Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dyah Noviana Rahmawati

Nim : 19407141025

Kelas : Ilmu sejarah A

Pendidikan Masa Orde Baru

Pemerintahan Orde Baru yang dikepalai oleh Presiden Suharto terus mengadakan pembaruan
serta pembangunan di seluruh bidang termasuk pendidikan. Ketetapan MPRS Nomor:
XXVII/Tap/MPRS/1966 yang berisi tujuan pendidikan merupakan untuk melahirkan manusia
Pancasila sejati bersumber pada ketentuan-ketentuan yang dikehendaki dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945,sehingga dipikirkan usaha-usaha pembaharuan pendidikan.

Indonesia baru memproklamirkan kemerdekaannya dan tengah menghadapi revolusi fisik,


pemerintah Indonesia sudah berbenah diri terutama memperhatikan masalah pendidikan yang
dianggap cukup vital dan menentukan, untuk itu dibentuklah Kementerian Pendidikan
Pengajaran dan Kebudayaan . Dengan terbentuknya Kementerian Pendidikan tersebut maka
diadakanlah berbagai usaha, terutama mengubah sistem pendidikan dan menyesuaikannya
dengan keadaan yang baru. Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Pemerintah
mengusahakan suatu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Oleh
sebab itu, pembatasan pemberian pendidikan disebabkan perbedaan agama, sosial, ekonomi
dan golongan yang ada di masyarakat tidak dikenal lagi.

Kurikulum 1968 merupakan kurikulum pertama pada awal pemerintahan Orde Baru yang
bertujuan untuk membentuk manusia pancasila sejati. Tujuan ini sejalan dengan isi Undang-
Undang Dasar 1945 dan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Kurikulum ini memiliki
tiga kelompok besar dalam tingkatan Sekolah Dasar, yakni , pertama, pembinaan Pancasila;
pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa Indonesia, bahasa
daerah dan olahraga. Kedua, Kelompok pembinaan pengetahuan dasar berhitung, ilmu
pengetahuan alam, pendidikan kesenian, pendidikan kesejahteraan keluarga . Ketiga,
Kelompok kecakapan khusus yaitu kejuruan agragia , kejuruan teknik , dan kejuruan
ketatalaksanaan/jasa . Dapat dikatakan, pada masa kurikulum ini hanya menekankan pada
kecerdasan intelektual. Dimana para siswa hanya menghafalkan tentang teori yang diajarkan
tanpa adanya pengaplikasian terhadap teori tersebut. Siswa pada kurikulum ini dapat
dikatakan sebagai siswa yang masif. Dan untuk kurikulum pendidikan guru menggunakan
sistem terintegrasi yakni sistem yang mana lebih bertujuan untuk menyiapkan tenaga
pendidikan yang berjiwa nasionalisme

Kurikulum 1975 mulai berlaku ketika telah dilakukan pembekuan terhadap kurikulum 1968
pada Juni 1974 dengan berbagai pertimbangan yang telah dilakukan. Di dasarkan pada
KTPD, MPR-RI No. IV/MPR/1973, yaitu; pendidikan nasional berdasarkan atas Pancasila
dan bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan agar menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun diri sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa .
Pendidikan pada masa diharapkan dapat lebih efektif dan efisien berdasar MBO .

Jumlah mata pelajaran dan jumlah jam pelajaran juga bervariasi disesuaikan dengan tingkatan
sekolahnya. Untuk Sekolah Dasar hanya 8 sampai 10 mata pelajaran perminggu, untuk SMP
10 mata pelajaran perminggu, dan untuk SMA 8-13 mata pelajaran perminggu. Disini peran
guru juga sangat dibutuhkan, guru diharuskan membuat rincian terlebih dahulu sebelum
mengajar, hal ini dimaksudkan agar jelas dan transparan mengenai tujuan dari belajar. Dalam
kurikulum pendidikan guru masih menggunakan sistem concurrent atau terintegrasi.

Pada kurikulum ini mengusungkan kepada «process skill approach» . CBSA merupakan
model yang dipakai dalam proses pendidikan kurikulum ini dengan gurunya sebagai
fasilitator. Dalam pelaksanaannya siswa saling berdiskusi dengan teman sekelasnya. Berbeda
dari kurikulum sebelumnya, pada kurikulum ini dapat dikatakan sebagai kurikulum yang
memberi pandangan luas terhadap para siswa yang mendorong para siswa untuk aktif dalam
pembelajaran di kelas. Seperti yang telah ditekankan dalam model pembelajaran pada
kurikulum ini. Tiap siswa diberi kesempatan untuk bertanya dan berpendapat. Namun dalam
perkembangannya model ini mengalami banyak kendala, salah satunya proses diskusi kelas
yang dilakukan oleh para siswa malah mengundang kegaduhan di kelas. Kemungkinan ini
juga kesulitan yang dialami oleh para guru, dimana para guru mengalami kesulitan dalam
memberikan instruksi kepada para siswa. Dalam kurikulum ini guru tidak lagi memberi
pengajaran dengan model ceramah. Kesulitan yang dialami ini kemudian banyak
memunculkan penolakan terhadap model pembelajaran CBSA, meski telah banyak sekolah
yang mampu menerapkan model CBSA. Untuk kurikulum pendidikan guru masih tetap sama
dengan kurikulum sebelumnya yakni mnguunakan sistem concurrent atau terintegrasi.
Kurikulum ini hasil dari paduan antara dua kurikulum sebelumnya, yakni kurilulum 1975 dan
kurikulum 1984. Dengan mata pelajaran wajib, pendidikan pancasila, pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, membaca dan menulis, matematika,
pengantar sains dan teknologi, ilmu bumi, sejarah nasional dan sejarah umum, kerajinan
tangan dan kesenian, pendidikan jasmani dan kesehatan, menggambar, bahasa Inggris .
Berbeda dari kurikulum sebelumya, dalam kurikulum 1994 memasukkan materi-materi
bermuatan lokal, yakni dengan mempelajari materi lokal atau daerah sendiri. Seperti belajar
bahasa daerah sendiri, tarian, kesenian dan lain-lain. Pada kurikulum 1994 memberikan
beban belajar yang berat bagi para siswa. Hal ini berkaitan adanya sistem caturwulan yang
digunakan dalam kurikulum ini. Ciri utama dari kurikulum 1994 adalah penggunaan sistem
caturwulan dan berorientasi pada isi pelajaran..

Ketetapan MPRS menjadi pertanda berubahanya pendidikan nasional dari Orde Lama menuju
Orde Baru. Terdapat pembentukkan manusia pancasialis yang dikaitkan dengan peristiwa
G30SPKI Ketika orde baru menuduh PKI sebagai pengkhianat Pancasila dengan
mengubahnya menjadi Komunis. Kemudian pengubahan mental masyarakat yang penuh akan
doktrin Manipol USDEK, yang merupakan kebijakan Soekarno. Dari sini terlihat
abhwasannya Orde Baru mencoba mengidentifikasi dirinya dengan jalan memutus pengaruh
PKI dengan Soekarno, termasuk dalam hal pendidikan.

Dalam TAP MPRS menyebutkan agar perguruan-perguruan tinggi diberi kebebasan


mimbar/ilmiah seluas-luasnya asal tidak menyimpang UUD 1945 dan falsafah negara,
Pancasila. Selanjutnya, pemerintah lebih memperhatikan perkembangan gerakan Pramuka.
Menurut pemerintahan Orde Baru, diperlukan pendidikan rehabilitas kesadaran berideologi
bagi mereka yang pernah menyeleweng terhadap Pancasila.

Orde baru identik dengan ideologi pembangunan. Pengaktualisasian pembangunan


dibuktikan dengan program pembangunan Pelita tiap lima tahun. persoalan mendasar pada
Pelita I ialah bangs akita dalam kondisi kekeurangan tenaga-tenaga terampil. Tenaga kerja
dari lulusan pendidikan kita saat itu menunjukkan bahwa lebih dari setengah Angkatan
kerjanya mempunyai latar belakang pendidikan di bawah tamatan SD.

Anda mungkin juga menyukai