Anda di halaman 1dari 14

sejarah Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia di Zaman Hindia Belanda

01MAR
BAB I
PENDIDIKAN BARAT

A. Zaman Kedatangan Bangsa Barat


Seorang sejarahwan berbangsa Inggris Furnivall dalam bukunya “ Educational
progress in south east asia “ menuliskan keadaan pendidikan di Asia pada umumya
dan Indonesia pada khususnya sebelum bangsa barat menjajakan kakinya dinegara
itu, bahwa “ waktu orang Eropa yang mula-mula sampai ditimur jauh, didaerah
khatulistiwa mereka dapati sejumlah sekolah dan orang yang pandai tulis-baca lebih
banyak daripada yang ada di Eropa ketika itu”.
Orang portugis merupakan salah satu bangsa barat yang pertama kali datang ke
nusantara ini pada permulaan abad 16 dan pada akhir abad itu muncul pula bangsa
Inggris dan belanda. Orang portugis pada mulanya datang ke Indonesia di dorong
oleh semanagat hendak mengembangkan agama khatolik di samping mencari untung
dengan jalan berdagang. Mereka didorong oleh rasa permusuhan dengan orang Islam
dengan maksud untuk melemahkan kalau tidak menghancurkan perniagaan Islam
dengan jalan mengembangkan agama khatolik. Agama dijadikan dasar utama untuk
mendapat pengaruh dibidang ekonomi dan politik.

Syarat utama untuk memperluas pengaruh agama khatolik ialah mendirikan sekolah-sekolah.
Karena itu sekolah guru yang pertama kali dibentuk di wilayah Indonesia kita dapati di
daerah ternate yang didirikan oleh kaum pendeta portugis. Bukan hanya itu dipulau-pulau
lain disekitar ternate didirikan sekolah-sekolah yang dibina oleh kaum gerejawan khatolik.
Dengan jalan mengembangkan pendidikan berdasarkan agama khatolik itu bangsa portugis
berusaha untuk dapat berpengaruh dibidang ekonomi dan politik.namun semua itu mengaami
kegagalan karena kecerobohan dan keserakahan para penguasa mereka sendiri. Pada tahun
1574 mereka diusir dari ternate dan datanglah bangsa belanda yang uncoba melakukan apa
yang elah dilakukan oleh bangsa portugis.
Jalan yang diambil oleh Belanda untuk manyebarkan pengaruhnya di muka bumi hampir
sama yaitu dengan medirikan sekolah-sekolah pula. Sekolah-sekolah kompeni yang pertama
kali kita dapati didaerah-daerah kepulauan rempah-rempah seperti ambon, Ternate, Bacan
dan kemudian ke Batavia, pusat kekuatan ekonomi dan politik mereka. Jadi Belanda pun
menenempengaruhnya di bidang ekonomi dan politik dengan mendirikan sekolah-sekolah.
Cara mengajar di sekolah sekolah itu tidak banyak berbeda dengan cara yang dilakukan di
langgar-langgar pada waktu di indonesia. Hanya isi pelajaran yang berbeda hnya isi pelajaran
yang berbeda. Dasar sekolah-sekolah kompeni itu ialah ajaran agama Kristen protestan.

Revolusi prancis berpengaruh pula di Indonesia dibidang pendidikan. Deandels (1808-1811)


membawa semangat revolusi itu ke Indonesia pendidikan yang berdasarkan agama Kristen di
tinggalkan oleh Deandels. Dalam tahun 1808 ditugaskannya kepada par bupati di jawa untuk
mendirikan sekolah-sekolah, yang memberikan pendidikan berdasarkan adat istiadat, undang-
undang dan agama islam.

PERIODE PENDIDIKAN PADA ZAMAN PORTUGIS DAN SPANYOL


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang wajib serta sangat penting bagi setiap warga negara.
Pendidikan merupakan suatu hak serta kewajiban yang harus di miliki bagi setiap warga
negara. Selain itu pendidikan juga memiliki fungsi yakni untuk membangun serta
mempertahankan suatu negara agar negara tersebut tidak tertinggal dengan negara lain.
Dengan adanya pendidikan ini pola pikir masyarakat pun berubah, berbeda dengan yang tidak
mengeyam bangku pendidikan. Masyarakat yang berkesempatan untuk memperoleh
pendidikan memiliki pemikiran yang maju serta dewasa berbanding terbalik dengan yang
tidak berpendidikan.

Sejak zaman penjajahan pun pendidikan ini sangat di perhatikan salah satu cara yang
dilakukan agar pendidikan ini terlaksana yakni dengan cara bersekolah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa latar belakang portugis dan spanyol datang ke Indonesia?


2. Bagaimana sistem pendidikan pada zaman portugis dan spanyol?
3. Dimanakah daerah yang menjadi penyebaran zaman portugis dan spanyol?
4. Apa ciri-ciri pendidikan di masa portugis?
5. Apa pengaruh kedatangan bangsa Portugis ?
1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui apa yg menjadi tujuan portugis dan spanyol datang ke Indonesia
2. Dapat mengetahui sistem pendidikan pada zaman portugis
3. Dapat mengetahui daerah penyebaran portugis dan spanyol
4. Dapat mengetahui ciri-ciri pendidikan masa portugis
5. Dapat mengetahui pengaruh kedatangan portugis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar belakang datangnya bangsa Portugis dan Spanyol ke Indonesia

Pada awal abad ke-16 datanglah bangsa Eropa ke Indonesia, yang pertama adalah
bangsa Portugis, yang kemudian disusul bangsa Spanyol, mereka datang ke
Indonesia memiliki tujuan yakni untuk berdagang, selain untuk berdagang dan juga
untuk mengembangkan agama Nasrani (Agama Katolik). Kecuali Maluku sedikit sekali
pengaruh dari kebudayaan mereka. Hal itu tidak mengherankan, karena ketika bangsa
Portugis datang ke Malaka dan Indonesia, mereka menemui alat-alat kebudayaan yang tidak
kalah oleh milik kebudayaan bangsa barat. Pengaruh barat pada masa itu hanya bagaikan
kulit, sedangkan isinya tetap Indonsia asli. Tujuan Portugis datang ke Indonesia adalah untuk
melebarkan sayapnya dengan mengembangkan agama Khatolik, selain juga untuk berdagang.
Dua maksud yang berpadu menjadi satu hinga kemudian melahirkan maksud-maksud yang
lain. Portugis menganggap keberadaan Islam di bumi nusantara adalah musuh yang harus
dimusnahkan, baik di sektor agama itu sendiri, perdagangan (ekonomi), politik, dan segala
lini lainnya. Dan syarat dasar untuk mencapai tujuannya adalah pembangunan di bidang
pendidikan untuk masyarakat lokal. Bisa jadi ini untuk mengimbangi budaya menimba ilmu
di surau oleh masyarakat muslim. Dibentuklah sekolah guru untuk pertama kalinya di
wilayah Indonesia. Sekolah guru itu didirikan di daerah Ternate yang didirikan oleh kaum
pendeta portugis. Hal yang sama juga berlaku untuk pulau-pulau lain disekitar Ternate.
Sekolah-sekolah ini dibina oleh kaum gerejawan khatolik. Dengan jalan mengembangkan
pendidikan berdasarkan agama khatolik itu bangsa portugis berusaha untuk dapat
berpengaruh di segala bidang (terutama ekonomi dan politik). Namun semua itu mengalami
kegagalan karena kecerobohan dan keserakahan para penguasa mereka sendiri. Pada tahun
1574 mereka diusir dari ternate dan datanglah bangsa belanda yang mencoba melakukan apa
yang elah dilakukan oleh bangsa portugis.
Sedangkan bangsa Spanyol yang tergabung dalam kapal Ekspedisi Magelhaens-Del
Cano tiba pertama kali tiba di kota Tidore pada tahun 1521 untuk menyelesaikan sengketa di
Maluku tersebut. Portugis dan Spanyol menempuh jalur perundingan yang dilaksanakan di
Saragosa(Spanyol) pada tahun 1529. Perundingan dua bangsa tersebut menghasilkan
kesepakatan yang disebut Perjanjian Saragosa. Isi Perjanjian Saragosa, antara lain :
1. Spanyol harus segera meninggalkan Maluku dan melakukan perdagangan di Filipina.

2. Portugis tetap melakukan kegiatan perdagangan di Kepulauan Maluku.

Antara tujuan dari kedatangan bangsa portugis dan spanyol yakni :

1. Gold, yaitu mencari emasatau mencari kejayaan

2. Glory, yaitu mencari kekuasaan atau kejayaan

3. Gospel, yaitu menyebarkan agama kristen

2.2 Pendidikan Yang Terjadi Pada Masa Portugis

Setelah dapat menguasai malaka pada permulaan abad ke -16, orang-orang Portugis
bergerak mencari daerah sumber rempah-rempah di Indonesia bagian timur yakni di
bagian pulau Ternate, Tidore, Ambon dan Bacan. Dalam gerakan ini selalu di ikuti oleh
missinaries Roma Khatolik. Hal tersebut karena mereka ingin mencari rempah-rempah serta
menyebarkan agama khatolik yang sebagian besar di anut oleh bangsa eropa. Segera sesudah
menduduki daerah atau pulau maka langkah pertama yang dikerjakan adalah menjadikan
penduduk setempat penganut agama roma katolik. Tugas ini dilakukan oleh padri-padri dari
“ordo Fransiskan” sesudah masyarakat pribumi dibaptis dan menjadi penganut agama roma
khatolik langkah berikutnya adalah memberikan pendidikan kepada mereka agar agama
baru yang telah dipeluk dapat diresapi dan didalami. Peranan para missionaris dari “ordo
franciskan” kemudian terdesak oleh kaum “Yezuit”(salah satu ordo padri Katolik) dibawah
pimpinan Fransiskus Xaverius(1506-1552) yang kemudian menjadi peletak dasar dari Katolik
se Indonesia.
Pada tahun 1536 penguasa Portugis di Maluku bernama Antonio Galvano,
mendirikan sekolah seminari untuk anak-anak dari pemuka Bumiputera. Dalam sekolah
seminari ini anak-anak mendapatkan pelajaran agama selain itu juga diajarkan membaca,
menulis dan berhitung. Bahasa pengantar yang digunakan dalam sekolah seminari ini tidak
dapat diketahui secara jelas. Sekolah semacam ini didirikan di pulau Solor jumlah muridnya
mencapai 50 siswa, diketahui bahwa bahasa latin diajarkan pada Bumi Putera ternyata dapat
mengikuti pelajaran dan ingin melanjutkan dan meneruskan studi ke Goa, yang menjadi
kekuatan Portugis di Asia. Fransiskus Xaverius pada tahun 1547 pergi ke Goa dari Ternate
dengan membina pemuda-pemuda Maluku untuk melanjutkan pendidikan ke Goa
(Soemarsono Mestoko,dkk:1986:71).
Penyebaran agama Katolik di daerah Maluku demikian pula penyelenggaraan
pendidikan tidak banyak mengalami perubahan atau kemajuan yang begitu pesat hal
tersebut karena selain hubungan bangsa Portugis dengan Sulatan Ternate kurang baik, mereka
harus berperang melawan bangsa Spanyol kemudian Inggris.
Akhirnya Belanda yang dapat menghalau bangsa Portugis dari Indonesia Timur dan
kemudian mengambil alih segala Harta banda termasuk milik Gereja Katolik beserta lembaga
pendidikannya. Tetapi sebagian penduduk masih setia terhadap katolik roma hingga
Sekarang(Sumarsono Mestoko, dkk:1986:72).

2.3 Daerah Penyebaran Pengaruh Portugis

2.3.1 Maluku
Secara historis kepulauan Maluku sangat terkenal dengan sebagai suatu daerah
penghasil rempah-rempah tetapi sebenarnya daerah tersebut bukanlah pulau penghasil
rempah-rempah yang asli selama berabad-abad sebelum kedatangan orang-orang barat di
kepulauan Maluku para pedangan melayu,jawa dan cina telah melakukan dagang cengkeh
dengan system barter.
Pada tahun 1525 orang-orang portugis melakukan kontak hubungan dengan
penduduk Hitu akan tetapi mereka terpaksa pindah kesemenanjung Leitimor di tempat itulah
orang-orang Portugis ini mendirikan benteng yang selanjutnya menjadi kota Ambon
sekarang, bersamaan dengan itu mereka memperluas penanaman pohon cengkeh sampai
kepualuan Leiser.
Pada tahun 1536 penguasa portugis untuk Maluku adalah Antonio Galvano berhasil
mendirikan sekolah Seminari untuk anak-anak para pembuka pribumi di Ternate yang
merupakan sekolah agama Kristen bagi-anak-anak mereka dan sekolah yang sejenis
kemudian didirikan di pulau Solor dengan jumlah murid sebanyak 50 orang, murid-murid
yang berasal dari golongan pribumi dan ternyata mampu mengikuti pelajaran dengan baik
dan berkeinginan melanjutka pendidikannya ke Goa (India).
Pada tahun 1546 di Ambon sudah banyak pemeluk agama khatolik selain pelajaran
agama yang di berikan pelajaran seperti membaca,menulis dan berhitung juga di berikan
dengan tambahan bahasa latin.

2.3.2 Sumatra Selatan

Hubungan kesultanan Palembang dengan bangsa Portugis di malaka sampai akhir


abad ke-16 selalau mengikuti kebijakan Demak yang telah mengambil alih peran malaka
dalam penyebaran agama Islam di daerah nusantara, serbuan Demak terhadap malaka sejak
tahun 1512 sampai 1513 dan 1551-1574 selalu mendapatkan bantuan dari Palembang
sehingga tidak memberikan kesempatan kepada bangsa eropa untuk berpengaruh di daerah
palembang.
Ketika inggris menguasai Bengkulu sempat misi Kristenisasi dibawah zending
Kristen memasuki daerah Tanjung Sakti dibawah asuhan seorang pastur Khatolik di daerah
tanjung sakti dibangun sebuah sekolahan desa (volkschool) dan voorvolkschool di simpang
tiga Tanjung Sakti setelah itu di buka pula sebuah sekolahan pertanian dalam masyarakat
setempat sekolahan itu di kenal dengan nama sekolah mingguan.
Penyebaran agama khatolik dengan mempergunakan sarana pendidikan yang
setingkat dengan pendidikan pada akhir abad ke-19 hanya terbatas daerah Tanjung Sakti saja
karena tidak dapat menjangkau daerah yang lebih luas dan setela jatuhnya kesultanan
Palembang pada tahun 1848-1868 sumatra selatan berhasil dikuasi belanda dan mengambil
alih segala harta benda milik gereja dan semua lembaga pendididkannya.

2.4 Ciri-Ciri Pendidikan pada masa portugis

Seorang penguasa dari portugis di Maluku bernama Antonio Galvano mendirikan


sebuah sekolahan Missionaris untuk anak-anak pemuka pribumi adapun sekolahan
mengajarkan beberapa pelajaran seperti :
1. Membaca
2. Menulis
3. berhitung dan agama
Metode yang di pergunakan berupa:
1. Ceramah
2. Menghapal
3. Mengkaji ulang pelajaran
Adapun ciri-ciri pendididkan pada masa Portugis yaitu:
1. Yang memberikan pelajaran biasanya di sebut pastur atau pendeta
2. Metode yang diajarkan bersifat ceramah, menghafal, mengkaji ulang
3. Waktu belajar pada hari minggu

4. bersifat klasikal

2.5 Pengaruh Kedatangan Bangsa Portugis Di Indonesia

Selama berada di Indonesia orang-orang portugis meninggalkan beberapa pengaruh


kebudayaan mereka seperti :
1. Dalam Bidang Kesenian
Bangsa portugis meninggalkan kesenian yang berupa balada-balada keroncong yang diiringi
gitar yang berasal dari kebudayaan portugis
2. Dalam Bidang Bahasa
Kosa kata bahasa Indonesia juga ada yang berasal dari bahasa portugis seperti,bendera,keju
dll
3. Dalam Bidang agama
Adanya bangunan-bangunan gereja di Indonesia dan masyarakat Indonesia bagian timur
kebanyakan memeluk agama khatolik
4. Dalam Bidang Pendididkan
Didirikannya sekolahan seminari di Ambon dan volkschool dan voorvokschool di tanjung
sakti.

2.6 Reaksi Masyarakat Indonesia Kedatangan Portugis


Kedatangan bangsa portugis di Indonesia disambut baik oleh penguasa setempat
karena bangsa portugis membawa bahan pangan dan membeli rempah-rempah. Akan tetapi
perdagangan asia bangkit kembali sehingga portugis tidak perna dapat melakukan suatu
monopoli yang efektif dalam perdagangan rempah-rempah.
Hubungan Ternate dan Portugis berubah menjadi tegang karena upaya yang lemah
membuat Portugis melakukan kristenisasi sedangkan masyarakat Ternate pada waktu itu
memeluk agama Islam dan prilaku orang-orang Portugis yang tidak sopan dan pada tahun
1570 orang Portugis membunuh Sultan Ternate sehingga orang-orang Portugis di usir dari
Ternate dan pada tahun 1575 terjadi peperangan sehingga orang –orang portugis pindah ke
Tidore dan membangun sebuah benteng baru namun yang menjadi pusat orang-orang
portugis melakukan semua aktivitasnya adalah Ambon.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

Setelah bangsa portugis dapat menguasai malaka pada permulaan abad ke -16, orang-orang
Portugis bergerak mencari daerah sumber rempah-rempah di Indonesia bagian timur yakni di
bagian pulau Ternate, Tidore, Ambon dan Bacan. Dalam gerakan ini selalu di ikuti oleh
missinaries Roma Khatolik. Hal tersebut karena meeka ingin mencari rempah-rempah serta
menyebarkan agama khatolik yang sebagian besar di anut oleh bangsa eropa. Dalam
pendidikan yang terjadi pada masa portugis ini kebanyakan mengajarkan mengenai agama
yang menjadi misi bangsa portugis yakni penyebaran agama katholik. Namun selain agama
dalam pendidikan di jaman portugis ini juga mengajarkan mengenai membaca, menulis, dan
berhitung.

DAFTAR PUSTAKA
http://nuraini-uzuainsitussejarah.blogspot.com/2012/11/sejarah-pendidikan-indonesia-
pada-masa.html ( diakses tanggal 23 Mei 2014 )
http://rzhakim.blogspot.com/2012/10/pendidikan-kita-dari-masa-ke-masa.html
( diakses tanggal 27 Mei 2014 )
http://media.kompasiana.com/buku/2013/11/19/pendidikan-di-indonesia-dari-jaman-ke-
jaman-612388.html ( diakses 27 Mei 2014 )
http://akbar-el-hamed.blogspot.com/2012/05/sejarah-kedatangan-portugis-dan-
spanyol.html ( diakses 31 Mei 2014 )

sejarah pendidikan indonesia pada masa


portugis
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan

Definisi pendidikan menurut para ahli banyak sekali ragamnya dan berbeda antara satu
dengan yang lainnya .Hal ini tergantung dari sudut pandang masing-masing.

Berikut pengertian pendidikan menurut para ahli :

1. John Dewey.

Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara


intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia

2. M.J. Longeveled

Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak
agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar cukup cakap
melaksanakan tugas hidupnya sendiri.

3. Thompson

Pendidikan adalah pengaruh lingkungan terhadap individu untuk menghasilkan perubahan-


perubahan yang tetap dalam kebiasaan perilaku, pikiran dan sifatnya.

4. Frederick J. Mc Donald

Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat
(behavior) manusia.

5. J.J. Russeau

Pendidikan adalah pembekalan yang tidak ada pada pada saat anak-anak, akan tetapi
dibutuhkan pada saat dewasa.

6. Ki Hajar Dewantara

Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak,
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.

7. Ahmad D. Marimba

Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan


jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut para ahli maka pada dasarnya pendidikan
merupakan suatu proses mendidik dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya
mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin.dalam pembahasan makalah kali ini penulis
akan menjelaskan tentang sejarah pendidikan pada masa kedatangan bangsa portugis di
Indonesia

2.2. Penyebaran Pendidikan Di Indonesia Pada Masa Portugis

Sejarah pendidikan yang melaksanakan dengan system pengajaran dengan wujud lembaganya
yang lebih dikenal dengan sekolah sebenarnya sudah di mulai pada permulaan abad ke-16 yaitu
pada saat kedatangan bangsa Portugis di Indonesia yang kemudian di susul oleh bangsa Spanyol.
Kedatangan bangsa Portugis membawa pandangan tidak terlepas dari konteks perkembangan sistem
dunia yang semakin meluas sebagai akibat ekspansi barat sejak akhir abad ke-15 antara bangsa-
bangsa Eropa di Asia khusunya.

Dilihat dari sudut pandangng bangsa-bangsa Eropa dengan sikap keagamaanya dalam abad
pertengahan dengan usaha kristenisasi yang dilakukan oleh misionaris yang menyertai ekspedisi
Portugis dan Spanyol semakin memperhebat membawa pengaruh terhadap pendidikan di daerah-
daerah yang bersangkutan

Ketika pendeta Ignatius Loyola untuk pertama kali mendirikan Ordo Jesuit di Paris dengan
membangun sebuah organisasi yang sangat militant untuk memperjuangkan dan menyebarluaskan
agama tersebut dengan segala penjuru dunia.

Kemasyuran dan jumlah peserta sekolah-sekolah Jesuit yang semakin meningkat sebagian
besar terhantung pada prioritas pelajaran tentang Sastra Yunani dan Romawi.para murid dianjurkan
untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan deklamasi dan perdebatan di luar jam sekolah
,bersaing untuk memperoleh penghargaan dan hadiah,sehingga sekolah mampu menarik anak-anak
berbakat yang akhirnya mendapat perhatian dan sambutan dari berbagai kalangan masyarakat
tanpa mempersoalkan agama dan status sosialnya,sehingga murid-muris yang berbakat inilah yang
nantinya memberikan pengaruh besar terhadap pendidikan di Indonesia

Salah seorang pengikut Ordo Jesuit yang pertama adalah Franciscus Xaverius ,meninggal pada
tahun 1552 semasa hidupnya Franciscus Xaverius berhasil mendirikan berbagai misi gereja Katolik
Roma di Indonesia dan sekaligus menjadi peletak dasar dari Katholisisme di Indonesia dan
menegaskan bahwa untuk memperluas agama Nasrani perlu didirikan sekolah di mana-mana
terutama di daerah –daerah non-kristen dan berkat Francicus Xaverius juga agama katolik menjadi
pijakan yang kuat di Halmahera Ternate dan Ambon sehingga ketiga pangkalan itu banyak orang
yang memeluk agama khatolik

BAB II
PEMBAHASAN

A. Awal Kedatangan Portugis


Perjanjian Tordessilas (1494 M) berisi hak istimewa dari Bulla Paus untuk
bangsa Portugis danSpanyol dalam hal pembagian wilayah daratan untuk dikuasai.
Perjanjian tersebut menjadi dasarperjalanan mereka untuk melakukan politik
ekspansi ke daratan Asia dan Afrika. Tujuan tersebutjelas karena pada dasarnya,
bangsa Eropa menganggap diri mereka sebagai orang-orang yangmendapatkan
tugas suci dari Tuhan untuk menyelamatkan penduduk selain bangsa mereka
kejalan yang benar.
Portugis pertama kali singgah di Malaka tahun 1509 M setelah sebelumnya
menaklukkan kerajaan Goa di India. Ini berarti Portugis hadir di Indonesia hampir
satu dekade setelah Raden Patah mendirikan kerajaan Islam Demak di pulau Jawa.
Tahun 1511 M Malaka sudah dapat dikuasai oleh Portugis di bawah Afonso de
Albuquerqe (1459-1515 M).
Dua tahun kemudian, Pati Unus putra Raden Patah memimpin armada
menyerang kekuasaan Portugis di Malaka, tetapi berakhir dengan kegagalan.
Berikutnya Portugis bergerak untuk menguasai daerah rempah-rempah yang
berpusat di Maluku (berasal dari istilah bahasa Arab: Jazirat al-Mulk, yakni
kepulauan raja-raja). Ketika Portugis menjejakkan kakinya di Maluku, seperti
diutarakan oleh Russell Jones, Islam telah mengakar di kalangan penduduk
setempat sekitar 80 tahun. Di daerah ini khususnya Ambon, melalui peran ordo
Jesuit hingga tahun 1560 M, tercatat ada sekitar 10.000 orang yang memeluk Roma
Katholik dan bertambah menjadi 50.000 hingga 60.000 pada tahun 1590 M.
Sementara ordo Dominikan mampu mengkonversikan kedalam agama Roma
Katholik sekitar 25.000 orang di kepulauan Solor. Dari catatan Ismatu Ropi, Katholik
Roma ini merupakan fase kedua masuknya Kristen ke Indonesia melalui jasa ordo
Jesuit di bawah payung organisasi Society of Jesus dan ordo Dominikan yang turut
hadir bersama armada Portugis. Fase pertama adalah masuknya Gereja Timur
Nestorian yang ditengarai sempat muncul di Sibolga Sumatera Utara sekitar abad
ke-16 juga. Sedangkan fase ketiga adalah Kristen Protestan yang muncul
bersamaan dengan armada pelayaran Belanda.

B. Sistem Pendidikan Agama


Praksis pendidikan pada masa Portugis ini secara mendasar dikerjakan oleh
organisasi misi Katholik Roma. dimana pengajar-pengajar didatangkan langsung
dari portugis. diantara mereka Baru pada tahun 1536, di bawah Antonio Galvano,
penguasa Portugis di Maluku, didirikan sekolah seminari yang menerima anak-anak
pemuka pribumi. Selain pelajaran agama,
Mereka juga diajari membaca, menulis dan berhitung. Sekolah sejenis
dibuka di Solor dimana bahasa Latin juga diajarkan kepada murid-muridnya.
Mereka yang berkeinginan melanjutkan pendidikan dapat pergi ke Goa – India yang
ketika itu merupakan pusat kekuatan Portugis di Asia.
Kedatangan mereka yang selalu dibarengi dengan para misionaris Roma
Katholik, membuat setiap daerah yang mereka datang menjadi memiliki gereja dan
sekolah. Sekolah pertama yangdidirikan oleh orang-orang Portugis adalah di pulau
Ambon pada tahun 1536 (Supriadi, 2003).Pada masa kepemimpinan Antonio Galvao
waktu itu, yang didirikan adalah sekolah seminariuntuk anak-anak pribumi.
Tentunya selain mengajarkan agama Katholik, mereka juga mengajarkan
pelajaran calistung. Sekolah sejenis juga dibuka di daerah kepulauan Solor
tetapidengan menambahkan bahasa Latin dalam mata pelajarannya. Sekolah
keguruan pertamadidirikan beberapa saat setelahnya di daerah Ternate oleh kaum
pendeta Portugis.Ketika Portugis menjejakkan kakinya di Maluku, seperti diutarakan
oleh Russell Jones, Islamtelah mengakar di kalangan penduduk setempat sekitar 80
tahun.

Di daerah ini khususnyaAmbon, melalui peran ordo Jesuit hingga tahun 1560 M,
tercatat ada sekitar 10.000 orang yangmemeluk Roma Katholik dan bertambah
menjadi 50.000 hingga 60.000 pada tahun 1590 M.Sementara ordo Dominikan
mampu mengkonversikan kedalam agama Roma Katholik sekitar25.000 orang di
kepulauan Solor.

Katholikisasi yang masifini pada akhirnya mengakibatkan penyebaran Islam


di daerah Timur nusantara menjadi terhenti.Selain mengemban misi penyebaran
agama Katholik (Gunawan, 1995), kedatangan orang-orangPortugis juga untuk
meraup keuntungan sebesar-besarnya dari hasil perdagangan. Merekaselalu
berusaha memonopoli perdagangan dengan cara-cara kasar sehingga bangsa
Portugiskurang disukai.

Tidak salah bila pada masa ini sering terjadi pergolakan yang penuh
denganperebutan kekuasaan. Tetapi, pada akhirnya kedatangan bangsa Belanda di
bumi nusantaraberhasil menghalau Portugis hingga ke wilayah Timor Timur pada
tahun 1641. Seluruh gerejadan sekolah yang telah dibangun oleh Portugis, diambil
alih sepenuhnya oleh Belanda. Berbagaiupaya bahkan dilakukan untuk
menghilangkan pengaruh Portugis di bumi Nusantara, sepertidengan mengajarkan
agama Kristen di sekolah-sekolah dan mengganti penggunaan bahasaPortugis
dengan bahasa Belanda yang juga diajarkan di sekolah-sekolah (Said dan Affan,
1987).

Perkembangan Cina di Indonesia


Sebelum abad ke-20 mayoritas perantau dari Cina bukanlah golongan terpelajar.
Menurut penyelidikan Dr. F. De Haan dalam Leo Suryadinata mengatakan bahwa
sebelum tahun 1729 M penduduk Tionghoa di Jakarta sudah mempunyai semacam
sekolah swasta yang diselenggarakan di rumah-rumah orang kaya atau yang sang
guru datang ke rumah untuk memberi pelajaran bagi anak-anak Tionghoa.[3] Pada
tahun 1900 M orang-orang Cina mulai mendirikan sekolah-sekolah khusus untuk
mereka. Pendidikan orang-orang Cina semakin berkembang. Terlebih lagi Belanda
membuat kebijakan terkait sistem pendidikan yang dipisah-pisahkan menurut
golongan masyarakat sebagai berikut:[4]
 Hollands Indische School (HIS) untuk orang-orang pribumi.
 Hollands Chinese School (HCS) untuk orang non pribumi keturunan Cina.
 Hollands Arabische School (HAS) untuk keturunan Arab.
Dari kebijakan tersebut golongan pribumi semakin berprasangka buruk terhadap
Cina. Pendidikan bagi kaum pribumi pun hanya dapat dirasakan oleh keturunan
ningrat saja. Dalam bidang politik dan pemerintahan diadakan garis pemisah pula,
yang mana jabatan-jabatan tertentu hanya diperuntukkan bagi orang-orang Cina
dan pribumi keturunan ningrat.
Orang-orang Cina di Indonesia yang datang untuk berdagang banyak membentuk
komunitas atau perkampungan di pulau Jawa seperti di pantai Tuban, Surabaya, dan
Gresik. Perkampungan tersebut beberapa masih ada, sebagian lagi hanya
meninggalkan jejak sejarah berupa peninggalan-peninggalan berupa artefak seperti
bentuk-bentuk bangunan rumah yang kental dengan seni arsitektur Cina-Belanda.
Orang-orang Cina yang datang ke Indonesia membawa tradisi, norma-norma, dan
sikap fanatisme terhadap tradisi leluhur. Pemikiran mereka dipenuhi dengan ajaran-
ajaran yang berisi pandangan hidup dan filsafat orang-orang Cina seperti
Budhisme,Taoisme, dan Khong Hu Cu.[5]
Paham Budhisme dikaitkan dengan hubungan manusia sebagai individu dengan
keadaan masa depan yaitu Nirwana (Kik Lok Kok) dan alam semesta. Paham
Taoisme dihubungkan dengan nasib manusia yaitu manusia sebagai individu dalalam
hubungannya dengan alam semesta. Paham Khonghucu dikaitkan dengan
perhatiannya terhadap masyarakat secara keseluruhan seperti tergambar dalam
sistem sosial Cina tradisional. Ketiga paham tersebut kemudian dinamakan Tri
Dharma (Sam Kaw). Di Indonesia pelopornya adalah Kwee Tek Hoaij, yang lebih
dianggap sebagai salah seorang tokoh Budha di Indonesia. Penganut-penganut Sam
Kaw membentuk Majelis Budhisme Tri Dharma Indonesia. [6]
Pada tahum 1945-1949 yang merupakan periode masa revolusi fisik, rakyat
Indonesia berjuang untuk melepaskan diri dari penjajahan. Pada tahun 1947 muncul
gerakan organisasi Cina bernama gerakan Pao An Tui yang dipersenjatai Belanda.
Gerakan ini mendapat perlawanan dari RI pada tahun 1949. Berikut adalah sikap
tertentu pada waktu revolusi fisik yaitu orang-orang non pribumi Cina yang berada
di daerah kekuasaan RI, sebagian kecil membantu sekuat tenaga pejuang-pejuang
RI, sedangkan yang berada di wilayah kekuasaan Belanda yang umumnya
membantu Belanda.
Dapat disimpulkan bahwa pada masa-masa perjuangan kemerdekaan orang-orang
non pribumi keturunan Cina condong kepada siapa saja yang berkuasa di tempat itu,
asal tidak dirugikan usahanya. Siapa saja yang dapat menjamin keselamatan dan
keuntungan usahanya, maka mereka akan membantu sepenuhnya. Ketika
pembenrontakan G 30 S PKI meletus, sikap Pemerintah Indonesia banyak berubah,
terutama terhadap non pribumi keturunan Cina yang ternyata diketahui banyak
diantara mereka yang bersimpati kepada pemberontakan tersebut. Adapun
kebijakan baru bagi orang-orang Cina adalah sebagai berikut:[7]
 Dilarang diadakannya upacara-upacara atau perayaan-perayaan tradisional Cina.
 Muncul peraturan yang mengakibatkan dikeluarkannya kartu penduduk yang
membedakan antara sesama WNI, pribumi, dan non pribumi.
 Dalam bidang pendidikan: ditutupnya sekolah-sekolah khusus untuk anak-anak non
pribumi keturunan Cina. Sehingga orang tua mereka menyekolahkannya ke sekolah
swasta bahkan keluar negeri.

Anda mungkin juga menyukai