Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dyah Novian Rahmawati

NIM : 19407141025
Kelas : Ilmu Sejarah A
Pendidikan Masa Reformasi
Pendidikan reformasi sangat nyata kaitannya dengan persoalan sentralisasi-otoriter yang
diterapkan oleh Orde Baru dalam bidang pendidikan yang hendak digugat dan dilawan. Di
masa pemerintahan Habibie menetapkan kebijakan otonomi daerah, termasuk otonomi
pendidikan dan peran daerah dimunculkan dan tidak tergantung pada pusat. Kemudian,
kebijakan pendidikan lainnya untuk menyelamatkan dunia pendidikan dan menjamin
kelangsungan pendidikan nasional, pemerintahan B.J. Habibie mulai 1999 membebaskan SPP
untuk SD hingga SMTA. Sementara itu, mengenai Normalisasi Kehidupan Kampus,
kebijakan NKK-BKK di zaman Orde Baru, oleh pemerintahan B.J. Habibie ditinjau kembali
dan bahkan aturan-aturan yang menghambat kreativitas dan kebebasan mahasiswa dicabut.
Lembaga ilmiah, seperti kampus perguruan tinggi, dibebaskan dan intervensi dan pengaruh
luar.Kemudian, pada pemerintahan Gus Dur memunculkan Undang-Undang No.22 Tahun
1999 tentang pemerintah daerah diperkuat oleh Undang-Undang No. 25 Tahun 1999
mengenai perimbangan keuangan pusat dan daerah. Dengan dikeluarkannya undang-undang
ini, sebenarnya merupakan kabar gembira bahwa segala kebijakan, termasuk pendidikan,
tidak lagi berada di tangan pusat, tetapi berada ditangan daerah sebagai eksekutor kebijakan
ditingkat lokal. Pemerintahan Gus Dur terkenal karena meningkatkan gaji guru secara
signifikan.2 Menurut ketentuan pasal 11 UU No. 22 tahun 1999, pendidikan termasuk salah
satu bidang yang oleh pemerintah didesentralisasikan. Dengan demikian, masalah pendidikan
yang semula serba ditangani pemerintah pusat, tanggung jawab masalah ini bergeser
kepemerintah daerah. Dalam hal ini adalah daerah kabupaten maupun kota.Di dalam program
pembangunan nasional 1999-2004, juga diakui bahwa manajemen pendidikan nasional
selama ini secara holistik sangat sentralistis sehingga menutup dinamika demokratisasi
pendidikan. Diakui maupun tidak, manajemen pendidikan yang sentralisasi akan
menyebabkan dan melahirkan kebijakan seragam yang tidak mampu dan tidak dapat
mewadahi segala perbedaan, keberbedaan, atau heterogenitas kepentingan setiap daerah,
sekolah, dan peserta didik. Ini kemudian mematikan partisipasi masyarakat dalam proses
pendidikan serta mendorong terjadinya pemborosan dan kebocoran alokasi anggaran
pendidikan. Oleh karenanya, penguasa reformasi pun berupaya memformulasikan arah
kebijakan pembangunan pendidikan dalam GBHN Mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia
menuju terciptanya manusia Indonesia berkualitas tinggi, dengan peningkatan anggaran
pendidikan secara berarti. Meningkatkan kemampuan akademis dan professional serta
meningkatkan jaminan kesejahteraan tenaga kependidikan sehingga tenaga pendidik mampu
berfungsi secara optimal, terutama dalam peningkatan pendidikan watak dan budi pekerti
agar dapat mengembalikan wibaya lembaga dan tenaga kependidikan.Melakukan pembaruan
sistem pendidikan, termasuk pembaruan kurikulum, berupa diversifikasi kurikulum untuk
melayani keberagaman peserta didik, penyusunan kurikulum yang berlaku nasional dan lokal
sesuai dengan kepentingan tapat, serta diversifikasi jenis pendidikan secara professional.
Memberdayakan lembaga pendidikan, baik sekolah maupun luar sekolah, sebagai pusat
pembudayaan nilai, sikap, dan kemampuan serta meningkatkan partisipasi keluarga dan
masyarakat yang didukung oleh saran dan prasarana yang memadai.Meningkatkan kualitas
lembaga pendidikan yang diselenggarakan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah, untuk
memantapkan sistem pendidikan yang efektif dan efisien dalam menghadapi perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.Mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini
mungkin secara terarah, terpadu, dan meyeluruh melalui berbagai upaya proaktif dan reaktif
oleh seluruh komponen bangsa agar generasi muda dpat berkembang secara optimal disertai
dengan dukungan dan perlindungan sesuai sesuai dengan potensinya.
Meningkatkan penugasan, perkembangan, dan pemanfaatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, termasuk teknologi bagsa sendiri dalam dunia usaha, termasuk usaha kecil,
menengah, dan koperasi guna meningkatkan daya saing produk yang berbasis sumber daya
lokal Kemudian, kebijakan pendidikan lain di permulaan masa reformasi, yaitu persoalan
otonomi perguruan tinggi. Privatisasi PTN sebenarnya berawal dari krisis ekonomi yang
mendera bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1990-an dan memucak tahun 1997.
Privatisasi PTN dituangkan dalam PP 61/1999 dan PP 153/2000 yang mengubah status PTN
menjadi Bahan Hukum milik Negara . Privatisasi berarti pencabutan subsidi pendidikan
secara bertahap lima tahun terhitung sejak 1999. Sejak itu perguruan tinggi dituntut mencari
dana secara mandiri untuk membiayai pendidikannya. Di dalam perkembangannya, persoalan
ini kemudian menajdi pangkal atas persoalan komersialisasi dunia pendidikan dan
menjadikan dunia pendidikan semakin mahal untuk diakses warga ekonomi kelas rendah.
Banyak yang menilai kebijakan pendidikan nasional di era reformasi salah sasaran dan tidak
memiliki landasan dan tujuan yang tepat. Mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi,
Manajemen Berbasis Sekolah, Lifeskill, Komite Sekolah, dan dewan Pendidikan. Sistem
pendidikan yang baru membagi pendidikan menjadi dua jalur besar, yaitu Jalur formal
mandiri diperuntukkan bagi siswa yang mapan secara akademis maupun finansial.
Sedangkan, jalur formal standar diperuntukkan bagi siswa yang secara finansial bisa
dikatakan kurang, bahkan tidak mampu.Dampak langsung kebijakan ini antara lain
melambungnya biaya pendidikan tinggi di universitas negeri sehingga kian jauh harapan
orang miskin untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi bermutu. Universitas dengan visi
kerakyatan itu pun tak bisa berbuat lain kecuali menaikkan biaya sumbangan
penyelenggaraan pendidikan akibat dicabutnya subsidi pemerintah.
Kemudian, pemerintahan Megawati mengasilkan RUU Sisdiknas yang kemudian menjadi
UU Sisdiknas. Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional melahirkan
kontroversi.
KTSP resmi diberlakukan secara nasional dengan terbitnya PP No. 19/2005 dan Pemdiknas
No. 24/2006. Pengembangan KTSP berpedoman pada standar kompetensi , kompetensi
dasar , standar isi , dan standar kompetensi lulusan , yang digunakan sebagai acuan
pembelajaran di sekolah dengan menekankan pencapaian kemampuan minimal pada setiap
tingkatan kelas dan pada akhir satuan pendidikan.
KTSP merupakan salah satu wujud reformasi pendidikan yang memberikan otonomi pada
sekolah dan satuan pendidikan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi,
tuntutan, dan kebutuhan masing-masing. Perbedaan yang paling menonjol KTSP dengan
KBK adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.13 c. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 diharapkan mampu melengkapi kekurangan-kekurangan yang ada pada
kurikulum sebelumnya. Kurikulum 2013 disusun dengan mengembangkan dan menguatkan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang. Penekanan pembelajaran diarahkan
pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan yang dapat mengembangkan sikap spiritual
dan sosial sesuai dengan karakteristik. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti diharapkan
akan menumbuhkan budaya keagamaan. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum 2013 memerankan fungsi penyesuaian, yaitu kurikulum yang mampu
mengarahkan peserta didiknya menyesuaikan diri dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial yang terus berubah.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam paling awal di Indonesia. Pada masa
sebelum kemerdekaan dimana pondok Pesantren dianggap sebagai lembaga pendidikan
tradisional yang tertutup dan statis. Sesuai dengan kemajuan dan perkembangan zaman
terutama setelah Indonesia merdeka, telah timbul perubahan-perubahan dalam dunia
Pesantren. Telah banyak diantara Pesantren yang menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman
tersebut, kendatipun di sana masih ditemukan juga Pesantren yang masih bersifat konservatif.
Memasuki era 70-an, Pesantren mengalami perubahan cukup signifikan dan mengalami
perkembangan kuantitas luar biasa dan menakjubkan, baik di wilayah pedesaan, pinggiran
kota maupun perkotaan. Selian itu, terlihat pada Pesantren adanya tingkat keragamaan dan
orientasi pimpinan Pesantren dan idependensi kyai/ulama. Hal ini memperkuat argumantasi
bahwa Pesantren merupakan lembaga pendidikan swasta yang sangat mandiri yang
merupakan lembaga pendidikan berbasis masyarakat. Pesantren diperkirakan mengalami
pertumbuhan pesat sebagai lembaga pendidikan Islam pada abad ke-19. Pesantren mulai
berubah diri dengan melakukan berbagai inovasi untuk pengembangan sistem pendidikan
baik oleh masyarakat maupun pemerintah.
Kurikulum yang diselenggarakan di Pesantren mulai memasukkan pengetahuan umum dan
keterampilan untuk memberikan bekal tambahan agar para santri dapat hidup layak dalam
masyarakat setelah menyelesaikan pendidikannya. Berdasarkan kurikulum pesantren dapat
dipolakan menjadi lima yaitu, 1. Pola I, materi pelajaran yang dikemukakan di Pesantren ini
adalah mata pelajaran agama yang bersumber dari kitab-kitab klasik.
Berdasarkan Keputusan Presiden No. 11 tahun 1997 dan Keputusan Menteri Agama RI No.
285 tahun 1997, 38 buah seluruh fakultas cabang yang masih ada di daerah statusnya menjadi
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri . Sedangkan 5 buah lainnya ditutup karena tidak
memenuhi persyaratan, dengan adanya keputusan ini maka seluruh STAIN bebas
mengembangkan diri karena tidak lagi dikendalikan oleh IAIN bahkan sudah ada beberapa
STAIN berubah statusnya menjadi IAIN seperti STAIN Serang dan bahkan ada yang menjadi
UIN, seperti STAIN Malang berubah status menjadi UIN Malang. Dalam merespon
perkembangan zaman IPTEK dan masyarakat sekarang ini banyak IAIN dan STAIN telah
berubah menjadi Universitas Islam Negeri .

Anda mungkin juga menyukai