Anda di halaman 1dari 2

Nama : Dyah Noviana Rahmawati

NIM : 19407141025
Kelas : Ilmu Sejarah A

resume materi sejarah pendidikan “Pengaruh Pendidikan Barat untuk Kehidupan Sosial,
Ekonomi, Politik dan Kebudayaan”

Pendidikan model Barat di Hindia Belanda jelas berpengaruh sangat besar ke dalam
berbagai segi kehidupan masyarakat Hindia Belanda. Secara spesifik, tiap - tiap bidang
berpengaruh secara drastis melalui pendidikan model barat ini, dari segi sosial budaya,
politik, ekonomi, hingga hidup sehari-hari.

Datangnya bangsa Barat ke Nusantara yang juga membawa misi penyebaran agama
membuat mereka juga mengenalkan tentang agama Nasrani di beberapa wilayah di
Nusantara. Tak terkecuali Portugis yang telah lebih dulu datang di Kepulauan Maluku.
Banyka juga dibangun gereja-gereja di wilayah-wilayah yang memang masih belum terjamah
islam seperti contoh di Tanah Toraja, Tanah Batak bagian utara juga Kalimantan bagian
Tengah. Dalam kehidupan social sehari-hari juga, salah satu tokoh yang juga terpengaruh
dengan tatanan Barata adalah R.A Kartini. Dimana dia seorang wanita pribumi kalangan
bangsawan yang pernah mengenyam Pendidikan Belanda dan kemudian memiliki pemikiran
menolak adanya poligami, di Nusantara kala itu adat istiadat islam yang kental terutama
mengenai bupati-bupati yang beristrikan lebih dari satu merupakan hal biasa, tapi Kartini
seolah menolak adat tersebut, menurut Kartini kebiasaan ini tidak sesuai dengan ide
pembahruan yang dikenalkan dan ide tersebut dinamai «Cahaya Terang» yang termuat
didalam bukunya berjudul ‘Mercusuar Peradaban Barat’. Dimana pada Tahun 1966,
Indonesia memiliki lampu lalu lintas pertamanya, kemudian angkutan umum yang awalnya
becak kemudian dibanjiri dengan kendaraan bermotor.

Begitu juga dengan bidang ekonomi, bahwa pendidikan model barat telah membuat
sendi-sendi ekonomi bergerak oleh pribumi dalam hal ini masyarakat Hindia Belanda.
Sirkulasi ekonomi menjadi orientasi utama dalam pendidikan di era Hindia Belanda, sehingga
pendidikan diberikan untuk menggulir perputaran ekonomi itu.
Pendidikan Barat di Hindia Belanda berpengaruh sangat besar, dalam bidang politik
sendiri ada beberapa pengaruh yang perlu dicatat. Pengaruh yang pertama adalah kesadaran
menghimpun dan berorganisasi, pengaruh kedua adalah munculnya basis politik progresif,
pengaruh ketiga adalah kesadaran membangun kontra-wacana politik terhadap pemerintah
kolonial.

Untuk pengaruh pertama, kita akan melihat kesadaran berorganisasi akibat pendidikan
Barat. Wahidin Soedirohoesodo, Abdul Rivai, dan Radjiman Wediodiningrat adalah
golongan intelektual yang memiliki kesadaran awal untuk membentuk organisasi sosial
pribumi. Tetapi kemudian pemerintah kolonial menyambut baik organisasi ini karena
dianggap sebagai tanda keberhasilan politik Etis, dengan kecenderungan sosial politik yang
lebih moderat terhadap kolonialisme.

Setelah kemunculan Budi Utomo, kalangan terpelajar juga mendirikan organisasi-


organisasi lain. Ada beberapa contoh terkait upaya dari pribumi untuk membangun lembaga
pendidikan di era kolonial, terutama paska Politik Etis.

Yang pertama adalah Sarekat Islam «merah» di tahun 1921 - 1924 yang banyak
membangun sekolah-sekolah alternatif atau dalam terminologi pemerintah kolonial «sekolah
liar». Mengutip McVey, Sarekat Islam «merah» membuat sekolah-sekolah alternatif yang
mengajarkan pelajaran berbahasa Belanda dengan kurikulum pendidikan Barat .Berbagai
pengaruh multidimensional ini bisa disimpulkan sebagai sebuah fenomena mana yang sangat
luas untuk dikaji. Patut diakui bagaimanapun kelahiran "Indonesia" sebagai identitas politik
"modern" tak lepas dari pendidikan model Barat di Hindia-Belanda tersebut.

Anda mungkin juga menyukai