Anda di halaman 1dari 3

Nama : Thoriq Haitsam

NIM : 11200321000012
Kelas : Kristen di Indonesia 5A

KEDATANGAN GEREJA PADA MASA PORTUGIS DAN SPANYO:


Dosen Pengampu Drs. Moh. Nuh HS., M.Ag.
Tugas Resume Individu

A. Kedatangan Portugis dan Spanyol di Indonesia

Kedatangan orang-orang Eropa ke Ternate, selain untuk mengambil rempah-rempah,


sekaligus menyiarkan dan mengembangkan agama Kristen. Tertaklukan Malaka oleh
Portugis pada tahun 1511 memberikan sebuah keterbukaan pengetahuan orang-orang
Portugis akan jalur sutera ke Ternate. Moto yang dibawah para pedagang ke Indonesia, serta
Maluku dan Ternate dengan semboyan “feitoria, fortaleza, dan igreja” yang dapat diartikan
‘perdagangan’, penguasaan militer dan penginjilan. Periode 1599 sampai tahun 1606 adalah
periode yang sangat penting dalam sejarah Ternate.

Selama masa itu, Ternate tidak hanya menghadapi Portugis dan Spanyol tetapi harus
menghadapi Inggris dan Belanda. Motivasi Belanda melalukan ekspansi ke wilayah Ternate,
dengan tujuan utama mengadakan monopoli perdagangan cengkeh. Untuk mewujudkan
tujuan itu maka penguasaan daerah secara politis dan ekonomi menjadi sangat penting.

Pada tanggal 8 November 1521, kapal dagang Spanyol berlabuh di Maluku, setelah melalui
Filipina, Kalimantan Utara, kemudian langsung ke Tidore. Disini bangsa Spanyol diterima
baik oleh rakyat Tidore. Namun Portugis yang ada di Ternate merasa terancam dan tidak mau
disaingi sesama bangsa Eropa, yang dianggap akan mengganggu monopolinya. Kemudian
mereka bersengketa, dan dibuatlah perjanjian di Saragosa pada tahun 1526, yang
menyebabkan Spanyol harus meninggalkan Tidore.

 1521 Spanyol memulai petualangannya di Sulawesi Utara

 1560 Spanyol mendirikan pos di Manado.

 1617 Gerakan perlawanan rakyat Minahasa di Sulawesi Utara untuk mengusir kolonial
Spanyol.

 1646 Spanyol di usir dari Minahasa dan Sulawesi Utara.


Tahun selanjutnya Spanyol masih mencoba memengaruhi kerajaan sekitar untuk
merebut kembali Minahasa tapi gagal, terakhir dengan mendukung Bolaang Mongondow
yang berakhir tahun 1692. Pelaut Spanyol berhasil mencapai Kepulauan Maluku pada tahun
1521 setelah terlebih dahulu singgah di Filipina disambut baik oleh rakyat Tidore. Bangsa
Spanyol dimanfaatkan oleh rakyat Tidore untuk bersekutu dalam melawan rakyat Ternate.
Maka pada tahun 1534, diterbitkan perjanjian Saragosa (tahun 1534) yang isinya antara lain
pernyataan bahwa bangsa Spanyol memperoleh wilayah perdagangan di Filipina sedangkan
bangsa Portugis tetap berada di Kepulauan Maluku.

Portugis memulai menjalankan misi utamanya. Setelah menjalin kerjasama dengan


pemegang kekuasaan lokal, dalam bidang perdagangan, Portugis mulai menunjukan taji
kekuasaannya atas wilayah-wilayah Tertentu. Dari situlah proses penginjilan mulai
melakukan misi Jesuitnya. Memanfaatkan pengetahuan masyarakat awam tentang eksistensi
Tuhan yang masih rendah, serta kepercayaan animisme dan dinamisme, orang Portugis
terutama para penginjil mulai menjalankan misinya dengan memberikan pengetahuan akan
kesenangan dan keselamatan hidup. Kesenangan hidup tidak selamanya dinilai dari faktor
jasmani. Tetapi kesenangan ruhanipun merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam hidup.
Menghadapi masyarakat awam bukan sebuah persoalan yang rumit bagi penginjil. Tetapi
memberikan pengetahuan terkait dengan agama Kristen kepada orang yang telah beragama
Islam, serta pemegang kekuasaan adalah sebuah tantangan besar. Orang Portugis, terutama
para penginjil mulai mencari cara dan metode mana yang paling tepat untuk dapat mengajak
orang yang telah beragama Islam untuk masuk agama Kristen.
REFERENSI :

Karen Armstrong, 2011; Masa Depan Tuhan, Sanggahan Terhadap Fundamentalisme dan
Ateisme, Bandung, Mizan.

M. Adnan Amal, 2010; Portugis & Spanyol di Maluku, Depok, Komunitas Bambu.

Trias Kuncahyono, 2010; Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir, Jakarta,
Kompas.

"Masuknya Kristen di Indonesia". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di


Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-12-25.

Anda mungkin juga menyukai