SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Manajemen Dakwah
Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
ASRIYADI
NIM: 50400112023
Asriyadi
NIM: 50400112023
KATA PENGANTAR
ilmiah ini. Salam dan salawat kepada junjungan Rasulullah Muhammad saw. yang
diutus oleh Allah ke permukaan bumi ini sebagai suritauladan yang patut dicontoh
sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada UIN Alauddin Makassar pada
menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama
dari semua pihak yang dengan rela dan ikhlas turut serta dalam pembuatan skripsi
ini. Untuk itu dengan setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih
M.Ag., Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A.,Prof. Hj. St. Aisyah, M.A., Ph.D.
Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah serta Bapak dan Ibu
Alauddin Makassar.
4. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.Ag dan Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd. sebagai
5. Drs. Muh. Anwar, M. Hum dan Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si sebagai
penelitian ini.
8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muh. Arsyad dan
Ibunda Mannyang dan saudara saya Dery Iswandi, atas kasih sayang,
perhatian dan motivasinya serta ucapan terima kasih yang tak terhingga
atas jerih payah yang telah membesarkan dan selalu mendoakan penulis
atas keberhasilannya.
kebahagiaan, tawa dan canda, serta suka maupun duka yang pernah dilalui
bersama dalam menutut ilmu. Begitu pula dengan para alumni, senior dan
dua bulan.
Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari semoga dengan bantuan yang
kalian berikan selama ini bernilai ibadah di sisi Allah swt. Amin.
Asriyadi
NIM: 50400112023
DAFTAR ISI
SAMPUL............................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1-17
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................... 10
C. Rumusan Masalah .................................................................. 12
D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu ..................................... 12
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORETIS ............................................................. 18-34
A. Eksistensi BKPRMI ............................................................... 18
B. Memakmurkan Masjid ........................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 36-44
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................... 36
B. Pendekatan Penelitian ............................................................ 37
C. SumberData ........................................................................... 38
D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 39
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 41
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 42
G. Penyajian Keabsahan Data..................................................... 44
BAB IV REALISASI PERAN BKPRMI DALAM MEMAKMURKAN
..................................................................................................................... MASJI
D DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN GOWA ............................. 45-70
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 45
B. Program BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurussa-
lam di Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa ........................................ 48
C. Langkah-langkah yang ditempuh BKPRMI dalam Memak-
murkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kec. Parigi
Kab. Gowa................................................................................................... 51
D. Peluang dan Tantangan BKPRMI dalam Memakmurkan
Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kec. Parigi Kab.
Gowa .......................................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ................................................................................... 71-72
A. Kesimpulan ............................................................................ 71
B. Implikasi Penelitian ............................................................... 72
KEPUSTAKAAN ....................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
DAFTAR TABEL
Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat
pada tabel berikut:
Konsonan
Nama
Huruf Arab Nama Huruf Latin
ا Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
ة Ba B Be
ت Ta T Te
ث Tsa ṡ Es (dengan titik di atas)
ج Jim J Je
Ha (dengan titik di
ح Ha Ḥ
bawah)
خ Kha Kh Ka dan Ha
د Dal D De
ذ Zal Ż Zet (dengantitik di atas)
ر Ra R Er
ز Za Z Zet
س Sin S sE
ش Syin Sy ey as sE
es (dengan titik di
ص Shad Ṣ
bawah)
de (dengan titik di
ض Dhad Ḍ
bawah)
te (dengan titik di
ط Tha Ṭ
bawah)
zet (dengan titik di
ظ Dza Ẓ
bawah)
ع „ain „ Apostrof terbaik
غ Gain G se
ف Fa F Ef
ق Qaf Q Qi
ك Kaf K Ka
ل Lam L Ei
و Mim M Em
ٌ Nun N En
ٔ Wawu W We
ِ Ha H Ha
أ Hamzah ‟ Apostrof
ي ya‟ Y Ye
ABSTRAK
Nama : Asriyadi
Nim : 50400112023
Judul : Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurusssalam
di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa
PENDAHULUAN
dalam milenium yang baru mempunyai dimensi yang bukan hanya dimensi
domestik, tetapi juga global yang ditandai dengan kehidupan dunia yang terbuka
dan tanpa batas. Karena itu, kehidupan global bukan hanya merupakan tantangan,
terlepas dari tugas dan tanggung jawab yang tepat terhadap tantangan dan peluang
1
H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Cet. III; Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), h. 15.
Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI) untuk memainkan
peran penting untuk membedayayakan potensi pemuda dan remaja muslim.
Menjadi tantangan adalah pengamalan agama umat Islam, khususnya
pemuda dan remaja yang masih kurang optimal yang disebabkan oleh berbagai
faktor, baik yang bersumber dari dalam Islam itu sendiri (internal) maupun yang
datang dari luar Islam (eksternal).
Tantangan-tantangan tersebut, antara lain adalah ajaran-ajaran
bermasalah, seperti aliran sesat, radikalisme, paham lesbian, gay, biseksual, dan
transgender, sehingga Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia
(BKPRMI) harus berada di baris terdepan dalam pemberdayaan umat berbasis
masjid dengan memperkuat kembali peranan remaja masjid.2
Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan komprehensif, karena
ia meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun
ukhrawi. Islam secara teologis, merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat
sehari-hari.
Salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan untuk
umumnya adalah aktivitas dakwah. Aktivitas ini dilakukan baik melalui lisan,
kan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan, baik secara individu maupun dalam
dan bertindak.5 Dalam konteks inilah relevansi dakwah hadir sebagai solusi bagi
nasihat, pesan keagamaan dan solusi, serta keteladanan untuk menghindarkan diri
dari hal-hal negatif kepada hal-hal yang positif dalam ridha Allah.
kompleks dan masyarakat saat ini semakin kritis dalam merespons segala sesuatu
yang berkembang.
merupakan tantangan bagi para pelaku dakwah. Dalam konteks ini, maka para
pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan ajaran Islam secara rasional dengan
berbagai saluran informasi dari seluruh penjuru dunia yang pengaruhnya semakin
4
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah (Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana Manajemen
Dakwah), h. 1-2.
5
J Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam(Jakarta: MSA, 2002),h. 66.
memengaruhi persepsi masyarakat bahwa nilai-nilai ajaran Islam lebih tinggi
Selain itu, dakwah juga harus dapat menampilkan Islam sebagai icon
rahmat semesta (rahmatan lil al‘alamin), bukan saja pada aspek pandangan hidup
bagi umat Islam, tapi juga untuk umat lainnya sebagai keuniversalannya. Dengan
sosial.
optimal, maka di sinilah letak signifikan fungsi dakwah untuk mengajak manusia
kejalan yang benar dalam istilah amar ma’ruf nahi mungkar, dan mengantarkan
Terjemahnya:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk.6
6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang:
Thoha Putra, 2002), h. 280.
Memakmurkan mesjid hanya dapat dilakukan apabila seseorang memiliki
iman, dan telah mendapat petunjuk (pelajaran atau pelatihan yang cukup). Selain
Terjemahnya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.7
Ayat di atas menjelaskan bahwa dakwah merupakan kewajiban bagi umat
Islam dalam mengajak umat manusia ke jalan yang benar dalam istilah amar
ma’ruf dan nahi mungkar untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan
ibadah.8
7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 93.
8
Achyar Eldin, Dakwah Stratejik(Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003),h. 30.
9BKPRMI, ”Tugas dan Fungsi BKPRMI”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.
co.id/2016/05/kemenag-bkprmi-harus-memperkuat-kembali.html (17 Januari 2017).
Sifat BKPRMI tersebut, diimplementasikan oleh Dewan Pengurus
10DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, Program Kerja DPK BKPRMI Kecamatan Parigi
(Parigi-Gowa: DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, 2015), h. 1.
11
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid(Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 10.
Salah satu hikmah yang dapat dipetik dengan dianjurkannya shalat
berjama‟ah di masjid adalah nilai spiritual dan nilai sosial. Di masjid seorang
dapat saling bertemu dengan saudara sesama muslim dan saling bertukar
Dari masjid itulah komunikasi timbal balik antara Rasul dengan umatnya
dan antara kaum muslimin dengan sesamanya, sehingga dapat lebih mempererat
demikian fungsi dan peranan masjid sangat besar artinya di dalam kehidupan, baik
perang serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya umat secara
keseluruhan. Kalau di zaman Nabi masjid telah berfungsi sebagai pusat berbagai
kegiatan sosial kemasyarakatan, hal ini bukan saja karena konteks sosialnya yang
persaudaraan.12
wadah pelurusan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media teknologi yang
semakin maju begitu cepatnya. Dilain pihak, teknologi tidak bisa dipandang
sebelah mata, sehingga umat Islam pengguna masjid (jamaah masjid) menjadi
12
Tajuddin Hajma, Makalah Manajemen Kemasjidan, h. 9.
Dengan menghidupkan fungsi masjid yang sebenarnya, dalam suatu pola
kegiatan bagi jamaah yang terarah dan terorganisir rapi. Dengan upaya-upaya ini
dengan baik sehingga kegiatan jamaah mampu terealisasikan dan masjid lebih
makmur karena jamaah semakin banyak dan ramai, karena jamaah merasa
tidak akan terlepas dari manajemen. Manajemen yang baik menjadi salah satu
faktor yang mendukung bangkitnya kekuatan sebuah masjid. Jika sebuah masjid,
semegah apapun bentuknya tidak mempunyai pola manajemen yang baik maka ia
akan jauh dari peran dan fungsi yang asasi. Tidak akan muncul kekuatan apapun
muslim disekitarnya, tanpa memandang kapasitas besar atau kecilnya suatu masjid
demikian jamaah akan tetap terjaga. Seperti contoh banyak jamaah disekitar yang
sulit dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, mereka merelakan waktunya hanya
13
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007), h. 93.
maka umat muslim dan sekitarnya dapat sejahtera. Maka setiap masjid perlu pola
sistem manajemen khususya dalam mensejahterakan jamaah sekitarnya.
Melalui masjid kita dapat membangun sebuah sistem masyarakat ideal,
yang dicita-citakan oleh Islam. Melalui masjid kaderisasi generasi muda dapat
dilakukan lewat proses pendidikan yang bersifat kontiniu untuk pencapaian
kemajuan. Melalui masjid pula kita dapat mempertahankan nilai-nilai yang
menjadi kebudayaan masyarakat Islam. Dan lebih penting lagi melalui masjid kita
dapat membangun masyarakat yang sejahtera sehingga mampu memberdayakan,
mencerahkan, dan membebaskan mereka dari berbagai macam keterbelakangan. 14
Bila kapasitas masjid besar dan luas, sudah tentu jumlah jamaahnya
banyak, tetapi apabila kapasitas masjid itu kecil dan tidak luas, tentu jumlah
beribadah, masjid pun dengan sendirinya punya banyak jamaah. Tetapi bila
masyarakat di sekitarnya tidak suka beribadah, masjid itu akan sedikit dan kurang
Melalui kegiatan ini jamaah masjid diaktifkan dan ditingkatkan kualitas iman,
ilmu, dan amal ibadah mereka, sehingga mereka menjadi muslim dan muslimah
yang semakin kaffah. Pembinaan itu tentunya berlangsung tahap demi tahap.
14
Muhammadiyah Amin, Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz (Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005), h. 8-9.
15
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid (Jakarta: Cet. 1, Gema Insani Press, 1996),
h. 123.
dan situasi jamaah. Selanjutnya pola dan sistem pembinaan itu disesuaikan
pengajian bagi remaja masjid dan pengadaan TKA/TPA yang bertujuan untuk
terhindar dari buta baca tulis Al-Qur‟an. Salah satu masjid yang dimaksud adalah
Kabupaten Gowa.
16
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 124.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus
1. Fokus penelitian
untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena (gejala) sosial tertentu. 17 Gejala
sosial yang diteliti.18 Karena terlalu luasnya masalah, maka penelitian dibatasi
cultural domain or a few related domains yang berarti, bahwa fokus merupakan
domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. 19 Karena itu,
yang keliru dari pembaca dan keluar dari pokok permasalahan, oleh karena itu
Masjid”.
2. Deskripsi Fokus
17
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi
(Jakarta: LP3ES, 1989), h. 12.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 207.
19
James Spradley, Participant Observation (Holt: Rinehart and Winston, 1980). Dikutip
dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 208-209.
dan tidak relevan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Dalam tulisan
merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih remaja
muslim yang memiliki keterkaitan dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama.
Mengingat keterkaitannya yang erat dengan masjid, maka peran organisasi ini
BKPRMI itu sendiri yang antara lain adalah memakmurkan masjid sebagai pusat
konteks yang diperankan oleh BKPRMI adalah menjadikan masjid sebagai pusat
C. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
20
Imam Munawir, ”Badan Komuniaksi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia”, Blog
BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-komunikasi-pemuda-remaja-
masjid.html (9 Januari 2017).
1. Bagaimana program BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di
mempunyai relevansi yang sangat kuat ditinjau dari segi peranan dakwah
BKPRMI dalam memakmurkan masjid, akan tetapi yang jadi perbedaan dari
peneliti sebelumnya ditinjau dari pendekatan yang dipakai oleh peneliti, karena
oleh Mochtar Effendy, berisi ilmu manajemen sebagai suatu disiplin ilmu yang
dan Hadis yang harus diterima dan dipelajari.21 Salah satu unsur manajemen
merupakan bagian dari organisasi yang berkewajiban untuk memenuhi tugas dan
memainkan peran dan fungsi sesuai bidang yang menjadi tugas dan tanggung
jawab masing-masing.
21
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Cet. II;
Jakarta: Bhratara, 1996), h. xi.
22
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 82.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI)
sebagai organisasi kader dan dakwah bagi segenap pemuda dan remaja masjid,
Gowa yang mengemban misi utama, yaitu pembinaan dan pemberdayaan potensi
Gowa.
penelitian ini, dibatasi pada pekerjaan (kegiatan) sebagai salah satu komponen
organisasi, yaitu kegiatan memakmurkan masjid. Karena itu, dilihat dari ruang
Asyik dalam memakmurkan masjid telah lama dilakukan dan telah menunjukkan
beberapa keberhasilan, namun sejauh ini kegiatan dakwah di Masjid ini belum
memakmurkan masjid, akan tetapi fokus yang berbeda dengan peranan BKPRMI
23DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, Program Kerja DPK BKPRMI Kecamatan Parigi,
h. 1.
24St.Asmah DM., “Strategi Pengurus Masjid H. M. Asyik Kota Makassar dalam
Memakmurkan Masjid (Studi Manajemen Masjid)”, Skripsi (Makassar: FDK UIN Alauddin,
2005), h. ix.
pada penelitian ini. Karena itu, terdapat perbedaan pada peranan BKPRMI dalam
sebagai salah satu unsur yang dibahas dalam ilmu manajemen dakwah, akan tetapi
ruang lingkup penelitian sebelumnya yang sangat luas yang membedakan dengan
penelitian yang difokuskan secara spesifik pada peranan BKPRMI sebagai salah
menjawab tidak pernah berjumlah 14,64% responden. Dari hasil tersebut peneliti
salah satu bentuk organisasi yang dibahas dalam ilmu manajemen dakwah, akan
secara luas yang membedakan dengan penelitian yang difokuskan secara spesifik
relevansi untuk mengkaji fokus utama pada penelitian ini, baik tentang peranan
tidak terpisahkan dengan manajemen dakwah, akan tetapi dilihat dari waktu,
ini, sehingga dapat diyatakan bahwa penelitian ini berbeda dan belum pernah
sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh data yang diperlukan untuk
Kabupaten Gowa.
a. Kegunaan Teoritis
memakmurkan masjid.
b. Kegunaan Praktis
umat Islam.
TINJAUN TEORETIS
A. Eksistensi BKPRMI
27
BKPRMI, Blog BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-
komunikasi pemuda-remaja-masjid.html (25 April 2016).
Jawa Barat Saat itu Yakni K.H. E.Z. Muttaqien.28 Karena itu, BKPRMI
merupakan organisasi kepemudaan yang lahir dari pemuda masjid.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI) merupakan
bagian dari keberadaan Masjid. Keberadaan BKPRMI melekat terhadap Masjid,
karena memang BKPRMI merupakan bagian tidak terpisahkan dari Organisasi
Masjid itu sendiri. Keberadaan BKPRMI ternyata memberikan warna tersendiri
bagi pengembangan masjid. Dan tentunya, BKPRMI diharapkan bisa menjadi
motor pengembangan dakwah Islam, yaitu dengan menjadikan masjid sebagai
pusat aktivitas umat Islam umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda/
remaja.29
Eksistensi remaja masjid tentunya berbeda dari kebanyakan pemuda atau
remaja secara umum. Remaja masjid mampu mengelakkan diri dari bentuk
pergaulan huru-hara, dansa, disko, dan perilaku amburadul lainnya. Hal ini
merupakan dampak positif yang dapat dirasakan langsung, tak heran jika sebagian
mereka begitu semangat mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid. Input yang positif
tersebut hendaknya menjadikan masukan untuk memacu diri agar mereka lebih
serius dan sungguh-sungguh di dalam memajukan organisasi masjid. Sebab di
pundak remaja masjid inilah sebagian performa masa depan Islam di tentukan.
Salah satu tiang penyangganya adalah organisasi remaja masjid, tempat
para remaja dan pemuda membuktikan diri bahwa kehadiran mereka mempunyai
motivasi yang tinggi dan dedikasi yang luhur dalam rangka membela dan
menegakkan ajaran Allah di muka bumi, bersama kaum muslimin lainnya.
28
BKPRMI, Blog BKPRMI.
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badankomunikasi-pemuda-remaja-masjid.html (7
Januari 2017).
29
BKPRMI, Blog BKPRMI.
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badankomunikasi-pemuda-remaja-masjid.html (7
Januari 2017).
Tentunya tidak layak, bila remaja masjid mengisi kegiatan dan aktivitas
keagamaannya hanya pada hari-hari besar atau pada acara peringatan-peringatan.
Mereka dapat memakmurkan masjid dalam banyak cara, mulai dari
menyempurnakan salat rawatib, menghidupkan pengajian kitab suci Al-Qur‟an
sehabis salat Asyar, Magrib dan Isya bagi anak-anak kecil, memikirkan cara agar
para remaja lain dapat direkrut menjadi anggota remaja masjid, menjadikan
masjid sebagai tempat berteduh bagi batin-batin yang gersang, tempat yang
syahdu untuk bermunajad kepada Allah swt. Ini merupakan serangkaian peran
yang menantang bagi remaja masjid.30
Syiar syariat Islam di hari ini, besok, dan lusa senantiasa menuntut seluruh
keterlibatan umat Islam dalam menjunjung tinggi-tinggi kebesaran agama Allah,
keagungan syariatnya akan semakin gagah apabila seluruh umat Islam bertekad
memperjuangkannya dan menjaga kesuciannya. Secara khas, syiar ini pula
terdapat pada pundak para remaja masjid.
Sebagai contoh jilbab sebagai pakaian muslimah, yang pada kenyataannya
tidak luput dari penghinaan dan pelecehan manusia yang berakidah dangkal.
Pemakaian jilbab dikalangan remaja putri Islam merupakan salah satu manifestasi
dari pengalaman ajaran Islam, di dalam interaksi sosial, ada kasus jilbab yang
diperkarakan di pengadilan dan banyak mulut yang usil yang kurang toleran
terhadap remaja putri yang berjilbab. Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil
tantangan yang datang dari luar yang ingin memadamkan sinar terang syiar
Islam.
Para remaja masjid, sebagai elemen umat Islam yang bertanggung jawab
30
M. Munir dan Ilahi,Wahyu. Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006),h. 153.
yang tidak menyukai Islam semarak di bumi. Selain itu, contoh lain misalnya
para remaja masjid harus jeli mewaspadai menyangkut gencarnya gerakan kaum
lemah, kelompok muslim dhuafa. Praktek semacam ini sungguh tidak sehat dan
remaja masjid diharapkan peka dan ikut serta membentengi praktek-praktek kotor
yang dilakukan kalangan non Islam. Sebab sekecil apapun peran serta kelompok
remaja masjid, tetap akan memiliki arti dalam konteks ijtihad di bawah panji-panji
Islam. 31
masjid sebagai organisasi remaja Islam yang aspiratif dan representatif. Aspiratif
dalam arti mereka mampu mengemban amanat hati nurani umat, norma-norma al-
Qur‟an dan kebajikan Sunnah Rasullulah saw. dan representatif dalam pengertian
mewakili generasinya sebagai sebuah pilar yang membela tegaknya ajaran Ilahi di
Nusantara. remaja masjid yang memahami potensi dirinya akan ikut serta
merupakan asset bangsa dan umat Islam yang diharapkan berperan aktif dalam
mengembangkan syiar Islam di masa yang akan datang.
remaja masjid yang mempunyai status indipenden secara stuktural dan kesamaan
31
Harahap, Syafri Sofyan Manajemen Masjid: Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris. (Cet. II, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1993),h. 154.
32
Ayub, Mohammad E. Manajemen Masjid(Cet. 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h.
155.
keIslaman, kemasjidan, keummatan dan keindonesiaan adalah sebagai wahana
33
BKPRMI, Blog BKPRMI. http://bkprmilamteng.blogspot.co.id/2013/06/tugas-fungsi-
bkprmi-bagian-1.html (17 Januari 2017).
34
Mustofa budiman, Panduan Manajemen Masjid(Surabaya: Ziyad Books, 2007),h. 34.
35
BKPRMI, Blog BKPRMI.
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badankomunikasi-pemuda-remaja-masjid.html (7
Januari 2017).
menjadikan semangat kepada kita semakin mantap, sehingga muncul untuk
menghidupkan dan memajukan masjid dari ranah ibadah hingga efektivitas
dakwah. 36
masjid supaya semakin baik. Dari sisi fisik, boleh sekiranya dilakukan perbaikan
dan pengadaan sarana yang bersifat menunjang ibadah dan dakwah, seperti
nampak lebih indah dan megah. Lebih dari itu, adanya kelengkapan fasilitas
masjid merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri oleh takmir maupun
profesional, maka apa yang kita cita-citakan yaitu mewujudkan masjid sebagai
pusat pembinaan umat Insya Allah akan menjadi kenyataan. Pembinaan tidak
masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub (upaya mendekatkan diri) kepada
36
Asadulloh Al-Faruq. Panduan Lengkap Mengelola dan Memakmurkan Masjid(Solo:
Pustaka Arafah, 2010),h. 48.
Usaha memakmurkan masjid memerlukan manajeman yang baik dalam
bentuk pemikiran dan perencanaan yang matang. Manajemen masjid adalah suatu
set keterampilan yang dapat membantu takmir masjid untuk mendapatkan tujuan
yang hendak dicapai dengan menggunakan potensi masjid dan hal-hal yang terkait
fungsi masjid sebagai sarana ibadah, tempat mencari ilmu dan pusat pembinaan
umat. Sebagaimana yang tersirat pada firman Allah dalam QS. al-Taubah/9: 18.
Terjemahnya:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk.37
makna ayat tersebut menunjukan bahwa setiap muslim memiliki tugas
untuk memakmurkan masjid dalam melakukan peran dan fungsinya, baik secara
individu maupun secara lembaga. Remaja masjid sebagai alat untuk mencapai
tujuan dakwah dan wadah bagi remaja muslim, diharapkan dapat menjalankan
37
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Intermasa, 1993),
h. 189.
Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan umat
Islam, sebab dari masjid lahir generasi yang kreatif, aktif, dan inovatif, dan di
masjid pula umat Islam dapat melaksanakan ibadah, serta aktivitas dakwah dan
kegiatan lain yang dianjurkan oleh Allh swt., sehingga masjid benar-benar
1. Fungsi Masjid
Menurut Farid Ma‟ruf Noor bahwa fungsi masjid di zaman Nabi bukan
hanya sebagai tempat salat, tetapi berfungsi sebgai tempat pembinaan umat,
ibadah dan muamalah dan yang memberikan fungsi tersebut adalah Nabi sendiri.39
itu terperinci dalam tiga bidang, ialah Agama, antropologi, dan kebudayaan atau
dengan istilah Islam ialah Aqidah, Ibadah, dan Mu‟amalah dalam pengertian
luas.40 Apabila dikeluarkan bidang agama, maka kebudayaan itu terperinci lagi
dalam enam bidang kehidupan ialah sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan
tehnik, kesenian, dan filsafat. Prinsip pokok tentang masing-masing kehidupan ini
38
Farid Ma‟ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah(Surabaya: Bina Ilmu, 1981),h. 90.
39
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat(Jakarta: Pustaka Antara, 1971),h. 21.
40
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah(Jakarta: Pustaka Antara, 1971),h. 134-135.
bersifat duniawi. Dengan demikian, masjid juga adalah tempat untuk pembicaraan
dunia.41
utama, ialah:
kepada Allah.
Jadi, cukup jelas bahwa fungsi masjid ialah sebagai pusat ibadah dan
41
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat(Jakarta: Pustaka Antara, 1971),h. 21.
42
Moh. E. Ayyub, Manajemen Masjid(Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 7-8.
memakmurkan masjid merupakan seuatu keniscayaan bagi kelangsungan syiar
Pembinaan umat melalui masjid, sedikitnya ada tiga hal yang perlu
muamalah. Dari masjid pula dapat diperoleh kejelasan bahwa bagaimana dalam
budaya, ekonomi, serta politik. Maka dari itu implikasi dari masjid sebagai tempat
2. Peranan Masjid
kurun waktu periode Madinah, juga tidak hanya dijadikan sebagai pusat ibadah
yang khusus, tetapi juga mempunyai peranan yang sangat luas, di antaranya:
Keadaan darurat yang dialami oleh Rasul pada awal hijrah bukan justru
mendirikan masjid.
b. Kalender Islam dimulai dengan pendirian masjid yang pertama yaitu pada
Madinah.
Peran masjid pada awal Hijrah di Madinah ialah hanya berfokus pada pola
aktivitas pada kegiatan ukhrawi, tapi lebih jauh lagi perpaduan antara kegiatan
pusat ibadah serta pembinaan umat. Setelah Islam berkembang dan memasuki
dengan melihat aspek bangunan, tujuan dan juga berbagai kegiatan yang
1. Memakmurkan masjid
berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain. Karena, salat berjamaah adalah
pelaksanaannya.
43
Moh. E. Ayyub, Manajemen Masjid(Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 10.
e. Melakukan anjuran-anjuran untuk datang ke masjid.
manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga
merupakan objek dakwah (mad’u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka
berilmu, dan beramal shaleh dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk
diandalkan. Dengan pengajian remaja, mentoring, malam bina iman dan takwa
3. Kaderisasi Umat
pendidikan dan pelatihan yang terstruktur, sedang secara tidak langsung dapat
skill).
44
Amin,Muhammadiyah. Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz(Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005),h. 69.
Manfaat yang diperoleh dari pengkaderan tersebut dapat menjadi kader-
kader organisasi Remaja Masjid yang “siap pakai” yaitu kader-kader yang
tinggi, memiliki kader yang berpengetahuan dan tingkat intelektualitas yang baik
Fitri dan Idul Adha dan lain sebagainya. Disamping bersifat membantu, kegiatan
secara nyata.
salat gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul Fitri dan Idul
Adha
b. Menyusun jadwal dan menghubungi khatib Jum‟at, Idul Fitri, dan Idul
Adha
lain sebagainya. 45
5. Dakwah dan Sosial
aktif dalam mendakwahkan Islam secara luas, disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil hal, bil qalam dan
tersebut tidak hanya membatasi pada bidang keremajaan saja tetapi juga
adalah merupakan contoh dari aktivitas dakwah yang dilakukan oleh remaja
masjid dan mereka dapat bekerja sama dengan ta‟mir masjid dalam
Dalam rangka pembinaan umat melalui masjid, sedikitnya ada 3 hal yang
muamalah. Dari masjid pula dapat diperoleh kejelasan bahwa bagaimana dalam
budaya, ekonomi, serta politik. Maka dari itu implikasi dari masjid sebagai tempat
kegiatan dan sarana kegiatan yang dilaksanakan dan dapat mengundang akan
45
Amin,Muhammadiyah. Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz(Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005),h. 70.
a. Pembinaan kepribadian berupa pelaksanaan salat lima waktu, salat jumat,
salat taraweh, masalah iman, muazzin, khatib dan jamaah. Juga khatib
dibekali pengetahuan tentang keadaan jamaah.
b. Pembinaan majelis taklim yang kegiatannya berpusat di masjid dan
senantiasa tetap memperhatikan kualitas dan kuantitas pelaksanaannya
termasuk sistem dan metode penyampaiannya.
c. Pembinaan remaja masjid juga memerlukan perhatian khusus, sebab
remaja adalah masa yang penuh dengan idealis yang penuh semangat.
Oleh karena itu, mereka harus diarahkan pada kegiatan yang bermanfaat
pada agama.
d. Pembinaan perpustakaan masjid diserahkan pada penyediaan bahan
berbeda dengan kegiatan ibadah sosial yang tidak terkontrol. Ibadah sosial
46
Rukmana nana, Panduan Peraktis Membangun Dan Memakmurkan Masjid (Jakarta:
Mutiara Qolbun Salim, 2010), h. 56.
Pembinaan peringatan hari-hari besar Islam secara kontiniu akan
memberi nuaansa pembinaan dan pemahaman sejarah perjuangan Islam di masa
silam untuk diaktualisasikan di masa mendatang. Dengan pemahaman tersebut
akan lebih memperkuat keyakinan keagamaan umat, sehingga semakin mantap
kepercayaannya kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.
Semua bidang yang kita garap jika berhasil akan menjadikan masjid kita
subur dan makmur, sehingga masjid menjadi lebih punya taste pada kehidupan
umat. Hal ini karena, setiap kehidupan manusia bisa mendapatkan manfaat dari
a. Imaniyah, yaitu meyakini Aqidah Lailaha Illallah dalam arti umat dibina
oleh masjid sehingga mempunyai aqidah yang benar dan terbebas dari
Allah swt.
sebagai Rasul-Nya yang menjadi tolak ukur bagi setiap kehidupan seorang
Muslim. Dalam hal ini umat di bina oleh masjid untuk menjalankan ibadah
yang terbebas dari berbagai macam bid'ah yang sesat sehingga praktek
ibadahnya selaras dengan yang disunnahkan Rasulullah saw.
mutu berbagai macam muamalah seperti jual beli atau perdagangan, sewa
menyewa, pertanian, peternakan, pendidikan dan tata pemerintahan dalam
hal ini masjid dapat dijadikan pusat usaha dan pencetak ilmuan yang ahli
khalifah Allah dalam kehidupan di muka bumi ini akan terlaksana dan
memakmurkan masjid, masih banyak yang bisa kita peroleh dari memakmurkan
masjid yang baik untuk kemaslahatan umat, akan tetapi penelitian diarahkan pada
47
Ahmad Sarwono. Masjid Jantung Masyarakat .( Yogyakarta: Izzan Pustaka. 2003 ).Hal
4-5.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi
objek secara alamiah yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi, dan
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, baik
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
subjek yang objektif dan berlangsung secara alamiah sebagaimana yang terjadi
2. Lokasi Penelitian
48
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D (Cet.
XIX; Bandung: Alfabeta, 2011), h.8.
49
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Kerta Karya, 1998),
h. 6.
Kecamatan Parigi adalah salah satu kecamatan yang terletak di
Kabupaten Gowa yang memiliki beberapa masjid dan mushallah yang tersebar di
sejumlah desa, antara lain Masjid Nurussalam yang terletak di Desa Majannang
yang dijadikan sebagai sasaran binaan oleh Dewan Pengurus Kecamatan Badan
B. Pendekatan Penelitian
1. Pendekatan Metodologi
Maka dari itu, peneliti menggunakan metode ini dalam melakukan penelitian
50
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian (Cet. II; Makassar: Alauddin Press, 2016), h. 16.
51
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 6.
52
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2006), h.35.
mengenai peranan BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa
digunakan untuk memandang suatu proses penelitian, akan tetapi perspektif yang
keterangan terkait penelitian yang dilakukan. 55 Oleh sebab itu peneliti melakukan
C. Sumber Data
53
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian, h. 16.
54
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Cet. II;
Jakarta: Bhratara, 1996), h. 10.
55
Hafied Cangara, Pengentar Ilmu Komunikasi. EdisiKedua (Cet. XIII; Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), h. 19.
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber utama. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber utamanya adalah pengurus dan anggota
BKPRMI, serta kepala desa dan pengurus Masjid Nurusslam di Desa Majannang
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.
56
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar oleh
Burhan Bungin. Edisi Pertama (Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009), h. 93.
Jenis penelitian ini menggunakan beberapa cara yang dianggap relevan
a. Observasi
observasi dengan maksud untuk mendapatkan data yang akurat mengenai peranan
b. Wawancara
dilakukan dengan cara bertatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan
jawabannya juga diberikan secara lisan.58 Karena itu, wawancara dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab oleh informan
secara mendalam, yaitu dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara
langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan
57
HusainiUsmanPoernomo, MetodologiPenelitianSosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h.54.
58
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 222.
mendalam.59 Maka dari itu, peneliti menggunakan metode wawancara kepada
pengurus dan anggota BKPRMI dan orang yang dianggap berkompoten, serta
c. Dokumentasi
rapat, catatan harian dan sebagainya.60 Data yang diperoleh dari metode
E. Instrumen Penelitian
menjelaskan, bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi kualitas data hasil
59
Husain Usman dan Pornomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. IV; Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2011), h.73.
60
SutrisnoHadi, Metodologi Research (Yogyakarta: UGM Press, 1999), h.72.
61
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, h. 156.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
bersamaan dengan pengumpulan data.62 Karena itu, pengolahan dan analisis data
berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh
dengan cara, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
Kompelksitas dan kerumitan data perlu dianalisis melalui reduksi data, yaitu
pentig, serta dicari tema dan polanya. 64 Jadi kompelksitas dan kerumitan data
dianalisis dengan cara mereduksi data, yaitu memilih yang penting, membuat
kategori, dan membuang data yang tidak relevan dengan fokus yang diteliti.
62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 245.
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 246.
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 247.
Sementara pengumpulan data terus berlangsung, analisis data dilakukan
maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin
mudah dipahami.66 Setelah pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data
selama penelitian, maka pola tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi.
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau
gelap menjadi jelas, berupa hubungan kausal atau interaktif yang karena didukung
mendeskripsikan data dalam bentuk pola-pola yang kredibel yang didukung oleh
lapangan.
validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, dan suatu data dinyatakan reliabel
apabila peneliti dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama.
Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain
65
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. VII; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 115.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 249.
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 253.
dengan cara perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan mengadalan proses
sumber dengan berbagai cara, dan waktu yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti
mendatangi sumber data dengan cara dan waktu yang berbeda sebelumnya untuk
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data untuk mengetahui
deskripsi data.
68
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 268-270.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
dpl (di atas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam
pertahun antara 135 hari s/d 160 perhari, serta suhu rata-rata pertahun adalah 20
s/d 30 C. Letak geografis Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa, tergambar
Bagan 1
Letak geografis Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa adalah: Sebelah
Utara, berbatasan dengan Kec. Tinggimoncong, sebelah Selatan, berbatasan
dengan Desa Bilanrengi, sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Jonjo, dan
sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Manimbahoi.
Gambaran Umum Desa Majannang adalah usaha menggambarkan secara
utuh tentang kondisi Desa.Data-data yang disusun diambil dari semua data yang
tersedia dan bisa dipisahkan. Selain menggunakan data-data yang ada gambaran
umum Desa ini, dipercaya dengan data-data yang didapat dari hasil survey
pemetaan social, wawancara, Forum Grup Diskudi (FGD) dengan menggunakan
metode CLAPP-GSI, maupun pegamatan secara langsung, merupakan bagian dari
tahapan Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Rapid Rural Appraisal (RRA).
Data yang dipakai untuk menggambarkan situasi atau keadaan
kependudukan misalnya, dalam gambaran umum memakai data hasil survey
serta melalui sensus Peringkat Kesejahteraan Masyarakat (PKM).Dalam bentuk
indept interview dan Forum Grup Diskusi (FGD) kepada masyarakat umum.Hasil
data ini memunculkan perbedaan dengan data yang ada di Desa.Setelah ditelusuri
dan dicek ulang data yang ada diDesa adalah data yang disusun dari data hasil
sensus penduduk.Sementara hasil sekunder ini dilakukan pada Bulan Oktober
2010.Sehingga pada penyusunandokumen Desa Majannang ini, memakai data
yang aktual yang didapat dari hasil pendataan survey di lapangan.
umur mulai dari usia balita (0-5 tahun), usia wajib sekolah sampai pada usia non
produktif. Usia produktif yaitu usia 15-45 tahun adalah usia yang sangat potensial
faktor usia tidak hanya berdiri sendiri tetapi harus ditunjang dengan kemampuan,
69
Hasil sensus Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Desa Majannang Kecamatan
Parigi.
BKPRMI adalah organisasi dakwah, organisasi kader, dan wahana
(pembaharu).
memakmurkan masjid.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI)
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa melalui program kerjanya, telah menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan, baik kegiatan ibadah dan dakwah, maupun
kegiatan ilmiah dan organisasi. Misalnya memberi contoh dengan sering datang
ke masjid, menggunakan masjid sebagai tempat pelaksanaa kegiatan,
menyelenggarakan kegiatan lain yang diselipkan sesudah salat berjamaah,
menyusun piket jaga kantor kesekretariat di masjid, melakukan anjuran-anjuran
untuk datang ke masjid.70
70
Saparuddin Sibali (30 Tahun), Sekretaris Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
Penjelasan di atas menggambarkan, bahwa Badan Komunikasi Pemuda
Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa (yang
selanjutnya disingkat DPK-BKPRMI) telah menjadikan kegiatan memakmurkan
masjid sebagai program kerja yang utama dengan menjadikan masjid sebagai
pusat kegiatan, baik kegiatan ibadah dan dakwah, maupun kegiatan ilmiah dan
organisasi.
Memakmurkan masjid merupakan sasaran utama BKPRMI Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa sebagaimana yang tertuang dalam pokok-pokok program
kerja, bahwa sasaran dan program kerja antara lain adalah menumbuhkan sikap
dan tekad kemandirian organisasi dalam mengoptimalkan kaderisasi pemuda dan
remaja masjid, mewujudkan BKPRMI sebagai organisasi kepemudaan dan
gerakan dakwah sebagai strategi perjuangan.71
Sasaran program kerja BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa
utama dalam program kerja BKPRMI dengan jalan menumbuhkan sikap dan
71
Abd. Karim S., (35 Tahun), Ketua Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
masjid, termasuk di Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa.72
72
Rahmat (14 Tahun), Ketua Remaja Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan
Parigi, Wawancara, Majannang, 27 Juli 2016.
73
H. Alwin (54 Tahun), Ketua Pengurus Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan
Parigi, Wawancara, Majannang, 27 Juli 2016.
strategi perjuangannya, sebagaimana penuturan H. M. Saleh Daka bahwa kegiatan
dakwah, baik khutbah jumat maupun ceramah ramadhan dan pengajian majelis
taklim di Masjid Nurussalam seringkali diisi oleh khatib atau penceramah dari
ibadah dan ketaatan kepada Allah swt., yang diperintahkan atau dianjurkan dalam
penelitian ini dibatasi pada kegiatan mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya
(untuk beribadah kepada Allah swt., serta membangun masjid dan memperbaiki
mesjid).
74
H. M. Saleh Daka (45 Tahun), Imam Desa Majannang Kecamatan Parigi, Wawancara,
Majannang, 28 Juli 2016.
a. Pembinaan Kepribadian
masjid dengan baik, maka setiap pengurus dan anggota BKPRMI menurut Abd.
masjid.76
75
Abd. Karim S., (35 Tahun), Ketua Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
76
Saparuddin Sibali (30 Tahun), Sekretaris Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
Pembinaan kepribadian terhadap pengurus dan anggota DPK-BKPRMI
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa merupakan salah satu item penting yang
salat lima waktu, salat jumat, salat tarawih pada bulan ramadhan, pembinaan
memakmurkan masjid, sebab kebiasaan yang baik dapat menjadi contoh bagi
setiap hari jumat. Kegiatan ini selain bertujuan untuk membiasakan pengurus dan
anggota BKPRMI melaksanakan salat berjamaah, juga membangun solidaritas di
masjid dan majelis taklim, sehingga sekali berjalan, satu dua pulau terlampaui.78
77
Abd. Haris Sabali (32 Tahun), Wakil Ketua Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 29 Juli 2016.
78
Muhammadong (32 Tahun), Anggota SPPDSDM DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 30 Juli 2016.
Kegiatan memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang
naungan BKPRMI. Oleh karena itu, keberadaan remaja masjid merupakan bagian
integral yang tidak terpisahkan dengan eksistensi BKPRMI itu sendiri, sehingga
menerus melakukan pembinaan terhadap remaja masjid yang ada dalam wilayah
kerjanya.79
Pembinaan terhadap remaja masjid dipandang penting oleh Jamaluddin
selaku Ketua Majelis Pertimbangan Kecamatan (MPK) pada Badan Komunikasi
Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten
Gowa, sebab keberadaan remaja masjid merupakan bagian integral yang tidak
terpisahkan dengan eksistensi BKPRMI di Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.
79
Jamaluddin (47 Tahun), Ketua MPK BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara, Parigi-
Gowa, 4 Juli 2016.
Remaja menurut H. M. Yusuf Talli adalah masa yang penuh dengan
idealis, dan penuh semangat, sehingga mereka harus diarahkan pada kegiatan
yang keagamaan dan kegiatan lain yang bermanfaat agar mereka tidak terjerumus
dalam kegiatan lain yang tidak saja merugikan diri sendiri, akan tetapi juga dapat
merugikan orang lain, seperti mengkonsumsi obat terlarang, geng motor, begal,
dan lain sebagainya.80
Pembinaan terhadap remaja masjid, selain berfungsi dakwah dan
membentengi para remaja dari segala bentuk kegiatan negatif yang dalam
manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga
merupakan objek dakwah (mad’u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka
berilmu, dan beramal shaleh dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk
berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat
mentoring, malam bina iman dan takwa (MABIT), bimbingan membaca dan tafsir
Alquran, kajian buku, pelatihan (training), ceramah umum, keterampilan
80
H. M. Yusuf Talli (45 Tahun), Anggota MPK BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 4 Juli 2016.
81
Muhammadiyah Amin. Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz (Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005),h. 69.
pengajian remaja, mentoring, malam bina iman dan takwa (MABIT), bimbingan
membaca dan tafsir Alquran, kajian buku, pelatihan (training), ceramah umum,
dan keterampilan berorganisasi.
Pembinaan remaja masjid Nurussalam Desa Majannang, dilakukan oleh
DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi melalui berbagai bentuk kegiatan, sebagaimana
yang diuraikan oleh Saiful, bahwa DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi secara rutin
melakukan pengkaderan remaja masjid, pengajian remaja, malam bina iman dan
takwa (MABIT), monitoring dan anjang sana remaja masjid, dan ceramah agama
yang semuanya dilakukan untuk suatu tujuan, yaitu memakmurkan masjid.82
Pembinaan terhadap remaja masjid, khususnya Remaja Masjid
malam bina iman dan takwa (MABIT), monitoring dan anjang sana remaja
masjid, dan ceramah agama untuk menjadikan fungsi masjid sebagai pusat ibadah
c. Pembinaan TK/TPA
tulis Alquran terhadap anak sejak usia dini melalui Taman Kanak-kanak (TK) dan
masyarakat Desa Majannang khususnya yang buta aksara Alquran. Kenyataan ini
menurut Kartini R., tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya untuk
82
Saiful (30 Tahun), Wakil Sekretaris DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 25 Juni 2016.
mengatasi masalah tersebut, karena untuk melaksanakan ibadah terutama salat
satu upaya ke arah tersebut ujar Kartini R., adalah melakukan pembinaan yang
dimulai pada anak-anak usia dini melalui TK/TPA yang sudah terbentuk pada
„amma dari Alquran. Kegiatan tersebut tuturnya (Rahmat), telah membawa hasil
sejumlah anak yang mampu membaca dan menghafal juz „amma dalam Alquran.
Salah seorang warga Desa Majannang yang bernama Syamsuddin
mengakui, bahwa anaknya yang berusia 6 (enam) tahun sudah dapat membaca dan
83
Kartini R (25 Tahun), Sekretaris SPPTKA DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
84
Rahmat (14 Tahun), Ketua Remaja Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan
Parigi, Wawancara, Majannang-Gowa, 15 Juli 2016.
menghafal surah-surah pendek pada juz „amma setelah mengaji setiap malam
kecuali malam ahad di masjid yang diajar oleh guru mengaji dari kalangan
remaja.85
Pengakuan salah seorang warga Desa Majannang sekaligus sebagai orang
tua anak binaan TK/TPA Nurussalam tersebut di atas, menunjukkan adanya
keberhasilan koordinasi antara DPK-BKPRMI dengan TK/TPA Nurussalam
dalam membina anak usia dini untuk membaca dan mengfal sekurang-kurangnya
surah-surah pendek pada juz „amma dalam Alquran
Pembinaan terhadap anak-anak di TK/TPA Nurussalam tidak hanya
kesaksian dari salah seorang jamaah Masjid Nurussalam yang bernama Sikkiri,
Anak-anak diajar mengaji oleh remaja di masjid antara magrib dan isya
dengan cara menyanyi yang diselengi aba-aba tertentu, seperti guru mengajinya
85
Syamsuddin (45 Tahun), Warga Desa Majannang Kecamatan Parigi, Wawancara,
Majannang-Gowa, 7 Juli 2016.
86
Sikkiri (66 Tahun), Jama‟ah Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan Parigi,
Wawancara, Majannang-Gowa, 7 Juli 2016.
mengatakan “duduk anak saleh”, maka anak-anak mengaji serentak meneriakkan
“kami anak saleh duduk, siap”. Selain itu, terkadang guru mengajinya
boleh, baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya. 87
membina anak-anak sejak usia dini agar memiliki kemampuan membaca dan
berjama‟ah di masjid, dan berperilaku yang baik (berakhlak mulia) sesuai ajaran
Islam.
Majelis taklim merupakan wadah pembinaan iman, ilmu, dan amal bagi
umat Islam. Melalui majelis taklim, umat Islam dapat meningkatkan kualitas
ilman, ilmu, dan amalnya guna memperoleh keridhaan Allah swt. Karena itu,
dan berkesinambungan.
sebab majelis taklim yang telah dibentuk pada setiap masjid di Kecamatan Parigi
87
H. Saharuddin (47 Tahun), Sekretaris Pengurus Masjid Nurussalam Desa Majannang
Kecamatan Parigi, Wawancara, Majannang-Gowa, 6 Juli 2016.
tidak akan berkembang dengan baik apabila dilepaskan begitu saja tanpa adanya
dibentuk di setiap masjid didominasi oleh kaum ibu (wanita). Fenomena ini
menjadi menarik, mengingat fungsi wanita yang tidak saja menjadi isteri dari
suaminya, akan tetapi juga menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga mereka
dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka mereka dibekali dengan berbagai
88
Anisah (27 Tahun), Ketua SPPDSDM DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
89
St. Nursyamsi Gani (27 Tahun), Ketua SPPKS DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
mengolah tanaman obat dan sayur-mayur di halaman rumah guna mebentuk
keluarga sakinah.
Selain pembinaan berbagai keterampilan hidup, DPK-BKPRMI
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa juga melakukan pembinaan keimanan dan
keilmuan terhadap pengurus dan anggota majelis taklim, khususnya pengurus dan
anggota Majelis Taklim Nurussalam di Desa Majannang melalui berbagai bentuk
kegiatan, seperti peringatan hari-hari besar Islam (peringatan maulid Nabi saw.,
isra‟ dan mi‟raj, tahun baru hijriyah), pengajian rutin, dan arisan anggota yang
diisi dengan ceramah agama.90
Pembinaan terhadap majelis taklim merupakan salah satu upaya DPK-
berbagai amaliah sosial yang dikemas dalam suatu program yang disebut
fakir miskin, yatim piatu, gotong royong, khitanan massal, dan membantu anak
terlantar.91
qurban, jenazah, membantu fakir miskin, yatim piatu, gotong royong, khitanan
massal, dan membantu anak terlantar merupakan salah satu bentuk kegiatan DPK-
90
Nuriani (27 Tahun), Sekretaris SPPDSDM DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
91
Labbiri (30 Tahun), Wakil Ketua DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dalam memakmurkan masjid,
pengurusan zakat, qurban, jenazah, membantu fakir miskin, yatim piatu, gotong
dukungan penuh dari warga dan tokoh masyarakat di Desa Majannang Kecamatan
92
Muhajir (45 Tahun), Anggota MPK DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 17 Juli 2016.
Parigi Kabupaten Gowa, sebagaimana yang terungkap dari keterangan berbagai
melalui media, baik televisi dan radio maupun majalah dan surat kabar tentang
kondisi remaja Indonesia saat ini yang telah dieksploitasi dan digiring dalam
konsumen obat terlarang, pelaku begal dan geng motor yang tidak saja terjadi di
kota-kota besar, akan tetapi juga sudah masuk ke pedesaan. Apabila kondisi
remaja yang sedemikian rupa dibiarkan begitu saja tanpa adanya pembinaan dan
pendampingan dari orang dewasa, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi
pula di daerah kita (Desa Majannang). Karena itu, langkah konkrit yang dilakukan
BKPRMI untuk membina pemuda dan remaja khususnya pemuda dan remaja di
positif, sehingga patut diapresiasi dan disupport oleh semua warga, terutama oleh
orang tua.93
masjid.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Majannang Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa yang bernama H. Jamaluddin Sijaya yang ditemui di
kediamannaya menjelaskan, bahwa selama ini BKPRMI sudah menunjukkan
perannya dalam membina pemuda dan remaja, khususnya di Desa Majannang,
93
H. Muh. Guntur (54 Tahun), Kepala Desa Majannang Kecamatan Parigi, Wawancara,
Majannag-Gowa, , 4 Juni 2016.
sehingga warga masyarakat Desa Majannang yang memang seluruhnya beragama
Islam mendukung semua langkah BKPRMI tersebut.94
Dukungan tokoh dan warga masyarakat Desa Majannang Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa terhadap keseluruhan kegiatan yang telah diprogramkan
DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, merupakan peluang bagi DPK-BKPRMI
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa untuk mengimplementasikan program
kerjanya, khususnya dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa
Majannang.
Dukungan terhadap BKPRMI juga datang dari pihak keamanan,
94
H. Jamaluddin Sijaya (60 Tahun), Tokoh Masyarakat Desa Majanng Kecamatan Parigi,
Wawancara, Majannang-Gowa, 9 Juli 2016.
95
Aipda Sulaiman Tahir (44 Tahun), Binmas Majannang pada Kepolisian Sektor Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 9 Juli 2016.
dalam melaksanakan program kerja yang bersentuhan dengan upaya
Kabupaten Gowa membentuk kepanitiaan yang bertugas mencari dana, antara lain
adalah tidak semua warga tergolong mampu, sehingga panitia dapat mencari
solusi lain. Misalnya, memohon bantuan apa adanya sesuai keadaan dan
96
Hasnah (40 Tahun), Bendahara Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 10 Juli 2016.
kemampuan warga, sehingga ada warga yang menyumbang beras seadanya,
Kecamatan Parigi yang tergolong rendah. Ismail Cole selaku ketua Seksi
objektif warga Desa Majannang yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian
dan perkebunan yang lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk bertani dan
berkebun tanpa mengenal hari libur dari pagi sampai sore, sementara para pemuda
dan remaja pada umumnya belajar di sekolah. Kondisi ini menurut Islamil Cole
berpartisipasi dalam kegiatan pada pagi dan sore hari, padahal beberapa kegiatan
efektif dilakukan pada waktu-waktu tersebut, seperti kerja bakti (gotong royong)
membangun masjid.98
sebagai petani kebun, serta pemuda dan remaja yang sedang belajar di sekolah
97
Salma (40 Tahun), Wakil Bendahara DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 10 Juli 2016.
98
Ismail Cole (40 Tahun), Ketua SPPKM DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 11 Juli 2016.
pada pagi sampai siang hari menyebabkan DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi
mengikuti kegiatan yang efektif diprogramkan pada pagi dan sore hari.
yang tidak sempat berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di masjid. Karena itu,
masjid tersebut.99
kediplinan warga Desa Majannang dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh DPK-
dilaksanakan.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) adalah
perkumpulan atau perhimpunan atau ikatan pemuda-remaja masjid di tiap-tiap
masjid atau mushallah, yang menjadikan masjid atau mushallah sebagai pusat
kegiatan pembinaan aqidah, akhlaq, ukhuwah, keilmuan dan keterampilan sebagai
99
Evi Musdalifah (40 Tahun), Sekretais SPPKM DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 11 Juli 2016.
bagian dari upaya memakmurkan masjid. Untuk mencapai tujuan tersebut, DPK-
BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa merencanakan berbagai kegiatan
yang disusun dalam bentuk pokok-pokok program kerja.
Implementasi pokok-pokok program kerja DPK-BKPRMI Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa untuk memakmurkan masjid, khususnya Masjid
Nurussalam di Desa Majannang, terungkap melalui wawancara secara mendalam
kepada berbagai sumber, sehingga diperoleh hasil penelitian sebagaimana yang
dideskripsikan secara sistematis sebelumnya, bahwa DPK-BKPRMI Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa telah mengimplementasikan program kerjanya untuk
memakmurkan masjid melalui dua kegiatan pokok, yaitu pengkaderan remaja
masjid, dan kegiatan dakwah di Masjid Nurusslam Desa Majannang Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian tersebut memperkuat teori yang mendasarinya, bahwa
dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas umat Islam pada umumnya, dan
Gowa tersebut, telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah
dan pihak keamanan (kepolisian) setempat, maupun oleh tokoh dan warga Desa
Majannang.
serta tingkat partisipasi dan kedisiplinan warga dalam mengikuti kegiatan yang
masjid.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian yang berjudul “Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid
yaitu pengkaderan remaja masjid, dan kegiatan dakwah di Masjid Nurusslam Desa
pemerintah, pihak keamanan, tokoh dan warga desa dalam berbagai kegiatan untuk
berupa keterbatasan dana, serta tingkat partisipasi dan kedisiplinan warga yang
dapat diatasi dengan cara membentuk kepanitiaan untuk memungut bantuan sesuai
yang selama ini dilakukan agar dapat memakmurkan Masjid Nurussalam Desa
Majannang.
3. BKPRMI harus mampu melihat peluang dan tantangan yang dihadapi kemudian
al-Qur’a>n al-Kari{m
Aldin, Achyar, Dakwah Stratejik. Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003.
Al-Faruq, Asadulloh. Panduan Lengkap Mengelola dan Memakmurkan Masjid. Solo:
Pustaka Arafah, 2010.
Amin, Muhammadiyah, Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz. Makassar: BPH
Yayasan Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005.
Arifuddin, Metode Dakwah Dalam Masyarakat. Samata: Alauddin University Press,
2011.
Ayub, Moh. E., Manajemen Masjid. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
BKPRMI, Blog BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-
komunikasi pemuda-remaja-masjid.html.
-------, ”Kemenag: BKPRMI Harus Memperkuat Kembali Pemberdayaan Umat
Berbasis Masjid”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.co.id/2016/05/
kemenag-bkprmi-harus-memperkuat-kembali.html.
-------, ”Tugas dan Fungsi BKPRMI”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.
co.id/2016/05/kemenag-bkprmi-harus-memperkuat-kembali.html.
Cangara, Hafied, Pengentar Ilmu Komunikasi. Edisi Kedua. Cet. XIII; Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, Program Kerja DPK BKPRMI Kecamatan Parigi.
Parigi-Gowa: DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, 2015.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang:
Thoha Putra, 2002.
Effendy, Mochtar, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Cet. II;
Jakarta: Bhratara, 1996.
Gassing, “Fungsi Manajemen Strategi BKPRMI dalam meningkatkan Dakwah di
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng”, Skripsi. Makassar: FDK UIN
Alauddin, 2012.
Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Pembinaan Umat. Jakarta: Pustaka Antara, 1971.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Yogyakarta: UGM Press, 1999.
Harahap, Syafri Sofyan, Manajemen Masjid: Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris. Cet. II, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1993.
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar oleh
Burhan Bungin. Edisi Pertama. Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009.
Nana, Rukmana, Panduan Peraktis Membangun Dan Memakmurkan Masjid. Jakarta:
Mutiara Qolbun Salim, 2010.
Noor, Farid Ma‟ruf, Dinamika dan Akhlak Dakwah. Surabaya: Bina Ilmu, 1981.
Moeloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Kerta Karya,
1998.
M., St. Asmah D., “Strategi Pengurus Masjid H. M. Asyik Kota Makassar dalam
Memakmurkan Masjid (Studi Manajemen Masjid)”, Skripsi. Makassar: FDK
UIN Alauddin, 2005.
Munawir, Imam, ”Badan Komuniaksi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia”, Blog
BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-
komunikasi- pemuda-remaja-masjid.html.
Munir, M., dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
Mustofa, Budiman, Manajemen Masjid. Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007.
Sarwono, Ahmad. Masjid Jantung Masyarakat. Yogyakarta: Izzan Pustaka. 2003.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.
Jakarta: LP3ES, 1989.
S., Marwah, “Manajemen Masjid Babussa‟adalah di Manuruki II Kelurahan Mangasa
Kecamatan Tamalate Kota Makassar”, Skripsi. Makassar: FDK UIN
Alauddin, 2012.
Spradley, James, Participant Observation. Holt: Rinehart and Winston, 1980. Dikutip
dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D. Cet.
XIX; Bandung: Alfabeta, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D. Cet. XIX;
Bandung: Alfabeta, 2013.
-------, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013.
-------, Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Cet. VII; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
-------, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Tilaar, H. A. R., Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Cet. III; Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010.
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian. Cet. II; Makassar: Alauddin Press,
2016.
Usman, Husaini dan Pornomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Yusuf, Yunan, Manajemen Dakwah (Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana Manajemen
Dakwah). Jakarta: Kencana, 2006.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA
( )
Masjid Nurussalam
Wawancara dengan Pak H. M. Saleh Daka (Imam Desa Majannang)
Wawancara dengan Pak Saparuddin Sibali (sekertaris umum DPK-BPKRMI Kec.Parigi)
Wawancara dengan Pak syaipul (wakil sekretaris DPK-BPKPRMI Kec. Parigi)
tahun 2009. Kemudian melanjutkan studi pada Sekolah Menengah Atas (SMA)
Negeri 1 Sungguminasa sampai tahun 2012. Setelah tamat dari SMA sejak tahun
Pada lingkup organisasi intra kampus, penulis pernah menjabat sebagai anggota
dan buruk, susah dan senang yang ditempuh sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran
ridho Allah swt. dan membanggakan kedua orangtua serta bisa mencapai cita-citanya.
Amin.