NIM : 19407141025 Pengaruh Masuknya India ke Asia Tenggara Diperkirakan pertemuan dengan para pelaut dan musafir dari India terjadi pada awal tarikh Masehi. Penduduk Asia Tenggara masa itu telah membentuk komunitas-komunitas di tepian pantai dengan demografi yang cukup memadai. Mereka membentuk Bandarbandar nelayan yang telah berhubungan satu dengan lainnya di wilayah tepian pantai yang tidak terlalu jauh. Bukti-bukti pengaruh India yang pertama ditemukan di daerah Myanmar dengan dikenalnya legenda tentang datangnya dua orang bhiksu Buddha bernama Sona dan Utara dalam abad ke-3 SM. Kedua agamawan itu datang ke Suvarnnabhumi (“negeri emas”) yang dapat ditafsirkan dengan Myanmar atas perintah raja Asoka Maurya yang sangat melindungi agama Buddha. Munculnya institusi kerajaan pertama yang bercorak India di Asia Tenggara terjadi di Asia Tenggara daratan. Kerajaan itu dilaporkan oleh berita Cina dengan nama Fu- nan didirikan oleh seorang brahmana pendatang bernama Kaundinya pada sekitar abad-abad pertama Masehi. (Coedes 2010: 44—5). Kaundinya dalam bahasa Cina disebut dengan Houent’ien, dilaporkan bahwa Kaundinya dan pengikutnya mungkin datang dari India, Semenanjung Melayu, atau bahkan juga mungkin dari pulau-pulau selatan. Dapat disimpulkan bahwa peninggalan-peninggalan arkeologis tertua di wilayah tertua tidak ada yang lebih tua dari masa Ptolemaeus (abad ke-2 M). Sangat mungkin kebudayaan India menyebar ke kawasan Asia Tenggara baru sekitar abad ke-2--3 M. Hasil dari penyebaran tersebut baru meninggalkan bukti-buktinya yang nyata pada abad ke-4--5 M (Coedes 2010: 47). Dalam tahun 2009 di Lembah Bujang, Kedah, Malaysia diadakan penelitian arkeologis terhadap situs Sungai Batu yang mempunyai peninggalan struktur bata beraneka. Sebenarnya penelitian terhadap situs Lembah Bujang telah dilakukan sejak pertengahan abad ke-19, hingga sekarang. H.G.Q.Wales (1940) pernah menyatakan bahwa peninggalan di Lembah Bujang terdiri atas beberapa fase, fase pertama berasal dari abad ke-4—6 M yang bernapaskan Hinduisme, fase kedua dari abad ke-6—8, peninggalannya bercorak Hindu-saiva dari Pallava, dan fase terakhir abad ke-8—10 bernapaskan agama Buddha Mahayana. Pendapat yang agak berbeda dikemukakan oleh sarjana Malaysia sendiri Nik Hassan Shuhaimi Nik Abd.Rahman beserta Othman Mohd.Yatim (1992) telah melakukan kajian mendalam terhadap situs tersebut, baik terhadap monumen-monumen purbakala ataupun juga terhadap temuan sertanya. Kajian tersebut telah membawa kepada kesimpulan bahwa kronologi situs Lembah Bujang terentang dalam kurun waktu yang panjang sejak sekitar abad ke-5 hingga abad ke-14 M. Dalam rentang panjang kronologi situs Lembah bujang tersebut, berdasarkan data arkeologis yang telah dikaji dapat dibagi lagi menjadi beberapa fase, sekurangnya terdapat tiga fase penting, yaitu pertama, peninggalan yang mengacu kepada Abad 5/6—10 M, kedua, abad ke-10—11 M, dan ketiga, fase terakhir antara abad ke-11—14 M (Nik Hassan Shuhaimi & Othman Mohd.Yatim 1992: 106—108). engaruh kebudayaan India tersebar luas di wilayah Asia Tenggara. Unsur-unsur India, bahkan hingga saat ini, dapat diidentifikasikan melalui bahasa dan budaya di sebagian kawasan ini, Indianisasi yang dipahami dalam konteks Asia Tenggara sejajar dengan proses yang terjadi di subbenua India sendiri yaitu penyebaran unsur-unsur budaya yang berkaitan dengan agama Hindu ke arah selatan dari akar mereka di Arya, daerah utara. Jadi, ‘Indianisasi’ di India adalahproses interaksi sekaligus proses sinkretisme antara kepercayaan dan konsep lokal dengan kepercayaan dan konsep yang datang dari luar kawasan tertentu, kami menganggap bahwa ‘Indianisasi’ di Asia Tenggara secara umum adalah proses sama. Kurang lebih dimulai pada awal Masehi. Upaya akhir untuk menentukan titik akhir Indianisasi bahkan lebih sulit lagi, tetapi dapat diperkirakan bahwa pada akhir millenium pertama pengaruh Hindu dan Budha secara langsung dari India sudah sangat berkurang. Sejak saat itu kekeuatan-kekuatan budaya baru yang datang dari India ke Asia Tenggara adalah Islam, secara khusus agama Budha datang dari Srilangka. (M.C. Ricklefs,dkk 2013:31-32). Hampir seluruh wilayah daratan Asia Tenggara-termasuk kawasan semenanjung yang kini lebih terkait dengan negeri kepulauan, baik secar etnis maupun budaya-terpapar Indianisasi dalam batas tertentu, kecuali wilayah yang sekarang Vietnam Utara, para pendeta dan biarawan India dam Asia Tengah diketahu hadir diantara masyarakat Vietnam selama abad-abad pemerintahan Cina, namun jejak-jejak kebudayaan India yang jeas tidak terlalu banyak dan letaknya saling berjauhan.( Ricklefs,dkk 2013:32-33) Indianisasi di Asia Tenggara maritim jauh lebih selektif. Jawa dan Bali adalah tempat yang paling terpapar kebudayaan India. Kita dapat melihat sangat banyak bukti-bukti yang terdapat di seluruh kawasan kepulauan ini, hal ini terkecuali Filiphina yang nyaris tidak terpengaruhi oleh unsur India dan bahkan kawasan ini langsung mendapat pengaruh Islam dan dilanjutkan oleh Spanyol, ini disebabkan karena wilayah ini sangat tertutup dalam pelayaran zaman dulu yaitu pada masa Jalur Sutra. Pertanyaan : kenapa hanya budha saja yang berkembang di semenanjung Indocina?
Ricklefs, M.C. et al. (2013). Sejarah Asia Tenggara. Jakarta. Komunitas Bambu.
Chachavalongpu, Pavin. (2013). “Moonarchy in Southeast Asia”. Center for Southeast Asian, University Kyoto. Cecep Hidayat. (2012). “Sistem Politik Tradisional: Pengaruh India dan Cina Tenggara”. Makalah pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Indonesia. Sudrajat. (2010). “Konsep Dewa Raja dalam Negara Tradisional Asia Tenggara”. Makalah pada FKIP Sejarah, Universitas Yogyakarta.