Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ginanjar Bima Sakti

NIM : 210311624851
Jurusan : Matematika
Prodi : S1 Pendidikan Matematika
Offering : C10

Pendidikan Indonesia Pada Masa


Penjajahan Portugis

Pendidikan merupakan gerbang awal seseorang untuk memahami hal-hal yang ada di luar
sana. Pendidikan mengajarkan kepada seseorang untuk berpikir akan suatu hal. Memilah
antara yang benar dan yang salah juga menjadi dasar pendidikan diadakan. Dengan
pendidikan, seseorang bisa meningkatkan derajatnya, yang dulunya belum tahu apa-apa
sekarang menjadi orang yang terpelajar.
Jika pendidikan menjadi bidang yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang,
lalu bagaimana keadaan pendidikan Indonesia di masa lalu. Melihat ke masa lalu, Indonesia
pernah dijajah oleh bangsa Portugis dan Belanda. Pendidikan pada masa itu pasti dipengaruhi
oleh bangsa penjajah. Yang saya bahas pada essay ini adalah sejarah pendidikan pada masa
penjajahan Portugis.
Datangnya bangsa Portugis ke Indonesia selain mencari kekayaan dan kejayaan, mereka
juga ingin menyebarkan agama katolik. Salah satu daerah yang menerima imbas dari
kedatangan bangsa Portugis adalah Pulau Ende dan kampung Numba. Bangsa Portugis hadir
di Pulau Ende dan kampung Numba ditaksir berlangsung selama kurang lebih 39 tahun dari
tahun 1562-1601. Pada proses penyebaran agama katolik, bangsa Portugis mengalami
kegagalan karena kalah dari para penyerang beragama Islam. Namun, bangsa Portugis tetap
meninggalkan beberapa situs bersejarah. Salah satu peninggalan dari bangsa Portugis yaitu
sebuah meriam besi di kampung Numba.
Pada masa Portugis, pendidikan sudah dilaksanakan dengan sistem pengajaran yang
diwujudkan dengan sekolah. Perwujudan sistem pembelajaran ini sudah dilakukan pada awal
abad ke-16 di mana Bangsa Portugis datang ke Indonesia yang kemudian disusul oleh Bangsa
Spanyol. Kedatangan Bangsa Portugis tidak bisa dikatakan terlepas dari konteks
perkembangan sistem dunia yang meluas akibat dari ekspansi Barat sejak akhir abad ke-15.
Selain itu, hubungan di bidang politik dan ekonomi dengan bangsa-bangsa yang ada di Eropa
terlebihnya bangsa-bangsa di Timur Tengah, tidak bisa dilepaskan dari dampak Perang Salib.
Persaingan di bidang perdagangan dan pelayaran memperparah konflik yang terjadi.
Dilihat dari pandangan bangsa-bangsa Barat dengan sikap keagamaan yang dimiliki pada
abad pertengahan, yakni bahwa setiap orang Moro/Moor yang beragama Islam adalah musuh
dari orang Kristen. Ekspedisi militer Portugis dan Spanyol yang disertai usaha kristianisasi
oleh para misionaris semakin memperhebat konflik di atas dan dengan sendirinya
memberikan pengaruh terhadap pendidikan di daerah-daerah yang bersangkutan. Pada tahun
1534 Pendeta Ignatius Loyola untuk pertama kali mendirikan Ordo Yesuit di Paris, tujuan
awalnya adalah untuk membangun Orde Baru bagi pelayan tugas-tugas misi agama Katolik
Roma di Palestina yang selanjutnya berubah menjadi suatu organisasi. Antara tahun 1539-
1550 organisasi Ordo Yesuit disempurnakan menjadi a military company of Yesus, yang
dibuat berdasar peraturan Regimini Militantis Ecclesiae. Bidang pendidikan merupakan
sarana yang efektif dan efisien bagi misi orde ini. Seperti yang diatur oleh Pendeta Aquaviva
(1543-1615) dalam risalah Ratio Studiorium (1585-1599), sebuah dokumen yang sangat
terkenal dalam sejarah pendidikan, perencanaan tentang tujuan, isi, proses dan pihak yang
terlibat dalam pendidikan, merupakan usaha berskala besar dan yang disusun dengan sangat
cermat yaitu untuk menambahkan ketaatan kepada cita-cita Gereja Katolik Roma melalui
cara pengajaran biasa. Struktur pengajaran yang utama atau pokok adalah pendidikan agama.
Sekolah-sekolah Yesuit pada umumnya memperlihatkan suasana yang ketat. Kejanggalan
sifat pribadi dari para murid memperoleh perhatian khusus dari para guru, sehingga tujuan
belajar salah satunya adalah menemukan bakat-bakat yang dimiliki oleh para murid dan
diarahkan secara bijakasana untuk kepentingan Ordo Yesuit. Guru menawarkan pelajran
tentang bagaimana mencintai diri sendiri dan orang lain serta bagaimana membangun
antusiasme melampaui apa yang sudah para murid miliki. Para murid didorong untuk
mengambil bagian dalam kegiatan deklamasi dan berdebat di luar jam sekolah. Bersaing
untuk hadiah dan penghargaan, mempresentasikan karya tentang berbagai topik. Sekolah-
sekolah Yesuit ini tidak ditarik biaya, sehingga menarik anak-anak yang kurang mampu
untuk mau bersekolah di sana dan mengasah bakat yang dimilikinya.
Dilihat dari lini sejarah, Kepulauan Ambon sangat terkenal akan daerah penghasil
cengkih, tetapi sebenarnya bukan penghasil rempah-rempah asli. Saat orang-orang Portugis
datang pada awal abad ke-16 di sana, pusat perdagangan cengkih berpusat di daerah sekitar
Kerajaan Ternate dan Tidore. Selama abad ke-16 terjadi pertentangan antara pihak Ternate,
Tidore, Semenanjung Tanah Melayu, dan Jawa dengan pihak Portugis. Pertentangan itu
memperebutkan wilayah hegomoni atas daerah-daerah penghasil cengkih. Akhirnya, timbul
daerah-daerah baru penghasil cengkih akibat dari pertentangan tersebut. Salah satunya adalah
daerah Hitu.
Pada tahun 1525, orang-orang Hitu bertemu dengan orang-orang Portugis untuk pertama
kali, tetapi orang-orang Potugis diusir dan akhirnya mendirikan benteng di Semenanjung
Leitimor yang kemudian menjadi Kota Ambon. Sampai akhir abad ke-16 terciptalah balence
of power antara orang Islam di Hitu dan orang-orang Ternate di Semenanjung Hoamoal
(Seram Bukit) dengan orang-orang Portugis. Di daerah Maluku, Antonio Galvano selaku
penguasa Portugis berhasil mendirikan sekolah seminar untuk pribumi di Ternate pada tahun
1536. Di sekolah ini, murid pribumi yang mampu mengikuti pelajaran dan mau melanjukan
studinya bisa pergi ke Goa (India).
Pada tahun 1546, Ambon telah ada tujuh kampung yang beragama Katolik Roma. Selain
pelajaran agama yang diberikan di sekolah ini, pelajaran tentang membaca, menulis, dan
menghitung juga diberikan. Dalam sekolah ini juga ditambahkan pelajaran bahasa Latin.
Kekurangan dari sekolah ini adalah bahasa yang digunakan ketika pembelajaran berlangsung.
Apakah menggunakan bahasa Portugis, bahasa daerah ataukah bahasa latin? Meskipun ada
kekurangan, sistem pendidikan pada masa Portugis ini telah memiliki wujud lembaga, tujuan,
isi, proses dan pihak-pihak yang terlibat sudah jelas.
Sistem pendidikan dari Bangsa Portugis ini mulai tergeser seiring Bangsa Belanda mulai
datang ke Indonesia. Dengan perencanaan penggunaan bahasa Belanda dan bahasa Melayu
yang kemudian berkembang menjadi bahasa Indonesia pada sekolah-sekolah menjadi alasan
mengapa sistem pendidikan Bangsa Portugis tidak mengalami kemajuan. Selain itu, ada
faktor lain yang menjadikan sistem pendidikan Bangsa Portugis tidak mengalami kemajuan
atau tergeser adalah hubungan Bangsa Portugis dengan orang Ternate yang kian hari kurang
baik. Bangsa Portugis juga harus melawan balik orang-orang Spanyol dan Inggris. Pada
akhirnya Bangsa Portugis berhasil diusir dari Indonesia oleh Bangsa Belanda.
Saya akan singgung sedikit mengenai sejarah pendidikan Indonesia pada masa Belanda.
Pedidikan yang telah ada pada masa Belanda dibagi menjadi tiga periode. Periode pertama
yaitu periode VOC pada abad ke-17 dan ke-18. Pada periode ini pendidikan ditujukan untuk
kaum “inlanders” (penduduk tanah jajahan yang ditangani oleh Natherlands Zendelingen
Genootschap atau NZG). Periode kedua yaitu periode pemerintah Hindia-Belanda pada abad
ke-19. Pada periode ini, VOC bubar dan kebijakan pendidikan ada ditangan pemerintah
Hindi-Belanda. Periode ketiga yaitu periode politik etis pada awal abad ke-20. Pada periode
ini pemerintah Hindia-Belanda memberikan ruang untuk menumbuhkan rasa nasionalisme
dan petriotisme bangsa Indonesia.
Dari sejarah pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Bangsa Portugis di atas, saya
memiliki beberapa hal yang dapat disimpulkan, yaitu:
1. Sistem pendidikan Bangsa Portugis sudah bisa dikatakan lengkap, karena memiliki
wujud, tujuan, isi, proses dan pihak-pihak yang terlibat sudah jelas.
2. Sistem pendidikan Bangsa Portugis tidak berfokus pada materi yang bersifat formal,
tetapi pendidikan ini juga berfokus pada pengembangan minat dan bakat para murid.
3. Sistem pendidikan Bangsa Portugis juga mengajarakan bagaimana melatih
kepercayaan diri dan mengasah serta mempertajam akal.
4. Sistem ini juga mengajarkan bagaimana kita harus bersaing secara sehat dengan orang
lain, karena perubahan zaman yang tak menentu ini menjadi hal yang harus
diperhatikan supaya tidak tertinggal.
5. Sistem pendidikan Bangsa Portugis mengutamakan pendidikan agama yang mana bisa
menuntun seseorang ke jalan yang benar.
6. Sistem pendidikan Bangsa Portugis ini juga memberikan kesempatan kepada para
murid untuk melanjutkan studi ke luar negeri supaya bisa menambah wawasan di
lingkungan yang berbeda.
7. Satu-satunya kekurangan yang ada pada sistem pendidikan Bangsa Portugis ini adalah
pada penggunaan bahasa pada proses pembelajan yang tidak diketahui secara pasti.
Jika saya kaitkan dengan keadaan yang sekarang, di mana pendidikan dengan K13 dan
Asesmen Nasional, memiliki hal-hal yang sama. K13 dan Asesmen Nasional juga berfokus
pada pengembangan karakter siswa yang mana ini merujuk pada pengembangan minat dan
bakat yang dimiliki oleh siswa tersebut. K13 dan Asesmen Nasional membuat para peserta
didik harus memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Kepedulian terhadap
lingkungan sekitar ini diwujudkan dengan adanya pola berpikir kritis. Pola berpikir ini
menuntut peserta didik untuk menjadi problem solver akan suatu masalah di lingkungan
sekitarnya. Pola berpikir kritis ini serupa dengan sistem pendidikan Bangsa Portugis yang
mana mengajarkan untuk melatih kepercayaan diri dan mengasah serta mempertajam akal.
K13 dan Asesmen Nasional mengajarkan kepada peserta didik untuk lebih cakap dalam
menguasai teknologi. Perubahan zaman yang terus terjadi memicu munculnya sesuatu yang
baru, jika perserta didik tidak tanggap, maka bisa saja peserta didik akan tertinggal perubahan
zaman. Pada K13 dan Asesmen Nasional, pendidikan karakter menjadi hal yang diutamakan.
Karekter yang baik pasti bisa membawa sesuatu yang baik juga ke depannya. Pada K13,
pendidikan karakter dijadikan satu dengan pendidikan agama. Dengan disatukannya
pendidikan karakter dengan pendidikan agama, diharapkan karakter yang terbentuk tidak
menyeleweng dari syariat agama yang dipeluk peserta didik.
Ada sebuah program dari Kemdikbudristek yang memberikan kebebasan kepada
mahasiswa. Program tersebut adalah Kampus Merdeka. Program ini memungkinkan
mahasiswa untuk bisa mengeksplor lebih tentang ilmu pengetahuan yang ada. Salah satu
program dari Kampus Merdeka adalah pertukaran pelajar. Pertukaran pelajar ini memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk bisa merasakan menimba ilmu di negeri orang. Dengan
lingkungan belajar dan suasana yang baru, diharapkan mahasiswa bisa mempelajari hal-hal
yang baru dan ketika kembali pulang ke tanah air bisa dipraktikkan supaya tanah air tercinta
Indonesia bisa lebih maju dan tidak tertinggal dengan negara-negara yang ada di dunia.
REFERENSI

Makmur, Djohan, Pius Suryo Haryono, Sukri Musa, dan Hadi S.(1993). Sejarah Pendidikan
di Dindonesia Zaman Penjajahan.Jakarta: CV. MANGGALA BHAKTI.
Riska & Hudaidah.(2021).Sistem Pendidikan di Indonesia pada Masa Portugis dan Belanda.
Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan.3(3).824-829.
Syaharuddin & Heri Susanto.(2019).Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonial
Nusantara sampai Reformasi).Banjarmasin. Program Studi Pendidikan Sejarah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.
Sulaiman, Hasti, Fransiskus Xaverius Rema, Anita.(2018).Menelusiri Jejak Sejarah
Peninggalan Portugis di Kampung Numba.Jurnal HISTORIA.6(2).237-250.
Supardan, Dadang.(2008).Menyingkap Perkembangan Pendidikan Sejak Masa Kolonial
Hingga Sekarang: Perspektif Pendidikan Kritis.Generasi Kampus.1(2).96-106.

Anda mungkin juga menyukai