Disusun Oleh:
Kelompok 9 :
1. Sinta Anatia
2. Nayla Dwi Fitriasari
3. Dwi Sevira Ainun R
Kelas : XI MIPA 4
SMAN 1 CILAMAYA
TAHUN AJARAN 2023/2024
1. Bidang Sosial-Budaya
Penjajahan bangsa Barat di Indonesia secara tegas telah menerapkan
kehidupan yang diskriminatif. Orang-orang Barat memandang bahwa mereka yang
berkulit putih sebagai kelompok yang kelas I, kaum Timur Asing sebagai kelas II,
dan kaum pribumi dipandang sebagai masyarakat kelas III, kelas yang paling rendah.
Hal ini membawa konsekuensi bahwa budayanya juga dipandang paling rendah.
Pandangan ini sengaja untuk menjatuhkan martabat bangsa Indonesia yang memang
sedang terjajah.
Memang bangsa Barat ini ingin memberantas budaya feodal. Terbukti Belanda
berhasil menggeser hak-hak istimewa para penguasa pribumi. Para penguasa pribumi,
telah kehilangan statusnya sebagai bangsawan yang sangat dihormati oleh rakyatnya.
Mereka telah ditempatkan sebagai pegawai pemerintah kolonial, sehingga tidak
memiliki hak-hak istimewa kebangsawanannya. Status dan hak-hak istimewanya
justru diambil oleh Belanda. Masyarakat Indonesia harus menghormati secara
berlebihan kepada penguasa kolonial. Harus diakui dengan adanya dominasi orang-
orang Barat di Indonesia telah menanamkan nilai-nilai budaya yang umumnya kurang
sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Bahkan perkembangan budaya
Barat yang cenderung dipaksakan juga telah menggeser nilai-nilai budaya
keindonesiaan.
Kedatangan dan dominasi bangsa-bangsa Barat juga telah membawa pengaruh semakin
intensifnya perkembangan agama Kristen. Hal ini tentu sejenak menimbulkan culture shock
di kalangan masyarakat muslim di Indonesia. Namun dalam perkembangannya mampu
beradaptasi sehingga menambah khasanah keragaman di Indonesia.
2. Bidang Pendidikan
Awal abad ke-20, politik kolonial memasuki babak baru. Dimulailah era Politik Etis
yang dipimpin oleh Menteri Jajahan Alexander W.F. Idenburg yang kemudian menjadi
Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1909-1916). Ada tiga program Politik Etis, yaitu irigasi,
edukasi, dan trasmigrasi. Adanya Politik Etis membawa pengaruh besar terhadap perubahan
arah kebijakan politik negeri Belanda atas negeri jajahan. Pada era itu pula muncul simbol
baru yaitu “kemajuan”. Dunia mulai bergerak dan berbagai kehidupan pun mulai mengalami
perubahan. Pembangunan infrastruktur mulai diperhatikan dengan adanya jalur kereta api
Jawa-Madura. Di Batavia lambang kemajuan ditunjukkan dengan adanya trem listrik yang
mulai beroperasi pada awal masa itu. Dalam bidang pertanian pemerintah kolonial
memberikan perhatiannya.
Memang harus diakui, meskipun penduduk pribumi yang dapat bersekolah sangat
sedikit, namun keberadaan sekolah itu telah menumbuhkan kesadaran di kalangan pribumi
akan pentingnya pendidikan. Hal ini mempercepat proses modernisasi dan munculnya kaum
terpelajar yang akan membawa pada kesadaran nasionalisme. Munculnya kaum terpelajar itu
mendorong munculnya surat kabar, seperti, Pewarta Priyayi yang dikelola oleh R.M
Tjokroadikoesoemo. Juga koran-koran lain, seperti Surat kabar De Preanger Bode (1885) di
Bandung, Deli Courant (1884) di Sumatera Timur, Makassarsche Courant (1902) di Sulawesi,
Bromartani (1855) di Surakarta, Bintang Hindia (1902) yang dikelola oleh Abdul Rivai,
membawa pencerahan di kalangan pribumi. Dari berbagai informasi yang ada di surat kabar
inilah lambat laun kesadaran akan pentingnya persamaan, kemerdekaan terus menyebar ke
kalangan terpelajar di seluruh wilayah Hindia Belanda. Berkat informasi yang berkembang
inilah kaum terpelajar terus melakukan dialog dan berdebat tentang masa depan tanah
kelahirannya sehingga kesadaran pentingnya kemerdekaan terus berkembang dari waktu ke
waktu yang puncaknya adalah adanya kesadaran untuk menjadi satu tanah air, satu bangsa,
dan satu bahasa adalah Indonesia pada 28 Oktober 1928.