Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MULTIKULTURAL

‘’KEMAJEMUKAN KONDISI SOSIAL MASYARAKAT INDONESIA’’

DISUSUN OLEH :

INDRAWATI (10620190001)

NIRMASWASTI MANENGKA (10620190002)

WANISA LAMARU (10620190003)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKUTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2019

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji syukur kehadiran ALLAH SWT yang maha esa atas segala limpahan rahmat dan
karuniannya sehingga kami (kelompok 1) dapat menyelesaikan makalah dalam mata kuliah
‘’MULTIKULTURAL’’ yang berjudul ‘Kemajemukan Kondisi Social Masyarakat Indonesia’.

Tak lupa kita panjatkan Shalawat beserta salam kepada junjungan Nabi Muhammad Saw,
karena atas perjuangan beliau kita masih dapat merasakan Nikmat Iman, Rasullulah membawa
kita dari alam Jahiliah kealam Islamiah.

Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kiranya saran dan kritik sangat penting bagi
kami. Untuk itu saya ucapkan terimakasih.

PENYUSUN

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2

DAFTAR ISI ...........3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

A. LATAR BELAKANG ................4

B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................4
C. TUJUAN.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Kemajemukan Masyarakat Indonesia.................................................................6


B. Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia...............................................7
C. Kondisi Sosial Masyarakat Indonesia .................................................................8
D. Kondisi Sosial Masyarakat Saat ini.....................................................................9
E. Latar Belakang Keadaan Masyarakat yang Memprihatinkan.........................10
F. Bentuk Kehidupan Bermasyarakat yang Berkualitas.......................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kemajemukan merupakan karakteristik budaya yang dimiliki Indonesia. Kemajemukan


budaya tersebut merupakan kekayaan bangsa yang harus dipertahankan. Kemajemukan disebut
juga dengan keberagaman yang memiliki kata dasar ragam. Berdasarkan kamus besar bahasa
Indonesia ( KBBI ), ragam berarti (1) sikap, tingkah laku, cara (2) macam, jenis (3) musik, lagu,
lagam (4) warna, corak (5) tata bahasa. Hal tersebut merupakan keberagaman yang dimiliki oleh
Indonesia.

Usman Pelly dalam buku Ilmu Sosial & Budaya Dasar mengkategorikan masyarakat
majemuk ke dalam dua hal yaitu pembelahan horizontal dan pembelahan vertikal. Secara
horizontal, masyarakat majemuk dikelompokkan berdasarkan ras, bahasa daerah, adat istiadat,
agama, pakaian, makanan dan budaya lain. Secara vertikal, dikelompokkan berdasarkan
penghasilan, pendidikan, pemukiman, pekerjaan dan kedudukan sosial politik. Kategori tersebut
menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat majemuk.

Kemajemukan Indonesia terlihat dengan banyaknya etnis atau suku bangsa. Indonesia
memiliki beragam etnis atau disebut juga dengan multisubetnis. Bangsa Indonesia terdiri dari
ratusan etnis, agama, budaya dan adat istiadat, yang tersebar di sekitar 13. 000 pulau besar dan
kecil, serta memiliki ratusan bahasa daerah ( Koentjaraningrat, 1970 : 21 – 33 ; Thohari , 2000 :
129 ; Dalam Jurnal pembangunan pendidikan : Fondasi dan Aplikasi, Amirin). Hampir di setiap
pulau memiliki lebih dari satu etnis atau suku bangsa. Akan tetapi beberapa suku menjadi suku
mayoritas dan minoritas pada suatu pulau tersebut.

Kemajemukan Indonesia yang lain juga terlihat berdasarkan jumlah penduduk yang besar,
wilayah yang luas, kekayaan alam dan daerah tropis, persebaran serta jumlah pulau yang banyak.

B. RUMUSAN MASALAH

Berawal dari latar belakang tersebut, Kami mencoba menyampaikan permasalahan antara
lain:

1. Bagaimana kemajemukan masyarakat di Indonesia ?


2. Bagaimana pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Bagaimana Kondisi Sosial Masyarakat Indonesia ?
4. Bagaimana Kondisi Sosial Masyarakat Saat ini ?
5. Bagaimana Latar Belakang Keadaan Masyarakat yang Memprihatinkan ?
6. Bagaimana Bentuk Kehidupan Bermasyarakat yang Berkualitas ?

4
C. TUJUAN

Tujuan pembuatan Makalah ini adalah Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata kuliah
Perspektif Sosial Budaya serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang pengaruh kemajemukan
masyarakat Indonesia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali diperkenalkan oleh Furnivall dalam
bukunya Netherlands India: A Study of Plural Economy (1967), untuk menggambarkan
kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit
bersatu dalam satu kesatuan sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh
struktur masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.

Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Keadaan geografi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima
pulau besar dan lebih dari 13.000 pulau kecil sehingga hal tersebut menyebabkan
penduduk yang menempati satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh menjadi
kesatuan suku bangsa, dimana setiap suku bangsa memandang dirinya sebagai suku jenis
tersendiri.

b. Letak Indonesia diantara Samudra Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua
Asia dan Australia, maka Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Hal
ini mempengaruhi terciptanya pluralitas/kemajemujkan agama.

c. Iklim yang berbeda serta struktur tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini
merupakan faktor yang menciptakan kemajemukan regional.

Seperti yang telah dijelaskan bahwa kemajemukan Indonesia tampak pada perbedaan
warga maryarakat secara horizontal yang terdiri atas berbagai ras, suku bangsa, agama, adat dan
perbedaan-berbedaan kedaerahan.

Menurut Robertson (1977), ras merupakan pengelompokan manusia berdasarkan ciri-ciri


warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang diturunkan secara turun temurun.Untuk itu ras yang
hidup di Indonesia antara lain Ras Melayu Mongoloid, Weddoid dan sebagainya. Sedangkan
untuk suku bangsa / etnis yang tersebar di Indonesia sangatlah beraneragam dan menurut Hildred
Geertz di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-masing memiliki bahasa
dan identitas kebudayaan yang berbeda. Dalam kemajemukan agama di Indonesia secara umum
agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam, Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha.
Selain itu terdapat agama-agama lain seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di Kalimantan, Sunda
Kawitan (suku Baduy) serta aliran kepercayaan.

6
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu warna dalam kehidupan,
dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah apabila ada kesadaran untuk senantiasa
menciptakan dan menyukai keselarasan dalam hidup melalui persatuan yang indah yang
diwujudkan melalui integrasi.

Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg :

a. Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok.


b. Kurang mengembangkan konsensus.
c. Sering mengalami konflik.
d. Integrasi sosial atas paksaan.
e. dominasi suatu kelompok atas kelompok lain

B. Pengaruh Kemajemukan Masyarakat Indonesia

Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku bangsa,ras dan agama dapat
dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh positifnya adalah terdapat keanekaragaman
budaya yang terjalin serasi dan harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh
negatifnya antara lain :
a. Primordial

Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah, agama dan kebiasaan di masa lalu tetap
bertahan sampai kini. Sikap primordial yang berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini
mewarnai interaksi di masyarakat maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat
akan mengukur keadaan atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini
menghambat tejadinya integrasi sosial atau integrasi bangsa. Primordialisme harus diimbangi
tenggang rasa dan toleransi.

b. Stereotip Etnik

Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering diwarnai dengan stereotip etnik yaitu
pandangan (image) umum suatu kelompok etnis terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt).
Cara pandang stereotip diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis
yang distereotipkan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual. Stereotip
etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa ciri khusus dari beberapa anggota
kelompok etnis kepada ciri khusus seluruh anggota etnis.

Dengan adanya beberapa orang dari sukubangsa A yang tidak berpendidikan formal atau
berpendidikan formal rendah, orang dari suku lain (B) menganggap semua orang dari
sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar suku A menganggap suku bangsanya yang
paling baik dengan berpendidikan tinggi. Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena tidak
semua orang dari sukubangsa di luar sukubangsa A berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar

7
sukubangsa A yang berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip negatip, akan
terjadi disintegrasi sosial. Orang akan memberlakukan anggota kelompok etnis lain berdasarkan
gambaran stereotip tersebut. Agar integrasi sosial tidak rusak, setiap anggota masyarakat harus
menyadari bahwa selain sukubangsa ada faktor lain yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu
pendidikan, pengalaman, pergaulan dengan kelompok lain, wilayah tempat tinggal, usia dan
kedewasaan jiwa.

c. Potensi Konflik

Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut Furnifall (1940) adalah kehidupan
masyarakatnya berkelompok-kelompok yang berdampingan secara fisik, tetapi mereka (secara
essensi) terpisahkan oleh perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka
masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.

C. Kondisi Sosial Masyarakat Indonesia

Masyarakat pada umumnya tidak terlepas dari keadaan sosial yang terjadi dalam kehidupan,
sebab masyarakat adalah zoon politicon atau masyarakat sosial yang saling berhubungan antara
satu dengan yang lain, saling berinteraksi untuk mencapai tujuan hidup, akan tetapi pada
interaksi sosial yang negatif akan menjerumuskan ke hal-hal yang negatif pula, contohnya
kejahatan yang sering terjadi dalam lingkungan baik merugikan diri sendiri maupun orang lain
yaitu seperti narkoba, pesta miras, dan lain-lain. Sebaliknya apabila dalam lingkungan sosial
terjadi interaksi yang positif maka akan melahirkan perbuatan atau tingkah laku yang posistif
pula untuk mencapai tujuan hidup yang positif dalam kehidupan. Contoh kondisi sosial adalah
masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah narkoba, ketersediaan pasokan pangan, dan
pengangguran tingkat kejahatan.

Untuk kondisi sosial tentang masalah pendidikan yaitu untuk memastikan bahwa warga
negara memiliki akses ke pendidikan yang berkualitas dan pelayanan kesehatan yang memadai
kondisi sosial utama yang politisi pertimbangkan. Gaji guru, anggaran sekolah dan ketersediaan
pasokan pendidikan semua mempengaruhi tingkat pendidikan yang tersedia untuk anak-anak.
Demikian pula, sebuah komunitas perlu memiliki sumber daya yang memadai untuk mendukung
fasilitas medis yang berkualitas dan penyedia layanan kesehatan.

Kondisi sosial masyarakat Indonesia masa kini pula adalah terjadi banyak perubahan dalam
perilaku sosialnya. Hal ini disebabkan oleh modernisasi yang berkembang di Indonesia.
Indonesia sendiri sudah mampu menciptakan alat-alat teknologi yang praktis dan efisien seperti
layaknya yang ada di kehidupan sehari-hari seperti televisi, telepon genggam, komputer, laptop,
dan lainnya.

Sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang digunakan pun memiliki kajian-
kajian penting dalam proses kemajuan dan perkembangan teknologi yang membuat Indonesia
lebih modern. Akan tetapi dari perkembangan teknologi tersebut dapat pula membawa dampak

8
negatif disamping terdapat dampak positif nya, yaitu masuknya budaya asing ke Indonesia yang
disebabkan oleh salah satu nya karena ada krisis globalisasi yang meracuni Indonesia.

Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu
saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan
masyarakat. Yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh
kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan
masyarakat yang bersangkutan.

Adanya penyerapan unsur budaya luar yang dilakukan secara cepat dan tidak melalui suatu
proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud
yang ditampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa di sebut ketimpangan
budaya. Teknologi yang berkembang pada era globalisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan
budaya dari lingkungan sosial.

D. Kondisi Sosial Masyarakat Saat Ini

Perubahan zaman akan selalu menimbulkan perubahan tuntutan pada anggota masyarakat,
berarti akan merubah peran orang per orang yang hidup dalam perubahan tersebut. Dengan
demikian setiap orang dituntut agar mengerti, memahami dan selanjutnya menyelaraskan
kehidupannya dengan situasi, tuntutan serta irama kehidupan di sekitarnya. Dalam kemajuan
zaman yang serba cepat ini, semua dituntut berbuat dan bertindak cepat agar senantiasa mampu
menempatkan diri secara tepat. Berbagai kemajuan dan perubahan yang telah terjadi memaksa
seseorang mengubah perasaan, pikiran/pola pikir, dan tindakan untuk dapat menyelaraskan.
Salah satu bentuk kemajuan yang sedang dan sangat pesat saat ini ialah telekomunikasi
(teknologi komunikasi). Hal ini telah menciptakan hubungan luas antar manusia sehingga
melahirkan hubungan yang tanpa batas. Masyarakat terbuka (open society) lahir sebagai hasil
teknologi yang sangat pesat. Dampak positif yang ditimbulkan bukan berarti tanpa adanya
bahaya-bahaya yang dapat muncul dalam masyarakat. Keadaan ini tentunya memerlukan
manusia yang tidak terlempar dan terdampat jauh dari akar kebudayaannya. Manusia harus tetap
berada dalam kehidupannya yang nyata, di tengah-tengah masyarakat yang mempunyai
kebudayaannya sendiri. Dengan kata lain, manusia di dalam kehidupan modern ini perlu
memiliki identitas diri yang kuat (stabil).

Melihat fenomena sosial yang ada saat ini, kita melihat kondisi masyarakat yang rapuh dan
memprihatinkan. Banyak terjadi kondisi penyimpangan dimasyarakat, penyimpangan norma
sosial, norma agama, norma hukum, norma budaya, dan lain sebagainya. Rasa kepedulian untuk
hidup berdampingan bersama dengan saling menghormati dan mengakui perbedaan masing-
masing, sudah menghilang. Maka akibat yang timbul adalah perpecahan di tubuh masyarakat dan
terganggunya rasa aman dalam masyarakat itu sendiri. Bahkan yang lebih parah adanya
perseteruan antar suku, antar ras hingga antar agama yang semakin tajam. Itu semua semakin

9
memperburuk kondisi bangsa ini, yang tentunya sangat merugikan citra kita sebagai bagian dari
masyarakat dunia.

E. Latar Belakang Keadaan Masyarakat yang Memprihatinkan

Tumbuh suburnya budaya kekerasan dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang timbul,
serta tidak mau menerima dan memahami kondisi, kemampuan serta pendapat yang berbeda,
dengan saling memperlihatkan fisik dan kekuasaan merupakan suatu tindakan arogan yang
marak terjadi diberbagai bidang, di seluruh lapisan masyarakat Indonesia saat ini.

Melemahnya mental spiritual dan pola pikir yang terimplementasi dalam wujud tingkah laku
kehidupan sehari-hari pada masyarakat kita saat ini merupakan akibat dari kebingungan dan
keputusasaan dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup yang semakin kompleks, berbagai
jalan pintas sebagai penyelesaian sudah dianggap wajar/lazim saat ini. Kondisi psikologis yang
terusik, menyebabkan ketegangan jiwa yang menimbulkan kegelisahan dalam hidup karena tidak
siap dalam menghadapi perubahan yang pesat atau tiba-tiba. Rasa tidak mampu menerima
kegagalan atau kekurangan baik sacara phisik maupun psikis menjadi awal pemberontakan kecil
dalam diri masing-masing orang yang kemudian berbaur menjadi berbagai pemberontakan besar
dalam masyarakat yang menuju ke arah kehidupan yang kacau (caos).

Berbagai kasus kekerasan seperti perkelahian pelajar dan mahasiswa, pertikaian antar
kampung, antar suku dan agama, bahkan terjadi pula pada anggota legislatif telah mencerminkan
perilaku yang memalukan sebagai buah dari kemunduran bangsa ini. Sedangkan pada kasus-
kasus seperti narkoba, bunuh diri, pemerkosaan, korupsi, kolusi dan nepotisme juga
menunjukkan bentuk dari keputusasaan bangsa ini dalam diri masyarakatnya.

Di masa kini dalam masyarakat modern, orang mempunyai banyak kegiatan yang harus
dilakukan sesuai tuntutan zamannya. Kondisi super-sibuk menjadi fenomena baru alam
kehidupan saat ini, demi tujuan tidak ketinggalan zaman dan kemajuan diri maupun status
sosialnya. Hal ini tentunya memacu untuk bekerja keras dalam perannya masing-masing,
akibatnya kehabisan waktu untuk terlibat dalam kegiatan bermasyarakat, baik dengan
lingkungan, masyarakat luas, tetangga sekitar, bahkan dengan keluarga sendiri. Bentuk
masyarakat yang sudah semakin apatis (tidak peduli) ini tentunya justru menjadi kendala-kendala
baru pula bagi perkembangan antar sesama manusia yang harus terus berkembang dan
beradaptasi terlebih bagi generasi-generasi muda selanjutnya.

F. Bentuk Kehidupan Bermasyarakat yang Berkualitas

Memahami masyarakat haruslah memahami konsep manusia dalam arti sebenarnya. Terlebih
bagi bangsa kita yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, bahasa, dan agama yang diikat
oleh rasa kesatuan (ke-bhineka-an). Masyarakat yang plural dan majemuk ini tentunya
diharapkan mampu menyikapi akulturasi dan inkulturasi untuk dapat berkembang secara adaptif
sesuai zaman yang juga terus berkembang, sehingga kualitas dari adanya suatu masyarakat yang

10
ideal dapat dinilai dari hal tersebut dengan hasil atau bukti berupa lingkungan binaan hidup yang
semakin ideal pula. Secara singkat kata dapat dikatakan bahwa masyrakat yang ideal dan
berkualitas ialah masyarakat yang peduli terhadap kehidupannya sendiri, kehidupan sesamanya,
serta lingkungan tempat hidupnya.

Ancok berpendapat bahwa masyarakat yang berkualitas harus memiliki ciri sebagai berikut:

a. Konsep

Konsep adalah sebuah gagasan yang dihasilkan dari pengolahan kumpulan pengetahuan dan
wawasan yang dijadikan dasar untuk menghasilkan sebuah inovasi. Usaha membangun
kemampuan menciptakan konsep, suatu masyarakat harus membangun kebiasaan dan
kemampuan belajar bersama atau dengan kata lain menjadi komunitas pembelajaran (learning
community). Dengan komunitas pembelajaran ini, semua warga dapat mengembangkan diri
terhadap hal-hal baru dan saling berbagi serta melengkapi berbagai hal.

b. Kompetensi

Sebuah konsep tentang sesuatu, baru akan menjadi produk atau jasa bila konsep tersebut
diterjemahkan secara operasional dalam suatu langkah nyata. Untuk menterjemahkan konsep
secara operasional diperlukan adanya kompetensi. Karena itu, suatu masyarakat yang berkualitas
harus mengembangkan kompetensinya untuk merealisasikan konsep pemikirannya, kalau tidak
dilakukan maka masyarakat itu akan menjadi masyarakat yang banyak bicara konsep berlebih
(muluk-muluk) yang tidak pernah menjadi kenyataan/riil.

c. Koneksi

Kemampuan membuka jaringan sosial (networking) merupakan suatu kecakapan yang harus
dimiliki agar dapat mengembangkan diri seluas-luasnya. Kita harus dapat memperlihatkan
kemampuan dan kejelian menangkap peluang yang ada untuk membangun diri. Dengan
melakukan kemampuan membuka jaringan sosial, berarti mampu mengembangkan kecerdasan
emosional (Emosional Question) yang kita miliki. Pendidikan tinggi yang didapat dari berbagai
jenjang pendidikan formal saja, belum tentu mencerminkan kecerdasan secara keseluruhan,
bahwa orang dengan gelar yang dimilikinya belum tentu akan bisa bersosialisasi (bermasyarakat)
dengan baik, bahkan dapat saja melakukan tindakan yang tidak bermoral pula. EQ (Emosional
Question) hanya dapat dikembangkan apabila mampu menempatkan dan menerapkan berbagai
pengetahuan yang ada dalam hidup secara jeli dan peka sehingga akan lebih
bermakna/menyentuh bagi banyak pihak.

d. Kredibilitas

Kredibilitas terkait dengan kejujuran dalam berinteraksi dengan pihak lain. Tidak ada orang
yang mau membangun hubungan sosial yang bertahan lama dengan pihak yang biasa melanggar
etika hubungan sosial.

11
e. Kepedulian

Kepedulian adalah hal yang sangat dibutuhkan oleh siapa saja. Kepedulian ini dinyatakan
pada kepedulian atas sesama. Kepedulian si kaya kepada si miskin, kepedulian pada kelestarian
lingkungan maupun kepedulian pada aturan norma hidup bermasyarakat (ethics) dan lain
sebagainya, memiliki tujuan membangun sebuah komunitas (termasuk lingkungan hidup) yang
lebih menyejahterakan, menjamin, dan membahagiakan. Berbagai program atau kegiatan
pemberdayaan masyarakat kecil/miskin saat ini juga merupakan salah satu bentuk kepedulian
terhadap sesama. Berbagai himbauan akan kondisi iklim saat ini juga sudah merupakan bentuk
kepedulian terhadap keadaan lingkungan alam ini. Sehingga konsep, kompetensi, koneksi dan
kredibilitas membutuhkan pemicu utama untuk dapat bersatu karena hubungannya yang erat
yaitu kepedulian (rasa peduli).

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bagaimana mereduksi perilaku komunikasi yang tidak memberi apresiasi terhadap


perbedaan-perbedaan kultural? Kesadaran dari setiap individu bahwa ada perbedaanperbedaan
sekaligus kesamaan-kesamaan dalam diri masing-masing anggota kelompok kultural merupakan
langkah awal untuk meminimalkan perilaku komunikasi yang mindless tersebut. Penghargaan
setiap orang terhadap adanya latar belakang kultural yang berbeda inilah yang dipahami sebagai
komunikasi antarbudaya yang mindful. Langer (dalam Ruben 10 & Stewart, 1998:3) mengatakan
bahwa mindfulness dalam komunikasi antarbudaya akan terjadi ketika seseorang 1) memberi
perhatian pada situasi dan konteks, 2) terbuka terhadap informasi baru dan 3) menyadari adanya
lebih dari satu perspektif.

13
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan dan Elly Malihah. (2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan
Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek

Hermawan, Ruswandi dan Kanda Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya. Bandung:
UPI PRESS

https://www.kompasiana.com/desijayanti/595cdca5b11da129cb2d9b82/kondisi-sosial-
masyarakat-indonesia?page=2&page_images=1

http://e-journal.ac.id

14

Anda mungkin juga menyukai