Anda di halaman 1dari 32

A.

Latar Belakang

Peradaban di India pada mulanya muncul dan berkembang dari Peradaban Lembah Sungai Indus.
Dari situlah berkembang ke daerah anak benua sejak tahun 3300 SM hingga 1700 SM. Selain itu
dikenal pula Peradaban Harappa. Kedua peradaban tersebut tidak bisa dikaitkan secara jauh dengan
dua kota utama yaitu Harappa dan Mohenjo Daro. Keduanya terpisah jauh sekitar 400 km. India juga
menjadi tempat munculnya agama Budha dan Hindu. Selain itu Islam juga berkembang di India
akibat kedatangan orang-orang dari Asia Barat.

Masa penjajahan bangsa-bangsa barat di India diawali dengan kedatangan Vasco de Gama tahun
1498. Dengan keadaaan yang sudah terpecah-belah diantara bangsa-bangsa India sendiri, maka
orang-orang Barat tersebut berhasil menduduki tempat-tempat penting di pantai selatan India yang
kemudian melebar dan akhirnya Inggris yang memenangkan kekuasaan di anak benua India. [1] Hal
tersebut kemudian ditandai dengan berdirinya

English East India Company pada tahun 1600.

Lawan Inggris dalam memperebutkan India adalah Perancis. Perang tujuh tahun (1756-1763) antara
Inggris dan Perancis yang menjalar sampai ke Amerika dan India akhirnya dimenangkan oleh Inggris.
Dengan kemenangan ini Inggris memperkuat daerah jajahannya yang dipimpin oleh Robert Clive.
Perancis menyerahkan semua daerah kekuasaannya kepada Inggris. Robert Clive terkenal sebagai
peletak dasar imperialisme Inggris di India. Akhirnya Robert Clive diangkat menjadi gubernur
jenderal. Namun, tidak lama kemudian digantikan oleh Warent Hastings dan begitu pula berlanjut
berganti-ganti gubernur jenderal yang berkuasa di India. Setiap gubernur jenderal selalu memiliki
kebijakannya masing-masing dan selalu memiliki dampak positif maupun negative bagi
perkembangan India sendiri.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana awal mula kolonialisme Inggris di India?

Bagaimana perkembangan kolonialisme Inggris di India?

Bagaimana dampak kolonialisme Inggris di India?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui awal mula kolonialisme Inggris di India.

2. Untuk mengetahui perkembangan kolonialisme Inggris di India.

3. Untuk mengetahui dampak kolonialisme Inggris di India.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Awal Mula Kolonialisme Inggris di India

Vassco da Gamma adalah orang kulit putih pertama yang mendarat di India pada tahun 1498,
tepatnya di Calicut. Selanjutnya orang-orang kulit putih yang lain seperti Belanda, Inggris, Spanyol,
dan Perancis datang berlomba-lomba untuk berdagang di India.

Ratu Elizabeth dari Inggris sudah berusaha menjalin hubungan baik dengan India sejak pemerintahan
Akbar. Ratu tersebut pernah meminta kepada Sutlan Akbar agar Inggris mendapat kesempatan yang
sebanyak-banyaknya untuk berdagang di India. Akhirnya pada tahun 1600 Inggris berhasil
mendirikan “English East India Company” (EIC) kemudian menyusul Prancis mendirikan “Compaignie
des Indes” dan juga Belanda mendirikan “Verinigde Oost Indische” (VOC). Mereka makin bersaing
dengan ketat, tidak hanya berdagang tetapi mereka juga meperluas daerah kekuasaannya. Namun
Belanda

mengundurakan dirinya dari India karena kedudukanya di indonesia semakin stabil dan kuat ,
sehingga situasi tersebut memperkokoh kekuatan Inggris di India. Masuknya Inggris ke India
dikarenakan oleh suatu fakta yang dibuat oleh Ratu Elizabeth I yang isinya adalah membentuk East
India Company untuk melakukan perdagangan antara India dan Inggris. Akan tetapi, Inggris harus
bersaing dengan French East India Company yang juga melakukan hubungan dagang dengan India.
Demi meraih perluasan daerah perdagangan, Perancis pun dikalahkan oleh tentara Inggris yang
dipimpin oleh Robert Clive di India bagian Selatan. Awal mula imperialisme Inggris di India ditandai
dengan kemenangan Inggris atas Nawab of Bengal pada pertempuran Plassey tanggal 23 Juni 1757.
Kemenangan Inggris inilah yang menjadi katalis bagi pergeseran kepentingan Inggris di India dari
menggunakannya sebagai daerah perdagangan menjadi daerah teritorial Inggris. Selain itu,
kemenangan ini pulalah yang mengukuhkan kekuasaan East India Company sebagai ‘the greatest
European trader in India.’

Anak Benua India, pada abad sembilan belas hingga pertengahan abad dua puluh, secara politis,
sedang berada dalam penguasaan Inggris. Walaupun pada abad delapan belas hingga periode
selanjutnya, Dinasti Mughal masih tetap berkuasa, pemegang kekuatan politik dan ekonomi yang
sebenarnya setelah itu adalah orang-orang Inggris. Karena itu, saat itu, bisa dikatakan sebagai
periode kolonialisasi Inggris atas India yang selanjutnya ditandai oleh mundurnya penguasa-
penguasa Mughal dan naiknya kekuasaan Inggris di India. Proses ini mencapai puncaknya pada 1857
ketika terjadi pemberontakan Mutini atau Sepoy atas kolonialis Inggris. Saat itu, Dinasti Mughal yang
menjadi simbol kekuasaan Islam di India mulai berakhir, dan secara resmi, Inggris mulai berkuasa. [2]

Pada awalnya, tepatnya pada 1608 M, orang-orang Inggris mulai berdatangan ke India dan
mengajukan permohonan untuk bisa tinggal di India kepada para penguasa Dinasti Mughal. Tetapi,
kehadiran mereka ditolak mentah-mentah. Orang-orang Inggris baru bisa diterima masuk ke India
pada 1610 M. Sejak saat itu, Inggris mulai mendirikan pabrik, loji dan membentuk tentara dalam
jumlah kecil sebagai penjaga loji. Kemudian, pantai Timur India dikuasai dan dipertahankan oleh
Inggris. [3] Lalu, diikuti oleh orang-orang Eropa lainnya seperti Portugis, Perancis, dan Belanda.
Dengan demikian, sejak saai itu, banyak perusahaan perdagangan Eropa yang mulai membangun
pemukiman untuk masyarakatnya. [4]

Datangnya Inggris ke India dikarenakan juga oleh faktor kekosongan kas negara-negara di Eropa
akibat kekalahan pasca perang salib. Karena perdagangan dari timur jauh melalui timur tengah
ditutup akibat jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani, maka untuk mencari keuntungan
yang besar, mereka mencari jalan untuk merebut daerah penghasil rempah-rempah yang bisa dijual
di Eropa. Daerah penghasil rempah-rempah, yaitu nusantara telah dikuasai Pemerintahan Hindia
Belanda, maka Inggris menguasai daerah India yaitu daerah transit komoditas perdagangan sebelum
dikirim di Eropa. Faktor lainnya adalah kemudahan pelayaran yang terjadi setelah dibukanya Terusan
Suez di Mesir oleh Ferdinand de Lessep, membuat singkat rute pelayaran. Untuk dapat ke wilayah
timur jauh tidak perlu lagi mengelilingi benua Afrika. Sebab lebih lanjut terjadi setelah terjadinya
revolusi di Inggris, India dijadikan daerah sumber bahan baku dan juga daerah pemasaran hasil
industri.

B. Perkembangan Kolonialisme Inggris di India


Inggris mulai leluasa dalam menguasai India setelah adanya The Regulating Act 1773. Inggris mulai
bertanggungjawab terhadap parlemen. Kemudian ditunjuk seorang Gubernur Jenderal untuk
Provinsi Benggala. Begitu pula dengan provinsi lain seperti Madras dan Bombay namun, keduanya
ditempatkan dibawah pemerintahan Benggala. Warren Hastings menjadi gubernur jenderal pertama
(1774) seturut The Regulating Act (1773) dengan para penasehatnya antara lain Jenderal Sir John
Clavering, Kolonel Monson, Mr. Philips Francis dan Mr. Barwell, dan hakim utamanya Sir Elijah
Impey. [5]

Setelah The Regulating Act,

pemerintah Inggris kembali mengesahkan undang-undang yang disebut Pitt’s India Act pada tahun
1784 atas nama Perdana Menteri William Pitt. Undang-undang ini menyatakan bahwa kekuasaan
para direktur telah diambil alih dan dibentuklah badan pengawas. Badan pengawas tersebut akan
diketuai oleh seorang Menteri Mahkota atau Menteri Koloni. Setelh itu, kongsi dagang segera
berubah menjadi badan hukum yang berdaulat.

Setelah Warren Hastings meninggal kemudian posisinya digantikan oleh Sir John Macperson selama
satu setengah tahun. Kemudian datanglah lord Cornwallis sebagai gubernur jenderal yang baru dan
memegang jabatan tahun 1786 hingga 1828. Cornwallis terkenal sebagai pribadi yang adil dan
terhormat. Ia tetap berusaha mengakhiri penyalahgunaan kepengurusan Kumpeni, menaikkan gaji
para pejabat dan menghapuskan sistem komisi atas perolehan pengumpulan pajak, mengambil
kekuasaan kehakiman para kolektor, mengelompokkan mahkamah pengadilan dengan mendirikan
mahkamah provinsi di Patna, Calcutta, Murshidabad dan Dacca dibawah pengwasan para hakim
Inggris. [6]

Pada tahun 1793 Lord Cornwallis digantikan oleh Sir John Shore hingga tahun 1798. Kebijakan Sir
John Shore dianggap sangat kontroversial. Kebijakannya antara lain bahwa Inggris tidak akan campur
tangan terhadap politik India. Sikap Sir John Shore tersebut bertentangan dengan kebijakan
sebelumnya dan bagi para raja di India, mereka khawatir karena selalu mengharapkan bantuan dari
Inggris.

Tahun 1795 Sir John Shore digantikan oleh Lord Wellesley. Lord Wellesley menjadi gubernur jenderal
hingga tahun 1805. Selama pemerintahannya di India, Ia selalu melancarkan penaklukan-penaklukan
terhadap kerajaan-kerajaan India. Ia meminta kerajaan-kerajaan anak benua untuk membubarkan
tentaranya dan menerima perlindungan Inggris. Masing-masing kerajaan akan dilindungi dengan
syarat menyerahkan sebagian daerahnya untuk keperluan pemeliharaan tentara, para raja India
tidak akan bersekutu dengan negara lain dan harus menerima Residen Inggris. [7] Kemudian pada
tahun 1800 kebijakan tersebut berhasil diberlakukan untuk Hyaderabad. Tahun 1801 juga
dipaksakan untuk daerah Oudh dan Inggris menguasai daerah Rohilkhand dan Doab utara. Kemudian
tahun 1802 juga berhasil dilakukan untuk Peshwa. Akhirnya seluruh anak benua berada dibawah
kekuasaan Inggris selama pemerintahan Lord Wellesley kecuali Punjab, Sind, dan Rajpunata.

Pengganti dari Lord Wellesley sebenarnya adalah Lord Cornwallis. Namun, karena sudah tua dan
tidak lama kemudian meninggal maka digantikan oleh Sir George Barlow. Ia hanya berkuasa
sebentar saja yaitu dari tahun 1805 hingga 1807. Ia tidak berbeda dengan Lord Cornwallis yang
menginginkan tidak ikut campur tangan dalam urusan politik India. Selama ia berkuasa, banyak
terjadi pemberontakan.

Setelah Lord Wellesley lengser kemudian digantikan oleh Lord Minto yang berkuasa tahun 1807
hingga 1812. Pada saat pergantian gubernur jenderal tahun 1807, Inggris sedang berperang
melawan Napoleon Bonaparte. Saat memegang jabatannya, Lord Minto segera mendapat tantangan
dari orang-orang Pindari. Mereka merupakan rakyat campuran dan banyak dari mereka merupakan
pasukan yang dibubarkan dari kerajaan-kerajaan dengan pimpinannya yaitu Amir Khan. Ia adalah
kapten gerilya yang cerdik.

Pada tahun 1813 Piagam kumpeni diperbaharui lagi pada kondisi bahwa Kumpeni akan mengijinkan
perdagangan mereka kepada semua orang Inggris dan mengijinkan pedagang dan misionaris datang
dan bekerja di India. [8] Selain itu akan disediakan 10.000 pound untuk keperluan pendidikan. Hal
tersebut dapat dikatakan sebagai tonggal pendidikan di India.

Tahun 1812 kekuasaan dipegang sepenuhnya oleh Lord Hastings hingga tahun 1822. Ia turut ambil
bagian dalam urusan politik India. Pada pemerintahan Lord Hastings, orang-orang Pindari dapat
ditangani tepatnya pada tahun 1817 berkat Jenderal Sleeman. Selama pemerintahannya, Lord
Hastings melakukan banyak pembaharuan seperti mendirikan Kolese Hindu di Calcutta pada tahun
1811. Ia juga mendorong tiga misionaris (Carey, Marshman, dan Ward) untuk membangun
percetakan pers, pabrik kertas, dan sebuah kolese di Serampore. [9] Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan mengajari orang-orang India menjadi orang Kristen dan mengajarkan tentang ilmu
pengetahuan. Selain itu ia juga memiliki perhatian mengenai pembangunan jalan, jembatan, dan
sebagainya.

Setelah Lord Hastings, gubernur jenderal yang baru yaitu Lord Amherst mulai tahun 1823 hingga
1828. Selama pemerintahannya, para pejabat sedang dalam proses mengembangkan lembaga-
lembaga baru. Tantangan lain datang dari luar yaitu penyerangan oleh Raja Burma di Benggala
Timur. Akhirnya konflik tersebut dapat ditangani dengan adanya Perjanjian Yandabu pada tahun
1826. Dalam perjanjian tersebut Inggris memperoleh Tenasserim, Arakan, Assam, dan sepuluh
lakhsa pound sebagai ganti rugi. Dengan berkhirnya pemerintahan Lord Amherst, sebuah era baru
mulai di India yaitu Inggris menjadi penguasa tunggal di India dan sebagian dari Burma. [10]

Selanjutnya Lord Amherst digantikan oleh Lord William Bentinck (1828-1835). Ia banyak melakukan
perbaikan tata tertib dan administratif pada masa pemerintahannya. Salah satunya Bentinck
melakukan pengubahan pada aturan yang memberi kesempatan untuk orang-orang India mendapat
jabatan lebih tinggi terutama pada peradilan dan layanan untuk orang-orang India sendiri. Pada
masa Bentick ini pula perkembangan pendidikan India juga mulai diperhatikan dengan berdirinya
sekolah-sekolah walaupun tujuannya hanya untuk kepentingan Inggris.

Setelah Bentinck pension, digantikan oleh Sir Charles Metcalfe pada tahun 1835 hingga 1836.
Meskipun hanya berkuasa satu tahun namun, pemerintahannya dianggap progresif. Metcalfe
melakukan pelarangan yang dilakukan oleh Wellesley atas pers dengan memberi kebebasan
menyatakan pendapat pada surat kabar.

Selanjutnya Metcalfe digantikan oleh Lord Auckland. Pada masa pemerintahan Auckland, rakyat
sudah merasa banyak dirugikan oleh Inggris. Kebijakan-kebijakan gubernur jenderal sebelumnya
tidak dikehendaki oleh rakyat dan menimbulkan ketidakpuasan.

Tahun 1842 gubernur jenderal yang berkuasa menggantikan Lord Auckland adalah Lord Ellenbrough.
Kekuasaannya hanya sampai tahun 1844 kemudians egera digantikan oleh Lord Hardinge. Hardinge
merupakan administrator yang baik dan akhirnya mengakhiri praktik sosial yang banyak dilakukan
orang Hindu di India seperti pengurbanan manusia.

Selanjutnya pada tahun 1848 Hardinge digantikan Lord Dalhousie yang berkuasa hingga tahun 1856.
Dalhousie berhasil menaklukkan provinsi Punjab. Setelah Punjab jatuh ke tangan Inggris maka segera
dibangun sekolah-sekolah, jalan-jalan, dan terusan-terusan. Selain itu juga diberlakukan perundang-
undangan baru yang menjamin keamanan pribadai dan kepemilikan harta. Satu-satunya kesultanan
muslim yang masih utuh adalah Kasultanan Oudh. Oudh merupakan bagian dari Kasultanan Moghul
yang masih berdiri serta bersama tradisi-tradisinya. [11] namun, Dalhousi selalu berupaya untuk
menjadikan Oudh sebagai bagian dari Imperium Inggris.

Pada masa Dalhousi tepatnya tahun 1853 rel kereta api pertama India dibuka antara Calcutta sampai
daerah batu bara Ranigaj. Kemudian disusul untuk wilayah Bombay hingga Thana sejauh 20 mil.
Kemudian dibangun sistem komunikasi modern seperti telegraf dan pos. selain itu Dalhousie juga
memberlakukan undang-undang yang memperbolehkan janda-janda Hindu menikah kembali.
Dalhousie pensiun dari jabatannya tahun 1856. Meskipun banyak melakukan kemajuan signifikan di
India, Dalhousie tidak luput dari kekurangan yaitu diantaranya orang-orang Hindu merasa dicampuri
urusannya mengenai keagamaan.

Selanjutnya Dalhousie digantikan oleh Lord Canning (1856-1858). Pada masa Canning ini banyak
terjadi pemberontakan oleh rakyat India. Keberadaan Inggris mulai goyah dan akhirnya Kumpeni
Inggris India dibubarkan dan digantikan Pemerintah Kolonial Inggris. Dengan begitu, India sebagai
negeri koloninya semakin erat dalam genggaman Inggris.

C. Dampak Kolonialisme Inggris di India

Dampak Kolonialisme Inggris bagi Inggris

Ketika bangsa Inggris melakukan kolonialisme dan imperialisme di India. Wilayah itu mengalami
perubahan besar baik dalam bidang politik,ekonomi,ataupun sosial budaya. Dalam bidang politik
terjadi perubahan pada sistem pemerintahan model kolonial. Sedangkan dalam bidang
pendidikan,banyak sekali orang-orang india yang disekolahkan di Eropa. Dan setelah lulus, mereka
dikembalikan lagi ke negara asalnya. Dengan harapan mereka akan mempunyai pola pemikiran
model Eropa dan akan berpengaruh kepada lingkungan masyarakatnya. Berhasilnya Inggris
menguasai segala aspek kehidupan bangsa India mulai politik, ekonomi, sosial, budaya dan agama
telah membawa dampak yang besar bagi bangsa Inggris. [12]

Dalam bidang ekonomi jelas bahwa dimana india mempunyai sumber daya alam dan sumber daya
manusia yang sangat besar. Sehingga menguntungkan bagi bangsa Inggris. Banyak sekali pabrik-
pabrik industri milik Inggris mengolah bahan-bahan mentah yang berasal dari wilayah jajahan (India)
untuk dibuat sebuah produk. Dari hasil produk itu akan dijual lagi kepada daerah jajahan atau koloni.
India dijadikan sebagai tempat produksi dan sekaligus tempat pemasaran hasil-hasil produksi.
Keuntungan dari Industri tersebut pastinya sangat besar. Tetapi anehnya penduduk pribumi hanya
memperoleh sedikit dari keuntungan tersebut . Karena inggris tidak melibatkan orang-oang pribumi
dalam industrinya. Di satu sisi Inggris juga membangun sebuah jaringan kereta api, yang
menghubungkan wilayah satu dengan wilayah yang lainnya. Tetapi jalan tersebut ditujukan hanya
untuk kepentingan transportasi barang-barang poduksi Inggris saja, bukan untuk kepentingan kedua
belah pihak. Perenomian Inggris semakin maju dan ekspansi inggris terhadap India semakin luas
sekitar pertengahan abad ke-19. Eksploitasi alam India yang dilakukan inggris menjadi salah satu
faktor pecahnya Revolusi Industri di Inggris. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menimbulkan
adanya revolusi industri di Inggris :

1. Keamanan Negara Inggris yang sangat baik.

2. Mulai berkembangnya kegiatan kewirausahaan dan manuaktur.

3. Inggris memiliki kekayaan alam terutama batu bara dan bijih besi
4. Inggris mempunyai banyak daerah jajahan.

5. Terjadinya revolusi Agraria.

6. Munculnya ekonomi liberal.

7. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam hal ini dititik beratkan pada faktor yang keempat yakni “Inggris memiliki banyak daerah
jajahan. Kerajaan Inggris pada abad ke-18 memiliki banyak daerah jajahan yang tersebar di daerah
Afrika dan Asia. Daerah-daerah jajahan inilah yang mendukung kegiatan industri inggris, karena
daerah-daerah jajahan tersebut dapat menyediakan bahan baku yang diperlukan oleh Industri
Inggris. Selain itu, daerah-daerah jajahan tersebut dapat dijadikan sebagai tempat pemasaran hasil
industri Inggris. [13]

Selain itu dampak lain adalah bahasa Inggris menjadi bahasa resmi ke dua setelah bahasa India
hingga sekarang. Ini dikarenakan pemerintah Inggris menyelenggarakan kebijakan dalam bidang
pendidikan untuk bangsa India. “Kebijakan untuk mengembangkan pendidikan bangsa barat (Inggris)
pertama kali dilakukan pada masa Gubernur Jenderal Lord Bentinck (1828-1835).

Adalah Lors Macaulay sebagai direktur Commite of Public Instruction mengesahkan “memorandum
pendidikan”, yang memberlakukan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah
India.

[14]

Dalam bidang Sosial Budaya terjadi perubahan pandangan hidup atau pola pokir masyarakat India
dalam menghadapi sesuatu. Misalnya ketika seseorang terkena penyakit, mereka selalu berobat
kepada dukun,paranormal, dan lain sebagainya. Pastinya mereka mempunyai cara pengobatan
secara Irasional. Tetapi setelah adanya teknologi dari asing (Inggris) mereka mulai beralih berobat
kepada Dokter. Jadi disini mulai terlihat perubahan dalam menghadapi suatu hal yang tejadi pada
Individu maupun suatu komunitas masyarakat dalam hal mengatasi suatu penyakit. Perubahan yang
lain terjadi pada strata sosial, dimana pada masa sebelumnya struktur sosial yang paling tinggi
adalah kaum brahmana, ketika adanya kolonisasi Inggris. Strata tersebut berubah, Strata yang paling
tinggi adalah orang-orang Eropa baru brahmana.

Dampak Kolonialisme Inggris Bagi India

Kehadiran Inggris serta keberadaan Kolonialisme di India tentu membawa banyak dampak terutama
bagi India sendiri yang secara langsung dikunjungi bangsa Eropa Tersebut. Dalam pengklasifikasikan
dampak ini, India mendapat dampak dominan yakni yakni yang berupa negatif dan positif. Tentu
kedua dampak ini sangat berhubungan satu sama lain.

Faktor terjadinya konlflik tersebut tak lain karena adanya integrasi antara dua belah pihak yang
saling memperebutkan daerah masing-masing. Telah diketahui bahwa tujuan Inggris sendiri datang
ke Asia adalah salah satunya di India untuk memperadabkan warga Asia agar lebih baik. Sedangkan
dari sudut pandang orang India sendiri kedatangan Inggris adalah penderitaan karena Inggris terus
menerus mengeksploitasi dan menjajah India. Akibat dari kejadian tersebut tak mengherankan jika
rakyat India menderita kekurangan pangan karena sumbe pangan mereka dikeruk besar-besaran
oleh pemerintah Inggris.
Tak mengherankan jika setelah itu India dilanda kelaparan yang berkepanjangan. Banyak warga India
mati dengan tingkat yang tinggal karena aktor kelaparan. Wabah kelaparan ini adalah salah satu
contoh dampak negatif kolonialisme Inggris di India yang berupa dampak dibidang ekonomi.

Selanjutnya yakni dibidang sosial-budaya, seperti karena banyaknya terjadi konflik atau kerusuhan
antara rakyat India dengan Koloni Inggris yang sedang berkuasa. Tidak hanya itu pemerintah Inggris
begitu membeda bedakan berdasakan ras dan kelompok sosial, sehingga diskriminasi terjadi tak
terelakkan lagi. Kemudian dibidang Agama yaitu Inggris seolah menganakemaskan penduduk yang
beragama Kristen dan menganaktirikan penduduk yang beragama Islam.

Inggris mendukung dan terus mengembangkan dalam hal penyebarluasan agama Kristen bahkan
dibuka dalam lembaga pendidikan. Setelah itu beranjak ke agama Hindhu, Inggris mulai
mengikutcampurkan dalam hal proses atau adat dalam kegiatan keagamaan. Yang terakhir yaitu
yang terjadi pada muslim di India yang begitu miris. Penduduk dengan agama Islam bahkan tidak ada
yang boleh masuk atau bekerja dalam lembaga pemeintahan ataupun pendidikan. Muslim-muslim
tersebut diperkerjakan hanya sebagai pelayan dan buruh rendahan oleh pemerintah Inggris.

Meski masa Kolonialisme Inggris banyak meninggalkan dampak negatif, tentu juga masih ada
dampak positif yang masih ada. Antara lain adalah dari warisan infrastruktur peninggalan berupa
bangunan dibidang pemerintahan, pendidikan dan lain sebagainya. Warisan peninggalan itu tentu
nantinya dapat dimanfaatkan sendiri oleh rakyat India. Sedangkan dibidang pendidikan juga telah
disebutkan sebelumnya bahwa Inggris mulai mendirikan lembaga pendidikan dengan Universitas
Calcutta sebagai Universitas pertama yang didirikan. Dari Universitas tersebut selanjutnya juga
makin menjalar dibangun Universitas di tanah India.

Dari lembaga pendidikan inilah mulai adanya kesadaran dari golongan terpelajar India mengenai
nasionalisme dan kemerdekaan negara. Tidak hanya itu para individu-individu berpendidikan
tinggipun terlahir dan tercipta dari sana. Banyak diantara kaum elite yang berpendidikan tinggi
tersebut bekerja dikantor pemerintahan dan administrasi milik Inggris.

Yang terakhir yakni warisan dibidang administrasi-politik yaitu terciptanya pemerintahan yang
tertata secara rapi dan sistematis yang nantinya diterapkan oleh rakyat India. Disusul kemudian
warisan dibidang sosial-ekonomi yaitu perkembangan dibidang perhubungan yakni kereta api dan
pengelolaan irigasi Sungai Indus dan Gangga, UU perburuan dan lain.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kemunduran Kasultanan Moghul memberi peluang untuk berkembangnya EIC di India. Tidak hanya
berurusan dengan perdagangan saja namun juga ikut berurusan dalam urusan perpolitikan India.
Secara tidak langsung EIC menjadi penguasa sekaligus menjadi lembaran awal kolonialisme Inggris di
India. Tokoh dibalik berkembangnya kolonialisme Inggris di India antara lain seperti Robert Clive,
Warren Hastings, Wellesley.

Disamping usaha kolonialismenya, Inggris juga membawa pembaharuan-pembaharuan berbagai


bidang di India. Pembaharuan di bidang sosial, politik, pendidikan, transportasi, bahkan teknologi
seperti irigasi juga dilakukan walaupun memang untuk kepentingan Inggris. Namun, adanya
pembaharuan-pembaharuan tersebut juga menimbulkan kekecewaan bagi masyarakat Hindu
maupun Islam di India. Selain itu, pencaplokan wilayah juga dilakukan Inggris dan akhirnya wilayah
kekuasaan Inggris di India semakin luas.

DAFTAR PUSTAKA

Djaja, Wahyudi, 2012 . Sejarah Eropa.

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Eposito, John L. 1985. Islam dan Perubahan Sosial-Politik di Negara sedang Berkembang. Yogyakarta:
Pusat Latihan, Penelitian, dan Pengembangan Masyarakat.

Kusdiana, Ading. 2013. Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Pertengahan. Bandung: Pustaka Setia.

Ibrahim, Nurzengky. 2015. Sejarah Negara-negara di Kawasan Asia Selatan. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Musidi, B. 2012. Sejarah Ringkas dari Prasejarah sampai Terbentuknya Bangladesh. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma.

Thohir, Ajid dan Ading Kusdiana. 2006. Islam di Asia Selatan.

Bandung: Humaniora.

Suwarno, 2012. Dinamika Sejarah Asia Selatan. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Imperium Britania ( bahasa Inggris : British Empire ) adalah suatu imperium kekuasaan yang terdiri
dari wilayah-wilayah koloni , protektorat , mandat, domini dan wilayah lain yang pernah diperintah
atau dikuasai oleh Britania Raya . Imperium Britania dimulai pada akhir abad ke-16 sejalan dengan
berkembangnya kekuatan

Angkatan Laut Kerajaan Inggris dan merupakan

imperium yang paling luas dalam sejarah dunia serta pada suatu periode tertentu pernah menjadi
kekuatan utama di dunia. [1] Pada tahun 1922, Imperium Britania mencakup populasi sekitar 458
juta orang, kurang lebih seperlima populasi dunia pada waktu itu, [2] yang membentang seluas lebih
dari 33.700.000 km 2 (13.012.000 sq mi), atau sekitar seperempat luas total bumi. [3][4] Akibatnya,
pengaruh Britania, terutama Inggris, melekat kuat di seantero dunia: dalam praktik

ekonomi , hukum dan sistem pemerintahan ,

masyarakat , olahraga (seperti kriket dan sepak bola ), serta penggunaan bahasa Inggris . Imperium
Britania pada suatu masa pernah dijuluki sebagai "kerajaan tempat matahari tak pernah tenggelam"
karena wilayahnya membentang sepanjang bola dunia dan dengan demikian matahari selalu
bersinar, paling tidak di salah satu dari begitu banyak koloninya.

Selama Zaman Penjelajahan pada abad ke-15 dan 16, Portugal dan Spanyol memelopori
penjelajahan maritim Eropa ke berbagai belahan dunia sekaligus mendirikan wilayah koloni. Iri
melihat keberhasilan dan kejayaan yang mereka peroleh, Inggris , Perancis dan Belanda mulai
membentuk koloni dan jaringan perdagangan mereka sendiri di Amerika dan Asia .[5] Serangkaian
kemenangan dalam peperangan pada abad ke-17 dan 18 dengan Perancis dan Belanda membuat
Inggris (kemudian bernama Britania Raya setelah bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707)
memperoleh wilayah-wilayah koloni yang dominan di India dan Amerika Utara . Lepasnya Tiga Belas
Koloni Inggris di Amerika Utara pada tahun 1787 setelah perang kemerdekaan membuat Inggris
kehilangan wilayah koloninya yang paling tua dan paling padat penduduknya.

Lepasnya Amerika Utara membuat perhatian Inggris beralih ke wilayah-wilayah koloni di

Afrika , Asia dan Pasifik . Setelah kekalahan

Napoleon Perancis pada tahun 1815, Inggris berkesempatan untuk memperluas imperiumnya ke
seantero dunia dan menjadi negara imperialis paling berjaya dan tak tertandingi pada waktu itu.
Beberapa wilayah koloninya dijadikan sebagai koloni imigran kulit putih dan beberapa di antaranya
dijadikan sebagai wilayah domini.

Kebangkitan Jerman dan Amerika Serikat pada akhir abad ke-19 turut menyebabkan pudarnya
kejayaan Inggris. Ketegangan militer dan ekonomi antara Inggris dan Jerman adalah penyebab utama
Perang Dunia I , ketika Inggris sangat bergantung pada imperiumnya. Perang tersebut telah
menyebabkan hancurnya sistem keuangan Inggris dan walaupun Inggris masih merupakan negara
dengan wilayah jajahan terluas setelah Perang Dunia I, Inggris tidak lagi menjadi pemimpin
perekonomian dan militer di dunia. Perang Dunia II menyebabkan sebagian besar koloni Inggris di
Asia Tenggara diduduki oleh Jepang . Meskipun pada akhirnya Inggris dan Sekutu berhasil
memenangkan Perang Dunia II, perang ini turut berdampak pada semakin sempitnya wilayah
imperium Inggris. Dua tahun setelah perang berakhir, India - koloni Inggris yang paling berharga -
memperoleh kemerdekaannya.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, sebagai akibat dari gerakan dekolonisasi negara-negara
terjajah, Inggris memberi kemerdekaan pada sebagian besar koloninya. Proses dekolonisasi ini
berakhir dengan diserahkannya Hong Kong ke tangan Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1997.
Empat belas koloni Inggris yang masih tersisa (disebut dengan Wilayah Seberang Laut Britania ) tetap
berada di bawah kedaulatan Britania Raya. Setelah kemerdekaan, banyak bekas koloni Inggris yang
bergabung dengan

Negara-Negara Persemakmuran , yaitu suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-
negara berdaulat yang didirikan atau pernah dijajah oleh Inggris. Enam belas anggota
Persemakmuran mengakui Ratu Elizabeth II sebagai Ketua Persemakmuran sekaligus kepala negara.

Awal (1497–1583)

Patung John Cabot di

Newfoundland, koloni seberang lautan pertama Inggris.

Ide mengenai penjelajahan seberang lautan (dalam pengertian eksplorasi lautan di luar Eropa dan
Kepulauan Britania ) sudah dicetuskan saat Inggris dan Skotlandia masih merupakan suatu
pemerintahan yang terpisah. Pada tahun 1496, Henry VII dari Inggris ingin mengikuti keberhasilan
Spanyol dan Portugis (Portugal) dalam penjelajahan seberang lautan. Ia kemudian menugaskan John
Cabot memimpin pelayaran untuk menemukan rute menuju Asia melalui Samudera Atlantik Utara.
[6] Cabot mulai berlayar pada tahun 1497; lima tahun setelah penemuan benua Amerika oleh

Columbus . Meskipun pada akhirnya ia berhasil berlabuh di pantai Newfoundland, ia mengira kalau
ia sudah mencapai Asia dan pada akhirnya tidak berhasil mendirikan koloni. [7] Cabot memimpin
pelayaran lain ke Amerika pada tahun berikutnya namun tidak diketahui lagi kabarnya. [8]
Tidak ada upaya lebih lanjut untuk mendirikan koloni Inggris di Amerika hingga memasuki masa
pemerintahan Elizabeth I pada dekade terakhir abad ke-16. [9] Adanya gerakan Reformasi Protestan
telah membuat Inggris bermusuhan dengan Katolik Spanyol. [6] Pada tahun 1562, Kerajaan Inggris
memerintahkan navigator John Hawkins dan Francis Drake untuk menyerang kapal-kapal Spanyol
dan Portugis yang melintas di lepas pantai Afrika Barat dengan tujuan untuk melumpuhkan sistem
perdagangan di Atlantik. [10] Upaya ini tidak berhasil dan kemudian, saat Perang Inggris-Spanyol
terjadi, Elizabeth I memerintahkan penyerangan terhadap pelabuhan Spanyol di Amerika dan kapal-
kapal Spanyol yang melintasi Atlantik serta membajak kapal-kapal Spanyol yang sarat dengan harta
dari Dunia Baru .[11] Pada saat yang sama, penulis yang berpengaruh seperti Richard Hakluyt dan
John Dee (yang pertama kali menggunakan istilah Imperium Britania) mulai menekan kerajaan agar
segera memulai penjelajahan seberang lautan. [12] Pada saat itu, Spanyol telah menguasai Amerika,
Portugis telah mendirikan pos perdagangan dan benteng di pantai Afrika, Brasil dan Cina , sedangkan
Perancis sudah mencapai Sungai Saint Lawrence dan kemudian mendirikan koloni

Perancis Baru . [13]

Kolonisasi Irlandia

Meskipun Inggris jauh tertinggal di belakang negara-negara Eropa lainnya dalam membangun koloni
seberang lautan, Inggris telah berhasil menguasai Irlandia pada abad ke-16. [14][15] Beberapa orang
yang berperan dalam kolonisasi Irlandia ini selanjutnya juga berperan dalam proses kolonisasi awal
di Amerika Utara , kelompok ini selanjutnya dikenal sebagai "para lelaki dari barat". [16]

Imperium Britania pertama (1583–1783)

Pada tahun 1578, Ratu Elizabeth I memerintahkan Humphrey Gilbert untuk memulai penjelajahan
seberang lautan. [17] Gilbert kemudian berlayar menuju Hindia Barat dengan tujuan untuk
membajak kapal-kapal Spanyol dan memulai kolonisasi di Amerika Utara. Namun, ekspedisi ini
dihentikan sebelum mencapai Samudera Atlantik .[18][19] Pada tahun 1583, Gilbert melakukan
pelayaran kedua. Dalam pelayaran itu, ia berhasil mencapai

Newfoundland dan mengklaim wilayah itu sebagai koloni Inggris pertama, meskipun pada saat itu
pulau itu tidak berpenghuni. Gilbert tidak berhasil kembali ke Inggris, kemudian ia digantikan oleh
saudara tirinya, Walter Raleigh, yang diberi mandat oleh Ratu Elizabeth I pada tahun 1584. Raleigh
berhasil membangun koloni di Roanoke (sekarang North Carolina ), namun kurangnya persediaan
makanan menyebabkan upaya untuk membangun koloni lebih lanjut gagal dilakukan. [20]

Tahun 1603, Raja James VI dari Skotlandia naik tahta menjadi raja Inggris dan mengesahkan

Traktat London tahun 1604 yang mengakhiri permusuhan dengan Spanyol. Setelah berdamai dengan
saingan utamanya, upaya Inggris terfokus untuk mengambil alih wilayah-wilayah koloni negara lain
dan membangun koloni seberang lautan sendiri. [21] Imperium Britania mulai terbentuk pada awal
abad ke-17, yang mencakup wilayah-wilayah di Amerika Utara dan pulau-pulau kecil di Karibia serta
membentuk kongsi dagang bernama East India Company (EIC) untuk mengelola dan mengendalikan
perdagangan di wilayah koloni Inggris. Periode ini hingga terjadinya Perang Kemerdekaan Amerika
Serikat yang menyebabkan lepasnya

Tiga Belas Koloni Inggris di akhir abad ke-18 disebut sebagai "Imperium Britania pertama". [22]

Amerika, Afrika dan perdagangan budak

Pada awalnya, Karibia merupakan koloni Inggris yang paling penting dan menguntungkan, [23]
namun itu sebelum upaya kolonisasi di beberapa wilayah mengalami kegagalan.
Kolonisasi di Guyana pada tahun 1604 hanya berlangsung dua tahun, dan gagal mencapai tujuan
utamanya untuk menemukan tambang emas. [24] Upaya kolonisasi di St. Lucia (1605) dan Grenada
(1609) juga tidak berhasil. Namun tidak semua upaya gagal, koloni Inggris di St. Kitts (1624),
Barbados (1627) dan Nevis (1628) berhasil dibentuk. [25] Inggris mengadopsi sistem kolonisasi
negara-negara lain kemudian menerapkannya di wilayah-wilayah koloninya. Sistem yang diadopsi itu
antara lain upaya

Portugis dalam mengembangkan perkebunan gula di Brasil yang bergantung pada tenaga

budak serta kebijakan Belanda dalam penjualan budak dan hasil penjualannya selanjutnya dibelikan
gula. [26] Untuk memastikan kalau keuntungan tetap di tangan Inggris, Parlemen Inggris pada tahun
1651 memutuskan hanya kapal-kapal Inggris yang boleh melakukan perdagangan di wilayah-wilayah
koloninya dan perdagangan dikuasai oleh EIC. Keputusan ini menyebabkan permusuhan dengan
Belanda yang membangun koloni di bagian timur, kebijakan ini pada akhirnya semakin memperkuat
posisi Inggris di Amerika meskipun hal ini merugikan Belanda. [27] Pada tahun 1655, Inggris
mencaplok Jamaika dari Spanyol dan pada tahun 1666 berhasil menduduki

Bahama . [28]

Peta wilayah koloni Inggris di Amerika Utara periode 1763–1776.

Permukiman permanen pertama para imigran dari Inggris di Amerika didirikan tahun 1607 di

Jamestown, Virginia yang dipimpin oleh Kapten John Smith dan dikelola oleh perusahaan Inggris
bernama Virginia Company . Bermuda dihuni dan diklaim oleh Inggris setelah adanya kapal dagang
yang tenggelam di perairan Bermuda yang menggunakan bendera Inggris pada tahun 1609,
kemudian pada tahun 1615, pengelolaan Bermuda diserahkan pada perusahaan Inggris yang baru,
Somers Isles Company . [29] Hak Virginia Company dicabut pada tahun 1624 dan pengelolaan
Virginia diberikan kepada kerajaan, yang selanjutnya mendirikan Koloni Virginia. [30] Newfoundland
Company didirikan pada tahun 1610 dengan tujuan untuk menciptakan sebuah permukiman
permanen di Newfoundland, namun tidak berhasil. [31] Pada tahun 1620, Inggris membentuk Koloni
Plymouth sebagai tempat pembuangan bagi kelompok separatis Protestan di Inggris. [32]
Berikutnya, Inggris mulai membangun koloni-koloni berdasarkan penganut agama. Tahun 1634,
Maryland didirikan sebagai permukiman bagi orang-orang yang menganut Katolik Roma , Rhode
Island (1636) didirikan sebagai koloni yang toleran terhadap semua agama dan Connecticut (1639)
bagi para penganut Congregationalists . Sedangkan Carolina didirikan pada tahun 1663. Tahun 1664,
Inggris menukar Suriname di

Amerika Selatan dengan Fort Amsterdam kepada Belanda. Penukaran ini membuat Inggris
menguasai koloni Belanda di Belanda-Baru (sekarang New York ).[33] Kemudian, pada tahun 1681,
Koloni Pennsylvania didirikan oleh William Penn. Secara umum, koloni-koloni di Amerika kurang
sukses secara finansial dibandingkan dengan koloni Inggris di Karibia, namun koloni-koloni di
Amerika mempunyai iklim yang sama dengan Eropa serta lahan pertanian yang luas dan subur, hal
ini membuat para imigran Inggris lebih suka menetap di Amerika dibanding koloni-koloni lainnya.
[34]

Budak dari Afrika yang dipekerjakan di gudang tembakau di Virginia pada abad ke-17.

Pada tahun 1670, Raja Charles II memberikan mandat kepada Hudson's Bay Company untuk

memonopoli perdagangan bulu di wilayah bagian utara yang dinamakan Dataran Rupert - hamparan
luas wilayah yang nantinya akan membentuk sebagian besar Kanada . Benteng dan pos perdagangan
didirikan di sana, namun sering diserang oleh Perancis, yang juga melakukan perdagangan bulu di
Perancis Baru yang lokasinya berdekatan dengan Dataran Rupert. [35]

Dua tahun kemudian, Royal African Company ditugaskan oleh Raja Charles II untuk memonopoli
pemasokan budak dari koloni Inggris di Karibia.[36] Sejak awal, perbudakan sudah menjadi dasar
dari Imperium Britania di

Hindia Barat. Sampai adanya kebijakan penghapusan perdagangan budak pada tahun 1807, Inggris
bertanggung jawab atas perpindahan sekitar 3,5 juta budak Afrika ke Amerika. Sepertiga dari
keseluruhan budak tersebut diangkut melintasi Samudera Atlantik. [37] Untuk memfasilitasi
perdagangan ini, benteng dan pos-pos pengawasan didirikan di pantai Afrika Barat seperti Pulau
James, Accra dan Pulau Bunce. Di Karibia, persentase penduduk keturunan Afrika meningkat dari 25
persen pada tahun 1650 menjadi sekitar 80 persen pada tahun 1780. Sedangkan di Tiga Belas Koloni
meningkat dari 10 persen menjadi 40 persen pada periode yang sama (sebagian besar di koloni-
koloni selatan). [38] Perdagangan budak telah menghasilkan keuntungan yang besar bagi Inggris dan
menjadi andalan perekonomian bagi kota-kota di Inggris seperti Bristol dan Liverpool ; yang
kemudian membentuk suatu jalur perdagangan segitiga dengan Afrika dan Amerika. Kondisi kapal
yang tidak higienis dalam proses pengangkutan budak serta pekerjaan yang keras dan jam kerja yang
panjang mengakibatkan tingkat kematian budak sangat tinggi, rata-rata satu dari tujuh budak
meninggal selama pengangkutan maupun selama bekerja. [39]

Pada tahun 1695, Parlemen Skotlandia memberikan mandat kepada Company of Scotland untuk
mengkolonisasi Tanah Genting Panama . Namun proses kolonisasi ini tidak berhasil. Penjelajah
Skotlandia dikepung oleh kolonis Spanyol di Granada dan terserang wabah malaria . Akibatnya,
koloni ini ditinggalkan dua tahun kemudian. Kegagalan Skotlandia dalam pengkolonisasian Tanah
Genting Panama ini (yang dikenal dengan sebutan Bencana Darien) menyebabkan keruntuhan
perekonomian Skotlandia sekaligus mengakhiri harapan Skotlandia untuk membentuk imperium
seberang lautan sendiri. [40] Peristiwa ini juga memiliki konsekuensi politik yang besar, membuat
Pemerintah Inggris dan Pemerintah Skotlandia berunding mengenai penyatuan kedua negara. Hal ini
terjadi pada tahun 1707 dengan disahkannya Perjanjian Kesatuan pembentukan

Kerajaan Britania Raya .[41]

Persaingan dengan Belanda di Asia

Fort St. George yang didirikan di Madras pada tahun 1639.

Pada akhir abad ke-16, Inggris dan Belanda mulai menentang monopoli Portugis terhadap
perdagangan di Asia dengan bekerjasama membentuk kongsi dagang gabungan antara

East India Company (EIC) milik Inggris dengan

Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) milik Belanda pada tahun 1602. Tujuan utama dari
kongsi-kongsi dagang tersebut adalah untuk menguasai pasar perdagangan rempah-rempah yang
menguntungkan, terutama di kawasan Kepulauan Hindia Timur serta wilayah sentral jaringan
perdagangan di Asia; India. Pada akhirnya, Inggris dan Belanda justru saling bersaing
memperebutkan supremasi perdagangan di Asia dari Portugis. [42] Meskipun Inggris pada akhirnya
bisa mengimbangi posisi Belanda sebagai kekuatan kolonial, dalam waktu singkat sistem keuangan
Belanda melesat lebih maju dibandingkan dengan Inggris. [43] Serangkaian peperangan antara
Belanda dengan Inggris pada abad ke-17 turut memperpanas persaingan mereka di Asia.
Permusuhan antara kedua negara ini baru berhenti setelah meletusnya Revolusi Agung pada tahun
1688, yaitu saat William III dari Oranye naik tahta menjadi raja Inggris dan mengesahkan
kesepakatan damai antara Inggris dan Belanda. Kesepakatan itu menyatakan kalau Belanda berhak
menguasai perdagangan rempah-rempah di Hindia Timur , sedangkan Inggris mendapatkan industri
tekstil di India. Meskipun demikian, industri tekstil perlahan-lahan mulai menyalip perdagangan
rempah-rempah Belanda dalam hal keuntungan dan penjualan. Kemudian, pada tahun 1720,
kejayaan ekonomi Belanda berhasil disusul oleh Inggris. [43]

Persaingan dengan Perancis

Perdamaian antara Inggris dan Belanda pada tahun 1688 menandakan bahwa kedua negara tersebut
akan memasuki Perang Sembilan Tahun sebagai sekutu. Namun perang tersebut membuat Belanda
harus mencurahkan sebagian besar dari anggaran militer mereka untuk kepentingan perang, hal ini
pada akhirnya membuat kekuasaan kolonial Inggris lebih kuat dari Belanda. [44] Pada abad ke-18,
Inggris (kemudian menjadi Britania Raya setelah bersatu dengan Skotlandia pada tahun 1707)
berjaya sebagai kekuatan kolonial paling dominan di dunia, dan hanya Perancis yang menjadi
saingan utamanya di ranah imperialisme. [45]

Kekalahan Perancis dalam Pertempuran Quebec pada tahun 1759.

Setelah kematian Charles II dari Spanyol pada tahun 1700, tahta Spanyol beserta wilayah-wilayah
koloninya jatuh ke tangan Philippe dari Anjou , cucu dari Louis XIV dari Perancis . Philippe kemudian
mencetuskan ide mengenai prospek penyatuan Spanyol dan Perancis beserta wilayah koloninya
masing-masing untuk membentuk suatu aliansi kolonial yang akan mengalahkan Inggris dan tak
tertandingi di Eropa. [46] Pada tahun 1701, Inggris, Portugis dan Belanda bergabung dengan
Kekaisaran Romawi Suci untuk melawan Spanyol dan Perancis dalam Perang Suksesi Spanyol .
Perang ini berakhir pada tahun 1713 dengan disahkannya Perjanjian Utrecht ,[46] yang menyatakan
bahwa Kerajaan Spanyol-Perancis dibagi-bagi dan Inggris mendapatkan bagian terbesar: dari
Perancis, Inggris mendapatkan

Newfoundland dan Acadia, sedangkan dari Spanyol, Inggris mendapatkan Gibraltar dan

Menorca . Gibraltar (yang saat ini masih dimiliki oleh Inggris) dijadikan sebagai pangkalan

angkatan laut penting dan memungkinkan Inggris untuk mengontrol jalur perdagangan Atlantik dari
dan ke Mediterania . Menorca dikembalikan kepada Spanyol dalam Perjanjian Amiens pada tahun
1802 setelah dipindah-tangankan sebanyak tiga kali. Spanyol juga menyetujui untuk memberikan
hak Asiento , yaitu hak untuk menjual budak-budak di

Spanyol-Amerika kepada Inggris. [47]

Perang Tujuh Tahun yang meletus pada tahun 1756 menjadi perang pertama yang berlangsung
dalam skala global. Perang ini berlangsung di Eropa , India, Amerika Utara,

Karibia , Filipina dan pesisir Afrika. Penandatanganan Perjanjian Paris 1763 yang menandai
berakhirnya perang ini memiliki konsekuensi penting terhadap masa depan Imperium Britania. Di
Amerika Utara, kejayaan Perancis berakhir seiring dengan diserahkannya Dataran Rupert (Kanada)
kepada Inggris. [35] Perancis juga harus merelakan Perancis Baru jatuh ke tangan Inggris
(meninggalkan sebagian besar penduduk berbahasa Perancis yang berada di bawah kendali Inggris).
Sedangkan Spanyol menyerahkan Florida dan Louisiana ke tangan Inggris. Di India, setelah Perang
Carnatic, Perancis memang masih menguasai

India-Perancis , namun dengan adanya pembatasan militer dan kewajiban untuk mendukung
wilayah-wilayah koloni Inggris, harapan Perancis untuk menguasai India pun berakhir. [48]
Kemenangan Inggris atas Perancis dalam Perang Tujuh Tahun menjadikan Inggris sebagai kekuatan
maritim paling kuat di dunia pada saat itu. [49]

Imperium Britania kedua (1783–1815)

Kemenangan Robert Clive dalam

Pertempuran Plassey .

Penguasaan India

Selama abad pertama pengoperasiannnya,

British East India Company (EIC) cuma terfokus pada perdagangan di India, sama sekali tidak terpikir
untuk menantang Kesultanan Mughal , yang memberi izin berdagang pada tahun 1617 karena posisi
serta kekuasaannya di India lebih kuat dari Inggris. [50] Namun hal ini berubah pada abad ke-18.
Ketika Kesultanan Mughal membatasi hak-hak EIC, Inggris dengan EIC nya berjuang menjatuhkan
Kekaisaran Mughal - yang dibantu oleh Perancis - dalam Perang Carnatic pada periode 1740-an dan
1750-an. Dalam Pertempuran Plassey tahun 1757, Inggris yang dipimpin oleh Robert Clive berhasil
menaklukkan Mughal beserta sekutu Perancisnya. Kemenangan ini menjadikan Inggris sebagai
penguasa serta kekuatan militer dan politik terbesar di India.[51] Selama dekade berikutnya, Inggris
secara bertahap sukses memperluas wilayah teritori yang berada di bawah kekuasaannya di India,
baik dengan menguasainya secara langsung ataupun melalui penguasa lokal yang berada di bawah
ancaman kekuatan tentara Inggris di India.[52]

Kemaharajaan Britania (sebutan untuk Inggris-India) akhirnya tumbuh menjadi harta yang paling
berharga bagi Imperium Britania, dijuluki "permata dalam mahkota", mencakup wilayah yang lebih
besar dari Kekaisaran Romawi, India menjadi koloni yang paling penting bagi kekuatan Inggris,
sekaligus membantu mendefinisikan statusnya sebagai imperium terbesar di dunia. [53]

Lepasnya Tiga Belas Koloni

Informasi lebih lanjut: Perang Revolusi Amerika Serikat

Selama periode 1760-an dan 1770-an, hubungan antara Tiga Belas Koloni dan Inggris menjadi
semakin tegang, terutama karena Undang-Undang Stempel 1765 yang dikeluarkan oleh Parlemen
Inggris yang tidak konstitusional. Parlemen Inggris menegaskan bahwa mereka punya hak untuk
memberlakukan pajak pada para kolonis. [54] Kolonis mengklaim bahwa karena mereka penduduk
Inggris, perpajakan tanpa perwakilan rakyat dianggap ilegal. Kolonis di Tiga Belas Koloni membentuk
Kongres Kontinental yang bersatu dan pemerintahan bayangan di setiap koloni serta menyerukan
istilah " tolak pajak tanpa perwakilan rakyat". Pemboikotan kolonis terhadap teh Inggris yang
terkena pajak mendorong terjadinya peristiwa

Pesta Teh Boston pada tahun 1773. Perselisihan demi perselisihan pada akhirnya mengakibatkan
terjadinya Revolusi Amerika dan pecahnya Perang Revolusi pada tahun 1775. Tahun berikutnya,
koloni menyatakan kemerdekaan atas Inggris dan dengan bantuan dari Perancis, Tiga Belas Koloni
akhirnya berhasil memenangkan perang pada tahun 1783 dan kemudian mendirikan Amerika Serikat
.[55]

Tewasnya Jenderal Mercer dalam Pertempuran Princeton oleh John Trumbull. Lepasnya Tiga Belas
Koloni di Amerika Utara menandai berakhirnya Imperium Britania pertama.

Lepasnya koloni-koloni Inggris yang paling padat penduduknya di Amerika Utara oleh para
sejarawan didefenisikan sebagai masa peralihan dari "Imperium Britania pertama" ke "Imperium
Britania kedua". [56] Sejak itu, Inggris mengalihkan perhatiannya pada koloni-koloninya yang
tersebar di Asia, Pasifik dan Afrika. Tahun 1776, Adam Smith lewat bukunya yang berjudul The
Wealth of Nations menyatakan kritik terhadap merkantilisme . Menurut Smith, ekonomi pasar
merupakan sumber utama kemajuan, kerja sama, dan kesejahteraan, sementara campur tangan
politik dan peraturan pemerintah merupakan hal yang tidak ekonomis, kemunduran, dan dapat
menyebabkan konflik.[49][57] Pertumbuhan perdagangan antara Amerika Serikat sebagai negara
yang baru merdeka dengan Inggris sebagai negara tua sejak tahun 1783 membuktikan teori Smith
bahwa kontrol politik tidak diperlukan untuk keberhasilan ekonomi. [58][59] Ketegangan antara
kedua negara ini meningkat selama berlangsungnya

Perang Napoleon. Inggris berusaha untuk memutuskan hubungan dagang antara Amerika Serikat
dengan Perancis. Pada tahun 1812, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Inggris, dan kedua
negara tersebut saling menyerbu. Namun, konflik lebih lanjut di antara kedua negara itu berhasil
dicegah dengan disahkannya Perjanjian Ghent pada tahun 1815. [60]

Serangkaian peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat turut mempengaruhi kebijakan Inggris di

Kanada .[61] Sekitar 40.000 hingga 100.000

Loyalis yang telah kalah bermigrasi ke Kanada setelah deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat. [62]
Kurang lebih 14.000 Loyalis menetap di sepanjang sungai Saint John dan Saint Croix (sekarang bagian
dari Nova Scotia). Namun mereka menganggap kalau lokasinya terlalu jauh dari pusat pemerintahan
provinsi di Halifax. Oleh sebab itu, Inggris kemudian memekarkan New Brunswick menjadi satu
koloni terpisah pada tahun 1784. [63] Undang-Undang Konstitusi tahun 1791 disahkan untuk
membagi Kanada jadi dua bagian, yaitu Provinsi Kanada Atas (untuk penduduk berbahasa Inggris )
dan Kanada Bawah (untuk penduduk

berbahasa Perancis ) dengan tujuan untuk meredakan ketegangan antara komunitas Perancis dan
komunitas Inggris di Kanada.

Sistem pemerintahan yang diterapkan di Kanada harus berpedoman pada Britania Raya untuk
menegaskan otoritas imperialisnya dan segala jenis kontrol pemerintahan yang dianggap sebagai
penyebab Revolusi Amerika tidak diijinkan. [64]

Penjelajahan Pasifik

James Cook , penjelajah Inggris yang menemukan pantai timur di benua selatan baru bernama
Australia .

Sejak tahun 1718, pembuangan orang-orang Inggris ke koloni-koloni di Amerika Utara telah menjadi
suatu bentuk hukuman bagi berbagai tindak pidana di Inggris. Ribuan orang buangan diangkut setiap
tahunnya melewati Atlantik .[65] Namun setelah lepasnya Tiga Belas Koloni pada tahun 1783, Inggris
dipaksa untuk mencari lokasi alternatif sebagai tempat pembuangan baru bagi orang-orang tahanan.
Kemudian, Inggris berpaling ke daratan di selatan yang baru ditemukan bernama Australia . [66]
Pantai barat Australia sebenarnya telah ditemukan oleh seorang penjelajah Belanda bernama

Willem Janszoon pada tahun 1606 yang kemudian dinamakannya Belanda Baru, namun tidak ada
usaha lebih lanjut untuk membangun koloni di sana sampai pada tahun 1770, James Cook
menemukan pantai timur Australia dalam perjalanannya menuju Samudera Pasifik Selatan . Cook
mengklaim benua tersebut atas nama Inggris dan menamakannya New South Wales .[67] Pada
tahun 1778, Joseph Banks , seorang ahli botani yang ikut serta dalam pelayaran bersama Cook
memberi saran kepada Pemerintah Inggris supaya Australia dijadikan sebagai koloni tahanan yang
baru. Selanjutnya, pada tahun 1787, pengiriman perdana para tahanan dari Inggris dilakukan dan
sampai di New South Wales pada tahun 1788. [68] Inggris terus mengirim para tahanan ke New
South Wales hingga tahun 1840. [69] Seiring perkembangannya, koloni Australia akhirnya menjadi
koloni yang sangat menguntungkan, terutama karena produksi wol dan tambang emasnya, [70] yang
turut didukung oleh adanya "demam emas" yang sedang berlangsung di koloni-koloni Victoria. Hal
ini menjadikan

Melbourne sebagai kota terkaya di dunia pada saat itu, [71] sekaligus kota terbesar kedua (setelah
London ) dalam Imperium Britania. [72]

Dalam perjalanannya, Cook juga mengunjungi

Selandia Baru , yang ditemukan pertama kali pada tahun 1642 oleh penjelajah Belanda bernama
Abel Tasman . Cook kemudian mengklaim pulau-pulau di Utara dan di Selatan atas nama Kerajaan
Inggris pada tahun 1769 dan 1770. Awalnya, interaksi antara Suku Māori ; penduduk asli Selandia
Baru dengan orang-orang Eropa terbatas hanya pada transaksi perdagangan. Namun, permukiman
bagi orang-orang Eropa makin diperluas selama dekade awal abad ke-19 dan pos-pos perdagangan
banyak didirikan, terutama di Pulau Utara . Pada tahun 1839, perusahaan Inggris bernama New
Zealand Company menyatakan rencananya untuk membeli lahan yang luas dan mendirikan koloni di
Selandia Baru. Pada tanggal 6 Februari 1840, William Hobson dan sekitar 40 orang tokoh adat Māori
menandatangani Perjanjian Waitangi .[73] Perjanjian ini dianggap sebagai dokumen awal pendirian
negara Selandia Baru, [74] namun penafsiran terhadap teks perjanjian versi Inggris dan versi Māori
amat berbeda, sehingga tidak ada kesepakatan pada masalah yang telah disetujui dan terus menerus
menjadi sumber sengketa hingga saat ini. [75]

[76]

Peperangan dengan Napoleon

Artikel utama untuk bagian ini adalah:

Peperangan era Napoleon

Pertempuran Waterloo yang berakhir dengan kekalahan

Napoleon.

Inggris sekali lagi ditantang oleh Perancis di bawah pemerintahan Napoleon Bonaparte. Namun tidak
seperti perang-perang sebelumnya, perang kali ini lebih merupakan suatu kontes ideologi antar
kedua negara. [77] Perang ini tidak hanya mengancam posisi Inggris sebagai pemimpin di kancah
imperialisme dunia, namun Napoleon mengancam akan menyerang Inggris sendiri, seperti yang
telah dilakukan oleh pasukannya terhadap negara-negara lainnya di Benua Eropa .[78]

Perang Napoleon adalah peperangan pertama yang membuat Inggris benar-benar harus
menginvestasikan modal dan sumber daya dalam jumlah besar supaya bisa memenangkan
peperangan. Pelabuhan Perancis berhasil diblokade oleh Angkatan Laut Inggris , yang selanjutnya
menjadi penentu kemenangan Inggris atas armada Perancis-Spanyol dalam

Pertempuran Trafalgar pada tahun 1805. Koloni seberang lautan Inggris diserang dan diduduki,
termasuk pemberian Belanda, yang dianeksasi oleh Napoleon pada tahun 1810. Perancis akhirnya
berhasil dikalahkan oleh koalisi tentara Eropa pada tahun 1814. [79] Setelah kekalahan Napoleon,
Inggris lagi-lagi memperoleh keuntungan besar dari hasil perjanjian damai: Perancis menyerahkan
Kepulauan Ionia, Malta (yang diduduki pada tahun 1797 dan 1798),

Mauritius , St. Lucia , dan Tobago . Sedangkan Spanyol menyerahkan Trinidad, Guyana Belanda dan
Koloni Cape . Sementara itu Inggris mengembalikan Guadeloupe , Martinique ,

Guyana Perancis dan Réunion kepada Perancis serta Jawa dan Suriname kepada Belanda. [80]

Sir Thomas Stamford Bingley Raffles .

Pendudukan Hindia Belanda

Pada tahun 1811, tentara Inggris melancarkan serangan terhadap daerah-daerah yang diduduki oleh
Belanda, termasuk Hindia Timur atau yang lebih dikenal dengan Hindia Belanda (sekarang

Indonesia). Pasukan Inggris tidak mengalami kesulitan menghadapi pasukan Belanda. Selain itu,
pasukan Belanda juga mendapat serangan dari pasukan raja-raja di Jawa . Serangan itu
menyebabkan Belanda akhirnya menyerah kepada Inggris. [81] Oleh sebab itu, sejak tahun 1811
Hindia Timur menjadi jajahan Inggris dengan kongsi dagang EIC nya yang dipimpin oleh Gubernur-
Jenderal Lord Minto . Lord Minto kemudian mengangkat Thomas Stamford Raffles sebagai
pemegang kekuasaan atas Pulau Jawa dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal. [82]

Peristiwa yang terjadi di Eropa selanjutnya turut mempengaruhi kekuasaan Inggris di Hindia Timur.
Napoleon berhasil dikalahkan dalam

Pertempuran Leipzig . Sebagai dampak dari kekalahan Napoleon itu, pada tahun 1814 Inggris harus
mengembalikan semua daerah kekuasaan Belanda yang pernah dikuasainya melalui Perjanjian
London . Raffles tidak setuju atas keputusan-keputusan itu. [83] Ia meletakkan jabatannya dan
kemudian digantikan oleh Letnan Gubernur Jenderal John Fendall . Pada tahun 1816, Fendall
menyerahkan Hindia Timur kembali kepada Belanda. [84]

Penghapusan sistem perbudakan

Di bawah tekanan yang meningkat dari gerakan

abolisionisme , Pemerintah Inggris mengesahkan Undang-Undang Perdagangan Budak pada tahun


1807 yang menghapuskan perdagangan budak di Imperium Britania. Pada tahun 1808,

Sierra Leone ditetapkan sebagai koloni Inggris pertama yang secara resmi membebaskan semua
budak. [85] Undang-Undang Penghapusan Perbudakan disahkan pada tahun 1833 dan tanggal 1
Agustus 1834, sistem perbudakan secara resmi dihapuskan di segenap koloni Inggris di seluruh dunia
(kecuali

St. Helena , Ceylon dan koloni yang dikelola oleh EIC, meskipun pada akhirnya pengecualian ini
dicabut). Menurut Undang-Undang Penghapusan Perbudakan, para budak diberi kebebasan dan
emansipasi penuh setelah "magang" selama 4 sampai 6 tahun. [86]

Era keemasan Imperium Britania (1815–1914)

Lihat pula: Revolusi Industri

Imperium Britania pada tahun 1897 ditandai dengan warna merah muda, warna tradisional
kekuasaan Imperium Britania pada peta.

Penghancuran kapal perang Cina dalam


Perang Candu Pertama oleh E. Duncan.

Periode antara tahun 1815 sampai 1914 disebut oleh beberapa sejarawan sebagai "era keemasan
Imperium Britania", [87][88] ketika lebih dari 10.000.000 square miles (26.000.000 km 2 ) luas
wilayah dan sekitar 400 juta penduduk menjadi bagian dari Imperium Britania. [89] Kekalahan
Napoleon pada tahun 1815 membuat Inggris tidak memiliki saingan yang berarti, kecuali Rusia di
Asia Tengah .[90] Menjadi yang tak terkalahkan di lautan, Inggris kemudian menobatkan dirinya
sebagai polisi dunia, yang selanjutnya dikenal sebagai Pax Britannica . [91] Bersamaan dengan hak
kontrol tidak resmi yang dimilikinya, posisi Inggris yang dominan dalam perdagangan dunia berarti
bahwa secara efektif Inggris bisa mengendalikan perekonomian dari banyak negara, seperti Cina ,
Argentina dan Siam ( Thailand). Kondisi ini oleh para sejarawan disebut sebagai "imperium informal".
[92][93]

Era keemasan Imperium Britania didukung oleh berbagai penemuan teknologi selama masa

Revolusi Industri seperti kapal uap dan telegraf . Berbagai teknologi baru yang diciptakan pada paruh
kedua abad ke-19 memungkinkan Inggris untuk mengontrol dan mempertahankan kejayaan
Imperiumnya. Pada tahun 1902, koloni-koloni di Imperium Britania bisa saling terhubung berkat
adanya penemuan jaringan kabel telegraf yang bernama "All Red Line" . [94]

East India Company di Asia

Lihat pula: Kemaharajaan Britania , East India Company , dan Perang Candu

Kartun yang menggambarkan Benjamin Disraeli memberi Ratu Victoria mahkota baru ketika ia
dinobatkan sebagai Maharani India.

East India Company (EIC) atau Perusahaan Hindia Timur secara tidak langsung telah ikut berperan
serta dalam mendukung kejayaan Imperium Britania di Asia. Tentara EIC pertama kali bergabung
dengan Angkatan Laut Inggris saat terjadinya Perang Tujuh Tahun, dan kemudian terus bekerjasama
dalam berbagai pertempuran di luar India, di antaranya: pengusiran Napoleon dari Mesir (1799),
pengambilalihan Jawa dari Belanda (1811), akuisisi Singapura (1819) dan Malaka (1824) serta
pendudukan Birma (1826). [90]

Berawal dari basis di India, sejak tahun 1730 EIC lambat laun mulai melebarkan jalur
perdagangannya dengan merambah perdagangan opium (candu) dengan Cina . Perdagangan ini
sangat menguntungkan namun ilegal karena dilarang oleh Dinasti Qing sejak tahun 1729.
Perdagangan opium ini membantu mengembalikan ketidakseimbangan perdagangan Inggris akibat
impor teh yang tidak menghasilkan keuntungan di Cina. [95] Pada tahun 1839, sekitar 20.000 peti
candu Inggris disita oleh Pemerintah Cina, yang memicu meletusnya Perang Candu Pertama. Cina
kalah dalam perang ini, kemudian berdasarkan hasil

Perjanjian Nanjing , Hong Kong diserahkan kepada Inggris. [96]

Pada tahun 1857, di India terjadi

Pemberontakan Sepoy yang dilakukan oleh prajurit-prajurit India (sepoy) yang berada di bawah
kekuasaan EIC. Pemberontakan ini berkembang dan meluas menjadi pemberontakan penduduk di
dataran Gangga hulu dan India Tengah dan berakhir dengan pembubaran EIC serta kekuasaan di
India dijalankan secara langsung oleh Pemerintah

Kerajaan Inggris .[97] Pemberontakan ini memakan waktu enam bulan sebelum berhasil ditumpas
dan memakan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak. Setelah pemberontakan usai,
Monarki Inggris memegang kendali langsung atas India, membawa India memasuki periode menjadi
Negara Kepangeranan (Princely States) Inggris atau yang dikenal sebagai Kemaharajaan Britania
(British Raj) dengan seorang gubernur jenderal ditunjuk oleh Pemerintah Inggris untuk membawahi
India dan

Ratu Victoria dinobatkan sebagai Maharani India. EIC dibubarkan pada tahun berikutnya. [98]

India mengalami serangkaian kegagalan panen serius pada akhir abad ke-19, menyebabkan bencana
kelaparan yang meluas ke seantero negeri dan diperkirakan lebih dari 15 juta orang meninggal
akibat kelaparan. EIC telah gagal mengimplementasikan kebijakan dan kontrol yang terkoordinasi
untuk menangani kelaparan selama periode kekuasaannya. Hal ini berusaha diubah selama masa
Kemaharajaan Britania , sebuah komisi khusus dibentuk untuk mengatasi dan menerapkan kebijakan
baru dalam pengentasan kelaparan, yang memakan waktu hingga awal 1900-an supaya bisa
menghasilkan efek. [99]

Tentara Rusia dan tentara Inggris dalam

Perang Krimea .

Persaingan dengan Rusia

Artikel utama untuk bagian ini adalah:

Permainan Besar

Sepanjang abad ke-19, Inggris dan Rusia saling bersaing untuk mengisi kekosongan kekuasaan yang
ditinggalkan olah Utsmaniyah , Persia dan

Dinasti Qing . Persaingan di Eurasia ini oleh Arthur Connolly disebut sebagai Permainan Besar (The
Great Game) .[100] Kekalahan yang diderita oleh Rusia di Persia dan Turki memunculkan
kekhawatiran Inggris akan ambisi imperialis Rusia untuk menguasai Asia Tengah dan ketakutan akan
adanya invasi darat Rusia ke India. [101] Pada tahun 1839, Inggris mendahului Rusia dengan
menginvasi

Afghanistan , yang memicu meletusnya Perang Inggris-Afghanistan , namun perang ini adalah
bencana bagi Inggris. [80] Saat Rusia menginvasi Balkan pada tahun 1853, kekhawatiran akan adanya
dominasi Rusia di

Mediterania dan Timur Tengah memicu Inggris dan Perancis untuk menyerang Semenanjung Krimea
dan melumpuhkan Angkatan Laut Rusia. [80] Peristiwa ini memicu berkobarnya

Perang Krimea yang meletus pada tahun 1854-1856 antara Kekaisaran Rusia melawan sekutu yang
terdiri dari Inggris, Perancis,

Kerajaan Sardinia dan Kesultanan Utsmaniyah . Perang ini dianggap sebagai perang modern pertama
dalam sejarah dunia, baik dari segi teknik maupun penggunaan senjata, [102] dan merupakan satu-
satunya perang global yang terjadi antara Inggris dengan imperium lainnya selama masa Pax
Britannica . Perang ini berhasil dimenangkan dengan gemilang oleh Inggris dan sekutunya. [80]
Setelah perang usai, situasi di Asia Tengah tetap tidak terselesaikan selama dua dekade lebih. Inggris
mencaplok

Baluchistan pada tahun 1876 dan Rusia menguasai Kirghizia, Kazakhstan dan
Turkmenistan . Untuk sementara waktu, perang lain antar kedua negara tersebut memang bisa
dihindari, namun di sisi lain terjadi perebutan supremasi antar kedua belah pihak di Asia Tengah,
terutama dalam penyebaran pengaruh dan ideologi politiknya masing-masing. Kesepakatan antara
Inggris dan Rusia baru benar-benar bisa tercapai setelah ditetapkannya batas-batas kekuasaan
kedua negara dalam Perjanjian Inggris-Rusia pada tahun 1907. [103] Lumpuhnya Angkatan Laut
Rusia dalam

Pertempuran Port Arthur saat terjadinya Perang Rusia-Jepang juga semakin memperbesar peluang
Inggris dalam menguasai Asia. [104]

Dari Cape ke Kairo

Lihat pula: Perebutan Afrika

Raksasa Rhodes —Cecil Rhodes "melangkah" dari Cape ke Kairo.

Belanda sebenarnya telah mendirikan Koloni Cape di ujung selatan Afrika pada tahun 1652 sebagai
pos persinggahan bagi kapal-kapalnya yang sedang dalam perjalanan ke Hindia Timur . Namun
Inggris secara resmi mengakuisisi Koloni Cape pada tahun 1806 - termasuk

Bangsa Boer yang berdiam di sana - setelah mendudukinya pada tahun 1795 untuk mencegah koloni
tersebut jatuh ke tangan Perancis yang pada saat itu berhasil mengalahkan Belanda. [105] Para
imigran Inggris mulai berdatangan sejak tahun 1820. Hal ini memicu menyingkirnya ribuan Bangsa
Boer yang tidak setuju dengan hukum Inggris ke arah utara dan mendirikan negara republik bebas
sendiri (kebanyakan tidak bertahan lama) pada periode 1830-an sampai awal 1840-an. [106] Dalam
prosesnya, Bangsa Boer berulang kali bentrok dengan tentara Inggris, yang memiliki agenda sendiri
sehubungan dengan ekspansi kolonial di Afrika Selatan dan menguasai permukiman bangsa-bangsa
asli Afrika, termasuk Bangsa Sotho dan Bangsa Zulu. Pada akhirnya, Bangsa Boer berhasil mendirikan
dua negara republik baru yang memiliki umur lebih lama: Republik Afrika Selatan atau Republik
Transvaal (1852-1877; 1881-1902) dan Negara Bebas Oranye (1854-1902). [107] Pada tahun 1902
Inggris berhasil menduduki kedua republik tersebut, yang memicu meletusnya Perang Boer .[108]

Pada tahun 1869 Terusan Suez yang menghubungkan Laut Tengah dengan Samudra Hindia dibuka
oleh Napoleon III . Pembukaan terusan ini pada awalnya ditentang oleh Inggris, namun begitu
mengetahui nilai strategis dari terusan ini, Inggris langsung berhasrat untuk menguasainya. [109]
Pada tahun 1875,

Pemerintah Konservatif Benjamin Disraeli membeli 44 persen - sekitar £4 juta (£340 juta pada tahun
2018) - saham penguasa Mesir ;

Ismail Pasha dalam kepemilikan Terusan Suez. Meskipun pembelian ini tidak memberikan kontrol
langsung atas Terusan Suez, Inggris secara tidak langsung telah menanamkan pengaruhnya di Mesir.
Dengan adanya kontrol dari Perancis dan Inggris terhadap keuangan Mesir, Mesir pun akhirnya
diduduki penuh oleh Inggris pada tahun 1882. [110] Perancis yang merupakan pemegang saham
mayoritas atas Terusan Suez berupaya untuk melemahkan posisi Inggris, [111] namun kedua negara
tersebut pada akhirnya berhasil mencapai suatu persetujuan dengan disahkannya Konvensi
Konstantinopel pada tahun 1888 yang memutuskan bahwa Terusan Suez adalah wilayah netral.
[112]

Ketika aktivitas Perancis , Belgia dan Portugis di bagian hulu Sungai Kongo sudah mengancam
kedudukan Inggris di Afrika, Konferensi Berlin diadakan pada tahun 1884 dan 1885 dengan tujuan
untuk mengatur persaingan antar bangsa-bangsa Eropa di Afrika, yang selanjutnya dikenal sebagai “
Perebutan Afrika ” (dalam artian pendudukan efektif agar mendapat pengakuan internasional atas
klaim teritorial). [113] Perebutan ini berlanjut hingga tahun 1890-an, yang menyebabkan Inggris
mempertimbangkan kembali keputusannya untuk menarik diri dari Sudan pada tahun 1885. Sekompi
pasukan gabungan tentara Inggris dan Mesir berhasil mengalahkan tentara Mahdi pada tahun 1886
dan mencegah usaha Perancis untuk menduduki Fashoda pada tahun 1898. Setelah itu, Sudan
diklaim sebagai Kondominium Inggris-Mesir, meskipun pada kenyataannya Sudan merupakan koloni
Inggris. [114]

Kemenangan Inggris di Afrika Timur dan Selatan mendorong Cecil Rhodes - pelopor ekspansi Inggris
ke Afrika - untuk membangun sebuah jalur kereta api dari Cape ke Kairo guna menghubungkan
Terusan Suez dengan Afrika bagian selatan yang kaya dengan mineral. [115] Pada tahun 1888,
Rhodes beserta perusahaannya yang bernama British South Africa Company mencaplok dan
menduduki sebuah wilayah yang kemudian dinamakan sesuai namanya; Rhodesia . [116]

Perubahan status koloni kulit putih

Sejak abad ke-18, telah terjadi perbedaan yang nyata antara status koloni Inggris yang dihuni oleh
penduduk berkulit putih dengan koloni yang dihuni oleh penduduk non-kulit putih. Saat pemikiran
"absolutisme tercerahkan" berkembang di Eropa, Inggris didesak untuk mengubah status koloni-
koloni kulit putih agar mengizinkan mereka membentuk pemerintahan sendiri. [117]

Kelahiran Republik Irlandia oleh Walter Paget.

Langkah koloni kulit putih untuk memperoleh kemerdekaan dari Imperium Britania dimulai dengan
adanya Laporan Durham pada tahun 1839: dua provinsi di Kanada (Kanada Atas dan Kanada Bawah)
diusulkan untuk di- unifikasi sebagai solusi atas kerusuhan politik yang kerap terjadi di sana. [118]
Unifikasi ini disahkan dalam Undang-Undang Penyatuan pada tahun 1840, yang kemudian
membentuk Provinsi Kanada. Pemerintahan mandiri pertama kali diberikan pada Nova Scotia pada
tahun 1848, kemudian menyusul koloni-koloni Inggris lainnya di Amerika utara. Selanjutnya, dengan
diberlakukannya Undang-Undang Konstitusi oleh Parlemen Britania Raya pada tahun 1867, Kanada
Atas, Kanada Bawah, New Brunswick dan Nova Scotia disatukan menjadi Domini Kanada , dengan
status sebagai Pemerintahan Konfederasi yang menikmati hak penuh kecuali dalam hal hubungan
internasional.[119]

Australia dan Selandia Baru juga memperoleh status yang sama setelah tahun 1900. Koloni-koloni di
Australia di unifikasi pada tahun 1901 menjadi Federasi Australia, sedangkan Selandia Baru
menyusul setelahnya dengan status sebagai Pemerintahan Domini. Istilah Pemerintahan Domini
sendiri secara resmi baru diperkenalkan dalam Konferensi Kolonial pada tahun 1907 di London untuk
menegaskan status Kanada, Australia dan Selandia Baru. [120]

Pada dekade terakhir abad 19, Inggris dihadapkan pada kampanye politik rakyat

Irlandia yang ingin memisahkan diri dari Britania Raya . Irlandia sendiri telah bergabung dengan
Inggris (dan bersama Skotlandia kemudian membentuk Britania Raya) sejak tahun 1800, setelah
meletusnya Pemberontakan Irlandia pada tahun 1798, yang diikuti dengan bencana kelaparan parah
pada periode 1845 sampai 1852. Kemerdekaan Irlandia ini didukung oleh

Perdana Menteri Inggris , William Ewart Gladstone , yang berharap bahwa Irlandia mungkin bisa
mengikuti jejak Kanada sebagai sebuah Pemerintahan Domini dalam Imperium Britania. Namun
Rancangan Undang-Undang (RUU) pembebasan Irlandia ditolak oleh Parlemen Inggris, [121]
meskipun RUU ini menawarkan otonomi yang lebih sedikit bagi Irlandia ketimbang Kanada. [121]
Kebanyakan anggota parlemen takut kemerdekaan Irlandia mungkin akan menimbulkan ancaman
keamanan bagi Inggris atau menandai awal pecahnya Imperium Britania. [122] RUU kemerdekaan
kedua juga ditolak dengan alasan yang sama. [122] RUU ketiga berhasil disahkan oleh parlemen,
namun tidak diproses lebih lanjut karena pecahnya Perang Dunia I.[123] Sementara itu di Afrika,
pada tahun 1910, Koloni Cape, Natal, Republik Transvaal dan

Negara Bebas Oranye bergabung menjadi Uni Afrika Selatan yang juga diberi status domini. [124]

Perang Dunia (1914–1945)

Pada pergantian abad ke-20, kekhawatiran Inggris bahwa mereka tidak lagi mampu
mempertahankan kejayaan imperiumnya mulai tumbuh. Jerman meningkat pesat sebagai kekuatan
militer dan industri baru di dunia dan tampaknya akan menjadi lawan yang paling mungkin bagi
Inggris dalam perang masa depan. [125] Sadar bahwa ia kewalahan di Pasifik dan terancam oleh
Angkatan Laut Jerman ,[126] Inggris membentuk aliansi dengan

Jepang pada tahun 1902, dan musuh lamanya: Perancis dan Rusia pada tahun 1904 dan 1907. [127]

Perang Dunia I

Pasukan batalyon 6 Australia dalam Pertempuran Kanal St. Quentin pada tanggal 1 September 1918.

Kekhawatiran Inggris terhadap peperangan dengan Jerman terbukti dengan pecahnya

Perang Dunia I . Keputusan Inggris untuk melancarkan perang terhadap Jerman dan sekutunya juga
melibatkan wilayah-wilayah koloni dan domininya, yang menyediakan tenaga militer, dukungan
finansial dan material yang tidak ternilai. Lebih dari 2,5 juta tentara Inggris diambil dari wilayah-
wilayah domininya, serta ribuan sukarelawan yang berasal dari koloni-koloninya. [128] Sebagian
besar koloni seberang lautan Jerman dengan cepat berhasil direbut dan diduduki. Sementara di
Pasifik, Australia dan Selandia Baru berhasil mengambil alih Nugini Jerman dan Samoa . Kontribusi
Australia, Newfoundland dan Selandia Baru selama Kampanye Gallipoli melawan Kesultanan
Utsmaniyah pada tahun 1915 memiliki dampak besar terhadap semangat kebangsaan dan kecintaan
mereka terhadap tanah air serta berperan penting dalam proses transisi Australia dan Selandia Baru
dari negara koloni menjadi negara yang merdeka. Negara-negara tersebut terus memperingati
peristiwa tewasnya ribuan tentara mereka dalam perang ini setiap tahunnya. Kanada juga
mengalami hal yang sama saat ikut serta dalam Pertempuran Vimy Ridge pada tahun 1917. [129]
Kontribusi penting dari para domini Inggris diakui oleh Perdana Menteri Inggris, David Lloyd George .
Pada tahun 1917, ia mengundang semua Perdana Menteri dari wilayah domini Inggris dan kemudian
membentuk Kabinet Perang Imperialis untuk mengkoordinasikan kebijakan militer di Imperium
Britania. [130]

Menurut ketentuan Perjanjian Versailles pada tahun 1919, Inggris mendapat jatah terbesar dalam
pembagian wilayah sengketa perang. Sekitar 1.800.000 square miles (4.700.000 km 2 ) dan 13 juta
penduduk baru ditambahkan ke kekuasaan Imperium Britania. [131] Koloni-koloni Jerman dan

Kesultanan Utsmaniyah dibagi-bagikan ke

Sekutu sebagaimana keputusan dari Liga Bangsa-Bangsa . Inggris mendapatkan mandat atas
Palestina , Transyordania , Irak , sebagian

Kamerun dan Togo, serta Tanganyika. Wilayah domini Inggris juga mendapat bagian tersendiri:

Afrika Barat Daya (sekarang Namibia ) diserahkan kepada Afrika Selatan , Australia memperoleh
Nugini Jerman , sedangkan Selandia Baru memperoleh Samoa Barat. Nauru ditetapkan sebagai milik
gabungan antara Inggris dan dua domini Pasifik-nya. [132]
Periode antar-perang

Berbagai perubahan yang terjadi pasca Perang Dunia I, khususnya pertumbuhan Amerika Serikat dan
Jepang sebagai kekuatan baru angkatan laut dunia dan munculnya gerakan-gerakan kemerdekaan di
India dan Irlandia menyebabkan kebijakan imperial Inggris dikaji ulang. [133] Inggris harus memilih
apakah mau bersekutu dengan Jepang atau Amerika Serikat. Kemudian Inggris memilih untuk tidak
memperpanjang aliansi dengan Jepang dan dengan disahkannya Perjanjian Laut Washington tahun
1922, Inggris secara resmi menyetujui persekutuan dengan Angkatan Laut Amerika Serikat. [134]
Keputusan ini menjadi sumber perdebatan di Inggris sepanjang tahun 1930, [135] pemerintahan
militer sudah diberlakukan di Jepang dan Jerman dan didukung oleh sedang berlangsungnya era

Depresi Besar , di khawatirkan Inggris tidak akan bertahan menghadapi serangan dari kedua negara
tersebut. [136] Meskipun isu keamanan imperiumnya menjadi perhatian serius bagi Inggris, pada
saat yang sama imperium juga sangat penting bagi perekonomian Inggris, terutama dalam
menghadapi perang. [137]

Perang Kemerdekaan Irlandia

Lihat pula: Perang Kemerdekaan Irlandia

Perang Dunia I menyebabkan pelaksanaan Undang-Undang Kemerdekaan Irlandia tertunda dan


hasilnya, Irlandia memproklamasikan kemerdekaannya sendiri pada tahun 1919. Sinn Féin, partai
pro-kemerdekaan Irlandia, berhasil memenangkan mayoritas suara dalam Pemilihan Umum tahun
1918 dan kemudian memproklamasikan kemerdekaan Irlandia. Inggris tidak mengakuinya dan hal ini
memicu meletusnya Perang Kemerdekaan Irlandia . Para tentara Republik Irlandia secara bersamaan
memulai perang gerilya melawan Pemerintahan Inggris. [138] Perang ini berakhir pada tahun 1921
dengan jalan buntu dan menghasilkan Perjanjian Inggris-Irlandia. Dua puluh enam

county di Irlandia selatan kemudian mendirikan Negara Bebas Irlandia, yang selanjutnya ditetapkan
sebagai wilayah domini dalam Imperium Britania, yang berdiri sebagai negara bebas namun secara
konstitusional dan kelembagaan masih merupakan bagian dari

Kerajaan Britania Raya .[139] Sedangkan enam

county di Irlandia Utara memilih untuk tetap menjadi bagian dari Pemerintahan Britania Raya. [140]

Raja George V (depan tengah) bersama Perdana Menteri Inggris dan para domininya dalam
Konferensi Imperial 1926. Berdiri dari kiri ke kanan : Walter Stanley Monroe (Newfoundland),
Gordon Coates (Selandia Baru), Stanley Bruce (Australia), J. B. M. Hertzog (Uni Afrika Selatan), W.T.
Cosgrave (Negara Bebas Irlandia). Duduk: Stanley Baldwin (Inggris), Raja George V, William Lyon
Mackenzie King (Kanada).

Status koloni di Asia

Perjuangan kemerdekaan yang sama juga berlangsung di India saat Undang-Undang Pemerintahan
India 1919 gagal dalam memenuhi tuntutan kemerdekaan rakyat India. [141] Kekhawatiran terhadap
penyebaran

komunis dan campur tangan asing dalam

Konspirasi Ghadar menyebabkan disahkannya Undang-Undang Rowlatt. [142] Hal ini menyebabkan
ketegangan, terutama di daerah
Punjab , tempat ketegangan berubah menjadi tragedi berdarah pada tahun 1919 yang dikenal
dengan peristiwa Pembantaian Amritsar . Di Inggris, peristiwa ini dilihat sebagai tindakan untuk
menyelamatkan India dari aksi anarki, namun banyak juga - termasuk Churchill - yang
menganggapnya sebagai tindakan yang tidak berperikemanusiaan. [142] Keadaan terus bergejolak
hingga bulan Maret 1922 diikuti oleh insiden Chauri Chaura dan terus berlanjut hingga 25 tahun
kedepannya. [143] Pada tahun 1922, Mesir , yang telah dinyatakan sebagai wilayah protektorat
Inggris setelah Perang Dunia I diberikan kemerdekaan resmi, namun tetap menjadi negara satelit
Inggris sampai tahun 1954. Tentara Inggris tetap ditempatkan di Mesir sampai ditandatanganinya
Perjanjian Inggris-Mesir pada tahun 1936 [144] yang menyepakati bahwa Inggris akan menarik
tentaranya dari Mesir namun Inggris tetap berhak menduduki dan memiliki Terusan Suez . Sebagai
imbalannya, Mesir dibantu untuk bergabung dengan Liga Bangsa-Bangsa .[145] Sementara itu, Irak ,
wilayah mandat Inggris sejak tahun 1920 yang kaya dengan minyak juga dibantu menjadi anggota
Liga Bangsa-Bangsa setelah diberi kemerdekaan pada tahun 1932. [146]

Kemerdekaan domini

Keinginan para domini untuk memerdekakan diri dari Inggris ditanggapi dengan diadakannya
Konferensi Imperial 1923. [147] Permintaan Inggris atas bantuan militer dalam menghadapi

Krisis Chanak pada tahun sebelumnya ditolak oleh Kanada dan Afrika Selatan. Kanada juga menolak
isi Perjanjian Lausanne tahun 1923. [148][149] Setelah adanya tekanan dari

Selandia Baru dan Afrika Selatan , Inggris menyelenggarakan Konferensi Imperial 1926 dan
mengeluarkan Deklarasi Balfour, yang menyatakan bahwa "semua domini merupakan komunitas
swatantra dalam Britania Raya, sama dalam kedudukan, dengan tiadanya yang lebih rendah antara
satu dengan lainnya dalam tiap aspek urusan dalam maupun luar negerinya, meski dipersatukan
oleh kesetiaan umum pada Raja, dan secara bebas terhubung sebagai anggota negara-negara
Persemakmuran Britania ". [150] Deklarasi ini disahkan secara hukum dalam Undang-Undang
Westminster 1931 . [120] Kanada, Australia, Selandia Baru, Uni Afrika Selatan, Negara Bebas Irlandia
dan

Newfoundland akhirnya menjadi negara yang merdeka dan memiliki parlemen yang bebas dari
kontrol legislatif Inggris. Mereka tidak lagi terikat kepada undang-undang Inggris dan Inggris tidak
boleh mengesahkan undang-undang yang berkaitan dengan negara-negara tersebut tanpa
mendapat persetujuan mereka. [151] Newfoundland kembali menjadi koloni Inggris pada tahun
1933 akibat kesulitan keuangan selama masa Depresi Besar .[152] Sedangkan Irlandia menjauhkan
diri dari Inggris dengan mengesahkan konstitusi baru pada tahun 1937 dan berdiri sebagai negara
republik serta berusaha melepaskan diri dari semua pengaruh Inggris. [153]

Perang Dunia II

Menyerahnya tentara Inggris pada tentara Jepang dalam Pertempuran Singapura , 1942.

Keputusan Inggris dalam menyatakan perang terhadap Jerman Nazi pada bulan September 1939
juga mengikutsertakan seluruh koloninya, namun tidak secara otomatis menyertakan domininya.
Australia, Kanada, Selandia Baru dan Afrika Selatan memilih untuk menyatakan perang terhadap
Jerman, namun Negara Bebas Irlandia memilih untuk tetap netral secara legal selama perang
berlangsung. [154] Setelah

pendudukan Jerman atas Perancis pada tahun 1940, Inggris dan imperiumnya berdiri sendiri dalam
melawan Jerman, sampai masuknya Uni Soviet ke dalam kancah peperangan pada tahun 1941.
Perdana Menteri Inggris , Winston Churchill berhasil melobi Presiden Amerika Serikat , Franklin D.
Roosevelt agar mengirimkan bantuan militer bagi Inggris, namun Roosevelt belum siap melibatkan
Amerika Serikat dalam peperangan. [155] Pada bulan Agustus 1941, Churchill dan Roosevelt
mengadakan perundingan dan menandatangani Piagam Atlantik , yang menyatakan bahwa "hak bagi
semua bangsa untuk memilih bentuk pemerintahan tempat mereka tinggal harus dihormati" (hak
untuk menentukan nasib sendiri). Namun kata-kata ini bermakna ambigu, entah yang dimaksudkan
itu mengenai penjajahan Jerman atas Eropa atau penjajahan negara-negara Eropa atas negara-
negara lainnya. Pada akhirnya, kata-kata ini diinterpretasikan secara berbeda oleh Inggris, Amerika
Serikat, dan gerakan nasionalisme negara-negara terjajah. [156][157]

Pada bulan Desember 1941, Jepang dengan cita-cita Asia Timur Raya -nya secara berurutan
melancarkan serangan terhadap koloni Inggris di Malaya , Hong Kong dan pangkalan laut Amerika
Serikat di Pearl Harbor . Amerika Serikat pun kemudian ikut serta dalam peperangan. Reaksi
Churchill atas masuknya Amerika Serikat dalam kancah peperangan adalah bahwa sekarang Inggris
yakin akan kemenangan dan keberlangsungan imperiumnya pada masa depan, [158] namun cara
Inggris yang cepat menyerah memberi kesan buruk bagi kedudukan dan statusnya sebagai penguasa
imperial. [159][160] Jatuhnya Singapura ke tangan Jepang pada tahun 1942 adalah kekalahan yang
paling memalukan bagi Inggris karena Singapura dianggap sebagai benteng pertahanan Inggris yang
tak tertembus dan setara dengan Gibraltar di Mediterania. [161] Sadar akan posisi Inggris yang tidak
mampu lagi mempertahankan imperiumnya, Australia dan Selandia Baru yang semakin terancam
oleh Jepang kemudian menjalin hubungan yang lebih erat dengan Amerika Serikat. Hubungan ini
selanjutnya diwujudkan dengan dikeluarkannya

Pakta ANZUS pada tahun 1951 antara Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat tanpa melibatkan
Inggris. [156]

Dekolonisasi dan keruntuhan (1945–1997)

Walaupun Inggris dan imperiumnya berhasil memenangkan Perang Dunia II , efek dari konflik yang
terjadi mempengaruhi Inggris baik di dalam maupun luar negeri. Hampir keseluruhan kejayaan
negara-negara Eropa - benua yang mendominasi dunia selama berabad-abad lamanya - berada di
ambang keruntuhan, digantikan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet yang tumbuh sebagai kekuatan
global baru. Inggris sendiri terpuruk dan mengalami

kebangkrutan , dan baru bisa diselamatkan setelah mendapat pinjaman sebesar $3,5 miliar dari
Amerika Serikat; negara adidaya baru yang dulu pernah menjadi koloninya. [162] Pinjaman itu
sendiri baru berhasil dilunasi oleh Inggris pada tahun 2006. [163]

Pada saat yang sama, gerakan anti-kolonial berkembang di negara-negara koloni Eropa. Situasi ini
makin diperumit seiring berlangsungnya Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Pada
prinsipnya, kedua negara tersebut sama-sama menentang kolonialisme Eropa, namun pada
kenyataannya sentimen anti-komunis lebih diutamakan ketimbang anti-imperialis sehingga Amerika
Serikat tetap mendukung keberlangsungan Imperium Britania. [164]

Istilah "angin perubahan yang berhembus di negara-negara koloni Inggris" berarti bahwa kejayaan
Imperium Britania sudah berada di ambang keruntuhan. Inggris mulai menggunakan cara aman
untuk menghadapi keruntuhannya, yaitu dengan memberikan kemerdekaan pada satu-persatu
negara koloninya jika mereka sudah stabil serta tidak condong pada paham komunis . Cara ini
berbeda dengan negara-negara Eropa lain seperti Perancis , Belanda dan Portugal, yang
mengobarkan perang berbiaya mahal untuk tetap mempertahankan koloninya namun pada akhirnya
gagal menjaga keutuhan imperium mereka. Antara periode 1945 sampai 1965, jumlah penduduk
yang berada di bawah kekuasaan Inggris (di luar Britania Raya) merosot dari angka 700 juta ke angka
5 juta, dan 3 juta di antaranya berada di Hong Kong .[165]

Awal kemunduran

Kemerdekaan India

Lihat pula: Gerakan Kemerdekaan India

Muhammad Ali Jinnah dan

Mahatma Gandhi , tokoh pemimpin

Gerakan Kemerdekaan India .

Partai Buruh yang pro-dekolonisasi berhasil memenangkan Pemilihan Umum Inggris 1945.

Clement Attlee , pemimpin Partai Buruh yang terpilih sebagai Perdana Menteri Inggris segera
bertindak cepat untuk menyelesaikan isu penting negara yaitu kemerdekaan India.[166] Dua
organisasi pergerakan kemerdekaan India;

Kongres Nasional India dan Liga Muslim India telah mengampanyekan kemerdekaan India
berdekade-dekade lamanya, namun tidak menemui kesepakatan soal bagaimana pelaksanaannya.
Kongres menginginkan India yang bersatu namun Liga menginginkan negara yang terpisah bagi
penduduk Muslim karena takut akan adanya dominasi oleh mayoritas

Hindu . Meningkatnya kerusuhan sipil dan pemberontakan dari Angkatan Laut India pada tahun 1946
membuat Attlee menjanjikan kemerdekaan bagi India paling lambat tahun 1948. Namun situasi yang
makin mendesak dan ancaman akan adanya perang sipil membuat Louis Mountbatten; Maharaja
India yang baru dilantik (sekaligus yang terakhir) memproklamirkan kemerdekaan India lebih awal
pada tanggal 15 Agustus 1947 .[167] Perbatasan yang dibuat oleh Inggris untuk

membagi India ke dalam kawasan untuk penduduk Hindu dan Islam tidak menghiraukan nasib
berpuluh-puluh juta minoritas di India dan

Pakistan .[168] Akibatnya, jutaan Muslim kemudian menyeberang dari India ke Pakistan dan Hindu
ke arah sebaliknya, dan bentrokan yang terjadi antar dua komunitas tersebut menyebabkan lebih
dari dua ratus ribu nyawa melayang. Srilanka dan Myanmar , yang merupakan bagian dari
Kemaharajaan Britania , memperoleh kemerdekaan pada tahun 1948. India, Pakistan dan Srilanka
selanjutnya bergabung menjadi anggota Negara-Negara Persemakmuran , namun Myanmar memilih
untuk tidak bergabung. [169]

Status Palestina

Mandat Inggris atas Palestina , tempat mayoritas Arab tinggal berdampingan bersama minoritas
Yahudi juga menimbulkan masalah yang sama dengan India.[170] Hal tersebut makin dipersulit
dengan sejumlah besar pengungsi Yahudi yang menginginkan tempat tinggal di Palestina setelah
peristiwa Holocaust , sementara komunitas Arab menentang pembentukan negara Yahudi. Frustrasi
atas kerumitan masalah tersebut dan diserang oleh organisasi paramiliter Yahudi serta
meningkatnya biaya untuk mempertahankan militernya di Palestina, Inggris mengumumkan pada
tahun 1947 untuk menarik diri atas kasus Palestina dan menyerahkan perkara tersebut pada
Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk diselesaikan. [171] Majelis Umum PBB kemudian menyikapinya
dengan Rencana Pembagian Palestina menjadi dua bagian, yaitu negara Arab dan negara Yahudi.
[172]
Kemerdekaan Malaya

Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, kemunculan gerakan perlawanan anti-Jepang di
Malaya (Melayu) mengalihkan perhatian penduduk Malaya dari Inggris, yang dengan cepat merebut
kembali kendali atas koloni Malaya, terutama karena menilai wilayah itu sebagai sumber karet dan
timah. [173] Fakta bahwa gerakan gerilya yang terjadi di Malaya sebagian besar didukung oleh
komunis Melayu-Tionghoa menandakan bahwa upaya Inggris untuk memadamkan pemberontakan
itu didukung oleh mayoritas Melayu-Muslim, dengan pengertian bahwa setelah pemberontakan itu
berhasil dipadamkan, kemerdekaan Malaya akan dikabulkan. [173]

Kedaruratan Malaya diberlakukan dari tahun 1948 sampai tahun 1960. Namun pada tahun 1957,
Inggris sudah merasa cukup percaya diri untuk memberikan kemerdekaan pada Federasi Malaya .
Pada tahun 1963, 11 negara bagian Federasi Malaya bersama-sama dengan

Singapura , Sarawak dan Borneo Utara bergabung untuk membentuk Malaysia. Namun pada tahun
1965, Singapura yang didominasi oleh komunitas Tionghoa keluar dari federasi menyusul
ketegangan antara komunitas Melayu dan Tionghoa. Brunei, yang menjadi protektorat Inggris sejak
tahun 1888 menolak untuk bergabung dengan federasi dan mempertahankan statusnya sampai
memperoleh kemerdekaan pada tahun 1984. [173]

Krisis Suez dan dampaknya

Informasi lebih lanjut: Krisis Suez

Anthony Eden.

Pada tahun 1951, Partai Konservatif kembali berkuasa di Inggris di bawah kepemimpinan

Winston Churchill . Churchill dan Konservatif percaya bahwa posisi Inggris sebagai kekuatan dunia
bergantung pada keberlangsungan imperiumnya, dan hal ini ditentukan oleh

Terusan Suez yang memungkinkan Inggris untuk mempertahankan posisi unggulnya di

Timur Tengah meskipun sudah kehilangan India. Namun Churchill tidak bisa meremehkan

Pemerintahan Revolusioner baru bentukan

Gamal Abdul Nasser di Mesir yang meraih kekuasaan pada tahun 1952 dan berusaha mengusir
Inggris dari Mesir. Pada tahun berikutnya, disepakati bahwa pasukan Inggris akan menarik diri dari
Terusan Suez dan nasib

Sudan akan ditentukan pada tahun 1955. [174] Sudan kemudian diberi kemerdekaan pada tanggal 1
Januari 1956.

Bulan Juli 1956, Nasser secara sepihak menasionalisasi Terusan Suez. Perdana Menteri Inggris yang
baru, Anthony Eden, menanggapinya dengan membuat kesepakatan bersama Perancis untuk
mengatur serangan dari Israel ke Mesir yang selanjutnya akan memberi alasan bagi Inggris dan
Perancis untuk campur tangan dan merebut kembali Terusan Suez. [175] Tindakan Eden yang tidak
meminta nasihat dari sekutunya, Amerika Serikat, menyebabkan Presiden AS, Dwight D. Eisenhower
marah dan menolak mendukung invasi tersebut. [176] Eisenhower juga mencemaskan kemungkinan
perang dengan Uni Soviet setelah Nikita Khrushchev menyatakan dukungannya pada Mesir.
Eisenhower menerapkan opsi keuangan dengan mengancam akan menjual cadangan AS dalam
poundsterling dan dengan demikian akan memicu kejatuhan mata uang Inggris. Walaupun invasi
militer tersebut berhasil merebut kembali Terusan Suez, [177] adanya campur tangan PBB dan
tekanan dari Amerika Serikat memaksa Inggris untuk menarik pasukannya dengan memalukan dari
Terusan Suez dan diikuti dengan pengunduran diri Eden pada tahun 1957. [178][179]

Krisis Suez ini sangat terpublikasi dan dengan sendirinya memperlihatkan kelemahan Inggris kepada
dunia dan menandakan kemerosotan kekuasaannya di pentas dunia. Krisis Suez juga menunjukkan
kalau Inggris tidak boleh bertindak tanpa persetujuan atau dukungan dari Amerika Serikat. [180]
[181][182] Peristiwa Suez ini membuat Inggris "terluka" secara nasional. Seorang anggota Parlemen
Inggris menggambarkannya sebagai peristiwa " Waterloo Britania", [183] dan menyatakan kalau
Inggris sudah menjadi "satelit Amerika Serikat". [184] Margaret Thatcher kemudian mendeskripsikan
pola pikir yang menimpa pendirian politik Inggris sebagai "sindrom Suez", sejak Inggris yang terpuruk
sampai berhasil merebut kembali Kepulauan Falkland dari

Argentina pada tahun 1982. [185]

Krisis Suez memang menyebabkan kekuatan Inggris di Timur Tengah melemah, namun imperiumnya
tidak runtuh. [186] Inggris mengatur kembali pengiriman pasukannya ke Timur Tengah dengan
intervensi di Oman (1957), Yordania (1958) dan Kuwait (1961), dan tentunya dengan persetujuan
dari Amerika Serikat, [187] yang menjadi kebijakan luar negeri Perdana Menteri Inggris yang baru,
Harold Macmillan, untuk tetap kuat bersekutu dengan Amerika Serikat. [183] Inggris
mempertahankan kehadirannya di Timur Tengah selama satu dekade berikutnya dan baru menarik
diri dari

Aden pada tahun 1967 dan dari Bahrain tahun 1971. [188]

Angin perubahan

Dekolonisasi Inggris di Afrika. Pada akhir tahun 1960-an, semua negara kecuali Rhodesia (sebelum
menjadi Zimbabwe ) dan mandat Afrika Selatan di Afrika Barat Daya (Namibia ) memperoleh
kemerdekaan.

Perdana Menteri Inggris yang baru, Harold Macmillan, berpidato di Cape Town , Afrika Selatan pada
bulan Februari 1960, ketika dia mengatakan tentang "angin perubahan yang bertiup di benua ini."
[189] Macmillan ingin menghindari perang kolonial seperti yang dihadapi oleh Perancis di Aljazair ,
dan menjanjikan bahwa di bawah pemerintahannya, proses dekolonisasi akan berjalan dengan
cepat. [190] Banyak koloni Inggris yang diberinya kemerdekaan pada tahun 1950-an dan 1960-an
termasuk Sudan , Pantai Emas (sekarang Ghana) dan Malaysia. [191]

Koloni Inggris yang tersisa di Afrika, kecuali

Rhodesia Selatan , semuanya diberikan kemerdekaan pada tahun 1968. Penarikan pasukan Inggris
dari bagian selatan dan timur Afrika bukanlah proses yang damai. Kemerdekaan Kenya didahului
oleh pemberontakan delapan tahun Mau Mau. Di

Rhodesia , deklarasi kemerdekaan sepihak tahun 1965 oleh minoritas kulit putih menyebabkan
perang saudara antara penduduk kulit hitam dan kulit putih yang berlangsung hingga disahkannya
Perjanjian Lancaster tahun 1979 yang meletakkan Rhodesia di bawah kuasa Inggris. Pemilihan umum
yang diadakan pada tahun berikutnya dimenangi oleh Robert Mugabe yang kemudian menjadi
Perdana Menteri bagi negara merdeka yang kini bernama

Zimbabwe .[192]
Di Mediterania, perang gerilya oleh penduduk Siprus-Yunani berakhir pada tahun 1960 dengan
pembentukan negara merdeka Siprus, namun Inggris tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan
militernya di Akrotiri dan Dhekelia . Sedangkan Malta dan Gozo diberikan kemerdekaan pada tahun
1964. [193]

Sebagian besar koloni Inggris di Hindia Barat memperoleh kemerdekaan setelah keluarnya

Jamaika dan Trinidad dari Federasi Hindia Barat pada tahun 1961 dan 1962. Pada awalnya Federasi
Hindia Barat didirikan pada tahun 1958 dalam upaya untuk menyatukan koloni-koloni Inggris di
Karibia di bawah satu pemerintahan, namun federasi ini dibubarkan setelah kehilangan dua anggota
terbesarnya. [194]

Barbados memperoleh kemerdekaan pada tahun 1966 dan pulau-pulau lain di Karibia menyusul
pada tahun 1970-an dan 1980-an. [194] Namun Anguilla dan Kepulauan Turks & Caicos memilih
untuk kembali ke Pemerintahan Inggris dalam perjalanan menuju kemerdekaannya. [195] Kepulauan
Virgin Inggris ,[196] Kepulauan Cayman dan Montserrat juga memilih untuk tetap bersama Inggris.
[197]

Guyana mencapai kemerdekaan pada tahun 1966. Koloni terakhir Inggris di daratan Amerika, Inggris-
Honduras, menjadi koloni berpemerintahan sendiri pada tahun 1964 dan dinamai Belize pada tahun
1973, sebelum mencapai kemerdekaan penuh pada tahun 1981. Perselisihan antara Belize dengan

Guatemala mengenai klaim atas Belize yang tersisa masih belum terselesaikan hingga saat ini. [198]

Teritori Inggris di Pasifik memperoleh kemerdekaan pada tahun 1970 (Fiji ) dan 1980 ( Vanuatu ).
Proses pemberian kemerdekaan setelah itu mengalami penundaan karena adanya konflik politik
antara penduduk yang berbahasa Inggris dengan penduduk yang berbahasa Perancis. [199] Fiji,
Tuvalu,

Kepulauan Solomon dan Papua Nugini memilih untuk menjadi anggota Negara-Negara
Persemakmuran setelah merdeka.

Akhir Imperium Britania

Lihat pula: Perang Falkland

Pemberian kemerdekaan kepada Rhodesia (sebagai Zimbabwe), Hebrides Baru (sebagai Vanuatu)
pada tahun 1980, dan Belize pada tahun 1981 menandakan bahwa selain pulau-pulau kecil yang
bertaburan, proses

dekolonisasi koloni-koloni Inggris yang dimulai setelah Perang Dunia II sudah selesai. Namun pada
tahun 1982, tekad Inggris untuk mempertahankan wilayah seberang lautannya yang tersisa diuji
ketika Argentina menyerang

Kepulauan Falkland , yang disebutnya sebagai klaim atas "warisan" dari Imperium Spanyol yang gagal
pada tahun 1810. [200] Inggris merespon dengan mengerahkan pasukan militernya untuk merebut
kembali pulau-pulau tersebut dan kemudian memicu meletusnya

Perang Falkland . Inggris berhasil mempertahankan Kepulauan Falkland dari Argentina. Kemenangan
ini dipandang oleh banyak pihak telah memberikan kontribusi dalam mengembalikan status Inggris
sebagai kekuatan dunia. [201] Sementara itu pada tahun yang sama, Kanada memutuskan untuk
tidak lagi melibatkan Inggris dalam urusan konstitusionalnya. [202] Tindakan serupa juga dilakukan
oleh Australia dan Selandia Baru pada tahun 1986. [203]
Pada bulan September 1982, Perdana Menteri

Margaret Thatcher berkunjung ke Beijing untuk berunding dengan Pemerintah RRT mengenai masa
depan Hong Kong yang pada saat itu merupakan koloni seberang laut terakhir Inggris yang paling
utama dan paling padat penduduknya. [204] Menurut ketentuan

Perjanjian Nanking 1842 , Pulau Hong Kong diberikan "selama-lamanya" kepada Inggris namun
mayoritas koloni itu dibentuk oleh

Teritori Baru yang diperoleh dalam sewa selama 99 tahun sejak tahun 1898 dan akan berakhir pada
tahun 1997. [205][206] Thatcher awalnya berniat untuk mempertahankan Hong Kong di bawah
Pemerintahan Inggris tetapi berada di bawah kedaulatan Cina, namun hal ini ditolak oleh
Pemerintah Cina. [207] Sebuah kesepakatan akhirnya berhasil dicapai pada tahun 1984 dengan
ditandatanganinya Deklarasi Bersama Cina-Britania ; Hong Kong ditetapkan sebagai Daerah
Administratif Khusus Republik Rakyat Tiongkok yang diizinkan untuk mempertahankan gaya
hidupnya sekurang-kurangnya 50 tahun. [208] Upacara Penyerahan Hong Kong pada tahun 1997
ditandai oleh banyak orang, termasuk Pangeran Charles , [209] sebagai "akhir dari Imperium
Britania". [202][210]

Peninggalan

Inggris mempertahankan kedaulatannya atas 14

teritori di luar Kepulauan Britania, yang selanjutnya berganti nama menjadi Wilayah Seberang Laut
Britania pada tahun 2002. [211] Beberapa dari teritori tersebut tidak berpenghuni kecuali untuk
tujuan militer atau penelitian ilmiah sementara, sedangkan sisanya berupa pemerintahan sendiri
yang bergantung pada Inggris dalam hal hubungan luar negeri dan pertahanan. Pemerintah Inggris
telah menyatakan kesediaannya untuk membantu setiap Wilayah Seberang Lautnya yang ingin
memperoleh kemerdekaan. [212] Beberapa Wilayah Seberang Laut Inggris tidak diakui oleh tetangga
geografis mereka: Gibraltar diklaim oleh Spanyol, Kepulauan Falkland dan Georgia Selatan dan
Kepulauan Sandwich Selatan diklaim oleh Argentina, sedangkan Wilayah Samudera Hindia Inggris
diklaim oleh Mauritius dan Seychelles .[213] Teritori Antartika Inggris secara bersamaan diklaim oleh
Argentina dan

Chili , sementara sebagian besar negara tidak mengakui klaim teritorial Inggris atas Antartika. [214]

Persebaran negara-negara penutur bahasa Inggris :

Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi dan bahasa nasional

Bahasa Inggris merupakan bahasa resmi tetapi bukan bahasa utama

Sebagian besar negara-negara bekas koloni Inggris adalah anggota Negara-Negara Persemakmuran ,
yaitu suatu organisasi non-politik yang sifatnya sukarela. Lima belas anggota yang tergabung dalam
Wilayah Persemakmuran berbagi kepala negara dengan Inggris. [215]

Selama berabad-abad, Pemerintah Inggris dan imigrannya telah meninggalkan jejaknya pada negara-
negara merdeka yang muncul dari Imperium Britania. Pengaruh yang paling besar terlihat dalam
penyebaran bahasa Inggris di berbagai wilayah di seantero dunia. Saat ini bahasa Inggris merupakan
bahasa utama bagi lebih dari 400 juta penduduk di dunia dan dituturkan oleh sekitar satu setengah
miliar orang sebagai bahasa pertama, kedua atau bahasa internasional. [216] Penyebaran bahasa
Inggris sejak paruh kedua abad ke-20 juga turut dibantu oleh pengaruh budaya Amerika Serikat,
yang awalnya juga terbentuk dari koloni Inggris. Dalam sistem pemerintahan, dengan pengecualian
di hampir semua bekas koloni Inggris di Afrika yang sekarang telah mengadopsi sistem presidensial ,
sistem parlementer Inggris telah menjadi model umum bagi negara-negara bekas koloni Inggris,
demikian juga sistem hukum Inggris . [217] Komisi Yudisial Dewan Privi juga masih berfungsi sebagai
pengadilan tertinggi di beberapa bekas koloni Inggris di Karibia dan Pasifik. Tentara dan Pegawai
Negeri Sipil Inggris selama masa kolonisasi juga turut menyebarkan dan membentuk Komuni
Anglikan di seluruh benua. Arsitektur kolonial Inggris seperti gereja, stasiun kereta api dan bangunan
pemerintah masih berdiri kukuh di banyak kota yang pernah menjadi bagian dari Imperium Britania.
[218] Cabang-cabang olahraga yang berasal dari Inggris, khususnya sepak bola ,

kriket , tenis dan golf , turut serta diekspor. [219] Penggunaan sistem pengukuran dan sistem
imperial Inggris terus digunakan di beberapa negara yang diadopsi dalam berbagai cara. Konvensi
mengemudi di sisi kiri jalan juga masih dipertahankan oleh sebagian besar negara-negara bekas
Imperium Britania. [220]

Batas-batas politik yang diciptakan oleh Inggris tidak selalu mencerminkan kehomogenan etnis atau
agama, justru seringkali memberikan kontribusi bagi konflik di daerah-daerah yang pernah menjadi
koloni Inggris. Imperium Britania juga bertanggung jawab atas migrasi jutaan penduduk dari
Kepulauan Britania (terutama Inggris dan Irlandia) ke Amerika Serikat, Kanada, Australia dan
Selandia Baru. Para imigran ini secara perlahan-lahan menanggalkan identitas ke-Inggris-an mereka
setelah terbentuknya negara baru. Imigrasi besar-besaran selama masa kejayaan Imperium Britania
seringkali menyebabkan ketegangan antar etnis dan semakin tersingkirnya minoritas asli di wilayah
koloni seperti Aborigin di Australia, Indian di Amerika Utara dan sebagainya. Jutaan jiwa bermigrasi
dari dan ke wilayah-wilayah koloni Inggris. Sejumlah besar orang India beremigrasi ke bagian lain
dari imperium, seperti Malaysia dan Fiji . Emigrasi warga Tionghoa, terutama dari Cina Selatan
menyebabkan terbentuknya mayoritas Tionghoa di Singapura dan minoritas Tionghoa di Karibia.
Sementara itu, komposisi penduduk Inggris sendiri berubah setelah terjadinya Perang Dunia II , yaitu
terjadi gelombang migrasi besar-besaran dari negara-negara koloni ke Kepulauan Britania .[221]

Kebun Raya Bogor , salah satu peninggalan Imperium Britania di Indonesia.

Di Indonesia, meski masa kekuasaannya singkat, Imperium Britania juga turut mewariskan beberapa
pengaruh dan peninggalannya. Saat Raffles berkuasa, ia membagi Pulau Jawa menjadi 16
karesidenan, dengan tujuan untuk mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap
daerah-daerah yang dikuasainya. Sistem karesidenan ini tetap dipakai sampai tahun 1964. Raffles
juga membentuk susunan baru dalam pengadilan yang didasarkan pada pengadilan Inggris. Selain
itu, Raffles juga tertarik kepada sejarah, kebudayaan dan kesenian Jawa. Ketertarikannya ini
diwujudkan dalam sebuah buku karangannya mengenai sejarah Jawa yang berjudul History of Java .
Warisan Raffles lainnya adalah sebuah kebun di

Paleis Buitenzorg (Istana Bogor ), yang merupakan tempat kediaman Raffles di Indonesia (saat itu
bernama Hindia Belanda ). Berawal dari dari kebun istana ini, Raffles berkeinginan untuk
mengumpulkan bermacam- macam tanaman yang ada di Indonesia hingga akhirnya kelak
menciptakan Kebun Raya Bogor .[222]

Lihat pula

Portal Sejarah

Portal Britania Raya

Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai:


British Empire

Kolonialisme

Imperialisme

Daftar imperium terbesar

Zaman Penjelajahan

Kolonisasi Britania di Amerika

Kolonisasi Eropa di Amerika

Ordo Imperium Britania

Daftar Negara Jajahan Kerajaan Britania Raya

Anda mungkin juga menyukai