Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KEMALIKUSSALEHAN

TOKOH KEMALIKUSSALEHAN DAN PENERAPAN ILMU YANG


BERMANFAAT
DOSEN PENGAMPU : Burhannuddin, ST.,M.T

NAMA KELOMPOK :
DIVA PRIAN ANGGARA (210110023)
RHIZA AFRIADY (210110041)
MUFAZZAL (210110036)
DARA AZZAHRA (210110008)
INTAN DAHLIATI (210110010)

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang mendalam penulis sampaikan kehadiran Tuhan


Yang Maha Pengasih, karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat
penulis selesaikan sesuai dengan harapan. Adapun dalam makalah ini
penulis membahas Tokoh Kemalikussalehan dan Penerapan ilmu yang
bermanfaat.
Makalah ini penulis buat dalam rangka memperdalam,
memperpaham dan memperkaya pengetahuan tentang sejarah dan latar
belakang Universitas Malikussaleh. Adapun makalah ini diajukan untuk
memenuhi mata kuliah Kemalikussalehan.
Penulis mohon maaf apabila masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Bukit Indah, 1 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………
1.1 Latar Belakang……………………………………
1.2 Tujuan Penulisan………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………..
1.3 Biodata……………………………………………
A. SULTAN MALIK AL-SALEH ( ‫…) لﻤﻠﻚ الصالﺢ‬
B. SILSILAH…………………………………….
1.4 Sejarah Kepemimpinan…………………………….
1.5 Ilmu Bermanfaat……………………………………
BAB III KESIMPULAN………………………………….
1.6 Kesimpulan…………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan Samudera Pasai terletak di Aceh, dan merupakan
kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan ini didirikan oleh
Meurah Silu pada tahun 1267 M. Bukti-bukti arkeologis keberadaan
kerajaan ini adalah ditemukannya makam raja-raja Pasai di kampung
Geudong, Aceh Utara. Makam ini terletak di dekat reruntuhan
bangunan pusat kerajaan Samudera di desa Beuringin, kecamatan
Samudera, sekitar 17 km sebelah timur Lhokseumawe. Di antara
makam raja-raja tersebut, terdapat nama Sultan Malik al-Saleh, Raja
Pasai pertama. Malik al-Saleh adalah nama baru Meurah Silu setelah
ia masuk Islam, dan merupakan sultan Islam pertama di Indonesia.
Berkuasa lebih kurang 29 tahun (1297-1326 M). Kerajaan Samudera
Pasai merupakan gabungan dari Kerajaan Pase dan Peurlak, dengan
raja pertama Malik al-Saleh.
Pada masa jayanya, Samudera Pasai merupakan pusat perniagaan
penting di kawasan itu, dikunjungi oleh para saudagar dari berbagai
negeri, seperti Cina, India, Siam, Arab dan Persia. Komoditas utama
adalah lada. Sebagai bandar perdagangan yang besar, Samudera
Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang ini
digunakan secara resmi di kerajaan tersebut. Di samping sebagai
pusat perdagangan, Samudera Pasai juga merupakan pusat
perkembangan agama Islam.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mendapatkan informasi mengenai asalusul khazanah serta
kebudayaan dan kekayaan serta keahlian di bidang-bidang tertentu
lainya yang pernah diraih oleh umat pada masa terdahulu, serta
dapat mengambil ibrah atau pelajaran dari kejadian-kejadian dan
perjuangannya.

2. Untuk membentuk watak dan kepribadia umat. Karena dengan


memepelajari sejarah dan budaya Lokal, generasi muda sekarang
akan mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dari perjalanan
serta perjuangan-perjuangan umat terdahulu.

3. Mampu berfikir secara kronologis dan memiliki pengetahuan


mengenai masa lalu yang dapat digunakan nantinya untuk
memahami dan menjelaskan perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.3 Biodata
A. SULTAN MALIK AL-SALEH ( ‫) لملك الصالﺢ‬

Sultan Malikussaleh

Sultan Samudera Pasai

Lahir : Meurah Silu


?

Wafat : 1297

Anak : -

Agama : Islam

Sultan Malikussaleh adalah sultan pertama Kesultanan Samudera


Pasai. Ia memerintah mulai tahun 1267. Sultan Malikussaleh satu-
satunya raja yang bisa membaca Al-quran pada abad 13 dahulu. Maka,
beliau mulanya bernama Meurah Silu akhirnya bergelar Malikkussaleh
yang artinya Malik yang saleh. Ia adalah keturunan dari Sukee Imeum
Peuet. Sukee Imeum Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat
maharaja/meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa)
yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-Islam,
diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan
Peureulak di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan
Jeumpa di Bireuen, Syahir Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan
Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan Indra
Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar. Nama Malikussaleh kini
diabadikan sebagai Bandar Udara Malikus Saleh dan Universitas
Malikussaleh (UNIMAL) di Aceh Utara.
B. SILSILAH
1. Sultan Malikul Saleh (1267-1297 M)
2. Sultan Muhammad Malikul Zahir (1297-1326 M)
3. Sultan Mahmud Malik Az-Zahir (1326 ± 1345)
4. Sultan Malik Az-Zahir (?- 1346)
5. Sultan Ahmad Malik Az-Zahir yang memerintah (ca. 1346-1383)
6. Sultan Zain Al-Abidin Malik Az-Zahir yang memerintah (1383-
1405)
7. Sultanah Nahrasiyah, yang memerintah (1405-1412)
8. Sultan Sallah Ad-Din yang memerintah (ca.1402-?)
9. Sultan yang kesembilan yaitu Abu Zaid Malik Az-Zahir (?-1455)
10.Sultan Mahmud Malik Az-Zahir, memerintah (ca.1455-ca. 1477)
11.Sultan Zain Al-‘Abidin, memerintah (ca.1477-ca.1500)
12.Sultan Abdullah Malik Az-Zahir, yang memerintah (ca.1501-
1513)
13.Sultan Zain Al’Abidin, yang memerintah tahun 1513-152
1.4 Sejarah Kepimimpinan

Kerajaan Samudera Pasai didirikan oleh Nazimuddin Al Kamil pada


abad ke-13. Nazimuddin Al Kamil adalah seorang laksamana laut dari
Mesir. Beliau diperintahkan pada tahun 1238 M untuk merebut
pelabuhan kambayat di Gujarat yang tujuannya untuk dijadikan tempat
pemasaran barang-barang perdagangan dari timur. Nazimuddin al-Kamil
juga mendirikan satu kerajaan di Pulau Sumatera bagian utara. Tujuan
utamanya adalah untuk dapat menguasai hasil perdagangan rempah-
rempah dan lada. Beliau mengangkat Meurah Silu sebagai Raja Pasai
pertama. Setelah naik tahta Marah Silu berganti nama dan bergelar
Sultan Malik As-Saleh. Masa akhir pemerintahan Sultan Malik As-Saleh
sampai beliau wafat pada tahun 696 Hijriah atau 1297
Masehi.Berdasarkan catatan ekspedisi Marco Polo (1292) dan Ibnu
Batutah (abad 13). Pada tahun 1267 telah berdiri kerajaan Islam pertama
di Indonesia, yaitu kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga dibuktikan
dengan adanya Batu nisan makam Sultan Malik Al Saleh (th 1297) Raja
pertama Samudra Pasai. Kesultanan Samudera Pasai, juga dikenal
dengan Samudera, Pasai, atau Samudera Darussalam, adalah kerajaan
Islam yang terletak di pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di
sekitar Kota Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang. Ibnu Battutah,
musafir Islam terkenal asal Maroko, mencatat hal yang sangat berkesan
bagi dirinya saat mengunjungi sebuah kerajaan di pesisir pantai timur
Sumatera sekitar tahun 1345 Masehi. Setelah berlayar selama 25 hari
dari Barhnakar (sekarang masuk wilayah Myanmar).
Battutah mendarat di sebuah tempat yang sangat subur. Perdagangan
di daerah itu sangat maju, ditandai dengan penggunaan mata uang emas.
Ia semakin takjub karena ketika turun ke kota ia mendapati sebuah kota
besar yang sangat indah dengan dikelilingi dinding dan menara kayu.
Kota perdagangan di pesisir itu adalah ibu kota Kerajaan Samudera
Pasai. Samudera Pasai (atau Pase jika mengikuti sebutan masyarakat
setempat) bukan hanya tercatat sebagai kerajaan yang sangat
berpengaruh dalam pengembangan Islam di Nusantara. Pada masa
pemerintahan Sultan Malikul Dhahir, Samudera Pasai berkembang
menjadi pusat perdagangan internasional. Pelabuhannya diramaikan oleh
pedagang-pedagang dari Asia, Afrika, Cina, dan Eropa.
Ibnu Bathutah juga menceritakan bahwa, ketika ia di Cina, ia melihat
adanya kapal Sultan Pasai di negeri Cina. Memang, sumber-sumber Cina
ada menyebutkan bahwa utusan Pasai secara rutin datang ke Cina untuk
menyerahkan upeti. Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan
Pasai mengirimkan utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M.
Ini membuktikan bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan
kerajaan luar.
Berdasarkan cerita-cerita kunjungan negara lain. Ada perbedaan
pendapat mengenai kerajaan ini. Hal ini disebabkan karena ada yang
memisahkan antara nama Pasai dan Samudera. Tapi catatan Tiongkok
tidak memisahkan nama kerajaan ini dan meyakini ini adalah satu
kerajaan. Sedangkan Marco Polo dalam catatan perjalanannya menulis
daftar kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari
selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara
(Samudera).
Selama masa pemerintahan Sultan Malik As-Saleh. Sultan
menikah dengan putri dari Kerajaan Perlak yaitu Gangang Sari. Dari
pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir I. Pada Masa
Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami masa
keemasan. Sultan Malik Az-Zahir I memperkenalkan pertama kali
penggunaan emas di lingkungan kerajaan. Hal inilah yang
mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi pusat perdagangan
terbesar di Sumatera pada saat itu. Kerajaan juga menjadi terkenal
sebagai tempat penyebaran agama Islam.
Setelah masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan oleh
anaknya Sultan Ahmad I. Namun tidak berlangsung lama karena suatu
hal maka digantikan oleh anak dari Sultan Ahmad I yaitu Sultan Malik
Az-Zahir II. Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II,
Kerajaan Samudera Pasai di datangi oleh musafir Maroko terkenal dunia
yaitu Ibn Batuthah. Ibn Batuthah menulis dalam kitab Rihlah ila l-
Masyriq (Pengembaraan ke Timur) sekembalinya ke jazirah arab
menceritakan bahwa salah satu Raja di daerah Samatrah (Sumatera)
menyambutnya dengan ramah. Beliau juga mengungkapkan bahwa
pengikutnya bermazhab Syafii. Sayangnya pada masa pemerintahan
Sultan Malik Az-Zahir II pada tahun 1345. Kerajaan Samudera Pasai
diserang oleh Kerajaan Majapahit kemudian serangan kedua pada tahun
1350 sehingga membuat keluarga Kerajaan harus mengungsi.
Kejayaan Samudera Pasai yang berada di
daerah Samudera Geudong, Aceh Utara, diawali dengan penyatuan
sejumlah kerajaan kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan
Seumerlang. Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan
kerajaan itu yang menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan mendirikan
Kerajaan Samudera pada tahun 1270 Masehi. Makam Abdullah ibnu
Muhammad ibnu Abdul Kadir Ia menikah dengan Ganggang Sari,
seorang putri dari kerajaan Islam Peureulak. Dari pernikahan itu, lahirlah
dua putranya yang bernama Malikul Dhahir dan Malikul Mansyur.
Setelah keduanya beranjak dewasa, Malikussaleh menyerahkan takhta
kepada anak sulungnya Malikul Dhahir. Ia mendirikan kerajaan baru
bernama Pasai. Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir
menggabungkan kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai..[2]
Saat itu Pasai diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000
bahara setiap tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus,
dan emas yang didatangkan dari daerah pedalaman. Bukan hanya
perdagangan ekspor impor yang maju. Sebagai bandar dagang yang
maju, Samudera Pasai mengeluarkan mata uang sebagai alat
pembayaran. Salah satunya yang terbuat dari emas dikenal sebagai uang
dirham.
Hubungan dagang dengan pedagang-pedagang Pulau Jawa juga
terjalin. Produksi beras dari Jawa ditukar dengan lada. Pedagang-
pedagang Jawa mendapat kedudukan yang istimewa di pelabuhan
Samudera Pasai. Mereka dibebaskan dari pembayaran cukai.
Perdagangan Selain sebagai pusat perdagangan, Pasai juga menjadi
pusat perkembangan Islam di Nusantara. Kebanyakan mubalig Islam
yang datang ke Jawa dan daerah lain berasal dari Pasai.
Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan
Islam di Jawa juga terlihat dari sejarah dan latar belakang para Wali
Songo. Sunan Kalijaga memperistri anak Maulana Ishaq, Sultan
Pasai. Sunan Gunung Jati alias Fatahillah yang gigih melawan
penjajahan Portugis lahir dan besar di Pasai. Laksamana Cheng Ho
tercatat juga pernah berkunjung ke Pasai. Situs Kerajaan Islam
Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal pada tahun 1980-an, sebelum
konflik di Aceh semakin memanas dan menyurutkan para peziarah.
Menurut Yakub, juru kunci makam Sultan Malikussaleh, nama besar
sang sultan turut mengundang rasa keingintahuan para peziarah dari
Malaysia, India, sampai Pakistan. Negara-negara itu dulunya menjalin
hubungan dagang dengan Pasai.
Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat
sejumlah situs makam para pendiri kerajaan dan keturunannya di makam
raja-raja Pasai itu. Makam itu menjadi saksi satu-satunya karena
peninggalan lain seperti istana sudah tidak ada. Makam Sultan
Malikussaleh dan cucunya, Ratu Nahrisyah, adalah dua kompleks situs
yang tergolong masih terawat. Makam Malikul Zahir
Menurut Christiaan Snouck Hurgronje, hubungan langsung Arab dengan
Indonesia baru berlangsung abad 17 pada masa kerajaan Samudra
Pasai, Banten, Demak dan Mataram Baru. Samudra Pasai sebelum
menjadi kerajaan Islam merupakan kota pelabuhan yang berada dalam
kekuasaan Majapahit, yang pada masa itu sedang mengalami
kemunduran. Setelah dikuasai oleh pembesar Islam, para pedagang dari
Tuban, Palembang, malaka, India, Cina dan lain-lain datang berdagang
di Samudra Pasai. Menurut Ibnu Batutah: Samudera Pasai merupakan
pelabuhan terpenting dan Istana Raja telah disusun dan diatur secara
indah berdasarkan pola budaya Indonesia dan Islam.

1.5 Ilmu Bermanfaat


Kesultanan Malikussaleh, sering disebut kerajaan Samudera
Pasai dibentuk oleh Meurah Silu sebagai raja Pasai pertama dengan gelar
Sultan Malik Al Saleh (659-688 H/1261-1289 M).
Sultan Malikussaleh bukan saja telah meletakkan fundamen dasar
yang kokoh pada masanya, namun gaung dan kecendikiawannya mampu
mewarnai watak serta spirit bangsa hingga saat ini. Hal tersebut
membuktikan bahwa ulama yang kharismatis tersebut selalu dapat
memancarkan energi positif meskipun jasatnya sudah kebali kepada
Allah Swt. Kerajaan Samudera Pasai secara organisasi telah lenyap dan
Malikussaleh juga telah wafat, namun semangat dan jiwa kepeloporan,
kedinamisan, serta patriotismenya masih tetap terukir di sanubari dan
menjadi spirit perjuangan bangsa.
Sejarah yang menjiwai serta semangat untuk membangun peradaban
yang menjadi tumpuan harapan bagi generasi penerus merupakan
landasan utama bagi Universitas Malikussaleh dalam membangun
sumber daya manusia. Anugerah terhadap sumber daya alam yang
melimpah, merupakan momentum yang harus diambil oleh Universitas
Malikussaleh agar mengelola dengan baik untuk kemakmuran bangsa
dan Negara.
Untuk mengembalikan harkat dan martabat masyarakat yang telah
digilas oleh degradasi nilai-nilai sosial yang semakin memprihatinkan
dan semakin menjauhkan dari suasana masyarakat madani (civil society),
maka perlu upaya kongkrit dan komprehensif, agar tidak menimbulkan
ancaman terhadap disintegrasi bangsa.
Untuk membangun kembali kepercayaan masyarakat Aceh kepada
Pemerintah Pusat yang berkesinambungan dalam suasana masyarakat
madani, diperlukan tambahan lembaga pendidikan tinggi universitas
negeri untuk dapat mempererat ikatan persaudaraan bangsa di Samudera
Pasai khususnya.
Upaya ini merupakan bagian dari proses penyelesaian konflik Aceh
yang menyeluruh sebagai suatu kebijakan strategis politik, mengingat
wilayah Samudera Pasai yang terdiri dari Kabupaten Aceh Utara,
Bireuen, Pidie, Aceh Timur, Aceh Tengah, dan Aceh Tenggara yang
sebahagian wilayahnya merupakan daerah pusat konflik paling bergolak,
serta paling intensif menyuarakan perilaku ketidakadilan dalam
pengelolaan negara pemerintah pusat masa tersebut.
Aceh yang memiliki deposit sumber daya alam yang melimpah
seandainya mampu dikelola oleh putra putri Aceh tentu akan dapat
meningkatkan kesejahteraan bersama. Untuk mempercepat peningkatan
kualitas sumberdaya manusia Aceh, tamabahan perguruan tinggi yang
mumpuni menjadi suatu keharusan.
BAB III
KESIMPULAN
1.6 Kesimpulan
Sukee Imeum Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat
maharaja/meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa)
yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-Islam,
diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan
Peureulak di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan
Jeumpa di Bireuen, Syahir Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan
Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan Indra
Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Kesultanan Samudera Pasai, juga dikenal dengan Samudera, Pasai,
atau Samudera Darussalam, adalah kerajaan Islam yang terletak di
pesisir pantai utara Sumatera, kurang lebih di sekitar Kota
Lhokseumawe, Aceh Utara sekarang.
Samudera Pasai (atau Pase jika mengikuti sebutan masyarakat
setempat) bukan hanya tercatat sebagai kerajaan yang sangat
berpengaruh dalam pengembangan Islam di Nusantara.
Informasi lain juga menyebutkan bahwa, Sultan Pasai mengirimkan
utusan ke Quilon, India Barat pada tahun 1282 M. Ini membuktikan
bahwa Pasai memiliki relasi yang cukup luas dengan kerajaan luar.
Sedangkan Marco Polo dalam catatan perjalanannya menulis daftar
kerajaan yang ada di pantai timur Pulau Sumatera waktu itu, dari
selatan ke utara terdapat nama Ferlec (Perlak), Basma dan Samara
(Samudera).
Dari pernikahan tersebut lahirlah Sultan Malik Az-Zahir I. Pada
Masa Pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir ini Kerajaan mengalami
masa keemasan.
Hal inilah yang mengakibatkan Kerajaan Samudera Pasai menjadi
pusat perdagangan terbesar di Sumatera pada saat itu.
Setelah masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir I digantikan
oleh anaknya Sultan Ahmad I. Namun tidak berlangsung lama karena
suatu hal maka digantikan oleh anak dari Sultan Ahmad I yaitu Sultan
Malik Az-Zahir II.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Az-Zahir II, Kerajaan
Samudera Pasai di datangi oleh musafir Maroko terkenal dunia yaitu
Ibn Batuthah.
Kejayaan Samudera Pasai yang berada di daerah Samudera
Geudong, Aceh Utara, diawali dengan penyatuan sejumlah kerajaan
kecil di daerah Peurelak, seperti Rimba Jreum dan Seumerlang.
Sultan Malikussaleh adalah salah seorang keturunan kerajaan itu
yang menaklukkan beberapa kerajaan kecil dan mendirikan Kerajaan
Samudera pada tahun 1270 Masehi.
Ketika Malikussaleh mangkat, Malikul Dhahir menggabungkan
kedua kerajaan itu menjadi Samudera Pasai..[2] Saat itu Pasai
diperkirakan mengekspor lada sekitar 8.000- 10.000 bahara setiap
tahunnya, selain komoditas lain seperti sutra, kapur barus, dan emas
yang didatangkan dari daerah pedalaman.
Eratnya pengaruh Kerajaan Samudera Pasai dengan perkembangan
Islam di Jawa juga terlihat dari sejarah dan latar belakang para Wali
Songo.
Situs Kerajaan Islam Samudera Pasai ini sempat sangat terkenal
pada tahun 1980-an, sebelum konflik di Aceh semakin memanas dan
menyurutkan para peziarah.
Sejarah Pasai yang begitu panjang masih bisa ditelusuri lewat
sejumlah situs makam para pendiri kerajaan dan keturunannya di
makam raja-raja Pasai itu.
Samudra Pasai sebelum menjadi kerajaan Islam merupakan kota
pelabuhan yang berada dalam kekuasaan Majapahit, yang pada masa
itu sedang mengalami kemunduran.
Ilmu Bermanfaat Kesultanan Malikussaleh, sering disebut
kerajaan Samudera Pasai dibentuk oleh Meurah Silu sebagai raja Pasai
pertama dengan gelar Sultan Malik Al Saleh (659-688 H/1261-1289
M).
Kerajaan Samudera Pasai secara organisasi telah lenyap dan
Malikussaleh juga telah wafat, namun semangat dan jiwa kepeloporan,
kedinamisan, serta patriotismenya masih tetap terukir di sanubari dan
menjadi spirit perjuangan bangsa.
Untuk mengembalikan harkat dan martabat masyarakat yang telah
digilas oleh degradasi nilai-nilai sosial yang semakin memprihatinkan
dan semakin menjauhkan dari suasana masyarakat madani (civil
society), maka perlu upaya kongkrit dan komprehensif, agar tidak
menimbulkan ancaman terhadap disintegrasi bangsa.
DAFTAR PUSTAKA

https://acehprov.go.id/berita/kategori/jelajah/kerajaan-
samudera-pasai

https://news.unimal.ac.id/index/single/1354/semangat-
malikussaleh-membangun-peradaban

https://id.wikipedia.org/wiki/Sultan_Malikussaleh

https://summarygenerator.com/

Anda mungkin juga menyukai