Anda di halaman 1dari 7

Materi 1 (Pertemuan 2)

Sejarah Kemerdekaan dan Pemerintahan AS

- 4 perkembangan sejarah yang paling penting dalam membentuk AS


 Berawal dari bangsa petani, AS terampil dalam menggunakan SDA sehingga mereka
menjadi negara industri terkaya di dunia
 Awalnya mereka adalah negara dengan sedikit orang dan lahan yang luas, kemudian
membuka pintu bagi imigran di seluruh Eropa, sehingga terciptalah ‘bangsa dari bangsa-
bangsa/nation of nations’
 Setelah mendapatkan kemerdekaan dari Great Britain melalui perang revolusi, mereka
membentuk pemerintahan yang berbeda dengan negara lain pada saat itu.
Pemerintahan republik, konstitusi tertulis, dan terorganisir secara federal.
 Letak geografi AS yang jauh dari samudra Atlantik, membuat mereka terisolasi secara
geografis dari perang dan politik Eropa pada saat itu. AS memanfaatkan hal tsb dengan
mengembangkan sumber daya dan memperbesar negara, bukan menghabiskan waktu
untuk membangun pertahanan militer.
- AS memulai sejarahnya sebagai masyarakat agraris/pertanian. Pada saat kelahiran bangsa
(1776), sekitar 90% dari rakyatnya adalah petani. Namun hanya sedikit yang mampu mengubah
hasil pertanian menjadi bisnis, karna mereka gapunya peralatan dan keterampilan yang dapat
menghasilkan surplus untuk dijual, dan mereka gapunya uang untuk investasi metode pertanian
yang baru. Bahkan jika mereka mampu untuk menghasilkan surplus dari pertanian,
pelanggannya terlalu sedikit.
- Selain pertanian, ada juga pembuatan kapal (harganya lebih murah dari Eropa) banyak dijual ke
pedagang Inggris, produk besi, perak, dan tembaga, serta minuman alkohol (rum). Namun,
sebagian besar ekonomi masih dipegang pertanian.
- Ada kebijakan dari pemerintah Inggris ‘Acts of Trade and Navigation’ yang mencegah koloni (AS)
untuk terlibat dalam industri besar. Inggris ingin menggunakan koloni sebagai tempat beli bahan
baku untuk pabrik2 Inggris. Dengan ini, Inggris dapat memastikan bahwa para koloni membeli
barang2 manufaktur dari Inggris dan menjual produk pertanian mereka ke Inggris (British –
American Economic System).
- Dua perang yang mengubah AS. Perang tahun 1812 melawan Inggris, memutus selama 3 tahun
pasokan barang2 produksi Inggris ke AS. Selama 40 tahun berikutnya industri AS tumbuh
perlahan, para petani mulai membesarkan hasil panen dan menjual kelebihannya. Untuk
mempermudah menghubungkan bagian2 AS, terutama barat tengah (gandum, daging babi, bit),
dan timur laut (susu, pabrik tekstil, sepatu. Dan memiliki pelabuhan untuk mempermudah
ekspor), AS membangun rel kereta api untuk memudahkan membawa produk2 nya ke berbagai
penjuru. Pada tahun 1860, AS memiliki sistem kereta api terbesar di dunia.
- Perang saudara berdampak baik bagi pembangunan AS. Selama perang, pemerintah membeli
sejumlah besar bahan makanan, pakaian, dan senjata api. Untuk memenuhi permintaan, banyak
pabrik baru yang dibangun dan pabrik lama yang di perluas. Jalur kereta api juga semakin
diperluas dua kali lipat sejak 1860 – 1980. Pada tahun 1900, AS memiliki jalur kereta api
terbanyak di Eropa. Imigran terus berdatangan sebagai pekerja di ladang, tambang, dan pabrik,
sekaligus sebagai konsumen dari produk2 AS. Pemerintah federal juga memberikan bantuan
dalam menaikkan tarif impor luar negeri, sehingga produk domestik semakin laris.
- Kekalahan selatan dalam perang saudara, menjadi ladang investasi bagi para pengusaha utara.
Sedangkan di bagian barat, mulai menghasilkan emas alih2 sapi dan gandum. Semua
perkembangan ini menyebabkan revolusi yang mengubah AS dari negara agraris menjadi negara
industri. Pabrik kecil dan industri rumahan berubah menjadi perusahaan besar, pertanian kecil
berubah menjadi pertanian besar. Pada tahun 1960, hanya 5,6% yang bekerja di bidang
pertanian.
- Revolusi industri dan keuangan AS ini adalah hasil dari banyak faktor. Seperti luas geografi AS,
SDA nya banyak, dan populasinya yang banyak sangat berdampak besar pada banyaknya tenaga
kerja sekaligus pelanggan. Perubahan AS menjadi negara industri tidak terlepas dari peran
tokoh-tokoh penting industri pada saat itu. Seperti John D. Rockefeller, yang mengorganisir
Standard Oil Company yang besar; Andrew Carnegie, yang mengorganisir industri baja AS; Cyrus
McCormick, yang membangun pertanian; dan Cornelius Vanderbilt, yang mengembangkan
sistem kereta api New York Central Railroad. Bisnis2 besar yang telah menempatkan AS pada
posisi pertama dalam negara industri. Neg
- Orang AS pertama adalah Indian, namun penjajah Eropa membunuh dan mengusir mereka
kembali. Maka dari itu, peradaban yang tumbuh di AS adalah Eropa, bukan India. (nation of
nations)
- AS terdiri dari berbagai imigran yang datang dan membentuk sebuah ras baru. Setiap ada
pendatang baru, yang ditanya bukan ‘siapa dia?’, tetapi ‘apa yang bisa dia lakukan?’, karna jika
dia mampu bekerja keras, maka akan dihargai. Namun AS memiliki pengecualian untuk Negro,
meskipun mereka dapat bekerja sekeras orang kulit putih, mereka tetap dianggap budak, bukan
orang bebas.
Di selatan, orang negro tidak diberikan kebebasan hukum hingga setelah perang saudara. Di
utara, mereka juga mendapatkan diskriminasi sosial, ekonomi, dan pendidikan.
- Orang2 yang datang ke AS sebelum revolusi adalah kolonis, dan yang datang sesudahnya adalah
imigran. Sebagian besar berasal dari Eropa, yang datang karena negaranya tidak sejahtera atau
menjadi korban penganiayaan agama. Terkadang mereka datang karena ingin berpetualang,
merasa bahwa kehidupan di AS lebih baik, dan merasa bahwa AS menawarkan kesempatan kerja
yang lebih baik. (pokonya AS adalah bangsa imigran, dan mereka bangga akan hal itu)
- Pemerintahan pertama yang dimiliki adalah pemerintahan informal. Koloni2 mengirimkan
perwakilannya ke kongres kontinental untuk memutuskan langkah2 selanjutnya. Selama perang
revolusi, kongres berfungsi sebagai badan pemerintahan untuk semua koloni. Mengumpulkan
tentara, mencetak uang, menjual obligasi, mengirim duta besar, hingga deklarasi kemerdekaan
pada tahun 1776 dan dibuat pemerintahan yang lebih permanen pada tahun 1781.
Setiap negara memiliki satu suara di kongres. Agar kebijakan dapat disahkan, 9 dari 13 negara
bagian harus setuju. Segala kekuatan kogres ditetapkan pada artikel konfederasi. Oleh karna itu,
pemerintahan AS disebut sebagai konfederasi.
- AS menganut konfederasi selama 8 tahun. Tidak ada raja, karna AS trauma sistem monarki kaya
Inggris. Keputusan AS hidup tanpa raja, di dunia yang mayoritas memiliki raja adalah sebuah
revolusioner. Salah satu ciri pasal konfederasi, meskipun AS membentuk pemerintahan pusat,
namun tetap tidak menghilangkan kekuasaan negara bagian itu sendiri. (cikal bakal demokrasi)
- Pada tahun 1789, konfederasi tidak berlaku lagi, karena adanya kesulitan dalam menjalankan
pemerintahan tanpa eksekutif. Kelemahan lainnya yaitu kongres tidak bisa memungut pajak dari
rakyat AS, dan hanya bisa mengumpulkan uang melalui kontribusi negara2 bagian yang ga
seberapa.
Bertepatan dengan berakhirnya konfederasi, AS telah membentuk pemerintahan baru,
pemerintahan tanpa raja, dengan kekuasaan yang dibagi antara negara bagian dan pemerintah
pusat, dan aturan2 serta prosedur yang ditetapkan secara tertulis.
“jika pemerintah pusat tidak diperkuat dengan kekuasaan tambahan, kecemburuan dan
pertengkaran antar negara bagian akan menghancurkan persatuan.” – George Washington
- Sistem federal, dimana terdapat dua jenis pemerintahan, satu nasional dan satu untuk setiap
negara bagian. Pemerintah bagian untuk menangani masalah setiap rakyatnya, sedangkan
pemerintah nasional untuk menangani masalah lebih besar yang menyangkut warga AS.
Konstitusi menetapkan seorang eksekutif, yaitu seorang presiden yang dipilih oleh rakyat. Hal ini
menjadikan pemerintahan AS sebagai sebuah republik, di mana kepala negaranya bukan
seorang raja yang turun-temurun, melainkan seorang pejabat yang terpilih.
- Thomas Paine dengan pamflet ‘Common Sense’ pada tahun 1776 yang mendesak AS untuk
mendeklarasikan kemerdekaan, salah satu argumenya adalah gagasan isolasionisme yang
mempercayai bahwa jalan terbaik adalah tidak ikut serta dalam perang Eropa. AS juga gaboleh
untuk jadi sekutu dan mitra negara Eropa, karena ketika negara Eropa berperang, AS harus
membantunya.
- Eropa perang, Asia perang. AS ingin mewujudkan terciptanya damai di dunia untuk menjamin
keamanannya sendiri, AS mengorganisir PBB pada 1945 bersama negara2 kuat lainnya (40
negara). Alasan lain dibentuknya PBB adalah karena AS mau semua negara tau kalo dia akan siap
bantu 40 negara tersebut jika ada yang berperang, dengan itu, maka perang akan terminimalisir.
Untuk memastikan perdamaian dunia, AS juga memberikan pinjaman milyaran dollar kepada
negara2 yang rusak setelah PD II dan kepada negara2 miskin lain.
- Namun seiring waktu, orang2 AS memahami bahwa kondisi internasional sangat dinamis dan
anarki. Apa yang terjadi di salah satu bagian dunia, dapat mempengaruhi belahan bumi lain. AS
juga kemudian menyadari bahwasanya perdamaian tidak bisa dijamin oleh satu negara, bahkan
oleh negara sekuat AS sekalipun.
- Pemerintahan AS adalah federal, dimana tanggung jawab untuk mengatur rakyat dibagi antara
pemerintah pusat dan bagian. Selain federal, pemerintah AS juga berbentuk presidensial dimana
terdapat cabang2 terpisah (yudikatif, eksekutif, legislatif) yang menguatkan satu sama lain.
(jabatannya dibawah presiden/eksekutif)
- RUU masih milik kongres. Selain membuat UU, kongres juga membentuk opini publik tentang
berbagai isu (melalui berita, radio, tv). Kongres berperan sbg forum untuk menyebarkan isu
penting kebijakan, dan berperan dalam mengubah konstitusi. Kongres memiliki sub-komite yang
dapat dipilih sendiri sesuai jabatannya, serta berwenang untuk menyelidiki hampir semua
departmen dan biro pemerintahan. Kalo presiden ga dapet suara minor-mayor, tugas
pemilihannya dibebanin ke kongres (DPR), dan wakilnya dipilih oleh senat. Kongres memiliki
kekuasaan untuk mencopot pejabat federal dari jabatannya, dan akan diadili serta diberhentikan
oleh senat.
- Kelemahan konfederasi: gabisa mungut pajak (Cuma bisa minta kontribusi dari negara bagian),
gabisa ngatur sistem uang sentral, gabisa mempromosikan aliran perdagangan bebas, gapunya
angkatan besenjata resmi, kekuasaannya sedikit, gabisa berhubungan langsung dengan warga.
- Setelah revolusi, AS punya banyak masalah ekonomi. Pada tahun 1786, 5 negara bagian
berkumpul untuk membicarakan perdagangan, perkumpulan ini disebut sbg konvensi annapolis.
Konvensi ini menyepakati bahwa diperlukan rombak pemerintahan agar masalah dapat
diselesaikan, kongres yang berada dibawah konfederasi menyetujui rencana tersebut, dan inilah
awal munculnya konvensi institusi.
- Konstitusi a/ rencana u/ sebuah pemerintahan. Menguraikan bentuk pemerintahan,
menggambarkan orang2 yang terpilih untuk menjalankan cabang pemerintahan, menetapkan
kekuasaan yang akan dimiliki setiap cabang, memberi batasan sejauh mana pemerintah dapat
bertindak.
- Founding fathers percaya bahwa pemerintah adalah milik rakyat dan harus dipilih oleh mereka.
Percaya pada kekuasaan pemerintah yang terbatas hanya sebatas yang diberikan oleh konvensi
konstitusional dan mematuhi batasan terhadap hak pribadi, maka dari itu, kepercayaan rakyat
terhadap pemerintahan semakin kuat. Mereka juga sepkat atas pemisahan kekuasaan agar tidak
ada satu cabang pemerintahan yang memegang terlalu banyak kekuasaan, sebagai cara untuk
melawan tirani. Dalam memisahkan kekuasaan, mereka juga menambahkan sistem federalisme.
- Konstitusi AS telah mengalami perkembangan sesuai dengan kebutuhan rakyat, seperti
perkembangan Kabinet, dan pembentukan Dewan Keamanan Nasional. Konstitusi juga dapat
diubah melalui proses amandemen, yang melibatkan persetujuan dua pertiga anggota Kongres
dan tiga perempat negara bagian. Beberapa amandemen yang telah disahkan termasuk Bill of
Rights, seperti amandemen Ke-11 yang membatasi yurisdiksi pengadilan federal, amandemen
Ke-12 yang mengubah pemilihan presiden dan wakil presiden, amandemen 13 yang
menghapuskan perbudakan, amandemen 14 yang melindungi hak-hak warga negara,
amandemen 15 yang memberikan hak suara tanpa memandang ras, amandemen 16 yang
memungkinkan pemerintah federal memungut pajak, amandemen 19 yang memberikan hak
pilih kepada perempuan, dan amandemen 20 yang mengubah masa jabatan presiden dan
Kongres.

Pertemuan 3: Teori dan Konsep Politik LN AS

Artikel models foreign policy

Artikel ini membahas berbagai model pembuatan kebijakan luar negeri, termasuk:

- Model Strategis atau Rasional: Model ini memandang negara atau pembuat keputusan sebagai aktor
tunggal yang berusaha memaksimalkan tujuan mereka dalam politik global. Model ini merupakan model
yang paling banyak digunakan dalam analisis kebijakan luar negeri dan memiliki keunggulan dalam hal
kesederhanaan, yang memungkinkan para analis untuk memikirkan apa yang akan mereka lakukan jika
mereka menjadi negara lain. Namun, kekurangannya termasuk asumsi perhitungan rasional dari pihak
pengambil keputusan, yang jarang disadari, dan fokus pada peristiwa-peristiwa yang berurutan, yang
mungkin mengabaikan berbagai langkah konsiliasi.

- Pendekatan Pengambilan Keputusan: Pendekatan ini, yang dikemukakan oleh Richard C. Snyder, H. W.
Bruck, dan Burton Sapin, melampaui model aktor-rasional dengan mendalilkan berbagai faktor internal
dan eksternal yang mempengaruhi pilihan-pilihan kebijakan luar negeri. Model ini menekankan dimensi
manusia dalam proses kebijakan luar negeri, dengan faktor yang paling penting adalah motivasi para
pengambil keputusan, aliran informasi di antara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri
terhadap pilihan mereka.

- Model Politik Birokrasi: Model ini menekankan peran yang dimainkan oleh banyak birokrat yang
terlibat dalam proses kebijakan luar negeri. Para birokrat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam
membentuk kebijakan luar negeri, karena mereka memberikan informasi dan saran kepada para
pengambil keputusan. Namun, mereka juga bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan dan
dapat mempengaruhi implementasinya.

- Model Adaptif: Model ini menyarankan agar para pengambil keputusan beradaptasi dengan lingkungan
dan membuat pilihan berdasarkan keadaan dan tantangan spesifik yang mereka hadapi.

- Pengambilan Keputusan Bertahap (Incremental Decision Making): Pendekatan ini memandang bahwa
keputusan dibuat secara bertahap karena ketidakpastian dan kurangnya informasi yang lengkap dalam
urusan internasional, serta keterlibatan banyak aktor publik dan swasta.

Artikel ini membahas empat model pembuatan kebijakan luar negeri yang berbeda, yaitu Model
Strategis atau Rasional, Pendekatan Pengambilan Keputusan, Model Politik Birokratik, dan Model
Pengambilan Keputusan Tambahan. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing, yaitu sebagai berikut:

1. Model Strategis atau Rasional:

- Keuntungan: Model ini merupakan perkiraan realitas yang sederhana dan murah, yang memungkinkan
para analis untuk berpikir tentang apa yang akan mereka lakukan jika mereka menjadi negara lain.
Model ini sangat berguna dalam latihan perang. Model ini memiliki keutamaan kesederhanaan, yang
memungkinkan seseorang untuk memahami fenomena dengan kerumitan yang minimal.

- Kekurangan: Mengasumsikan perhitungan rasional dari pihak pengambil keputusan, yang merupakan
situasi yang ideal tetapi jarang terwujud. Pendekatan ini mengabaikan berbagai langkah perdamaian dan
dampak dari aktor domestik dan internasional terhadap kebijakan luar negeri.

2. Pendekatan Pengambilan Keputusan:

- Keuntungan: Pendekatan ini membawa dimensi manusia ke dalam proses kebijakan luar negeri secara
lebih efektif. Pendekatan ini mendalilkan berbagai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
pilihan-pilihan kebijakan luar negeri, seperti motivasi para pengambil keputusan, aliran informasi di
antara mereka, dan dampak dari berbagai kebijakan luar negeri terhadap pilihan-pilihan mereka.

- Kekurangan: Model ini lebih kompleks daripada Model Strategis atau Rasional, sehingga lebih sulit
untuk diterapkan. Model ini masih mengasumsikan bahwa para pengambil keputusan adalah aktor yang
rasional.

3. Model Politik Birokratik (The Bureaucratic Politics Model):

- Keuntungan: Model ini menekankan peran yang dimainkan oleh banyak birokrat yang terlibat dalam
proses kebijakan luar negeri. Para birokrat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam membentuk
kebijakan luar negeri, karena mereka memberikan informasi dan saran kepada para pengambil
keputusan.
- Kekurangan: Membesar-besarkan peran yang dimainkan oleh para birokrat bawahan dalam proses
kebijakan. Mengabaikan fakta bahwa para pengambil keputusan di tingkat pusat memiliki kesempatan
untuk memilih saran dan penasihat yang ingin mereka dengar.

4. Model Pengambilan Keputusan Bertahap:

- Keuntungan: Model ini mengakui adanya ketidakpastian yang besar dan kurangnya informasi yang
lengkap dalam urusan internasional, serta keterlibatan banyak aktor publik dan swasta. Model ini
memandang bahwa keputusan harus dibuat secara bertahap karena banyaknya manuver dan banyak
permulaan yang salah dalam waktu yang lama.

- Kekurangan: Model ini merupakan model yang paling jauh dari model rasional-aktor dalam
pengambilan keputusan, sehingga sulit untuk diterapkan. Model ini mengabaikan kemungkinan
perhitungan rasional yang komprehensif.

Singkatnya, setiap model memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing, dan pilihan model mana
yang akan digunakan dalam menganalisis kebijakan luar negeri sangat bergantung pada preferensi
individu. Akan sangat berguna untuk menggunakan beberapa pendekatan, yang masing-masing
mengandung beberapa elemen kebenaran, dalam upaya untuk lebih memahami, memprediksi, dan
menjelaskan perilaku kebijakan luar negeri.

The study of fp:

Artikel ini membahas pentingnya komitmen aliansi dan teknologi sebagai faktor yang berpengaruh
dalam perumusan dan implementasi kebijakan luar negeri. Penulis menekankan pentingnya kesiapan
untuk menanggapi permintaan dan tuntutan eksplisit dari sekutu dan menahan diri dari kegiatan ofensif.
Komitmen aliansi, meskipun memungkinkan rencana dan tindakan independen, beroperasi sebagai
elemen penting dalam proses kebijakan luar negeri. Teknologi, sebagai variabel sistemik dan sosial, telah
menjadi sumber kebijakan luar negeri yang kuat, dengan kemajuannya yang berkelanjutan dan
dampaknya yang besar pada kehidupan masyarakat. Perubahan teknologi yang penting termasuk
munculnya senjata nuklir, pengembangan komputer, dan peluncuran satelit komunikasi, yang semuanya
memiliki konsekuensi bagi kebijakan luar negeri.

Menurut artikel tersebut, variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan luar negeri dapat
dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, termasuk variabel-variabel yang bertahan lama dan
variabel-variabel yang berubah dengan cepat. Variabel yang bertahan lama mencakup ukuran dan
geografi, sedangkan variabel yang berubah dengan cepat mencakup nilai, bakat, pengalaman, dan
kepribadian pemimpin. Klaster variabel sistemik meliputi aliansi, struktur kekuasaan yang besar, dan
area isu, sedangkan klaster variabel sosial meliputi pembangunan ekonomi, budaya, dan struktur sosial.
Kelompok variabel idiosinkratik mencakup nilai-nilai, bakat, pengalaman, dan kepribadian para
pemimpin. Penting untuk dicatat bahwa variabel-variabel ini tidak beroperasi secara independen satu
sama lain, dan efek interaksinya harus dipertimbangkan ketika menilai kekuatan relatifnya. Label yang
digunakan untuk mengidentifikasi klaster variabel agak sewenang-wenang, dan ada variabel lain yang
dapat disebutkan jika daftar rinci disusun.
Pentingnya efek interaksi di antara faktor-faktor dalam kebijakan luar negeri dapat dipahami dengan
mempertimbangkan kompleksitas proses pengambilan keputusan dan berbagai masukan yang
membentuk tindakan suatu negara di arena internasional. Berikut adalah beberapa poin penting yang
perlu dipertimbangkan:

- Kebijakan luar negeri dipengaruhi oleh berbagai faktor: Hampir setiap aspek dari sebuah masyarakat,
termasuk tradisi, institusi, dan kemampuannya, dapat menjadi relevan ketika menjelaskan orientasi dan
tindakan sebuah negara terhadap dunia di luar perbatasannya[1]. Faktor-faktor ini dapat dikategorikan
ke dalam kelompok-kelompok seperti variabel situasional, sosial, pemerintahan, dan idiosinkratik[1].

- Tidak ada satu faktor pun yang sepenuhnya membentuk kebijakan luar negeri: Kebijakan luar negeri
adalah hasil dari interaksi berbagai masukan, dan tantangan bagi para analis adalah untuk menentukan
sejauh mana variabel independen (masukan), baik secara sendiri-sendiri maupun dalam kombinasi,
menjelaskan varians dalam rencana dan perilaku kebijakan luar negeri[1].

- Efek interaksi sangat penting untuk memahami kebijakan luar negeri: Karena tidak ada satu pun faktor
yang beroperasi secara independen dari faktor lainnya, maka penting untuk menilai kekuatan relatif dari
berbagai input dan interaksinya[1]. Pemahaman ini membantu dalam menjelaskan kompleksitas proses
pengambilan keputusan dan hasil dari keputusan kebijakan.

- Menilai efek interaksi adalah tugas utama mahasiswa kebijakan luar negeri**: Menentukan cara-cara
di mana masukan utama berkontribusi pada rencana dan tindakan yang diikuti oleh para pejabat
merupakan tugas yang menantang namun penting bagi para analis[1]. Penilaian ini membantu dalam
memahami kepentingan relatif dari berbagai faktor dan interaksinya dalam membentuk kebijakan luar
negeri.

Anda mungkin juga menyukai