Anda di halaman 1dari 16

ALIRAN PROGRESIVISME

DISUSUN OLEH :

1. Nadia Faradila ( 06081181722001 )


2. Dwi Utami Sari (060811817220 05)
3. Septi Puspita Sari ( 06081281722043 )
4. Septyana Saraswati ( 06081281722033 )

DOSEN PENGAMPU :

SOMAKIM, DR. M. PD.

WENI DWI PRATIWI, S. PD., M. SC.

NOVIKA SUKMANINGTHIAS, S. PD., M. PD.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan. Karena berkat rahmat dan karunia-
Nya lah kami mampu menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Pendidikan.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan dan
perbaikan dalam penulisan makalah selanjutnya. Penyususan makalah ini tidak
terlepas dari bantuan dan dorongan dari rekan-rekan semua. Semoga Allah senantiasa
melimpahkan kasih-Nya kepada semua pihak yang begitu baik dan tulus atas segala
hal yang diberikan kepada kami.

Akhirnya kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh


pembaca dan dapat menambah wawasan tentang Aliran Progresivisme.

Inderalaya, 11 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ....................................................................................................3


1.2. Rumusan Masalah ...............................................................................................4
1.3. Tujuan .................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Aliran Progresivisme.........................................................................5-6

2.2. Ciri –Ciri Aliran Pogresivisme............................................................................6-7

2.3. Progresivisme dan Perkembangannya.................................................................7-8

2.4. Progresivisme dan Pendidikan Modern……………………………………….8-10


2.5. Kurikulum Pendidikan Progresivisme ................................................................10

2.6. Peran Guru dalam Pandangan Progresivisme……………………………….10-11

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan .........................................................................................................12

3.2. Saran ....................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................13

LAMPIRAN ...............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik
potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi
dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan
bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan, organis, harmonis, dinamis. guna
mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi
mengenai masalah-masalah pendidikan. Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan
kuikulum. Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada berbagai aliran
filsafat. Dalam pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran - aliran filsafat
tertentu, dan salah satunya yaitu
“Filsafat Progresivisme”.
Filsafat Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri
sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Pada
Filsafat Progresivisme aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini
mungkin tidak benar di masa yang mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya
memfokuskan pada guru atau bidang muatan.Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle,
william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff.
Progresivisme merupakan aliran filsafat pendidikan modern yang menghendaki adanya
perubahan pelaksanaan pendidikan menjadi lebih maju. Aliran progresivisme ini mengutamakan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak dan menjadikan pendidik hanya sebatas
sebagai fasilitaor, pembimbing, dan pengarah bagi peserta didik. Adapun tujuan dari aliran
progresivisme dalam pendidikan ialah ingin merubah praktik pendidikan yang selama ini terkesan
otiriter menjadi demokratis dan lebih menghargai potensi dan kemampuan anak, serta mendorong
untuk dilaksanakannya pembelajaran yang lebih banyak melibatkan peserta didik. Dengan
menerapkan aliran progresivisme dalam pendidikan, harapannya dapat membahwa perubahan dan
kemajuan pendidikan di Indonesia menjadi lebih berkualitas, sehingga mampu mewujudkan tujuan
pendidikan nasional Indonesia.

3
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah dalam makalah ini adalah :
1.2.1. Apa itu aliran Progresivisme?
1.2.2. Apa ciri-ciri aliran Progresivisme?
1.2.3. Bagaimana aliran Progresivisme dan perkembangannya?
1.2.4. Bagaimana aliran Progresivisme dan Pendidikan modern?
1.2.5. Bagaimana kurikulum pendidikan Progresivisme?
1.2.6. Bagaimana peran pendidik dalam pandangan Progresivisme?

1.3.Tujuan
Adapun tujuan makalah ini adalah :
1.3.1. Untuk mengetahui pengertian dari aliran Progresivisme.
1.3.2. Untuk mengetahui ciri-ciri aliran Progresivisme.
1.3.3. Untuk mengetahui aliran Progresivisme dan perkembangannya.
1.3.4. Untuk mengetahui aliran Progresivisme dan pendidikan modern
1.3.5. Untuk mengetahui kurikulum pendidikan Progresivisme..
1.3.6. Untuk mengetahui peran pendidik dalam pandangan Progresivisme.

4
BAB II
Pembahasan
2.1 Pengertian Progresivisme
Menurut bahasa istilah progresivisme berasal dari kata progresif yang artinya
bergerak maju. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata progresif
diartikan sebagai ke arah kemajuan; berhaluan ke arah perbaikan sekarang; dan
bertingkat-tingkat naik. Dengan demikian, secara singkat progresif dapat dimaknai
sebagai suatu gerakan perubahan menuju perbaikan. Sering pula istilah progresivisme
dikaitkan dengan kata progres, yaitu kemajuan. Artinya progesivisme merupakan salah
satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan, yang mana kemajuan ini akan membawa
sebuah perubahan. Pendapat lain menyebutkan bahwa progresivisme sebuah aliran yang
mengingikan kemajuan-kemajuan secara cepat (Muhmidayeli, 2011:151). Menurut
Gutek (1974:138) progresivisme modern menekankan pada konsep ‘progress’; yang
menyatakan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
menyempurnakan lingkungannya dengan menerapkan kecerdasan yang dimilikinya dan
metode ilmiah untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul baik dalam kehidupan
personal manusia itu sendiri maupun kehidupan sosial. Dalam konteks ini, pendidikan
akan dapat berhasil manakala mampu melibatkan secara aktif peserta didik dalam
pembelajaran, sehingga mereka mendapatkan banyak pengalaman untuk bekal
kehidupannya. Senada dengan itu, Muhmidayeli (20011:151) menjelaskan bahwa
progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah
sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah
berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka
secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara
ilmiah, seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi teoritis, memberikan
analisis, pertimbangan, dan pembuatan kesimpulan menuju pemilihan alternatif yang
paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah dihadapi.

Progresivisme merupakan salah satu aliran dalam filsafat pendidikan modern


yang berkembang pesat pada permulaan abad ke XX. Menurut John S. Brubacher
sebagaimana dikutip Jalaludin dan Abdullah Idi (2012:82) aliran progresivisme bermuara
pada aliran filsafat pragmatisme yang diperkenalkan oleh William James (18421910) dan
John Dewey (1859-1952) yang menitik beratkan pada segi manfaat bagi hidup praktis.
Artinya, kedua aliran ini sama-sama menekankan pada pemaksimalan potensi manusia
dalam upaya menghadapi berbagai persoalan kehidupan sehari-hari. Di samping itu,
kesamaan ini di dasarkan pada keyakinan pragmatisme bahwa akal manusia sangat aktif
dan ingin selalu meneliti, tidak pasif dan tidak begitu saja menerima pandangan tertentu
sebelum dibuktikan kebenarannnya secara empiris (Uyoh Sahdullah, 2003:120).

5
Berkaitan dengan pengertian tersebut, progresivisme selalu dihubungkan dengan istilah
the liberal road to cultural, yakni liberal bersifat fleksibel (lentur dan tidak kaku), toleran
dan bersikap terbuka, sering ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan
pengelaman (Djumransjah, 2006:176). Maksudnya aliran progresivisme sangat
menghargai kemampuan-kemampuan seseorang dalam upaya pemecahan masalah
melalui pengamalaman yang dimiliki oleh masingmasing individu. Pendapat lain
menyebutkan bahwa progresivisme sering pula dinamakan sebagai instrumentalisme,
eksperimentalisme, dan environmentalisme (Jalaluddin dan Abdullah Idi, 2012:78).
Dinamakan instrumentalisme, karena aliran progresivisme beranggapan bahwa
kemampuan inteligensi manusia sebagai alat untuk hidup, untuk kesejahteraan, dan untuk
mengembangkan kepribadian manusia. Dinamakan eksperimentalisme, karena aliran ini
menyadari dan mempraktikkan asas eksperimen untuk menguji kebenaran suatu teori.
Kemudian, dinamakan environmentalisme, karena aliran ini menganggap lingkungan
hidup itu mempengaruhi pembinaan kepribadian. Selain itu, ada pula yang menyebutnya
sebagai aliran naturalisme, yaitu sebuah pandangan yang menyatakan bahwa kenyataan
yang sebenarnya adalam alam semesta ini, buka kenyataan spiritual dan superanatural
(Djumransjah, 2006:176). Dari beberapa penjelesan tersebut dapat dipahami bahwa
aliran progresivisme adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang menghendaki
adanya perubahan secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang positif. Dengan
kata lain, pendidikan harus mampu mebawa perubahan pada diri peserta didik menjadi
pribadi yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai persolan serta dapat menyesuikan
diri dengan kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, progresivisme sangat
menghendaki adanya pemecahan masalah dalam proses pendidikan.

2.2 Ciri Aliran Progresivisme

Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subjek yang
memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya, mempunyai
kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia
itu sendiri. Pendidikan dianggap mampu mengubah dan menyelamatkan manusia demi
masa depan. Tujuan pendidikan selalu diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman yang
terus menerus dan bersifat progresif. Dengan demikian, progresif merupakan sifat positif
dari aliran tersebutSedangkan sifat negatifnya adalah aliran ini kurang menyetujui adanya
pendidikan yang bercorak otoritas dan absolut dalam segala bentuk seperti terdapat dalam
agama, moral, politik, dan ilmu pengetahuan.Jadi, jelas bahwa progres atau kemajuan,
lingkungan dan pengalaman menjadi perhatian dari progresivisme, tidak hanya angan-
angan dalam dunia ide, teori, dan cita-cita saja.

Progres dan kemajuan harus dicari dengan memfungsikan jiwa sehingga


menghasilkan dinamika yang lain dalam hidup ini.Semuanya itu diperlukan oleh
pendidikan agar orang dapat maju, dan berbuat sesuatu sehingga mampu mengada-kan

6
penyesuaian dengan lingkungan. Karena itu, pendidikan tidak hanya menyampaikan
pengetahuan kepada peserta didik, tetapi yang lebih penting dari itu. Yaitu, melatih
kemampuan berpikir dengan memberikan rangsangan dengan cara-cara ilmiah, seperti
kemampuan menganalisis dan memilih secara rasional di antara beberapa alternatif yang
tersedia.Tugas pendidikan, menurut pragmatisme, progresivisme ialah mengadakan
penelitian atau pengamatan terhadap kemampuan manusia dan menguji kemampuan-
kemampuan tersebut dalam pekerjaan praktis. Dengan kata lain, manusia hendaknya
mengaktualisasikan ide-idenya dalam kehidupan nyata, berpikir, dan berbuat.

2.3 Progresivisme dan Perkembangannya


Aliran progresivisme sebagai aliran pemikiran, baru berkembang dengan pesat
pada permulaan abad ke-XX, namun garis linear dapat ditarik ke belakangnya hingga
pada zaman Yunani kuno. Misalnya, dengan tampilnya pemikiran dan Heraclitos,
Socrates, bahkan juga Protagoras memengaruhi aliran ini. Heraclitos mengemukakan
bahwa sifat yang utama dan realitas ialah perubahan. Tidak ada sesuatu yang tetap di
dunia ini, semuanya berubah.

Demikian pula Socrates, ia berusaha mempersatukan epistemologi dan aksiologi


(teori ilmu pengetahuan dan teori nilai). Ia mengajarkan bahwa pengetahuan merupakan
kunci kebajikan yang baik sebagai pedoman bagi manusia untuk melakukan kebajikan.
Kemudian, Protagoras seorang sebagai sophis pernah mengajarkan bahwa kebenaran dan
nilai-nilai bersifat relatif, yaitu tergantung kepada waktu dan tempat.

Banyak penyumbang pikiran dalam pengembangan progresivisme, seperti Prancis


Bacon, John Locke, Rousseau, Kant, dan Hegel. Francis Bacon menanamkan asas metode
eksperimental (metode ilmiah dalam pengetahuan alam) menjadi metode utama dalam
ilsafat pendidikan Progresivisme. John Locke dengan teori tentang asas kemerdekaan
yang menghormati hak asasi (kebebasan politik). Kemudian, Rousseau meyakini
kebaikan kodrat manusia yang bisa berbuat baik dan lahir sebagai makhluk yang baik.
Selanjutnya Immanuel Kant memuliakan martabat manusia dan menjunjung tinggi
kepribadian manusia.

Tokoh-tokoh pelopor progresivisme yang berpengaruh ternyata banyak


bermunculan di Amerika Serikat, antara lain Benjamin Franklin, homas Paine, dan homas
Jeferson memberikan sumbangan terhadap perkembangan aliran ini dengan cara sikap
menentang dogmatisme, terutama dalam agama, moral, dan sikap demokrasi. Demokrasi
memiliki ni-lai ideal yang wajib dilaksanakan sepenuhnya dalam semua bidang
kehidupan karena ia merupakan usaha mengangkat harkat dan martabat manusia.

Demokrasi juga sebagai keseimbangan dan kebebasan serta kebersamaan dalam


usaha mencari nilai-nilai kebenaran, seperti proses ilmu pengetahuan mencari kebenaran.

7
Dengan kata lain, demokrasi adalah ide-ide, pemikiran-pemikiran yang dilaksanakan
dalam pergaulan sosial. Hasil pikiran itu benar, jika pikiran itu berhasil, dan mempunyai
arti bagi si pemikir. Itu pandangan John Dewey, tokoh pelopor pragmatisme-
progresivisme di samping tokoh terkenal lainnya seperti William James. Menurut James,
kebenaran ide-ide itu terbukti apabila ide itu dapat berwujud dan mem-bawa kepuasan
dalam penyelesaian suatu problema.

Selain di Amenka Serikat, aliran pragmatisme-progresi-visme ini juga


mempunyai akar yang terhunjam kuat dalam beberapa aliran pemikiran filsafat Eropa.
Dia mempunyai akar dalam ”pengagungan kemauan” dari Schopenhaer, ”sebab praktis”
dari Kant, ”survival of ittest” dari Darwin, serta dalam ”utilitarianisme” yang mengukur
segala sesuatu dari segi manfaatnya.

2.4 Progresivisme dan Pendidikan


Pendidikan Progressivisme adalah sebuah teori dengan sistem pendidikan yang
mementingkan kemerdekaan dan kebebasan anak dari tekanan pengajaran dengan system hafalan,
pendiktean bahan pelajaran dan otorisasi terhadap buku teks. Para pendidik Progressivisme
meyakini bahwa para murid belajar lebih baik apabila mereka dengan sungguh-sungguh sangat
perhatian atas apa yang dipelajari, yaitu materi pelajaran yang disukai dan sebaliknya akan terjadi
bahwa mereka tidak akan belajar dengan baik apabila mereka ditekan untuk menghafal dan
mengingat berbagai macam fakta-fakta yang dianggap percuma. Anak-anak seharusnya belajar
melalui kontak langsung dengan sesuatu objek pelajaran, tempat dan orang-orang sebagaimana
dibaca atau didengarkan oleh mereka.

Berdasarkan hal di atas, maka dalam sistem pendidikan Progressivisme ini sekolah
seharusnya tidak hanya memiliki satu ruang kelas, melainkan juga harus memiliki ruang kerja,
laboratorium ilmu, studio, ruang seni, ruang masak, gedung olah-raga dan perkebunan. Dengan
fasilitas ini, para pengajar Progressivisme yakin bahwa dengan prosedural pengadaan fasilitas ini
akan secara otmatis membangun fisik, sosial, emosi alamiah mereka sebagaimana adanya
(Whitney, 1964: 717). Para anak didik juga memiliki wadah untuk mengekspresikan apa yang ada
dalam pikiran mereka. Pendidik Progressivisme juga menekankan aktivitas, informalitas dalam
kelas. Mereka meyakini bahwa anak-anak akan belajar lebih baik ketika mereka dapat bergerak
dan bekerja pada cara mereka sendiri. Dalam pelaksanaan proses belajar, anak-anak dituntut
mengumpulkan materimateri dari beberapa sumber , bukan hanya dari satu buku teks yang telah
ditentukan saja. Dan penyelesaian problem dilaksanakan secara berkelompok dengan murid-
murid yang lain (Whitney, 1964: 717). Artinya, bahwa diskusi, drama, music dan aktivitas seni
menjadi prosedur kelas disamping pelajaran dan kegiatan menghafal.

Adapun yang menjadi prinsipprinsip pendidikan yang dianut oleh aliran ini dapat didaftarkan
secara singkat adalah:

 Anak-anak dibiarkan bebas berkembang secara alami

8
 Perhatian, didorong langsung pada pengalaman, karena ini dianggap sebagai pendorong
yang paling baik dalam pengajaran.

 Guru harus menjadi seorang nara sumber dan seorang pembimbing dan pengarah dalam
aktivitas pembelajaran.

 Sekolah Progressivisme seharusnya menjadi sebuah laboratorium bagi reformasi


pendidikan dan tempat untuk bereksperimen (Ornstein dan Levine, 1985: 203)

Pendapat senada juga disampaikan Kneller (1971: 134), yaitu bahwa prinsip pendidikan
progresivisme adalah:

1. Pendidikan adalah hidup itu sendiri, bukan persiapan untuk hidup. Kehidupan yang baik
adalah kehidupan intelegen, yaitu kehidupan yang mencakup interpretasi dan rekonstruksi
pengalaman.

2. Pengajaran harus secara langsung dihubungkan dengan berbagai kepentingan anak.

3. Belajar melalui pemecahan masalah harus didahulukan dari belajar melalui subject matter.

4. Peran guru tidak langsung tetapi untuk memberikan petunjuk kepada anak.

5. Sekolah perlu mendorong kerjasama dibanding kompetisi.

Dengan kata lain, bahwa pendidikan model Progressivisme ini sangat menekankan bahwa si
anak harus diajar menjadi seorang yang berdiri sendiri (independen), menjadi seorang pemikir
yang percaya diri. Dalam hal ini, si anak diarahkan untuk belajar dan mempelajari persoalan-
persoalan yang ia anggap paling menarik, yaitu dengan memilih sendiri pokok persoalan yang
hendak dipelajari, kemudian menetapkan defenisi bagi dirinya sendiri atas persoalan yang sedang
diteliti atau yang sedang dikerjakannya. Selanjutnya ia akan mengekspresikan apa yang ia
rasakan dan yang ia yakini. Peran sang guru di sini adalah membantu murid untuk belajar dan
mendisplinkan sang anak agar tetap konsekwen atas apa yang telah ia pilih sebagai persoalan
yang paling ia minat

Istilah progresivisme dalam uraian ini akan dikaitkan dengan pendidikan, terutama
pendidikan modern abad ke-20. Pada pendidikan modern itu, rekonstruksi dunia
pendidikan telah banyak dilakukan oleh aliran ini melalui inisiatif dan karya nyata. John
Dewey, tokoh yang berpengaruh di Amerika Serikat melalui ”Sekolah kerja” yang ia
dirikan mempraktikkan pandangan-pandangannya dalam dunia pendidikan. Pandangan
tersebut mengenai kebebasan dan kemerdekaan peserta didik agar dapat mencapai tujuan
pen-didikan dalam pembentukan warga negara yang demokratis.

Progresivisme juga tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang terpisah,


melainkan harus diusahakan menjadi satu unit dan terintegrasi. Misalnya, dalam bidang
studi TPA, sejarah, dan keterampilan serta hal-hal yang bermanfaat dan dirasakan oleh
masyarakat. Praktik kerja di laboratorium, bengkel, dan kebun merupakan kegiatan-

9
kegiatan yang dianjurkan dalam rangka terlaksananya learning by doing atau belajar
untuk bekerja.

2.5 Kurikulum Pendidikan Progresivisme

kurikulum aliran progresivisme dapat dilihat melalui pengembangan yang dilakukan oleh
Junius L. Meriam. Ia mengembangkan kurikulum yang berkaitan dengan kehidupan anak dan
mengikutsertakan darmawisata, pekerjaan konstruktif, observasi, dan diskusi. Selain itu, Marietta
Johnson, mengenalkan teori pendidikan organik Johnson yang menekankan pada kebutuhan,
minat dan kegiatan anak dan memerhatikan betul pada kegiatan kreatifitas anak seperti menari,
menggambar, sketsa, dll (Gutek, 1974:140).

Apabila dihubungkan dengan kurikulum yang diterapkan di Indonesia sekarang ini, maka
pandangan aliran progresivisme tersebut sangat relevan dan mempengaruhi, bahkan menjadi
salah satu dasar dalam pengembangan kurikulum tersebut. Kurikulum yang dimaksud ialah
Kurikulum 2013. Kurikulum ini mulai diberlakukan di Indonesia pada akhir 2013 atau awal tahun
2014. Kurikulum 2013 dimaknai sebagai kurikulum yang dikembangkan dalam rangka
meningkatkan dan menyeimbangkan antara kemampuan soft skill dan hard skill yang berupa
sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Fadlillah, 2014:16).

Dengan kata lain, Kurikulum 2013 berusaha untuk lebih menanamkan nilai-nilai yang
tercermin pada sikap dapat berbanding lurus dengan keterampilan yang diperoleh peserta didik
melalui pengetahuan di bangku sekolah. Aliran progresivisme disebutkan sebagai salah satu yang
mendasari pengembangan Kurikulum 2013, dikarenakan dalam Kurikulum 2013 pendekatan
pembelajaran yang digunakan ialah pendekatan saintifiks. Di mana pendekatan saintifiks ini lebih
menekankan pada pemecahan sebuah masalah (problem solving). Yang dimaksud pendekatan
saintifik yaitu pembelajaran dilakukan dengan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, menalar, dan mengkomunikasikan. Jadi dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 sangat
cocok dengan pandangan aliran progresivisme.

2.6 Peran Guru dalam Pandangan Progresivisme


Di Indonesia, menurut UndangUndang No. 14 tahun 2004 tentang Guru dan
Dosen, pada Pasal 1 ayat 1 dikemukakan bahwa “Guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,
dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan”.

Menurut pandangan filsafat progresivisme guru adalah penasihat, pembimbing, pengarah


dan bukan sebagai orang pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa saja (otoriter)
terhadap muridnya. Guru disebut sebagai pembimbing karena mempunyai ilmu
10
pengetahuan dan pengalaman yang banyak di bidang pendidikan, memahami karakter
peserta didik yang secara otomatis (semestinya) guru mampu menjadi penasihat
manakala peserta didik mengalami jalan buntu dalam memecahkan persoalan yang
dihadapi. Oleh karena itu peran utama pendidik adalah membantu peserta didik
bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga peserta didik akan
berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam lingkungannya yang akan selalu
berubah.

Secara teoretis, John Dewey mengemukakan bahwa guru harus mengetahui ke


arah mana anak akan berkembang, karena anak hidup dalam lingkungan yang senantiasa
terjadi proses interaksi dalam sebuah situasi yang silih berganti dan berkelanjutan.
Dalam penerapannya, prinsip keberlanjutan mengandung arti bahwa masa depan harus
selalu diperhitungkan di setiap tahapan dalam proses pendidikan. Dalam hal ini, guru
harus mampu menciptakan suasana kondusif di dalam kelas dengan cara membangun
kesadaran bersama dari setiap individu dalam upaya mencapai tujuan bersama. Upaya
tersebut sesuai dengan tanggungjawab masing-masing dalam konteks pembelajaran di
dalam kelas, dan selalu konsisten pada tujuan tersebut (Muis, 2004).

Berkenaan dengan hal tersebut, teori progresivisme menyatakan bahwa tugas


pendidik adalah sebagai pembimbing aktivitas peserta didik dan berusaha untuk
memberikan kemungkinan terhadap terciptanya lingkungan terbaik yang memungkinkan
terjadinya proses belajar. Guru sebagai pembimbing, tidak boleh menonjolkan diri,
melainkan harus bersikap demokratis dan memperhatikan hak-hak alamiah dari para
peserta didik secara keseluruhan. Pendekatan yang digunakan dalam proses ini adalah
pendekatan psikologis dengan keyakinan bahwa memotivasi lebih penting daripada
sekedar memberi informasi. Pendidik dan peserta didik bekerja sama dalam
mengembangkan program belajar dan aktualisasi potensi peserta didik dalam
kepemimpinan dan kemampuan lain yang dikehendaki dalam pendidikan. Dengan
demikian dalam teori ini pendidik harus memiliki kelebihan dibanding manusia lainnya,
antara lain jeli, teliti, telaten, konsisten, luwes, dan cermat dalam mengamati apa yang
menjadi kebutuhan peserta didik, juga sanggup menguji dan mengevaluasi
kepampuankemampuan peserta didik dalam tataran praktis dan realistis. Hasil evaluasi
menjadi acuan untuk menentukan pola dan strategi pembelajaran selanjutnya. Dengan
kata lain pendidik harus mempunyai kreatifitas dalam mengelola peserta didik, dalam arti
akan berkembang dan bervariasi sebanyak variasi para peserta didik yang berada di
bawah tanggungjawabnya

11
BAB III
Penutupan
3.1 Kesimpulan
Progesivisme merupakan salah satu aliran yang menghendaki suatu kemajuan,
yang mana kemajuan ini akan membawa sebuah perubahan. aliran progresivisme
adalah suatu aliran dalam filsafat pendidikan yang menghendaki adanya perubahan
secara cepat praktik pendidikan menuju ke arah yang positif. Dengan kata lain,
pendidikan harus mampu mebawa perubahan pada diri peserta didik menjadi pribadi
yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai persolan serta dapat menyesuikan
diri dengan kehidupan sosial di masyarakat. Oleh karena itu, progresivisme sangat
menghendaki adanya pemecahan masalah dalam proses pendidikan.

Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subjek yang
memiliki kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupnya,
mempunyai kemampuan untuk mengatasi dan memecahkan masalah yang akan
mengancam manusia itu sendiri. Aliran progresivisme disebutkan sebagai salah satu yang
mendasari pengembangan Kurikulum 2013, dikarenakan dalam Kurikulum 2013 pendekatan
pembelajaran yang digunakan ialah pendekatan saintifiks. Di mana pendekatan saintifiks ini
lebih menekankan pada pemecahan sebuah masalah (problem solving).

Menurut pandangan filsafat progresivisme guru adalah penasihat, pembimbing,


pengarah dan bukan sebagai orang pemegang otoritas penuh yang dapat berbuat apa
saja (otoriter) terhadap muridnya ,peran utama pendidik adalah membantu peserta
didik bagaimana mereka harus belajar dengan diri mereka sendiri, sehingga peserta
didik akan berkembang menjadi orang dewasa yang mandiri dalam lingkungannya
yang akan selalu berubah.

3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca. Kami sadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak kekurangan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat
kami harapkan guna mendukung perbaikan makalah ini. Apabila terdapat berbagai
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini, kami selaku penulis mohon maaf dan
semoga dapat dimaklumi.

12
Daftar Pustaka

Fadillah M. (2017). ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Dimensi


Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, 18.

Anwar, M. (2017). Filsafat Pendidikan. Jakarta: PT Aditya Andrebina Agung.

F Nanuru Ricardo. (2013). Progresivisme Pendidikan dan Relevansinya di Indonesia. Jurnal UNIERA
Volume 2 Nomor 2; ISSN 2086-0404, 135-136.

Fadlillah M. (2017). ALIRAN PROGRESIVISME DALAM PENDIDIKAN DI INDONESIA. Jurnal Dimensi


Pendidikan dan Pembelajaran Vol. 5 No. 1, 22-23.

H.A. Yunus. (2016). TELAAH ALIRAN PENDIDIKAN PROGRESIVISME DAN ESENSIALISME DALAM
PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN. Jurnal Cakrawala Pendas, Vol. 2, NO. 1 , 33-34.

13
LAMPIRAN

Lembar Tanya Jawab

1. M.Taufiq Qur Rahman (Kelompok 4)

 Pertanyaan : Apa hubungan antara aliran progresivisme dengan pendidikan di


Indonesia?

 Jawaban : Aliran progresivisme disebutkan sebagai salah satu yang mendasari


pengembangan Kurikulum 2013, dikarenakan dalam Kurikulum 2013 pendekatan
pembelajaran yang digunakan ialah pendekatan saintifiks. Di mana pendekatan
saintifiks ini lebih menekankan pada pemecahan sebuah masalah (problem
solving). Yang dimaksud pendekatan saintifik yaitu pembelajaran dilakukan
dengan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan
mengkomunikasikan. Jadi dapat dipahami bahwa Kurikulum 2013 sangat cocok
dengan pandangan aliran progresivisme.

2. Alfika Faltdila R.P (Kelompok 1 )

 Pertanyaan : Di sebutkan dalam presentasi bahwa sifat negative aliran progresivisme


kurang menyetujui adanya pendidikan yang bercorak otoritas dan absolut dalam segala
bentuk seperti agama, moral, politik, dan ilmu pengetahuan nah maksud dari otoritas
dan absolut disini seperti apa ? tolong jelaskan!

 Jawaban : otoritas sendiri artinya kekuasaan atau kewenangan dalam hal ini aliran
progresivisme tidak setuju terhadap kekuasaan yang sifatnya menekan dan
membatasi kebebasan orang lain misalnya guru di dalam kelas perannya sebagai
fasilitator bukan pemegang kekuasaan sepenuhnya sehingga siswa dapat
berkembang dan kreatif dalam misalnya menjawab soal sehingga apabila tidak
sama seperti cara pengerjaan(jalan) guru lantas siswa di salahkan nah hal ini
berkaitan dengan absolut, dimana absolut sendiri artinya mutlak, aliran ini tidak

14
menyetujui sifat mutlak ini karena menurutnya tidak ada yang mutlak semuanya
dapat berubah.

3. Rebecca Ester Marsiolina Sihotang (Kelompok 5)

 Pertanyaan : Bagaimana kaitan antara aliran progresivisme dengan Matematika ?

 Jawaban : pendidikan model Progressivisme sendiri sangat menekankan bahwa si


anak harus diajar menjadi seorang yang berdiri sendiri (independen), menjadi
seorang pemikir yang percaya diri, diarahkan untuk belajar dan mempelajari
persoalan-persoalan yang ia anggap paling menarik, yaitu dengan memilih sendiri
pokok persoalan yang hendak dipelajari, kemudian menetapkan defenisi bagi
dirinya sendiri atas persoalan yang sedang diteliti atau yang sedang
dikerjakannya. Selanjutnya ia akan mengekspresikan apa yang ia rasakan dan
yang ia yakini. Hal ini sendiri sejalan dengan pendidikan matematika itu dimana
dalam matematika ada istilah problem solving, inquiri, dibutuhkan juga kreatifitas
dalam matematika serta ketertarikan dalam mempelajari itu dimana semuanya
berhubungan dengan logika, dimana beberapa istilah yang digunakn dalam
matematika cocok dengan aliran progresivisme sendiri.

15

Anda mungkin juga menyukai