembang pada tahun 1848-1868 sumatra selatan berhasil dikuasi belanda
dan mengambil alih segala harta benda milik gereja dan semua lembaga
pendididkannya.

Ciri-Ciri Pendidikan pada masa portugis

Seorang penguasa dari portugis di Maluku bernama Antonio Galvano mendirikan


sebuah sekolahan Missionaris untuk anak-anak pemuka pribumi adapun sekolahan
mengajarkan beberapa pelajaran seperti membaca, menulis, berhitung dan agama.
Sedangkan metode yang digunakan berupa ceramah, menghapal, dan mengkaji ulang
pekerjaan.
Adapun ciri-ciri pendididkan pada masa Portugis yaitu:
1. Yang memberikan pelajaran biasanya di panggil pastur atau pendeta
2. Metode yang diajarkan bersifat ceramah,menghafal,mengkaji ulang pekerjaan
3. Waktu belajar pada hari minggu
4. Bersifat klasikal
Pengaruh Kedatangan Bangsa Portugis Di Indonesia

Selama berada di Indonesia orang-orang portugis meninggalkan beberapa


pengaruh kebudayaan mereka seperti :

1. Dalam Bidang Kesenian


Bangsa portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncong
yang diiringi gitar yang berasal dari kebudayaan portugis

2. Dalam Bidang Bahasa


Kosa kata bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa portugis
seperti,bendera,keju, dll.

3. Dalam Bidang agama


Adanya bangunan-bangunan gereja di Indonesia dan masyarakat Indonesia bagian
timur kebanyakan memeluk agama khatolik

4. Dalam Bidang Pendidikan


Didirikannya sekolahan seminari di Ambon dan volkschool dan voorvokschool di
tanjung sakti.

Reaksi Masyarakat Indonesia Kedatangan Portugis

Kedatangan bangsa portugis di Indonesia disambut baik oleh penguasa setempat


karena bangsa portugis membawa bahan pangan dan membeli rempah-rempah. akan
tetapi perdagangan asia bangkit kembali sehingga portugis tidak perna dapat
melakukan suatu monopoli yang efektif dalam perdagangan rempah-rempah.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya yang lemah
membuat Portugis melakukan kristenisasi sedangkan masyarakat Ternate pada waktu
itu memeluk agama Islam dan prilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan dan pada
tahun 1570 orang Portugis membunuh Sultan Ternate sehingga orang-orang Portugis
di usir dari Ternate dan pada tahun 1575 terjadi peperangan sehingga orang –orang
portugis pindah ke Tidore dan membangun sebuah benteng baru namun yang menjadi
pusat orang-orang portugis melakukan semua aktivitasnya adalah Ambon.
PENUTUP

Kesimpulan
Sistem pendidikan di Indonesia pada masa Portugis secara mendasar dikerjakan
oleh organisasi misi Katolik dimana orang yang terkenal dalam penyebarab agama
Katolik adalah Franciscus Xaverius dikalangan masyarakat pribumi. Franciscus
Xaverius dikenal jujur dan keikhlasannya membantu kesulitan rakyat dengan
berkeliling kampung sambil membawa lonceng di tangan untuk mengumpulkan anak-
anak dan orang dewasa untuk diajarkan agama Katolik.

Perkembangan pendidikan di zaman Portugis ini dapat dinyatakan berpusat di


Maluku dan sekitarnya, sebab di daerah-daerah lain kekuasaan Portugis kurang begitu
mengakar. Pada tahun 1536 penguasa Portugis di Maluku bernama Antonio Galvano
mendirikan sebuah sekolahan missionaris di Ternate untuk anak-anak pribumi. Adapun
metode yang diajarkan adalah dengan cara ceramah,menghafal dan mengkaji ulang
pekerjaan, Sekolah sejenis pun di buka di solor di mana bahasa latin juga di ajarkan
kepada murid-muridnya. Dibawah asuhan seorang Pastur di bukalah sekolah desa
(volkschool dan voorvolkschool) di desa simpang tiga Tanjung Sakti dalam masyarakat
setempat sekolahan itu dikenal dengan sebutan sekolah mingguan. Adapun pengaruh
ataupun peninggalan bangsa Portugis di Indonesia, yaitu dalam bidang kesenian,
agama, bahasa dan pendidikan.

Saran
Keberhasilan Belajar adalah Indikator yang dijadikan sebagai tolak ukur dalam
menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, maka dari
itu saya mohon maaf bila ada kesalahan baik itu disengaja maupun tidak disengaja.
Kritik dan saran dari bapak dan teman-teman sangat ditunggu.
DAFTAR PUSTAKA

Arya, Pamungkas. 2015. Sejarah Untuk Kelas IX Semester 1 (Sekolah Menengah Atas).
Jakarta: Penerbit Erlangga
Arif, Fajar. 2018. Makalah Masa Kedatangan Bangsa Eropa Di Indonesia. (Online).
http://www.academia.edu/367262726/Makalah_Masa_Kedatangan_Bangsa_
Eropa_Di_Indonesia. (Diakses pada tanggal 29 Januari 2020)
Kartonagoro, Soewidji. 2001. Belajar Membaca Sejarah Nasional Indonesia. PN Balai
Pustaka: Jakarta
Notosusanto, Nugroho. 2002. Sejarah Nasional Indonesia V. PN Balai Pustaka: Jakarta
Suyitno. 2018. Kedatangan Bangsa Portugis Ke Indonesia. (Online). https://id.scribd.c
om/doc/26263526/Kedatangan_Bangsa_Portugis_Ke_Indonesia. (Diakses pada
tanggal 28 Januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai