Artikel ini membahas berbagai model pembuatan kebijakan luar negeri, termasuk:
- Model Strategis atau Rasional: Model ini memandang negara atau pembuat keputusan sebagai aktor
tunggal yang berusaha memaksimalkan tujuan mereka dalam politik global. Model ini merupakan model
yang paling banyak digunakan dalam analisis kebijakan luar negeri dan memiliki keunggulan dalam hal
kesederhanaan, yang memungkinkan para analis untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan jika
mereka menjadi negara lain. Namun, kekurangannya termasuk asumsi perhitungan rasional dari pihak
pengambil keputusan, yang jarang disadari, dan fokus pada peristiwa-peristiwa yang berurutan, yang
mungkin mengabaikan berbagai langkah konsiliasi.
- Pendekatan Pengambilan Keputusan: Pendekatan ini, yang dikemukakan oleh Richard C. Snyder, H. W.
Bruck, dan Burton Sapin, melampaui model aktor-rasional dengan mendalilkan berbagai faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi pilihan-pilihan kebijakan luar negeri. Model ini menekankan dimensi
manusia dalam proses kebijakan luar negeri, dengan faktor yang paling penting adalah motivasi para
pengambil keputusan, aliran informasi di antara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri
terhadap pilihan mereka.
- Model Politik Birokrasi: Model ini menekankan peran yang dimainkan oleh banyak birokrat yang
terlibat dalam proses kebijakan luar negeri. Para birokrat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
membentuk kebijakan luar negeri, karena mereka memberikan informasi dan saran kepada para
pengambil keputusan. Namun, mereka juga bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dan
dapat mempengaruhi implementasinya.
- Model Adaptif: Model ini menyarankan agar para pengambil keputusan beradaptasi dengan lingkungan
dan membuat pilihan berdasarkan keadaan dan tantangan spesifik yang mereka hadapi.
- Pengambilan Keputusan Bertahap (Incremental Decision Making): Pendekatan ini memandang bahwa
keputusan dibuat secara bertahap karena ketidakpastian dan kurangnya informasi yang lengkap dalam
urusan internasional, serta keterlibatan banyak aktor publik dan swasta.
Artikel ini membahas empat model pembuatan kebijakan luar negeri yang berbeda, yaitu Model
Strategis atau Rasional, Pendekatan Pengambilan Keputusan, Model Politik Birokratik, dan Model
Pengambilan Keputusan Tambahan. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing, yaitu sebagai berikut:
- Keuntungan: Model ini merupakan perkiraan realitas yang sederhana dan murah, yang memungkinkan
para analis untuk berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan jika mereka menjadi negara lain.
Model ini sangat berguna dalam latihan perang. Model ini memiliki keutamaan kesederhanaan, yang
memungkinkan seseorang untuk memahami fenomena dengan kerumitan yang minimal.
- Kekurangan: Mengasumsikan perhitungan rasional dari pihak pengambil keputusan, yang merupakan
situasi yang ideal tetapi jarang terwujud. Pendekatan ini mengabaikan berbagai langkah perdamaian dan
dampak dari aktor domestik dan internasional terhadap kebijakan luar negeri.
- Keuntungan: Pendekatan ini membawa dimensi manusia ke dalam proses kebijakan luar negeri secara
lebih efektif. Pendekatan ini mendalilkan berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pilihan-pilihan kebijakan luar negeri, seperti motivasi para pengambil keputusan, aliran informasi di
antara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri terhadap pilihan-pilihan mereka.
- Kekurangan: Model ini lebih kompleks daripada Model Strategis atau Rasional, sehingga lebih sulit
untuk diterapkan. Model ini masih mengasumsikan bahwa para pengambil keputusan adalah aktor yang
rasional.
- Keuntungan: Model ini menekankan peran yang dimainkan oleh banyak birokrat yang terlibat dalam
proses kebijakan luar negeri. Para birokrat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk
kebijakan luar negeri, karena mereka memberikan informasi dan saran kepada para pengambil
keputusan.
- Kekurangan: Membesar-besarkan peran yang dimainkan oleh para birokrat bawahan dalam proses
kebijakan. Mengabaikan fakta bahwa para pengambil keputusan di tingkat pusat memiliki kesempatan
untuk memilih saran dan penasihat yang ingin mereka dengar.
- Keuntungan: Model ini mengakui adanya ketidakpastian yang besar dan kurangnya informasi yang
lengkap dalam urusan internasional, serta keterlibatan banyak aktor publik dan swasta. Model ini
memandang bahwa keputusan harus dibuat secara bertahap karena banyaknya manuver dan banyak
permulaan yang salah dalam waktu yang lama.
- Kekurangan: Model ini merupakan model yang paling jauh dari model rasional-aktor dalam
pengambilan keputusan, sehingga sulit untuk diterapkan. Model ini mengabaikan kemungkinan
perhitungan rasional yang komprehensif.
Singkatnya, setiap model memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, dan pilihan model mana
yang akan digunakan dalam menganalisis kebijakan luar negeri sangat bergantung pada preferensi
individu. Akan sangat berguna untuk menggunakan beberapa pendekatan, yang masing-masing
mengandung beberapa elemen kebenaran, dalam upaya untuk lebih memahami, memprediksi, dan
menjelaskan perilaku kebijakan luar negeri.
Artikel ini membahas pentingnya komitmen aliansi dan teknologi sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri. Penulis menekankan pentingnya kesiapan
untuk menanggapi permintaan dan tuntutan eksplisit dari sekutu dan menahan diri dari kegiatan ofensif.
Komitmen aliansi, meskipun memungkinkan rencana dan tindakan independen, beroperasi sebagai
elemen penting dalam proses kebijakan luar negeri. Teknologi, sebagai variabel sistemik dan sosial, telah
menjadi sumber kebijakan luar negeri yang kuat, dengan kemajuannya yang berkelanjutan dan
dampaknya yang besar pada kehidupan masyarakat. Perubahan teknologi yang penting termasuk
munculnya senjata nuklir, pengembangan komputer, dan peluncuran satelit komunikasi, yang semuanya
memiliki konsekuensi bagi kebijakan luar negeri.
Menurut artikel tersebut, variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan luar negeri dapat
dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, termasuk variabel-variabel yang bertahan lama dan
variabel-variabel yang berubah dengan cepat. Variabel yang bertahan lama mencakup ukuran dan
geografi, sedangkan variabel yang berubah dengan cepat mencakup nilai, bakat, pengalaman, dan
kepribadian pemimpin. Klaster variabel sistemik meliputi aliansi, struktur kekuasaan yang besar, dan
area isu, sedangkan klaster variabel sosial meliputi pembangunan ekonomi, budaya, dan struktur sosial.
Kelompok variabel idiosinkratik mencakup nilai-nilai, bakat, pengalaman, dan kepribadian para
pemimpin. Penting untuk dicatat bahwa variabel-variabel ini tidak beroperasi secara independen satu
sama lain, dan efek interaksinya harus dipertimbangkan ketika menilai kekuatan relatifnya. Label yang
digunakan untuk mengidentifikasi klaster variabel agak sewenang-wenang, dan ada variabel lain yang
dapat disebutkan jika daftar rinci disusun.
Pentingnya efek interaksi di antara faktor-faktor dalam kebijakan luar negeri dapat dipahami dengan
mempertimbangkan kompleksitas proses pengambilan keputusan dan berbagai masukan yang
membentuk tindakan suatu negara di arena internasional. Berikut adalah beberapa poin penting yang
perlu dipertimbangkan:
- Kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh berbagai faktor: Hampir setiap aspek dari sebuah masyarakat,
termasuk tradisi, institusi, dan kemampuannya, dapat menjadi relevan ketika menjelaskan orientasi dan
tindakan sebuah negara terhadap dunia di luar perbatasannya[1]. Faktor-faktor ini dapat dikategorikan
ke dalam kelompok-kelompok seperti variabel situasional, sosial, pemerintahan, dan idiosinkratik[1].
- Tidak ada satu faktor pun yang sepenuhnya membentuk kebijakan luar negeri: Kebijakan luar negeri
adalah hasil dari interaksi berbagai masukan, dan tantangan bagi para analis adalah untuk menentukan
sejauh mana variabel independen (masukan), baik secara sendiri-sendiri maupun dalam kombinasi,
menjelaskan varians dalam rencana dan perilaku kebijakan luar negeri[1].
- Efek interaksi sangat penting untuk memahami kebijakan luar negeri: Karena tidak ada satu pun faktor
yang beroperasi secara independen dari faktor lainnya, maka penting untuk menilai kekuatan relatif dari
berbagai input dan interaksinya[1]. Pemahaman ini membantu dalam menjelaskan kompleksitas proses
pengambilan keputusan dan hasil dari keputusan kebijakan.
- Menilai efek interaksi adalah tugas utama mahasiswa kebijakan luar negeri**: Menentukan cara-cara
di mana masukan utama berkontribusi pada rencana dan tindakan yang diikuti oleh para pejabat
merupakan tugas yang menantang namun penting bagi para analis[1]. Penilaian ini membantu dalam
memahami kepentingan relatif dari berbagai faktor dan interaksinya dalam membentuk kebijakan luar
negeri.