Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAHAN INDONESIA SEJAK PROKLAMASI

HINGGA DEMOKRASI TERPIMPIN


A. Pembentukan Pemerintahan Dan Kelengkapan Negara Indonesia
1. Prosos Terbentuknya Negara Dan Pemerintahan RI
Pada tanggal 18 Agustus 1945 PPKI menyelenggarakan sidang perta yang dipimpin oleh
Ir. Soekarno Hasil Keputusan Sidang Pertama PPKI
a. Mengesahkan dan menetapkan UUD negara
b. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden sebagai pelaksana
pemerintahan yang sah dari negara RI
c. Membentuk Komite Nasioanal Indonesia
2. Pembentukan Lembaga-lembaga Kelengkapan Negara
a. Pembentukan Lembaga Kementrian (Departemen)
1) Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata
2) Menteri Luar Negeri : Ahmad Subardjo
3) Menteri Keuangan : A.A. Maramis
4) Menteri Kehakiman : Dr. Supomo
5) Menteri Kemakmuran : Ir. Surahman T. Adisujo
6) Menteri Keamanan Rakyat : Supriyadi
7) Menteri Kesehatan : Dr. Buntaran Martoajmodjo
8) Menteri Pengajaran : Suwardi Suryaningrat
9) Menteri Penerangan : Amir Syarifudin
10) Menteri Sosial : Iwa Kusumasomantri
11) Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12) Menteri Perhubungan : Abikusno Tjokrosujoso
b. Pembentukan KNI dan Daerah. Rapat PPKI 22 Agustus 1945
1) KNI
2) PNI
3) BKR
c. Pembentukan Provinsi di Seluruh Wilayah Indonesia
Provinsi yang masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur
1) Sumatra : Teuku Muhammad Hasan
2) Jawa Barat : Soetardjo Kartohadi koesoemo
3) Jawa Tengah : R. Panji Suruso
4) Jawa Timur : R.M. Suryo
5) Sunda Kecil (Nusa Tenggara) : I Gusti Ketut Puja
6) Maluku : J. Latuharhary
7) Sulawesi : Dr. Sam Ratulangi
8) Kalimantan : Ir. Pangeran Mohammad Nor
B. Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan di Berbagai Daerah di Indonesia
1. Perjuangan dalam Bentuk Fisik
Pertempuran Surabaya
Pertempuran Ambarawa-Magelang
Pertempuran Medan Area
Bandung lautan Api
dsb.
2. Perjuangan dalam Bentuk Diplomasi
Perjanjian Linggarjati
Perjanjian Linggarjati merupakan suatu perjanjian bersejarah yang berisi kesepakatan
antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Belanda yang disepakati dalam sebuah
perundingan. Perjanjian Linggarjati juga merupakan upaya diplomatik pemerintah
Indonesia untuk memperjuangkan wilayah kesatuan Republik Indonesia dari
cengkraman penjajah Belanda. Isi Perjanjian Linggarjati
Belanda mengakui secara de facto wilayah Republik Indonesia, yaitu Jawa dan
Madura.
Belanda harus meninggalkan wilayah RI paling lambat tanggal 1 Januari1949.
Pihak Belanda dan Indonesia Sepakat membentuk negara RIS.
Dalam bentuk RIS Indonesia harus tergabung
dalam Commonwealth/Persemakmuran Indonesia-Belanda dengan mahkota
negeri Belanda sebagai kepala uni
Perjanjian Renville
Perjanjian Renville terjadi pada tanggal 17 Januari 1948, dan perjanjian ini
merupakan perundingan antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda, dan
perundingan ini dilaksanakan atas usulan Dewan PPB dan juga KTN (Komisi Tiga
Negara). Perundingan dan penandatanganan perjanjian Renville ini dilaksanakan di
atas kapal untuk mengangkut pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat yang bernama
USS Renville. Dari pihak Indonesia perundingan ini diwakili oleh Mr. Amir
Syarifudin, sedangkan perwakilan pihak Belanda oleh R. Abdulkadir
Widjojoatmodjo, dia merupakan seorang Indonesia yang telah memihak kepada
Belanda. Diadakannya Perjanjian Renville atau perundingan Renville bertujuan untuk
menyelesaikan segala bentuk pertikaian antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda
Perundingan ini di latar belakangi adanya peristiwa penyerangan Belanda terhadap
Indonesia yang disebut dengan Agresi Militer Belanda Pertama yang jatuh pada
tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947. Isi perjanjian Renvilles antara lain:
Belanda akan tetap berdaulat hingga terbentuknya RIS atau Republik
Indonesia Serikat.
RIS atau Republik Indonesia Serikat memiliki kedudukan sejajar dengan Uni
Indonesia Belanda.
Belanda dapat menyerahkan kekuasaanya ke pemerintah federal sementara,
sebelum RIS terbentuk.
Negara Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia
Serikat.
Enam bulan sampai satu tahun, akan diadakan pemilihan umum (pemilu)
dalam pembentukan Konstituante RIS.
Setiap tentara Indonesia yang berada di daerah pendudukan Belanda harus
berpindah ke daerah Republik Indonesia.
C. Perjuangan Mewujudkan Kembali NKRI
Meski kemerdekaan Indonesia telah diproklamasikan , Belanda tetap saja tidak mau
mengakui kelahiran negara Indonesia. Belanda ingin mengusai wilayah Indonesia Wilayah
Indonesia telah dipecah-pecah oleh Belanda. Oleh karena itu, Bangsa Indonesia berjuang untuk
merebut kembali wilayah menjadi miliknya yang menjadi melalau perjuangan diplomasi maupun
angkat senjata.
1. Negara-negara Boneka Bentukan Belanda
Negara boneka adalah negara yang secara resmi merdeka dan diakui kedaulatannya
namun secara de-facto berada di bawah kontrol negara lainnya. Pembentukan negara-
negara boneka yang dilakukan oleh Belanda di wilayah Indonesia bertujuan untuk
mengepung kedudukan pemerintahan RI atau mempersempit wilayah kekuasaan RI.
Negara-negara Boneka Bentukan Belanda sebagai berikut :

Negara Tahun Berdiri Wilayah Kekuasaan Wali Negara


Negara Indonesia Desember 1946 Sebelah Timur Selat Cokordo Gde
Timur Makassar dan Selat Bali Raka Sukawati
Negara Sumatera Disetujui 25 Medan dan sekitarnya Dr. Mansur
Timur Desember 1945 dan
diresmikan 16
Februari 1947
Negara Sumatera 30 Agustus 1948 Palembang dan Abdul Malik
Selatan sekitarnya
Negara Jawa 26 November 1948 Surabaya, Malang, dan R.T
Timur daerah2 sebelah timur Kusumonegoro
hingga ke Banyuwangi
Negara Pasundan 26 Februari 1948 Wilayah Priangan, Jawa R.A.A
Barat dan Sekitarnya wiranatakusuma
Negara Madura 16 Januari 1948 Pulau Madura dan Cakraningrat
Sekitarnya
Daerah2 Otonom Sultan Hamid II
-Kalimantan Oktober 1946 Kalimantan Barat
Barat
-Dayak Besar Desember 1846 Kalimantan Tengah
-Banjar Januari 1948 Banjar dan sekitarnya
-Kalimantan Maret 1947 Daerah yg bersebrangan
Tenggara dgn Kalimatan Tenggara
-Jawa Tengah Maret 1949 Banyumas, Pekalongan,
dan Semarang
-Bangka Belitung Januari 1947 Kepulauan Riau, Bangka
dan Riau dan Belitung
2. Perjanjian roem royen
Perjanjian roem royen merupakan perundingan membuka jalan kearah terlaksananya
KMB yang menjadi cikal bakal terwujudnya NKRI yang utuh. Perundingan ini
dilakukan untuk meredam konflik anatara Indonesia denagn Belanda. Atas inisiatif
komisi PBB untuk Indonesia, maka pada tanggal 14 April 1949 dilaksakan perundingan
di jakarta dibawah pimpinan Marle Cochran, anggota komisidarin AS. Delegasi Indonesia
dipimpin oleh (Mr. Moh. Roem) dan delegasi Belanda (Dr. H.J. Van Royem). Dalam
perundingan antara Indonesia dan Belanda dalam menyelesaikan konflik, maka pada
tanggal 7 Mei 1949 dicapai persetujuan antara kedua belapihak antara Indonesia dan
Belanda dengan hasil perjanjian Roem Royen
Pernyataan pemerintahan RI dibacakan oleh Mr. Moh. Roem
perintah Ri akan mengeluarkan perintah penghentia perang gerilya
Kerja sama dalam hal pengembalian perdamaian dan keamanan serta keteertiban
Turut serta dalam KMB yang bertujuan untuk mempercepat peyerahan kedaulatan
yang lengkap dan tidak bersyarat kepada negara RIS
Pernyataan pemerintahan Belanda dibacakan oleh Dr. H.J Van Royen
Pemerintah Belanla setuju bahwa perintahan RI harus bebas dan leluasa
melakukan kewajiban dalam satu daerahyang meliputi karesidenan Yogyakarta
Pemerintah Belanda membebaskan secara tak bersyarat pemimpin2 Ri dan tahan
politik yang ditawan sejak tanggal19 Desember 1948
Pemerintah Belanda setuju bahwa RI akan menjadi bagian dari RIS
KMB akan diadakan secepatnya di Den Haag sesudah pemerintahan RI kembali
ke Yogyakarta
Adapun hasil yang dicapai dalam perjanjian Roem Royen adalah sebagai berikut:
Tentara bersenjata Republik Indonesia harus menghentikan aktivitas gerilya.
Pemerintah Republik Indonesia turut serta dalam Konferensi Meja Bundar (KMB).
Kembalinya pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta
Tentara bersenjata Belanda harus mengehentikan operasi militer dan pembebasan
semua tahanan politik.
Kedaulatan RI diserahkan secara utuh tanpa syarat.
Dengan menyetujui adanya Republik Indonesia yang bagian dari Negara Indonesia
Serikat.
Belanda memberikan hak, kekuasaan, dan kewajiban kepada pihak Indonesia.
3. Konferensi Inter- Indonesia
Konferensi Inter Indonesia merupakan konferensi yang berlangsung antara negara
Republik Indonesia dengan negara-negara boneka atau negara bagian bentukkan Belanda
Konferensi Intern-Indonesia juga digunakan sebagai konsolidasi internal menjelang
digelarnya Konferensi Meja Bundar yang dimulai pada 23 Agustus 1949. Konferensi
yang berlangsung hingga 22 Juli itu banyak didominasi perbincangan mengenai konsep
dan teknis pembentukan RIS, terutama mengenai susunan kenegaraaan berikut hak dan
kewajiban antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Konferensi Inter Indonesia
yang disetujui bersama di Yogyakarta antara lain:
Negara Indonesia Serikat disetujui dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS)
berdasarkan demokrasi dan federalisme (serikat),
RIS akan dikepalai oleh seorang Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang
bertanggung jawab kepada Presiden,
RIS akan menerima penyerahan kedaulatan, baik dari Republik Indonesia maupun
dari kerajaan Belanda,
Angkatan perang RIS adalah angkatan perang nasional, dan Presiden RIS adalah
Panglima Tertinggi Angkatan Perang RIS, dan
Pembentukkan angkatan Perang RIS adalah semata-mata soal bangsa Indonesia
sendiri. Angkatan Perang RIS akan dibentuk oleh Pemerintah RIS dengan inti dari
TNI dan KNIL serta kesatuan-kesatuan Belanda lainnya.
4. Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar atau Perjanjian KMB merupakan merupakan sebuah pertemuan
(konferensi) yang bertempat di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus sampai 2 November
1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO (Bijeenkomst voor
Federaal Overleg), yang mewakili beberapa negara yang diciptakan oleh Belanda di
kepulauan Indonesia. Usaha untuk menggagalkan kemerdekaan Indonesia dengan jalan
kekerasan berakhir dengan kegagalan. Tujuan Konferensi Meja Bundar adalah Perjanjian
ini dilakukan untuk mengakhiri perselisihan antara Indonesia dan Belanda dengan cara
melaksanakan perjanjian-perjanjian yang sudah dibuat antara Republik Indonesia dengan
Belanda. Khususnya mengenai pembentukan Negara Indonesia Serikat. Dengan
tercapainya kesepakatan Meja Bundar, maka Indonesia telah diakui sebagai negara yang
berdaulat penuh oleh Belanda, walaupun tanpa Irian Barat. Isi dari Konferensi Meja
Bundar yaitu:
Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai sebuah
negara yang merdeka.
Status Provinsi Irian Barat diselesaikan paling lama dalam waktu setahun, sesudah
pengakuan kedaulatan.
Dibentuknya Uni Indonesia-Belanda untuk bekerja sama dengan status sukarela dan
sederajat.
Republik Indonesia Serikat akan mengembalikan hak milik Belanda dan memberikan
hak-hak konsesi serta izin baru untuk perusahaan-perusahaan Belanda.
Republik indonesia Serikat harus membayar semua utang Belanda yang dari tahun
1942.

Anda mungkin juga menyukai