Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

DINASTI-DINASTI KECIL DI DAERAH BARAT


BAGHDAD
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Ditulis oleh :
1.
2.
3.
4.

MOHAMMAD FAUZAN NIAMI (16210018)


ZAINAL ARIFIN (16210017)
MUHAMMAD SHOFWANUL MUMININ (16210019)
RIZKY MUTHOHARAH (16210030)

PROGRAM STUDY AL-AHWAL AL-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
1

2016

KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang,Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah,dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Dinasti-Dinasti Kecil Di Daerah Barat Baghdad.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembantuan makalah
ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu,kami menyadari sepenuhnya,bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh jarna
itu,kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap makalah tentang Dinasti-Dinasti Kecil Di Daerah
Barat Baghdad ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Malang, 11 Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Sampul.........................................................................

Kata pengantar...........................................................................

ii

Daftar Isi

..............................................................................iii

Bab I : PENDAHULUAN.................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................1
B. Topik Pembahasan.............................................................1
C. Rumusan Masalah..............................................................1
Bab II: PEMBAHASAN..................................................................2
1. DINASTI IDRISIYAH (172H/789 M-314H/926 M)...................................................2
A. Sejarah Berdirinya Dinasti Idrisiyah................................2
B. Khalifah Pada Dinasti Idrisiyah............................................................................3
C. Proses Jatuhnya Dinasti Idrisiyah.........................................................................4
2. DINASTI AGLABIYAH (800-909)..............................................................................5
A. Latar Belakang Dinasti Aglabiyah........................................................................5
B. Perkembangan Dinasti Aglabiyah.........................................................................6
C. Runtuhnya Kekuasaan Dinasti Aglabiyah...........................................................8
3. DINASTI THULUNIYAH (254 H/868 M-292 H/905 M)...........................................8
A. Sejarah Berdirinya Thuluniyah....................................8
B. Kemajuan Dinasti Thuluniyah......................................9
C. Proses Kemunduran Dinasti Thuluniyah.......................9
4. DINASTI FATHIMIYAH (909-1171 M).....................................10
A. Sejarah Awal Dinasti Fathimiyah....................................10
B. Pembentukan Khalifah Fathimiyah.................................10
C. Pola Pemerintahan........................................................11
D. Politik Daulah Fathimiyah..............................................11
E. Kemajuan Khalifah Fathimiyah di Mesir..........................11
1.Kemajuan di Bidang Politik......................................11
2.Kemajuan di Bidang Ekonomi...................................13
3.Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan.....................14
4.Kemajuan di Bidang Kebudayaan dan Keagamaan.....14
5.Universitas Islam Al Azhar Kairo...............................14
F. Sebab-Sebab Kehancuran Daulah Fathimiyah..................15

5. DINASTI HAMDANIYAH (972-1152 M)..............................................................16


A.Proses Berdirinya Dinasti Hamdaniyah.............................16
3

B.Faktor Runtuhnya Dinasti Hamdaniyah............................16


6. DINASTI AYYUBIYAH DI MESIR (1137 1193 M).............................................17
A. Latar Belakang Berdirinya Dinasti Ayyubiyah...................................................17
B. Masa Pemerintahan Dinasti Ayyubiyah...............................................................17
C. Berakhirnya Dinasti Ayyubiyah...........................................................................18
D. Perkembangan Dinasti Ayyubiyah.......................................................................18
E. Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib.................................................................19
F. Tokoh Ilmuawan Muslim dan Peranya Dalam Kemajuan ...Kebudayaan/Peradaban
Islam Pada Masa Dinasti Ayyubiyah....................................................................20
Bab III : PENUTUP..................................................................................................................21
A. Kesimpulan..............................................................................................................21
B. Saran.........................................................................................................................21
Daftar Pustaka .........................................................................................................................22

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dinasti-dinasti kecil di sini yang dimaksud adalah semua wilayah yang
biasanya disepakati oleh seorang wali atau amir (gubernur) atas penunjukkan
pemerintah pusat Baghdad. Hubungan antara keduanya secara structural
bersifat vertikal konsultatif. Wilayah menjalankan pemerintahannya sejalan
dengan pemerintah pusat. Wilayah tersebut sedikit demi sedikit memperoleh
otonomi

penuh atau sengaja

melepaskan diri dari pemerintahan pusat

(disintegration) sehingga oleh para sejarawan disebut dinasti-dinasti kecil


(Smaller dynasties).
Oleh karena itu, dinasti-dinasti baru tersebut secara geografis terletak di
daerah Baghdad pemerintahan pusat ( Baghdad ), maka sebagian sejarawan
menyebutnya dinasti-dinasti kecil di Barat dan Timur Baghdad.
Dalam makalah ini penulis menggunakan Klasifikasi pertama, yaitu dinastidinasti dibagi menjadi dua kelompok besar; yaitu Barat Baghdad. Kelompok
Barat meliputi dinasti-dinasti Idrisiyah (789-926 M), dinasti Aghlabiyah (800-909
M),

dinasti

Thuluniyah

(868-905

M), Dinasti Fathimiyah (909-1171 M),dinasti

Hamdaniyah (972-1152) M, Dinasti Ayyubiyah Di Mesir (1137 1193 M).Tetapi


pembahasan dalam makalah ini focus pada Dinasti-Dinasti Kecil di Barat
Baghdad.
B. Topik Pembahasan
Makalah ini membahas tentang masa Dinasti-dinasti Kecil di Daerah Barat Baghdad.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kemunculan Dinasti-dinasti Kecil di Baghdad ?
2. Apa saja kelompok-kelompok Dinasti-dinasti Kecil di Barat Bagdad ?
3. Bagaima Kemajuan Dinasti-dinasti Kecil di Barat Bagdad ?

BAB II
PEMBAHASAN

1. DINASTI IDRISIYAH (172H/789 M-314H/926 M)


A.

Sejarah Berdirinya Dinasti Idrisiyah

Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut syiah, yaitu Idris bin Abdulloh pada tahun
172 H./789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syiah pertama yang tercatat dalam sejarah berusaha
memasukkan Syiah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus.
Muhamad bin Idris merupakan salah seorang keturunan Nabi Muhammad SAW., yaitu cucu
dari Hasan, putra Ali bin Abi Thalib. Dengan demikian, dia mempunyai hubungan dengan garis
imam-imam Syiah. Dia juga ikut ambil bagian dalam perlawanan keturunan Ali di Hijaz terhadap
Abbasiyah pada tahun 169/786, dan terpaksa pergi ke Mesir, kemudian ke Afrika Utara, di mana
prestise keturunan Ali membuat para tokoh Barbar Zenata di Maroko Utara menerimanya sebagai
pemimpin mereka. Berkat dukungan yang sangat kuat dari Kubu Barbar inilah, Dinasti Idrisiyah lahir
dan namanya dinisbatkan dengan mengambil Fez sebagai pusat pemerintahan.
Paling tidak, ada dua alasan mengapa Dinasti Idrisiyah muncul dan menjadi dinasti yang
kokoh dan kuat, yaitu karena adanya dukungan yang sangat kuat dari bangsa Barbar, dan letak
geografis yang sangat jauh dari pusat pemerintahan Abbasiyah yang berada di Baghdad sehingga sulit
untuk ditaklukannya.
Pada masa Kekhalifahan Bani Abbasiyah dipimpin oleh Harun Ar-Rasyid, (menggantikan AlHadi), Harun Ar-Rasyid merasa posisinya terancam dengan hadirnya Dinasti Idrisiyah tersebut, maka
Harun Ar-Rasyid merencanakan mengirimkan pasukan untuk memeranginya dengan tujuan
memeranginya. Namun, faktor geografis yang berjauhan, menyebabkan batalnya pengiriman
pasukan. Harun Ar-Rasyid memakai alternatif lain. Yaitu dengan mengirim seorang mata-mata
bernama Sulaiman bin Jarir yang berpura pura menentang Daulah Abbasiyah sehinggan Sulaiman
mampu membunuh idris dengan meracuninya. Taktik ini disarankan oleh Yahya Barmaki kepada
Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Terbunuhnya Idris tidak berarti kekuasaan Dinasti Idrisiyah menjadi tumbang karena bangsa
Barbar telah bersepakat untuk mengikrarkan kerajaan mereka sebagai kerajaan yang merdeka dan
independen. Dikabarkan pula bahwa Idris meninggalkan seorang hamba yang sedang mengandung
anaknya. Dan ketika seorang tersebut melahirkan, kaum Barbar memberikan nama bayi tersebut
2

dengan nama Idris dan mengikrarnya sumpah setia kepadanya sebagaimana yang pernah diikrarkan
kepada bapaknya. Dan Idris inilah yang melanjutkan jejak bapaknya (Idris bin Abdullah) dan disebut
sebagai Idris II.
B.

Khalifah Pada Dinasti Idrisiyah

Berikut ini adalah tabel daftar para penguasa Dinasti Idrisiyah :


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Nama
Idris I bin Abdullah
Idris II bin Idris I
Muhammad bin Idris I
Ali bin Muhammad
Yahya bin Muhammad
Yahya II bin Yahya I
Ali II bin Umar
Yahya III bin Al-Kasim
Yahya IV bin Idris bin Umar
Hassan bin Al-Hajjan bin Muhammad
bin Al-Kasim
Kasim Ghannum bin Muhammad bin AlKasim
Abu Aysh Ahmad bin Kasim Ghannum
Hasan bin Kasim Ghannum

Tahun
789-793 M
793-828 M
828-836
836-849
849-863
863-866
866-?
?-905
905-920
925-927
937-948
948-954
954-974

Idris I dan putranya Idris II telah berhasil mempersatukan suku-suku Barbar, imigran-imigran
Arab yang berasal dari Spanyol dan Tripolotania di bawah satu kekuasaan politik, mampu
membangun kota Fez sebagai kota pusat perdagangan, kota suci, tempat tinggal Shorfa (orang-orang
terhormat keturunan nabi dari Hasan dan Husein bin Ali bin Abi Thalib), dan pada tahun 1959 di kota
ini, telah didirikan sembuah masjid Fathima dan Universitas Qairawan yang terkenal.
Pada masa kekuasaan Muhammad bin Idris (828-836 M.), Dinasti Idrisiyah telah membagibagi wilayahnya kepada delapan orang saudaranya, walaupun ia sendiri tetap menguasai Fez dan
memiliki semacam supremasi moral terhadap wilayah-wilayah lainnya. Setelah ia memerintah selama
masa yang cukup tenang, putranya yang bernama Ali menggantikannya sebagai raja.
Pada masa Ali bin Muhammad (836-849M.), terjadi konflik antarkeluarga dengan kasus yang
klasik, yaitu terjadi penggulingan kekuasaan yang pada akhirnya kekuasaan Ali pindah ketangan
saudaranya sendiri, yaitu Yahya bin Muhammad.
Pada masa Yahya bin Muhammad ini, kota Fez banyak dikunjungi imigran dari Andalusia dan
daerah Afrika lainnya. Kota ini berkembang begitu pesat baik dari segi pertumbuhan penduduk
maupun pembangunan gedung-gedung megah. Di antara gedung yang dibangun pada masa itu ialah
masjid Qairawan dan masjid Andalusia. Tapi ada pendapat lain bahwa di kota tersebut didirikan pula
3

sebuah masjid yang diberi nama masjid Fathima yang merupakan benih dari masjid dan Universitas
Qairawan yang terkenal pada tahun 859 M. tepat pada tahun 863 M., Yahya bin Muhammad
meninggal dan kekuasaannya berpindah ke tangan putranya yaitu Yahya II.
Pada masa pemerintahan Yahya II ini terjadi kemerosotan yang disebabkan oleh
ketidakmahiran Yahya II dalam mengatur pemerintahannya, sehinnga terjadilah pembagian wilayah
kekuasaan. Keluarga Umar bin Idris I tetap memerintah wilayahnya, sedangkan Dawud mendapat
wilayah yang lebih luas kea rah timur kota Fez. Keluarga Kasim menerima sebagian dari sebelah kota
Fez bersama-sama dengan pemerintah wilayah suku Luwata dan Kutama. Husain (paman Yahya II),
menerima bagian wilayah selatan kota Fez sampai ke pegunungan Atlas. Di samping
ketidakmampuan mengatur pemerintahannya, Yahya juga pernah terlibat perbuatan yang tidak
bermoral terhadap kaum wanita. Sebagai akibatnya, ia harus melarikan diri karena diusir oleh
penduduk Fez dan mencari perlindungan di Andalusia sampai akhir hayatnyapada tahun 866 M.
Dalam suasana yang mengecewakan rakyat, seorang penduduk Fez bernama Abdurrahman bin
Abi Sahl Al-Judami mencoba menarik keuntungan dengan jalan mengambil alih kekuasaan. Namun,
istri Yahya (anak perempuan dari saudara sepupunya), Ali bin Umar berhasil menguasai wilayah
Kawariyyir (Qairawan) dan memulihkan ketentraman dengan bantuan ayahnya. Menurut cerita lain
bahwa setelah Yahya II diusir oleh penduduk kota Fez, Ali bin Umar (paman dari ayah tiri Yahya)
diangkat untuk menduduki tahta yang tak lama kemudian harus dilepaskan lagi akibat satu
pemberontakan.
Pada masa Yahya III, pemerintahan yang semrawut ditertibkan kembali sehingga menjadi
tentram dan aman. Namun, setelah Yahya III memerintah dalam waktu cukup lama, ia terpaksa harus
menyerahkan kekuasaan kepada teman kerabatnya yang diberi nama Yahya IV.
Yahya IV ini berhasil mempersatukan kembali wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerabat-kerabat
yang lainnya, dan sejak itu Dinasti Idrisiyah terlibat dalam persaingan antara dua kekuatan besar,
yaitu Bani Umayah dari Spanyol dan Dinasti Bani Fatimiah dari Mesir dalam memperebutkan
supremasi dari Afrika Utara. Sebagaimana diketahui bahwa dinasti tersebut mempunyai aliran yang
berbeda, yang satu beraliran Sunni (Bani Umayah), sementara yang satunya lagi (Bani Fatimiyah)
beraliran Syiah. Kedua kekuatan tersebut, secara hati-hati menghindari bentrokan sehingga Fez dan
wilayah-wilayah Idrisiyah pada waktu itu menjadi daerah pertikaian mereka.
Setelah masa Yahya IV, saat kota Fez dan wilayah-wilayah Idrisiyah menjadi pertikaian,
seorang cucu Idris II, yang bernama Al-Hajjam berhasil menguasai Fez dan daerah sekitarnya. Akan
tetapi, ia kemudian mendapatkan pengkhianatan dari seorang pemimpin setempat sehinnga
kekuasaannya hilang dan hidupnya berakhir pada tahun 962 M., sedangkan anak-anaknya dan
saudara-saudaranya mengundurka diri ke daerah sebelah utara (suku Barbar Gumara). Di sana,
keluarga Idris dari kelompok Bani Muhammad mendirikan benteng di atas bukit yang diberi nama
Hajar An-Nashr. Di benteng tersebut, mereka bertahan sampai lima puluh tahun sambil mengamatamati kubu pertahanan Daulah Umawiyah dan Daulah Fatimiah.
C.

Proses Jatuhnya Dinasti Idrisiyah

Ada juga riwayat yang menerangkann bahwa jatuhnya Dinasti Idrisiyah disebabkan oleh
Khalifah Muhammad Al-Muntashir yang membagi-bagikan kekuasaannya kepada saudarasaudaranya yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan pecahnya Idrisiyah secara politis.
Perpecahan tersebut merupakan faktor yang membahayakan keberadaan Dinasti Idrisiyah karena
dalam waktu bersamaan, dating pula serangan dari Dinasti Fatimiah.Pada masa kepemimpinan Yahya
III, Dinasti Idrisiyah ditaklukan oleh Fatimiyah dan yahya terusir dari kerajaan hinnga wafatnya di
Mahdiyah. Dengan akhirnya Yahya, berakhir pula dinasti Idrisiyah.
2.DINASTI AGHLABIYAH (800-909 M.)
A.

Latar Belakang Berdirinya Diansti Aghlabiyah

Dinasti Aghlabiyah adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa selama
kurang lebih 100 tahun (800-900 M). Di luar wilayah yang dinamakan Ifriqiyah (Afrika Kecil,
terutama Tunisia), sempalan dari Afrika Latin, Harun al-Rasyid pada 800 M. telah mengangkat
Ibrahim bin al-Aghlab sebagai gubernur. Ibrahim bin al-Aghlab (800-811 M.) memerintah sebagai
penguasa yang berdiri sendiri, dan setahun setelah pengangkatannya, tak satupun Khalifah Abbasiyah
yang menjalankan kekuasaan di luar perbatasan barat Mesir. Aghlabiyah merasa puas dengan gelar
Amir, tetapi tidak merasa perlu mencatumkan nama Khalifah di mata uang mereka, sekalipun sebagai
bukti kekuasaan spiritualnya. Dari ibukotanya, Qayruwan, sampai ke Qartago, mereka menguasai
Mediterania tengah selama abad-abad kejayaan mereka.
Nama Dinasti Aghlabiyah ini diambil dari nama ayah, Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin
al-Aghlab. Beliau adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abasiyah. Ibrahim bin al-Aghlab,
seorang yang dikenal mahir di bidang administrasi. Dengan kemampuan ilmu administrasinya,
Ibrahim bin al-Aghlab mampu mengatur roda pemerintahan dengan baik. Dinasti Aghlabiyah
merupakan tonggak terpenting dalam sejarah peradaban Islam atau konflik berkepanjangan antara
Asia dan Eropa, di bawah pimpinan Ziyadatullah I. Pada tahun 800 M, Ibrahim I diangkat sebagai
Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena ia sangat pandai menjaga
hubungan dengan Khalifah Abasiyah seperti membayar pajak tahunan yang besar, maka Ibrahim I
diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi hak-hak otonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik,
termasuk menentukan penggantinya tanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini
dikarenakan jarak yang cukup jauh antara Afrika Utara dengan Baghdad. Sehingga Aghlabiyah tidak
terusik oleh pemerintahan Abbasiyah.
Menurut Ali Mufrodi, Dinasti Aghlabiyah berdiri di Aljazair dan Sicilia pada tahun 184-296/800909 M. Dinasti ini didirikan oleh Ibrahim bin al-Aghlab yang diberi otonomi wilayah yang sekarang
disebut Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Disamping itu, Dinasti ini juga di kenal dengan
armada angkatan laut yang di miliki, sehingga di waktu masa kejayaannya, sangat tangguh dan
perkasa di medan pertempuran lebih khususnya di lautan. Dan banyak para sejarawan yang mengakui
kekuatan armada angkatan laut Dinasti Aghlabiyah.
5

Secara periodik, dinasti aghlabiyahdi kuasai oleh beberapa penguasanya,


yaitu:
1. Ibrahim bin Aghlab 800-811M.
2. Abdullah I 811-816 M.
3. Ziyadatullah bin Ibrahim 816-837 M.
4. Abu Iqbal bin Ibrahim 838-841 M.
5. Abu Al-Abbas Muhammad 814-856M.
6. Abu Ibrahim Ahmad 856-863 M.
7. Ziyadatullah II bin Ahmad 863-864 M.
8. Abu Al-Gharanik Muhamad II bin Ahmad 864-874 M.
9. Ibrahim II bin Ahmad 874-902 M.
10. Abu Al-Abbas Abdullah II 902-903 M.
11. Abu Mudhar Ziyadatullah III 903-909 M.
B.

Perkembangan Dinasti Aghlabiyah

Aghlabiyah merupakan Dinasti kecil pada masa pemerintahan Abasiyah, yang para penguasanya
adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehinggga Dinasti tersebut dinamakan Aghlabiyah. Awal
mula terbentuknya Dinasti kecil tersebut yaitu ketika Baghdad di bawah pemerintahan Harun arRasyid. Di bagian Barat Afrika Utara terdapat dua bahaya besar yang mengancam kewibawaannya,
diantaranya adalah sebagai berikut:

Ancaman dari Dinasti Idrisiyah yang beralih Syiah.

Ancaman dengan adanya golongan Khawarij.

Dengan adanya dua ancaman tersebut, terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk menempatkan bala
tentaranya di Ifriqiyah di bawah pimpinan Ibrahim bin al-Aghlab. Setelah berhasil mengamankan
wilayah tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid supaya wilayah
tersebut di hadiahkan kepadanya dan anak keturunannya secara permanen. Karena jika hal itu terjadi,
maka ia tidak hanya mengamankan dan memerintah wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim
upeti ke Baghdad setiap tahunnya sebesar 40.000 dinar. Harun al-Rasyid menyetujui usulannya,
sehingga berdirilah Dinasti kecil (Aghlabiyah) yang berpusat di Ifriqiyah yang mempunyai hak
otonomi penuh. Meskipun demikian masih tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad. Pendiri
Dinasti Aghlabiyah adalah Ibrahim bin al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu Ibrahim diberi
provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun ar-Rasyid sebagai imbalan atas pajak tahunan yang
besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak otonom yang besar. Untuk menaklukan wilayah baru
dibutuhkan suatu proses yang panjang dan perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyah yang
sifatnya adalah pemberian. Salah satu kinerja pertama atau kesuksesan pertama yang diraih oleh
pemerintahan Aghlabiyah adalah keberhasilan memadamkan gejolak yang muncul dari Kharijiyah
Barbar di wilayah mereka.

Banyak penerus Ibrahim bin al-Aghlab terbukti sama bersemangatnya dengan Ibrahim sendiri.
Dinasti Aghlabiyah menjadi salah satu titik penting dalam sejarah konflik berkepanjangan antara Asia
dan Eropa. Dengan armada perang yang lengkap, mereka memorak-porandakan kawasan pesisir
Italia, Prancis, Korsika, dan Sardinia. Salah satu dari mereka adalah Ziyadatullah I (817-838 M.),
pada tahun 827 M. Ziyadatullah mengirim ekspedisi ke Sisilia Bizantium, yang didahului oleh operasi
bajak laut. Ekspedisi ini, juga ekspedisi-ekspedisi berikutnya, berhasil ditaklukan. Sisilia menjadi
basis menguntungkan bagi operasi-operasi melawan wilayah daratan, terutama Italia. Selain Sisilia,
Malta, dan Sardinia juga berhasil direbut oleh para bajak laut yang operasinya meluas jauh sampai ke
Roma. Pada saat yang sama, para bajak laut muslim dari Kreta terus-menerus menyerbu pulau-pulau
kecil di Laut Aegea, dan pada pertengahan abad ke-10, mereka menyerang kawasan pesisir Yunani.
Tiga prasasti Kufik yang ditemukan di Athena mengungkapkan adanya pemukiman Arab di sana,
ayng diduga bertahan sampai awal abad ke-10.
Selain itu Dinasti Aghlabiyah berhasil menaklukan kota-kota di sepanjang pantai Italia, yaitu sebagai
berikut
:
1.Brindisi(836/221H),
2.Napoli(837M),
3.Calarbia(838M),
4.Toronto(840M)
5.Bari(840M),
6. Benevento (840 M).
Penaklukan umat Islam atas kepulauan Sisilia (dalam literatur bahasa Arab disebut Siqilliyah)
merupakan buih terakhir dari gelombang serbuan yang dibawa bangsa Arab ke Afrika Utara dan
Spanyol. Para pemimpin ekspansi ke kepulauan itu, dan ke daratan Eropa Tengah adalah panglimapanglima perang Dinasti Aghlabiyah dari Qayruwan yang menyerang wilayah itu pada abad ke-9 M.
Ziyadatullah I (817-838 M.), Khalifah Aghlabiyah ketiga, langsung mengirim 70 armada membawa
sekitar 10.000 tentara dan 700 ekor kuda di bawah pimpinan Qadhi Wazir berusia 70 tahun dan Asad
bin al-Furath.Berhasil menaklukan kota Palermo dan sekitar 4 tahun kemudian, Bari, yang terletak di
wilayah Adriatik, yang kelak menjadi markas utama untuk masa 30 tahun berikutnya, ditaklukan.
Pada saat yang bersamaan, para pejuang muslim sampai di gerbang Venezia.
Dengan keberhasilan penaklukan-penaklukan tersebut, menjadikan Dinasti Aghlabiyah kaya
raya, para penguasa bersemangat dalam membangun Tunisia dan Sicilia. Ziyadatullah I membangun
Masjid Agung Qayruwan, sedangkan Amir Ahmad membangun Masjid Agung Tunis dan juga
membangun hampir 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara. Tidak cukup itu, jalan-jalan, pos-pos,
armada angkutan, irigasi untuk pertanian (khususnya di Tunisia Selatan, yang tanahnya kurang
subur). Demikian pula dengan perkembangan di bidang arsitektur, bidang ilmu, bidang seni, dan
kehidupan keberagaman. Selain sebagai Ibu Kota Dinasti Aghlabiyah, Qayruwan juga sebagai pusat
penting munculnya Mazhab Maliki, tempat berkumpulnya ulama-ulama terkemuka, seperti Sahnun
yang wafat (854 M) pengarang Mudawwat, Kitab Fiqh Maliki, Yusuf bin Yahya, yang wafat (901 M),
7

Abu Zakariyah al-Kinani, yang wafat (902 M), dan Isa bin Muslim, wafat (908 M). Karya-karya dari
ulama pada masa Dinasti Aghlabiyah tersimpan dengan rapih dan utuh di Masjid Agung Qayruwan.
Pada zaman keemasan Dinasti Aghlabiyah terdapat banyak peninggalan-peninggalan bersejarah
berupa tempat-tempat yang bernuansa religius khususnya bagi umat Islam, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Membangun masjid Agung Qoyruwam oleh ziyadatullah I.
2. Membangun Masjid Agung Tunis oleh Ahmad.
3. Pembangunan irigasi pertanian untuk wilayah ifriqiyah selatan yang kurang subur.
Di dalam Dinasti Aglabiyah terjadi kemajuan mencolok di daerah tengah kawasan Afrika kecil. Dari
kawasan yang tadinya dihuni oleh para penganut Kristen yang berbicara dengan bahasa Latin menjadi
kawasan para penganut agama Islam yang berbicara dengan bahasa Arab.

C.

Runtuhnya Kekuasaan Dinasti Aghlabiyah

Akhir abad ke-9, posisi Dinasti Aghlabiyah di Ifriqiyah mengalami kemunduran, karena amir
(Gubernur) yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan (berfoya-foya) dan dengan masuknya
propaganda Syiah yang dilancarkan oleh Abu Abdullah as-Syiah atas isyarat Ubaidillah al-Mahdi
dan telah menanamkan pengaruh atau doktrin-doktrin yang sangat kuat dikalangan orang-orang
Barbar. Dan menimbulkan kesenjangan sosial antar penguasa Aghlabiyah di satu pihak dan orangorang Barbar di pihak lain, telah menambah kuatnya pengaruh itu dan pada akhirnya membuahkan
kekuatan
militer.
Puncak kemunduran atau kehancuran dari Dinasti Aghlabiyah terjadi pada tahun 909 M. Kekuatan
militer yang dibangun Ubaidillah al-Mahdi berhasil mengalahkan kekuatan militer yang dimiliki oleh
Dinasti Aghlabiyah yang dulunya dikenal dan ditakuti karena ketangguhan di medan pertempuran.
Sehingga dengan mudahnya pemerintahan Dinasti Aghlabiyah digulingkan dari kedudukan tertinggi
dan berhasil mengusir Ziyadatullah ke Mesir, setelah usahanya gagal untuk mendapatkan bantuan
dari pemerintahan pusat di Baghdad.

3.DINASTI THULUNIYAH (254 H/868 M-292 H/905 M)


A.

Sejarah Berdirinya Dinasti Thuluniyah

Dinasti merupakan dinasti kecil yang pertama di Mesir pada pemerintahan Abbasiyah,yang
memperoleh hak otonom dari Bagdad.Dinasti ini didirikan oleh Ahmad Ibnu Thulun,yaitu seorang

budak dari asia tengah yang di kirim oleh panglima Thahir bin Al-Husain ke Bagdad untuk
dipersembahkan kepada khalifah Al-Makmun dan di angkat menjadi kepala pegawai di Istana.
Ahmad Ibn Thulun ini dikenal sebagai sosok yang dikenal kegagahan dan keberaniannya, dia
juga seorang yang dermawan, Hafidz, ahli di bidang sastra, syariat, dan militer.
Pada mulanya,Ahmad Ibnu Thulun dating ke Mesir sebagai wakil Gubernur Abbasiyah di
sanaa,lalu menjadi gubernur yang wilayah kekuasaanya sampai ke Palestine dan suriah.Pada masa
khalifah Al Mutaz(862-866 M) ,beliau di tunjuk sebagai wali di Mesir dan Libya atas bantuan ayah
tirinya yang menjabat panglima Turki di belahan Barat.Masa ini merupakan disintegrasi dan
distabilitas politik pemerintahan Abbasiyah .Situasi ini di manfaatkan oleh Ahmad Bin Thulan dengan
memproklamasikan indenpedensi wilayahnya dan membentuk Dinasti Thuluhiyah.Meskipun
demikian,Thuluhiyah masih memperlihatkan loyalitasnya pada Bagdad melalui penyebutan nama
Khalifah dalam khotbah Jumat dan penulisan nama khalifah pada mata uang,serta pembayaran pajak
sejumlah 300.000 dinar.
Di bawah kepemimpinan Thulun, Mesir menjadi wilayah yang merdeka dari pemerintahan
Abasiyah di Irak. Pada waktu itu, dibangun Masjid Jami Ibn Thulun yang masih terpelihara hingga
sekarang, dan Fusthath dijadikan pusat pemerintahan. Puncak dinasti Thuluniah di Mesir adalah pada
zaman Khumariyah Ibn Ahmad Ibn Thulun (270-282 H/883-895 M). Setelah Khumariyah meninggal,
terjadi konflik internal yang menghancurkan ekonomi dan militer Thuluniyah. Dalam situasi konflik
internal Thuluniyah, dinasti Bani abbas berhail menundukkan dinasti Thulun.
Keberadaan dinasti Thuluniyah di Mesir semakin bertambah besar dan kuat, apalagi setelah
adanya ikatan kuat melalui perkawinan antara Ahmad Ibn Thulun dengan saudara Yarjukh, sebagai
jaminan atas kedudukan yang diperolah Thuluniyah. Ahmad Ibn Thulun mulai mengadakan ekspansi
ke wilayah Hijaz di Semenanjung Arabia hingga Palestina dan Siria, yaitu pada tahun 878 M, serta
wilayah Sisilia di Asia Kecil pada tahun 879 M.
Posisi Ahmad Bin Thulun yang secara politisi banyak menguntungkan bagi penguatan
kekuasaan tersebut,Al Muwaffaq ,merasa iri dan merencanakan untuk membuat strategi dalam
mempengaruhi khalifah agar menyerang Ahmad sehingga terhindar dari terjadinya benturan fisik
antara Khalifah Al Mutamij dengan Ahmad Bin Thulun.Beberapa saat setelah peristiwa
tersebut,Ahmad menderita sakit dan lama kelamaan sakitnya bertambah parah akhirnya ia meninggal
pada tahun 270 H dalam usia 50 tahundan kekuasaanya pun berpindah ke tangan putranya yang tertua
yang bernama Al Khumarwaihi.
B.

Kemajuan Dinasti Thuluniyah

Ketika masa pemerintahan Al Khumarwaihi yaitu pada tahun 884-896 M,Dinasti Thuluniyah
mencapai masa ke emasanya.Pada masa ini pula,Khalifah Al Mutamid menyerahkan kekuasanya
wilayah Mesir,Siria sampai gunung Tauruts dan wilayah Al jazair,kecuali Mosul pada masa Al
Khumarwainhi.
9

Dinasti Thulun mencatat berbagai prestasi,antara lain sebagai berikut:


Mendirikan bangunan megah,seperti Rumah Sakit Fustat,Masjid Ibnu Thulun,dan istana khalifah yang
kemudian hari menjadi peninggalan sejarah islam yang sangat bernilai.
Memperbaiki Nilometer(alat pengukur air) di pulau Raufah(dekat Kairo),yang pertama kali di bangun
pada tahun 103 H/716 M pada pemerintahan Bani Umayyah.Dngan berfungsinya kembali alat
ini,irigasi Mesir menjadi lancar dan pada giliranya sangat membantu dalam meningkatkan hasil
produksi pertanian rakyat Mesir.
Berhasil membawa Mesir menjadi pusat kebudayaan islam yang di kunjungi para Ilmuan dan
seluruh pelosok dunia islam.
C.

Proses Kemunduran Dinasti Thuluniyah

Selama beberapa tahun menjelang akhirnya kekuasaan Al Khumarwaihi,pada Dinasti ini


mulai helihatan adanya gejala-gejala memburuk,yaitu pada tahun 896 M,Al Khumarwaihi dan tahta
kejaraan secara beruntut di serahkan kepada Abu Al Asakir Jaisy Ibnu Khumarwaihi dan Saiban
Ibnu Ahmad Ibnu Thulan.Pada masa terakhir Syaiban,muncul sekte-sekte keagamaan Qaramitah
yang berpusat di Gurun Syiria,melihat keadaan seperti itu,Syaiban nampaknya tidak mempunyai
kekuatan untuk mengendalikan sekte-sekte tersebut,dan bersamaan dengan itu pula Khalifah
Abbasiyah mengirimkan pasukan untuk menaklukan Dinasti Thuluniyah serta membawa keluarga
Dinasti yang masih hidup ke Bagdad.Setelah di taklukan Dinasti Thuluniya jatuh dan hancur.

4.DINASTI FATHIMIYYAH
A.

Sejarah Awal Dinasti Fathimiyah (909-1171 M)


Dinasti Fathimiyyah merupakan penguasa negara yang besar berpusat di lembah Nil, Kairo.

Kekhalifahan ini berkuasa selama lebih kurang 203 tahun yaitu sejak tahun 909 sampai tahun 1171
M. Cikal bakal dari keKhalifahan Fathimiyyah ini adalah Gerakan Bani Fathimiyyah yang berasal
dari kelompok Syiah Ismailiyah, mereka mengasingkan diri ke kota Salamah guna menyelamatkan
diri dari pengejaran Bani Abbasiyah di bawah pimpinan Khalifah Al-Ma'mun.
Kelompok ini tidak gegabah memperebutkan kursi keKhalifahan. Tetapi mereka terlebih dahulu
merebut hati masyarakat dengan gerakan da'wahnya di berbagai daerah sehingga mereka benar-benar
dapat menguasai situasi dan mengerti apa yang diinginkan rakyat. Ketidak puasan rakyat kepada
Khalifah Abbasiah al-Muktafi merupakan angin segar bagi pemuka Fathimiyyah dalam merebut hati
rakyat di Mesir, hingga akhirnya Mesir dapat di kuasai.
B. Pembentukan Khalifah Fathimiyah
10

Dinasti atau Khalifah Fathimiyyah ini mengaku sebagai keturunan Saidina Ali bin Abi Thalib dan
Fathimah binti Rasulillah Muhammad SAW. Atas dasar inilah mereka menisbatkan diri dengan nama
Fathimiyyah.
Khalifah pertama mereka adalah Ubaydillah al-Mahdi di samping itu Khalifah Fathimiyyah
ini mempunyai pemimpin lain yaitu Ali Ibn Fadhi al-Yamani, Abi Qasyim Khatam Ibn Husain Ibn
Hausah al-Kufi, AI-Halawani dan Abu Sofyan. Ubaydillah al-Mahdi; yang telah memulai aktivitas di
tahun 909 M. dia datang dari Syuruah ke Afrika Utara, menyamar sebagai pedagang, lalu tertangkap
oleh Amir Dinasti Aghlabi ziadallah III dibantu oleh gebernurnya al-Yasa, 'ubaydillah dipenjarakan di
Sijilmasah. Kelompok yang dipimpin Abdullah Asy-syi'i ingin membebaskan 'Ubaydillah dari penjara
Sijilmasah, melihat kelompok Asy-syii ini al-Yasa merasa takut lalu melarikan diri meninggalkan
kediamannya. Dengan demikian Asy-syi'i dapat melepaskan 'Ubaydillah dan anaknya pada waktu itu
pula Asy-Syi'i mengangkat Ubaydillah menjadi Khalifah tepatnya di tahun 297/ 909 M.
Obsesi yang tersirat dalam pendirian Bani Fathimiyyah yang terpenting adalah mencoba
menguasai pusat dunia Islam; yaitu Mesir. Hal yang mendorong mereka untuk menguasai Mesir
tersebut adalah faktor "Ekomomi" dan "Politik". Ditinjau dari faktor ekonomi Mesir yang terletak di
daerah Bulan Sabit yang alamnya sangat subur dan menjajadi daerah lintas perdagangan yang
strategis, yaitu perdagangan ke Hindia melalui laut Merah, ke Italia dan Laut Tengah Barat, ke
kerajaan Bizantium.
Dari segi faktor politik, Mesir terletak di wilayah yang strategis menurut peta politik, daerah
ini dekat dengan Syam, Falestina dan Hijaz yang juga merupakan wilayah Mesir sejak Dinasti Tulun.
Bila Fathimiyyah dapat menaklukkan Mesir berarti akan mudah baginya untuk menguasai Madinah
sebagai pusat Islam masa lampau, serta kota Damaskus dan Bahgdad dua ibu kota ternama di zaman
Bani Umayyah dan Bani Abbasiah. Dengan demikian maka nantinya Dinasti Fathimiyah ini akan
cepat termasyhur dan di kenal Dunia.
Untuk mencapai hal yang telah dicanangkannya ini 'Ubaydillah al-Mahdi memerintahkan
anaknya Qal-Qasim, melakukan ekspedisi ke Mesir, perjalanan ini dilakukan berturut -turut pada
tahun 913, 919 dan 925 H, akan tetapi ekspedisi ini tidak berhasil. AI- Muiz, Khalifah keempat dari
Dinasti Fathimiyyah melanjutkan rencana penaklukan yang dicita-citakan oleh Khalifah pertama Bani
Fathimiyyah ('Ubaydillah al- Mahdi), dia memulai seterategi baru yakni merangkul kelompok Beber
11

yang ingin melekukan pemberontakan terhadap Fathimiyyah, semua kelompok itu dapat
ditundukkannya. Setelah itu orang Fathimiyyah mengadakan persiapan yang cermat, disamping itu
mereka mengadakan propaganda politik di saat Mesir dilanda bencana kelaparan yang hebat. Jauhar
menerobos Kairo lama (al-Fustat) tanpa mengalami kesulitan dia dapat menguasai negeri itu. Seorang
pangeran Ikhsidiyah yang bernama Ahmad masih berkuasa pada waktu itu, tetapi rezim Ikhsidiah
sudah tidak berfungsi lagi dan tidak memberikan perlawanan kepada tentera Jauhar. Jauhar memasuki
Mesir bersama 100.000 tentera. Jauhar mulai membangun kota baru yang diberinya nama al-Qahirah
berarti kemenangan di kota ini dia menempatkan bala tenteranya. Serangan ke Mesir ini dilakukan
pada tahun 358 H atau 969 M.
Setelah al-Qahirah (Kairo) dibangun; pada tahun 973 M pusat pemerintahan Dinasti Fathimiyyah
dipindahkan ke Kairo dan bertahan sampai tahun 1171 M.

C. Pola Pemerintahan
Pola pemerintahan yang dijalankan Fathimiyyah mengikuti pola pemerintahan bani Abbasiah di
Bahgdad. Kepemimpinan dikonsentrasikan kepada Khalifah dan dibai'ah lewat upacara yang megah.
Setelah memerintah selama 22 tahun, al-Mu'iz telah dapat memimpin Negara dengan baik, dapat
dikatakan khilafah Fathimiyyah berdiri kokoh, sesudah beliau wafat kepemimpinan Dinasti
Fathimiyyah berturut -turut dipimpin Khalifah, al-'Aziz (anak al- Mu'iz), al-Hakim (996M), al-azhZahir (1021 M), al-Mustansir (103 M), al-Musta'ali (1094 M , al-Amir (1101 M), al-Hafiz (1131M ),
azh-Zhafir (1154 M), al- Fa'iz (1154 M), al-'Adhid (1171 M). Lamanya Dinasti Fathimiyyah berdiri
208 tahun.
D. Politik Daulah Fathimiyah
Pemahaman syiah pada masa Daulah Fatimiah sangatlah kental terlihat dalam kebijakan politik
kenegaraannya, mereka menguatkan pendapat yang sesuia dengan mazhab syiah dan mendahulukan
pengamalan agama dengan mengikut pendapat para imamnya dari pendapat para imam sunni,
walaupun kebanyakan penduduk Mesir Saat itu bermazhab sunnah.
Al Mu'iz Lidinillah memerintahkan bawahannya agar di buat rumah khusus disamping universitas
Al Azhar untuk pelatihan dalam rangka memahami kitab tersebut. Wazirnya di perintahkan untuk
mendatangkan para fuqaha' yang saat itu berjumlah 35 orang kemudian di beri fasilitas dan gaji yang
12

mencukupi, bukan hanya itu para fuqaha' juga di sediakan tunjangan hari raya dan fasilitas di istana
untuk tujuan mengajarkan kitab tersebut kepada masyarakat. Semua itu sebagai motivasi kepada para
du'ah yang memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai kitab tersebut dan seluruh biaya
tersebut di tanggung oleh khalifah. Sebab khalifah tau bahwa pemerintahannya akan bertahan lama
jika ilmu tersebut disebarkan pada masyarakat.
E. Kemajuan
1. Kemajuan di Bidang Politik
Para Khalifah Fathimiyyah mendirikan kota sesuai dengan nama-nama mereka, misalnya, 'Ubaydillah
al-Mahdi mendirikan kota al-Mahdiah di Tunisia. Khalifah al-Mansur mendirikan kota al-Mansuriah
di tahun 948 M, dan pada masa al-Mu'iz, panglima perangnya Jauhar mendirikan al-Qahirah sebagai
ibu kota pemerintahan. Khalifah al-Aziz mengadakan penataan administrasi pemerintahan
Fathimiayah (mirip dengan gaya administrasi pemerintahan Baghdad). Pelaksanaan pemerintahan
dibantu oleh Wazir Tanfiz yang membawahi dewan, yang terdiri dari:
a. Dewan Insya', bertanggung jawab pada pembangunan.
b. Dewan Iradah al-Maliah, bertanggung jawab pada bagian keuangan negara.
c. Dewan Iradah al-Mahalliyah, urusan pemerintahan Daerah. PEMDA di masa ini dipimpin oleh
seorang Gubernur.
d. Dewan al-Jihad, pada urusan pembangunan angkatan bersenjata
e. Dewan Rasail, pelayanan Pos.
Bidang militer diatur sistem kemiliteran dengan tiga jabatan penting, yaitu :
1. Para Amir, Pegawai Tinggi dan Para Pasukan Pengawal Khalifah, dilengkapi pedang yang terhunus.
2. Para pegawai, pangawal ketua
3. Gelar Hafizhiyah (penjaga) atau Yunusiayah, diberikan kepada Resimen yang lainnya.
2. Kemajuan di Bidang Ekonomi
Kemajuan bidang ekonomi sangat nyata bagi rakyat Mesir di masa pemerintahan Fathimiyah,
penghasilan utama mereka, dari bidang pertanian karena tanahnya sangat subur-subur, bidang
perdagangan dan perindustrian. Mesir merupakan negara agraris yang amat subur maka perhatian
pemerinta disektor ini besar sekali, irigasi dibangun untuk mengalirkan air dari sungai Nil kelahanlahan pertanian, endapan lumpur dari sungai Nil ini menyuburkan tanaman mereka. Penghasilan
meraka kurma, gandum, kapas, gula dari tebu, bawang, dan lainnya. Mereka juga mengusulkan kayu
yang digunakan untuk membangun dermaga dan kapal-kapal laut atau kapal dagang.

13

Perindustrian Mesir, menghasilkan tekstil, kain sutra, dan wol yang mereka eksport ke negara
Eropah. Industri kerajinan Mesir menghasilkan karya yang bermutu seperti kiswah Kabah yang
sulam dengan benang emas. Pembuatan Kristal dan keramik, mereka juga mendapatkan incam dari
hasil tambang besi, baja, dan tembaga.
Bidang perdangangan berkembang pesat dan mendapat dukungan dari pemerintah. Pusat
perdagangan itu kota Fustat, Kairo, Diniyat, dan Quas dan Iskandariah sebagai kota pelabuhan juga
pusat perdagangan internasional.
3. Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan
Kecenderungan para Khalifah Fatimiah untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, terlihat
sejak zaman al-Muiz, usaha untuk merealisasikan tujuan mereka dijalankan dengan cara melakukan
propaganda yang pa dat ke seluruh propinsi.
Pada masa Khalifah al-Aziz (975 M), semangat intelektual dan pengembangan kualitas
pemikiran orang Mesir, dapat mengungguli lawan-lawannya. Al-Aziz berusaha merubah fungsi
Mesjid al-Azhar yang dibangun oleh Jauhar, menjadi sebuah Universitas yang pertama di Mesir, yang
merupakan waqaf dari al-Azizi sendiri. Universitas ini direktrut mahasiswa dari seluruh negara Islam
dengan fasilitas yang lengkap, asrama mahasiswa, makanan, dan beasiswa.
Di Universitas ini diajarkan berbagai cabang ilmu pengetahuan: fikih, sejarah,dan sastra. Sampai saat
ini Universitas al-Azhar sangat terkanal dan lebih maju.
Pada masa Khalifah al-Hakim (996 M), didirikan dar al-Hikmah yaitu tahun 1005 M, akademi ini
dilengkapi dengan perpustakaan (Dar al-Ulum). Di sini diajarkan ilmu pengetahuan agama dan sains
seperti fisika, astronomi, kedokteran. Akademi ini didirikan untuk menandingi Universitas di
Cordova, ia juga membangun observatorium, di Mesir di al-Muqatan dan Siria.
Di masa al-Mustansir dibangu perpustakaan negara yang memiliki 200.000 eksemplar buku; Fiqih,
Sastra, fisika, kimia, dan kedokteran. Ibn Killis seorang pecinta ilmu mendirikan sebuah akademi dan
menyediakan dana beribu dinar setiap bulannya untuk pengembangan ilmu.
4. Bidang kebudayaan dan Keagamaan
Menjadikan mesjid sebagai tempat pendidikan agama walaupun yang dimaksud untuk
mengembangkan ideology mereka. Ada sebuah mesjid yang yang kemudiannya menjadi universitas
14

Al Azhar. Khalifah juga membiayai para fuqaha dan du'ah yang menyebarkan ilmu pengetahuan. Hai
ini membuktikan bahwa khalifah mencintai ilmu dan suka pada kemajuan.
5. Universitas Islam Al Azhar Kairo
Dalam blantika dunia keilmuan, Al Azhar merupakan universitas tertua, tidak hanya di dunia
Islam, namun di seluruh dunia. Karena universitas-universitas di Amerika dan Eropa baru didirikan
dua abad setelah berdirinya Al Azhar, seperti Universitas Paris didirikan pada abad ke-12 Masehi,
Universitas Oxford di Inggris pada abad ke-13, demikian juga universitas-universitas Eropa lainnya.
Universitas yang mengimbangi Al Azhar dari segi sejarahnya adalah Universitas Qarawain di Kota
Fas Maroko, bahkan ada yang mengatakan bahwa Jami Al Qarawain adalah Universitas tertua di
dunia, karena pengajarannya sudah bermula sejak didirikannya yaitu sejak tahun 245 H/ 859 M. dan
sampai sekarang masih eksis.
Al Azhar merupakan Univesitas pertama yang para pengajarnya didanai oleh negara, serta posisi
Mesir yang strategis di tengah dunia Islam, menjadikan Al Azhar tempat tujuan menimba ilmu agama
dari para masyayikhnya, hanya saja besarnya kedudukan Al Azhar bukan karena tertua atau tidaknya,
namun karena mutunya yang unggul.
F. SEBAB-SEBAB KEHANCURAN DAULAH FATIMIYAH
Banyak sekali sebab-sebab yang membawa hancurnya Daulah fatimiah di Mesir, seperti berikut:
1. Penyerangan yang dilakukan oleh Salahuddin Al Ayubi.
2. Munculnya ulama-ulama besar seperti Abu Ishaq Asy Syairazi, Ibnu Jauzi dan lain-lain dalam
memberi peringatan tentang bahaya ideologi Syiah.
3. Kembali Khilafah Abbasiah berpegang pada Al Qur'an dan Sunnah dimana sebelumnya yang
berkuasa adalah Dinasti Buwaih berfaham Syiah (320 H 447 H).
4. Perlawanan masyarakat Mesir yang semakin meluas terhadap ajaran Syiah yang di bawa oleh Daulah
Fatimiah.
5. Khilafah Abbasiah Al Qadir billah Amirul Mukminin pada tahun 480 H meminta Fuaqaha'
Mukatazilah bertaubat dan melarang mereka mempelajari hal-hal yang bertentangan dengan Islam,
termasuk juga melarang masyarakat berideologi seperti Syiah serta menjauhkan diri dari perbuatan
bid'ah.
6. Penangkapan pengikut Syiah, Qaramithah dan di umumkan diatas mimbar tentang kesesatan
pahaman tersebut.
7. Seruan dan taktik yang di buat oleh khalifah semakin membuat bani Buwaih tertekan dan lemah,
15

sehingga membuat kekuatan Syiah berada pada taraf yang sangat lemah.

5.DINASTI HAMDANIYAH (972-1152 M)


A.

Proses Berdirinya Dinasti Hamdaniyah

Dinasti ini didirikan oleh Hamdan Ibn Hamdun, seorang Amir dari suku Taghlib. Putranya AlHusain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu Al-Haija Abdullah diangkat menjadi
Gubernur Maosul oleh Khalifah Al-Muktafi pada tahun 905 M.
Pada masa hidupnya, Abu Hamdan Ibn Hamdun pernah ditangkap oleh Khalifah Abbasiyah
karena beraliansi dengan kaum Khawarij untuk menentang kekuatan Bani Abbas. Akan tetapi, atas
jasa putranya, Husain Ibn Hamdun diampuni oleh Khalifah Abbasiyah.
Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi dua bagian, yaitu wilayah kekuasaan di Mousul dan
wilayah kekuasaan di Halb. Wilayah kekuasaan di Halb, terkenal sebagai pelindung kesusatraan Arab
dan ilmu pengetahuan. Pada masa itu pula, muncul tokoh tokoh cendikiawan besar, seperti Abi AlFath dan Usman bin Jinny yang menggeluti dibidang nahwu, Abu Thayyib Al-Mutanabbi, Abu Firas
Husain Ibn Nashr ad-Daulah, Abi ala Al-Maarif dan Syaif ad-Daulah sendiri yang mendalami ilmu
sastra, serta lahir pula filosof besar, yaitu Al-Farabi.
Setelah meninggalnya Haija, tahta kerajaan beralih pada seorang putranya, Hasan Ibn Abu
Haija yang diberi gelar oleh khalifah sebagai Nashir ad-Daulah dan ali Ibn Abu Haija yang bergelar
Syaif ad-Daulah. Syaif ad-Daulah inilah yang berhasil menguasai daerah Halb dan Hism dari
kekuasaan Bani Ikhsidiyah yang kemudian menjadi pendiri Dinasti Hamdaniyah di Halb.
B.

Faktor Runtuhnya Dinasti Hamdaniyah

Mengenai jatuhnya dinasti ini, terdapat beberapah faktor. :


Pertama, meskipun dinasti ini berkuasa didaerah yang cukup subur dan makmur serta
memiliki pusat perdanngan yang strategis, sikap kebaduiannya yang tidak bertanggung jawab dan
sikapnya yang destrukti tetap ia jalankan. Dengan sikap seperti itu, Suriah, dan Al-Jazair merasa
menderita karena kerusakan yang ditimbulkan oleh peperangan. Hal inilah yang menjadikan
kurangnya simpati masyarakat dan wibawanya jatuh.
Kedua, bangkitnya kembali dinasti Bizantium dibawah kekuasaan Macedonia yang bersamaan
dengan berdirinya dinasti Hamdaniyah di Suriah menyebabkan dinasti Hamdaniyah tidak bias
menghindari dari invasi wilayah kekuasaannya dari serangan Bizantium yang energik. Invasi yang
16

dilakukan oleh Bizantium terhadap Suriah mengakibatkan Allefo dan Himsh terlepas dari
kekuasaannya, hingga dinasti Hamdaniyah menjadi lumpuh.
Ketiga, kebijakan ekspansionis Fatimiyah ke Suriah bagian selatan, juga melumpuhkan
kekuasaan dinasti ini, sampai-sampai ekspansionis ini mengakibatkan terbunuhnya Said ad-Daulah
yang tengah memegang tampuk kekuasaan dinasti Hamdaniyah. Akhirnya dinasti ini pula takluk pada
dinasti fathimiyah.
6.DINASTI AYYUBIYAH DI MESIR (1137 1193 M)
A. Latar Belakang Berdirinya dinasti Ayyubiyah
Ayyubiyah adalah sebuah dinasti sunni yang berkuasa dimesir, suriah, sebagian yaman, irak,
mekah, hejaz dan dyarbakir. Dinasti ini didirikan oleh salahuddin alayyubi pada tahun 1174M. nama
lengkapnya adalah salahuddin yusuf ibn ayyub ia berasal dari suku kerdi hadzbani, ia adalah putra
najmudin ayyub dan keponakan asaddudin syirkuh. Najmudin ayub dan asadudin syirkuh hijrah dari
kampung halamanya didekat danau fan ke takrit, irak. Salahuddin lahir dibenteng takrit pada tahun
532H atau 1137M. ketika ayahnya menjadi penguasa seljuk di takrit, pada saat itu ayah dan
pamannya mengabdi kepada imaddudin zanky, seorang gubernur seljuk untuk kota mousul, irak.
Ketika imaduddin berhasil merebut wilayah balbek, libanon pada tahun 534H (1139M). najmudin
ayub diangkat menjadi gubernur balbek dan menjadi abdi raja suryah, yakni nuruddin mahmud.
Selama dibalbek inilah salahudin menekuni teknik dan strategi perang serta politik. Selanjutnya dia
mempelajari teologi sunni selama sepuluh tahun didamaskus, dalam lingkungan istana nuruddin.
B. Masa pemerintahan dinasti ayyubiyah
Pada awal kedudukannya sebagai perdana menteri, ia masih menghormati simbol-simbol syiaha
pada pemerintahan al adid lidinillah. Namun setelah al adid meninggal pada tahun 1171M, salahuddin
menyatakan loyalitasnya kepada khalifah abbasiyah (al mustadi) dibagdad dan secara formal
menandai berakhirnya rezim fathimiyah di kairo. Ia tetap mempertahankan lembaga-lembaga ilmiah
yang didirikan oleh dinasti fathimiyah tetapi mengubah orientasi keagamaannya dari syiah menjadi
sunni. Hal ini sesuai dengan perintah sultan nuruddin dia memerintahkan salahuddin untuk
mengambil kekuasaan dari tangan khilafah fathimiyah dan mengembalikannya kepada khilafah
abbasiyah di bagdad.
Penaklukan mesir oleh salahuddin pada tahun 1171M tersebut membuka jalan bagi pembentukan
mazhab-mazhab hukum sunni dimesir. Salahuddin memberlakukan mazhab hanafi, sebelumnya
mazhab syafiiyah yang berlaku didinasti fatiniyah. Keberhasilan tersebut mendorongnya untuk
menjadi penguasa otonom dimesir. Dalam mengsolidasikan kekuatannya, ia memanfaatkan
keluarganya untuk melakukan ekspansi kewilayah lain. Saudaranya dikirim untuk menguasai yaman
pada tahun 1173M. taqiyuddin, keponakannya diperintahkan untuk melawan tentara salib di dimyat.
Adapun syihabuddin, pamannya diberi kekuasaan untuk menduduki mesir hulu. Dari mesir,
salahuddin juga dapat menyatukan syiria dan mesofotamiya menjadi sebuah kesatuan negara muslim.
Pada tahun 1174 ia menrebut damaskus kemudian alippo tahun 1185 dan merebut mousul pada 1186.
Pada masa pemerintahan salhudidin kekuatan militernya terkenal sangat tangguh pasukannya
diperkuat oleh pasukan Barbar turki, dan afrika ia juga membangun tembok kota diakiro dan bukit
17

muqattam sebagai benteng pertahanan. Dalam hal perekonomian, ia bekerja sama dengan penguasa
muslim diwilayah lain. Disamping itu, ia juga menggalakan perdaganggan dengan kota-kota dilaut
tengah, lautan hindia dan menyempurnakan sistem perpajakan atas dasar inilah ia melancarkan
gerakan offensif (penyerangan dengan membabibuta) untuk merebut al quds (jerussalem) dari tangan
tentara salib yang dipimpin oleh guy de lusignan di hittin. Akhirnya pasukannya berhasil menguasai
jerussalem pada tahun 1187M. ini berarti jerussalem dapat dikuasai oleh orang muslim untuk kedua
kalinya setelah delapan puluh tahun dikuasai oleh kaum kristiani. Setelah kejadian itu orang-orang
frank tersingkirkan, meskipun hanya untuk sementara. Usaha besar-besaran telah dilakukan pasukan
salib dari inggris, prancis dan jerman pada tahun 1189-1192M namun tidak berhasil mengubah
kedudukan salahuddin. Setelah perang berakhir salahuddin memindahkan pusat pemerintahan ke
damaskus.
Perjuangan salahuddin dalam merealisasikan tujuan-tujuan utamanya yaitu mengeluarkan kaum
salib dari baitul makdis dan mengembalikan pada persatuan umat islam, telah menghabiskan
kekuatannya dan mengganggu kesehatannya. Ia meninggal dan dimakamkan di damaskus pada tahun
1193M, setelah dua puluh lima tahun memerintah sebelum meninggal ia membagikan kekaisaran
ayyubiyah kepada para anggota keluarga. Oleh karena itu, pengendalian dari pusat tetap berada
dibawah kekuasaan almalik al adil (saudaranya) dan keponakannya al kamil mereka membagi
imperiumnya menjadi sejumlah kerajaan kecil mesir, damaskus, alleppo dan kerajaan mousul sesuai
dengan gagasan saljuk bahwa negara merupakan warisan keluarga raja. Meskipun demikian
ayyubiyah tidak mengalami perpecahan, karena dengan loyalitas kekeluargaan mesir di integrasikan
dalam berbagai imperium. Mereka menata pemerintahan dengan sistem birokrasi masa lampau yang
telah berkembang dinegara-negara mesir dan siriya melalui distribusi iqta kepada pejabat-pejabat
militer yang berpengaruh.
Ayyubiyah secara khusus enggan melanjutkan pertempuran melawan sisa-sisa kekuatan pasukan
salib. Mereka lebih memprioritaskan untuk mempertahankan mesir, karena kesatuan mulai melemah
akhirnya pada masa pemerintahan al kamil, dinasti ayyubiyah yang bertempat di Diyar bakr dan al
jazirah mendapat tekanan dari dinasti seljuk rum dan dinasti khiwarazim syah. Selanjutnya, al kamil
mengembalikan jerussalem kepada kaisar fredrick II yang membawa kedamaian dan kestabilan
ekonomi bagi mesir dan syiria. Oleh karena itu, pada masa tersebut perdagangan kembali dikuasai
oleh kekuatan kristen mediterrania. Setelah al kamil meninggal yakni pada tahun 1238M, dinasti
ayyubiyah dirongrong oleh pertentangan-pertentangan intern pemerintah.
C. Berakhirnya Dinasti Ayyubiyah
Runtuhnya dinasti ayyubiyah dimulai pada masa pemrintahan sultan ash shalih. Pada masa
pemerintahan ash shalih terjadi serangan pasukan budak (mamluk) dari turki yang berhasil merebut
kekuasaan dimesir. Walupun sebelumnya pasukannya berhasil menaklukan perang salib ke enam
yang dipimpin ranja perancis ST Louis, Setelah ash shalih meninggal pada tahun 1249M, kaum
mamluk mengangkat istri ash shalih, syajarat ad durr sebagai sultan. Dengan demikian berakhirlah
pemerintahan dinasti ayyubiyah dimesir. Meskipun demikian dinasti ayyubiyah masih berkuasa
disuryah. Pada tahun 1260M tentara mongol hendak menyerbu mesir. Komando tentara islam
dipegang oleh qutuz, panglima perang mamluk. Dalam pertempuran diain jalut, qutuz berhasil
mengalahkan tentara mongol dengan gemilang. Selanjutnya, qutuz mengambil alih kekuasaan dinasti
ayyubiyah. Sejak itu, berakhirlah kekuasaan dinasti ayyubiyah.
D. perkembangan dinasti ayyubiyah.
18

1.

2.
3.

4.

Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti Ayyubiyah


Sebagaimana dinasti-dinasti sebelumnya, dinasti ayyubiyah juga mencapai kemajuan yang
gemilang dibidang ilmu pengetahuan diantaranya.
Bidang pendidikan
Pemerintahan dinasti ayyubiyah telah berhasil menjadikan damaskus sebagai kota pendidikan hal
ini ditandai dengan dibangunnya dar al hadis al kamilah pada tahun 1222M dan madrasha ash
shauhiyyaha pada tahun 1239M. Dar al hadis al kamilah dibangun untuk mengajarkan pokok-pokok
hukum yang secara umum terdapat didalam mazhab hukum sunni. Adapun madrasha ash shauhiyyaha
berperan sebagai pusat pengajaran empat mazhab.
Bidang arsitektur
Kemajuan dalam bidang arsitektur dapat dilihat pada monumen bangsa arab, bangunan masjid
dibeirut yang mirip gereja dan istana-istana yang menyerupai gereja.
Bidang filsafat dan keilmuan
Bukti kongkrit dari kemajuan filsafat dan keilmuan pada dinasti ayyubiyah adalah adelasd of
bath, karya-karya orang arab tentang astronomi dan geometri, penerjemahan bidang kedokteran. Pada
bidang kedokteran juga telah didirikan sebuah rumah sakit bagi orang yang menderita cacat pikiran.
Bidang industri
Kemajuan dinasti ayyubiyah dibidang industri dibuktikan dengan dibuatnya kincir oleh seorang
siriya yang lebih canggih dibanding buatan orang barat. Terdapat pabrik karpet, pabrik kain dan
pabrik gelas.

5.

Bidang ekonomi dan perdagangan


Dalam hal perekonomian dinasti bekerja sama dengan penguasa muslim diwilayah lain.
Disamping itu, ia juga menggalakkan perdagangan dengan kota-kota dilaut tengah, lautan hindia dan
menyempurnakan sistim perpajakan. Pada bidang perdagangan, dinasti ini membawa pengaruh bagi
eropa dan negara-negara yang dikuasainya. Dieropa terdapat perdagangan agriculture dan industri.
Hal ini menimbulkan perdagangan internasional melalui jalur laut, sejak saat itu dunia ekonomi dan
perdangan sudah mengguakan sistem kredit, bank termasuk Letter of Credit (lc), bahkan ketika itu
sudah ada uang yang terbuat dari emas. Selain itu juga dimulai percetakan mata uang dirham
campuran (fulus). Percetakan fulus yang merupakan mata uang dari tembaga dimulai pada masa
pemerintahan sultan muhammad al kamil ibn al adil al ayyubi, percetakan unag fulus tersebut
dimaksudkan sebagai alat tukar terhadap barang-barang yang tidak signifikan denga rasio 48 fulus
untuk setiap dirhamnya.

6.

Bidang militer
Pada masa pemerintahan salahuddin, kekuatan militernya terkenal sangat tangguh. Pasukannya
diperkuat oleh pasukan Barbar, turki dan afrika. Ia juga membangun tembok kota di kairo dan
muqattam sebagai benteng pertahanan. Selain memiliki alat-alat perang seperti kuda pedang dan
panah dinasti ini juga memiliki burung elang sebagai kepala burung-burung dalam peperangan.
Disamping itu adanya perang salib membawa dampak positif, keuntungan dibidang industri,
perdagangan dan intelektual misalnya dengan adanya irigasi.

7.

Bidang kebudayaan

19

Salahuddin al ayyubi menjadi tokoh yang meneladankan satu konsep dan budaya, yaitu perayaan
hari lahir nabi Muhammad SAW yang kita kenal dengan sebutan maulud atau maulid. Maulud atau
maulid ini berasal dari kata milad yang berarti tahun dan bermakna seperti pada istilah ulang tahun.
E. Sebab-Sebab Terjadinya Perang Salib
Perang Salib (491 H 692 H/ 1097 M 1292 M) ialah suatu peperangan yang dilakukan oleh
umat Kristen Eropa terhadap umat Islam dengan tujuan untuk membebaskan Palestina, khususnya
kota suci Yerusalam dan kekuasaan umaat Islam. Perang Salib ini berlangsung selama kurang 200
tahun, terdiri atas tujuh gelombang yang menyebabkan berjuta-juta orang gugur baik dari pihak Islam
maupun pihak Kristen.
Peperangan tersebut dinamakan Perang Salib karena tentara Kristen memakai lambang Salib
dalam rangka mempersatukan umat Kristen untuk menghadapi umat Islam. Sebenarnya Perang Salib
ini bukanlah semata-mata perang agama tetapi ada latar belakang lain yang mempengaruhinya, antara
lain
Pertama, Perebutan kekuasaan antara Timur dan Barat yang berlangsung sejak zaman Rumawi di
Barat, dan Persia (Sekarang Iran) di Timur, padahal Persia dahulu dikenal beragama Majusi.
Kedua, Agama Kristen berkembang pesat di Eropa setelah Paus Paulus mengalihkan kiblatnya ke
Roma dan menjauhkan dari ajaran aslinya di tempat kelahirannya di Timur. Kemudian datang agama
Islam menghancurkan penjajahan Eropa yang bertopeng agama Kristen di Syiria, Mesir dan Afrika
Utara. Islam masuk ke daratan Eropa yaitu dengan menguasai Andalusia (Spanyol) di Barat dan
Konstantinopel di Timur. Dengan masuknya Islam ke Eropa maka orang Kristen di Eropa
menggalang persatuan untuk menghadapi kekuasaan Islam.
Ketiga, Di bidang perdagangan Eropa ingin sekali menguasai kembali pelabuhan-pelabuhandi
laut Tengah, sehingga mereka dapat menguasai perdagangan antara Timur dan Barat.
Keempat, Sebagian pembesar Eropa ingin menguasai tanah-tanah yang subur di negara Timur,
untuk itu mereka memberikan peluang kepada budak-budak untuk memerdekakan diri dengan jalan
ikut Perang Salib.
Kelima, Para peziarah dari Eropa sering menbuat kekacauan selama berada di Palestina. Mereka
membawa obor dan pedang serta pasukan pengawal yang bersenjata lengkap, sering menimbulkan
kerusuhan di antara mereka. Untuk lebih menganmankan suasana, penguasa Islam melarang peziarah
membawa senjata serta obor, tetapi larangan itu mereka anggap sebagai suatu penghinaan terhadap
ajaran Kristen, apa lagi sebagian dari peziarah itu terdiri dari penjahat-penjahat yang ingin
menghapus dosanya. Para pemimpin agama Kristen mengeluarkan pernyataan yang mengatakan
bahwa para penjahat tidak akan diampuni dosanya kecuali bila mereka melakukan ziarah ke Baitul
Maqdis.
F. Tokoh Ilmuwan Muslim dan Perannya dalam Kemajuan Kebudayaan/Peradaban Islam
pada Masa Dinasti Al Ayyubiyah
Pada masa dinasti Ayyubiyah, Shalahuddin al Ayyubi beserta keluarga dan pendiri-pendiri
dinasti sangat memperhatikan kelangsungan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan dan
pengetahuan. Sehingga bermunculan tokoh-tokoh ilmuwan yang sangat berpengaruh pada
perkembangan kebudayaan atau peradaban Islam, mereka di antaranya adalah:
1. Abdul Latif al Bagdadi dan Al - Hufi, ahli ilmu mantiq dan bayan (bahasa)
2.
Syekh Abul Qasim al Manfalubi, ahli Fiqih
3.
Syamsudin Khalikan, ahli sejarah
20

4.
Abu Abdullah al Qudai, ahli Fiqih, Hadits dan Sejarah
5. Abu Abdullah Muhammad bin Barakat, ahli nahwu
6.
Hasan bin Khatir al Farisi, ahli Fiqih dan Tafsir
7.
Maimoonides, ahli ilmu astronomi, ilmu ke-Tuhanan, tabib, dan terutama sebagai ahli filsafat.
8.
Ibn al Baytar (1246 M), dokter hewan dan medikal. Beberapa karyanya yang sampai saat ini
masih terkenal di wilayah Eropa tentang buku ramuan obat Islam Management Of The Drug Store
9.
Sejumlah penulis, sastarawan, dan ilmuwan termuka, seperti Abu Firas Al Hamadani dan
Thayib al Mutanabbi.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemunculan dinasti-dinasti kecil paling sedikit mempunyai dua pola. Pertama,
pemimpin local melakukan suatu pemberontakan yang berhasil dan menegakkan
kemerdekaan penuh. Kedua, seseorang yang ditunjuk menjadi gubernur oleh khalifah
menjadi sedemikian kuatnya sehingga ia tidak dapat digantikan dan menunjuk anaknya
sebagai pengganti. Atas dasar itu, tidak heran jika dalam waktu yang relative singkat,
baik di sebelah barat maupun timur Baghdad bermunculan dinasti-dinasti yang bersifat
otonom dan lepas dari control langsung Baghdad.

Dinasti-Dinasti Kecil di Barat Baghdad adalah:


1.
2.
3.
4.
5.
6.

DINASTI IDRISIYAH (172H/789 M-314H/926 M)


DINASTI AGLABIYAH (800-909)
DINASTI THULUNIYAH (254 H/868 M-292 H/905 M)
DINASTI FATHIMIYAH (909-1171 M)
DINASTI HAMDANIYAH (972-1152 M)
DINASTI AYYUBIYAH DI MESIR (1137 1193 M)

B. Saran
Perlu di pahami bahwa suatu kehidupan dakwah senantiasa penuh dengan
tantangan.Sebagai seorang muslim hendaknya menghadapi dengan tanpa putus
asa,penuh kesabaran,kebijakan,dan ketentraman hati,juga memohon kepadaNya serta lebih mempererat ukhuwah islamiyah,agar tercipta tatanan
masyarakat yang aman,damai,sentosa dan sejahtera dengan persatuan dan
kesatuan yang kokoh.

21

Demikianlah makalah yang dapat kami sajikan,kami menyadari bahwa


makalah kami masih banyak kekeliruan,untuk itu kami membutuhkan kritik dan
saran dari para pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA
2011.Sejarah Islam sejak zaman nabi Adam hingga Abad XX. Akbar Media,
Jakarta Timur.
Ahmad Al-Usairy.
Hasjmy,A.1998.Sejarah Kebudayaan Islam.Cetakan ke-4,Jakarta:Bulan Bintang.
http://irwan-adab.blogspot.com/2013/08/sejarah-dan-perkembangan-islam-pada.html
http://syahrur23.blogspot.co.id/2015/01/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://zudi-pranata.blogspot.com/2013/03/perkembangan-islam-pada-masa-dinasti-al.html
Jaih Mubarak.2004.Sejarah Peradaban Islam, Pustaka Bani Quraisy, Bandung.
Maslani.2010Sejarah Peradaban Islam, Insan Mandiri, Bandung.
Mubarok, Jaih, Sejarah peradaban Islam, Bandung; Pustaka Bani Quraisy, 2004
Mubarok, Jaih. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Bani Kuraisy.
Munir, Samsul.2015.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Amzah.
Noerhakim, Moh.2003.Sejarah Peradaban Islam, Cet. I; Malang: UMM Pres
Sayyid, Al-Wakil. 1998. Wajah Dunia Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Supriyadi, Dedi.2008. Sejarah Perdaban Islam, Bandung: Pustaka Setia
Yatim, Badri. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

22

Anda mungkin juga menyukai