Oleh:
NADYA PRATIWI (12140320019)
NAVANESSA ZHAVIRAIRA (12140323922)
MUTHIA ZAVIRA (12140323777)
MUHAMMAD IRFAN (12140312065)
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat, taufik dan
inayahNya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi
tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam ini dapat selesai dengan waktunya.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW
dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya.
Makalah yang berjudul “Sejarah Bani Abbasiyah dan Periode Disintegrasi“
ini, disusun utnuk memenuhi tugas yang diamanahkan pada Mata Kuliah Sejarah
Peradaban Islam serta sebagai wasilah untuk memperdalam tentang Sejarah Bani
Abbasiyah dan Periode Disintegrasi dan pihak lain yang berkenan membacanya,
makalah ini bahasanya sangat sederhana dan fokus pada pokok bahasan sehingga
mudah dipahami dan memiliki ruang lingkup yang terbatas pada judul diatas.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan untuk
perbaikan makalah mendatang dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini kami
menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini. Kami berharap mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Kelompok 6
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah .............................................................. 3
2.2 Perkembangan Peradaban Islam Pada Masa Bani Abbasiyah ..................... 4
2.3 Tokoh yang Berperan Dalam Kemajuan Peradaban Islam Pada Masa Bani
Abbasiyah ................................................................................................... 5
2.4 Pengertian Disintgrasi .................................................................................. 7
2.5 Dinasti dinasti yang Memerdekakan Diri di Baghdad ................................. 7
2.6 Perebutan Kekuasaan di pusat pemerintah ................................................... 9
2.7 Perang Salib ................................................................................................. 10
2.8 Sebab Sebab Kemunduran Bani Abbasiyah ................................................. 10
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
PEMBAHASAN
3
4
Nyanyian dan musik menjadi tren dan style kehidupan bangsawan dan
pemuka istana era Abbasiyah. Anak-anak khalifah diberikan les khusus supaya
pintar dan cakap dalam mendendangkan suara mereka. Seniman-seniman terkenal
bermunculan, diantaranya Ibrahim bin Mahdi, Ibrahim al Mosuly dan anaknya
Ishaq. Lingkungan istana berubah dan dipengaruhi nuansa Borjuis mulai dari
pakaian, makanan, dan hadirnya pelayan-pelayan wanita.
saat ini lebih dikenal dengan sebutan ensiklopedia. Dari buku-buku itulah
masyarakat muslim saat itu belajar dan terus mengembangkan pengetahuannya di
berbagai masjid yang saat itu dijadikan sebagai pusat kegiatan pendidikan.
Dengan semakin giat nya kaum muslimin mempelajari berbagai ilmu dari
berbagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan muslim dan buku-buku berbahasa
asing yang diterjemahkan oleh mereka Maka masyarakat Islam pada masa itu
menunjuk perkembangan ilmu pengetahuan yang sangat luar biasa. Ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-negara barat
(EROPA). Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban umat Islam
berkembang tidak kalah pesatnya. Berbagai hasil penemuan dan penelitian ilmiah
dibukukan oleh para ilmuwan muslim. Kegiatan penerjemahan dari berbagai buku
karya ilmuwan besar Eropa terus menerus berlangsung. Pembangunan tempat
kegiatan kegiatan belajar sangat pesat dan sangat diperhatikan oleh para penguasa
muslim yang ada di sana. Kegiatan-kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari
berbagai kalangan. Kota-kota besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih
dapat disaksikan merupakan bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan umat Islam di masa Bani Abbasiyah.
2.3 Tokoh yang berperan dalam kemajuan peradaban Islam pada masa
Bani Abbasiyah
1. Biografi Khalifah Abu Jafar al mansur
Abu Jafar al mansur adalah Putra Muhammad bin Ali bin Abdullah bin
Abbas bin Abdul Muthalib. Abu Jafar al mansur dilahirkan di Kota Himaymah
pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah mantan seorang hamba sahaya. Abu
Ja'far al-mansur bersaudara dengan Ibrahim bin Muhammad dan Abbul Abbas bin
Muhammad. Tiga orang bersaudara inilah yang dianggap sebagai pendiri Daulah
Abbasiyah Tetapi hanya 2 orang yang menjadi khalifah yaitu Abbul Abbas dan
Abu Jafar al mansur, sedangkan Ibrahim meninggal pada saat berperang melawan
Marwan bin Muhammad ( khalifah Bani Umayyah).
Para ahli sejarah mengetahui bahwa pendiri Daulah Abbasiyah
sesungguhnya adalah Abu Ja'far al-mansur karena beliau peletak dasar sistem
pemerintahan dan mengatur politik Daulah Abbasiyah. Abu Jafar al mansur
6
dikenal pula sebagai khalifah yang berpikiran maju pemberani dan rapi dalam
pemerintahan jalur pemerintahan diatur dengan sangat rapi mulai dari daerah Desa
hingga ke tingkat pusat teratur dan terarah dengan baik.
2. Masa kekhalifahan Harun ar-rasyid
Harun ar-rasyid adalah khalifah ke-5 dari kekhalifahan Abbasiyah dan
memerintah antara tahun 786 m hingga 803 m. ayahnya bernama Muhammad
Almahdi dan kakaknya bernama Musa Al Hadi. Musa Al Hadi adalah khalifah
yang ketiga di Daulah Abbasiyah. Era pemerintahan Harun yang dilanjutkan oleh
Makmun ar-rasyid dikenal sebagai masa keemasan Islam( The Golden Age of
Islam) di mana saat itu Baghdad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan.
Khalifah Harun ar-rasyid terkenal sebagai khalifah yang taat dalam beragama
dermawan dan mencintai ilmu pengetahuan. Beberapa usaha khalifah Harun ar-
rasyid dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam antara lain adalah
mengangkat Wazir, menjaga keamanan dan ketertiban negara, mengembangkan
berbagai ilmu pengetahuan, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat.
3. Masa kekhalifahan Abdullah Al Makmun
Nama lengkapnya adalah Abdullah Al Makmun Ibnu Harun ar-rasyid air
pada tahun 170H. Sejak kecil Al Makmun dididik di lingkungan istana Daulah
Abbasiyah. Gurunya adalah Ja'far bin Yahya, seorang Wazir pada masa
kekhalifahan Harun ar-rasyid. Sebelum menjadi khalifah al-makmun dipercaya
oleh ayahnya untuk menangani masalah masalah di bidang pemerintahan. Saat itu
ia diberi tanggung jawab sebagai penguasa wilayah timur Daulah Abbasiyah yaitu
wilayah khurasan hingga ke Hamadan. Al Makmun adalah khalifah yang cerdas
dan bijaksana. Khalifah Al Makmun gemar mengkaji dan mempelajari ilmu
pengetahuan. Khalifah Al Makmun juga menganjurkan seluruh rakyatnya untuk
mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk keperluan itu, Khalifah
Al Makmun menyediakan berbagai fasilitas, mulai dari menyediakan berbagai
buku, membangun perpustakaan (Baitul Hikmah) hingga membiayai
penerjemahan buku-buku berbahasa Yunani dan persia ke dalam bahasa Arab.
Baitul hikmah (perpustakaan) dibangun pada tahun 830 M di Baghdad pada masa
kekhalifahan Al Makmun. Baitul hikmah adalah perpustakaan yang Sekaligus
berfungsi sebagai tempat belajar.
7
pemerintahan bani Abbas. Kekuasaan dinasti ini tidak pernah diakui di Spanyol
dan seluruh Afrika utara, kecuali Mesir yang bersifat sebentar-bentar dan
kebanyakan bersifat nominal. bahkan, dalam kenyataanya, banyak daerah tidak
dikuasai khalifah. Secara rill, daerah-daerah itu berada di bawah kekuasaan
gubernur-gubernur propinsi bersangkutan. Hubungannya dengan khilafah ditandai
dengan pembayar upeti.
Ada kemungkinan bahwa para khilafah Abbasiyah sudah cukup puas
dengan pengakuan nominal dari propinsi-propinsi tertentu, dengan pembayaran
upeti itu. Alasannya pertama, mungkin para khilafah tidak cukup kuat untuk
membuat mereka tunduk kepadanya, kedua, penguasa bani Abbas lebih menitik
beratkan pembinaan peradaban dan kebudayaan dari pada politik dan ekspansi.
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban
dan kebudayaan islam dari persoalan politik itu, propinsi-propinsi tertentu
dipinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa bani Abbas. Ini bisa terjadi
dalam salah satu dari dua cara: pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu
pemberontak dan berhasil memperoleh kemerdekaan penuh, seperti daulat
Umayyah di spanyol dan idrisyiah di maroko. Kedua, seseorang yang ditunjuk
menjadi gubernur oleh khalifah kedudukannya semakin bertambah kuat, seperti
Daulat Aghlabiyab di Tunisia.
Kecuali Bani Umayyah di Spanyol dan Idrisiyah di Maroko, propinsi-
propinsi itu pada mulaya tetap patuh membayar upeti selama mereka menyaksikan
Baghdad stabil dan khalifah mampu mengatasi pergolokan-pergolokan yang
muncul. Namun, pada saat wibawa khalifah sudah memudar, mereka melepaskan
diri dari kekuasaan Baghdad. Mereka bukan saja menggerogoti kekuasaan
khalifah, tetapi beberapa diantaranya bahkan berusaha menguasai khalifah itu
sendiri.
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran bani Abbas pada
priode ini, sehingga banyak daerah memerdekakan diri, adalah:
1. Luasnya wilayah kekuasaan daulat abbasiyah sementara komunikasi pusat
dengan daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkatan saling percaya
dikalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah.
9
menduduki kursi Khilafah. Untuk itu ia menghasut bibi dan ibu asuhnya, Aisyah,
agar memberontak terhadap Ali, dengan harapan Ali gugur dan ia dapat
menggantikan posisi Ali. Dengan tujuan mendapatkan kedudukan Khilafah itu
pula, Muawiyah, gubernur Damaskus, memberontak. Selain banyak menimbulkan
korban, Muawiyah berhasil mencapai maksudnya, sementara Ali terbunuh oleh
bekas pengikutnya sendiri.
Apa yang disebutkan diatas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada
pula faktor-faktor eksternal yang menyebabkan Khilafah Abbasiyah lemah dan
akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang
atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara mongol
kewilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen
terpanggil untuk ikut berperang setelah paus urbanus II (1088-1099 M)
mengeluarkan fatwanya. Perang salib itu juga membakar semangat perlawanan
orang-orang Kristen yang berada diwilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara
komunitas-komunitasKristen Timur, hanya Armenia dan Moranit Lebanon yang
tertarik dengan perang salib dan melebatkan diri dalam tentara salib itu.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Dudung Abdurrahman dkk. 2003. Sejarah Peradaban Islam: Masa Klasik Hingga
Modern, Yogyakarta: LESFI.
Badri Yatim. 2002. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
14