Anda di halaman 1dari 95

PERANAN BKPRMI DALAM MEMAKMURKAN MASJID

NURUSSALAM DESA MAJANNANG KECAMATAN


PARIGI KABUPATEN GOWA

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Sosial (S.Sos) Jurusan Manajemen Dakwah
Pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Alauddin Makassar

Oleh:
ASRIYADI
NIM: 50400112023

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2017
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Asriyadi
NIM : 50400112023
Tempat/Tgl. Lahir : Majannang, 26 Agustus 1995
Jurusan/Prodi : Manajemen Dakwah
Fakultas : Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar
Alamat : Samata-Gowa
Judul Skripsi : Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid
Nurussalam Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi


ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia
merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau
seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 22 Mei 2017


Penyusun,

Asriyadi
NIM: 50400112023
KATA PENGANTAR

ُ ُّ‫ان َّسالَ ُو َعهَيْ ُك ْى َٔ َرحْ ًَةُ هللاِ َٔبَ َر َكبت‬


‫ت أَ ْع ًَب ِنَُب‬
ِ ‫هلل ِي ٍْ ُشر ُْٔ ِر أَ َْفُ ِسَُب َٔ َسيّئَب‬ ِ ِ ‫ْان َح ًْ َد‬
ِ ‫هلل ََحْ ًَ ُدُِ َََٔ ْستَ ِع ْيُُُّ َََٔ ْستَ ْغ ِف ُرُِ َََٔع ُْٕ ُذ ِبب‬
ٌّ َ‫ي نَُّ أَ ْشَٓ ُد أَ ٌْ الَ ِإنَّ ِإالّ هللاُ َٔأَ ْشَٓ ُد أ‬ َ ‫ضمّ نَُّ َٔ َي ٍْ يُضْ ِهمْ فَالَ َْب ِد‬ ِ ‫َي ٍْ يَ ْٓ ِد ِِ هللاُ فَالَ ُي‬
‫ُي َح ًّدًا َع ْب ُدُِ َٔ َرس ُْٕنُُّ أَ ّيب بَ ْع ُد‬
Puji syukur atas kehadirat Allah swt. yang telah memberikan nikmat yang begitu

besar terutama nikmat kesehatan sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya

ilmiah ini. Salam dan salawat kepada junjungan Rasulullah Muhammad saw. yang

diutus oleh Allah ke permukaan bumi ini sebagai suritauladan yang patut dicontoh

dan menjadi rahmat bagi semesta alam.

Skripsi ini merupakan suatu karya tulis ilmiah yang diajukan

sebagai syarat guna memperoleh gelar Sarjana pada UIN Alauddin Makassar pada

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah. Peneliti

menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama

dari semua pihak yang dengan rela dan ikhlas turut serta dalam pembuatan skripsi

ini. Untuk itu dengan setulus hati peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Prof. Dr. H. Musafir Pababbari, M.Si.selaku Rektor, Prof. Dr. H. Mardan,

M.Ag., Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A.,Prof. Hj. St. Aisyah, M.A., Ph.D.

dan Prof. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D. masing-masing sebagai Wakil

Rektor I, II, III dan IV UIN Alauddin Makassar.

2. Dr. H. Abd. Rasyid Masri, S.Ag.,M.Pd.,M.Si.,M.M., sebagai Dekan, Dr.

H. Misbahuddin, M.Ag., Dr. H. Mahmuddin, M.Ag. dan Dr. Nur


Syamsiah, M.Pd.I., masing-masing sebagai Wakil Dekan I, II dan III

Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar.

3. Dra. St. Nasriah, M.Sos.I. dan Dr. H. Hasaruddin, M.Ag., masing-masing

Ketua dan Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah serta Bapak dan Ibu

dosen yang telah memberikan bimbingan dan wawasan selama penulis

menempuh pendidikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN

Alauddin Makassar.

4. Dr. Nurhidayat Muh. Said, M.Ag dan Dr. H. Muh. Ilham, M.Pd. sebagai

pembimbing I dan II yang telah meluangkan waktu dan memberikan

arahan dalam membimbing dan mengarahkan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan seperti saat ini.

5. Drs. Muh. Anwar, M. Hum dan Dr. Irwan Misbach, SE., M.Si sebagai

munaqisy I dan munaqisy II yang telah menguji dengan penuh

kesungguhan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Kepala Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi serta Perpustakan

UIN Alauddin dan seluruh stafnya.

7. Segenap pengurus BKPRMI Desa Majannang Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa yang telah bersedia dijadikan sebagai objek dari

penelitian ini.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta, ayahanda Muh. Arsyad dan

Ibunda Mannyang dan saudara saya Dery Iswandi, atas kasih sayang,

perhatian dan motivasinya serta ucapan terima kasih yang tak terhingga
atas jerih payah yang telah membesarkan dan selalu mendoakan penulis

atas keberhasilannya.

9. Sahabat-sahabat seperjuangan Manajemen Dawah angkatan 2012 untuk

kebahagiaan, tawa dan canda, serta suka maupun duka yang pernah dilalui

bersama dalam menutut ilmu. Begitu pula dengan para alumni, senior dan

junior Jurusan Manajemen Dakwah yang selalu memberikan motivasi.

10. Teman-teman KKN Profesi Angkatan ke-6 UIN Alauddin Makassar

Kecamatan Tombolo Pao Kabupaten Gowa terutama di Dusun

Erelembang Desa Erelembang yang telah menjadi teman berbagi selama

dua bulan.

Dengan segala kerendahan hati peneliti menyadari semoga dengan bantuan yang

kalian berikan selama ini bernilai ibadah di sisi Allah swt. Amin.

Gowa, 01 Mei 2016


Peneliti,

Asriyadi
NIM: 50400112023
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI .......................................................................................................viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1-17
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus ................................... 10
C. Rumusan Masalah .................................................................. 12
D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu ..................................... 12
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ........................................... 16
BAB II TINJAUAN TEORETIS ............................................................. 18-34
A. Eksistensi BKPRMI ............................................................... 18
B. Memakmurkan Masjid ........................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 36-44
A. Jenis dan Lokasi Penelitian .................................................... 36
B. Pendekatan Penelitian ............................................................ 37
C. SumberData ........................................................................... 38
D. Metode Pengumpulan Data .................................................... 39
E. Instrumen Penelitian .............................................................. 41
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................... 42
G. Penyajian Keabsahan Data..................................................... 44
BAB IV REALISASI PERAN BKPRMI DALAM MEMAKMURKAN
..................................................................................................................... MASJI
D DI KECAMATAN PARIGI KABUPATEN GOWA ............................. 45-70
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................... 45
B. Program BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurussa-
lam di Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa ........................................ 48
C. Langkah-langkah yang ditempuh BKPRMI dalam Memak-
murkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kec. Parigi
Kab. Gowa................................................................................................... 51
D. Peluang dan Tantangan BKPRMI dalam Memakmurkan
Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kec. Parigi Kab.
Gowa .......................................................................................................... 63
BAB V PENUTUP ................................................................................... 71-72
A. Kesimpulan ............................................................................ 71
B. Implikasi Penelitian ............................................................... 72
KEPUSTAKAAN ....................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN .......................................................................... 75
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Penduduk Desa Majannang Tahun 2016 ........................... 47


DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambar Desa Majannang ........................................................ 45


PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Daftar huruf bahasa Arab dan transliterasinya ke dalam huruf latin dapat dilihat
pada tabel berikut:
Konsonan

Nama
Huruf Arab Nama Huruf Latin
‫ا‬ Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan
‫ة‬ Ba B Be
‫ت‬ Ta T Te
‫ث‬ Tsa ṡ Es (dengan titik di atas)
‫ج‬ Jim J Je
Ha (dengan titik di
‫ح‬ Ha Ḥ
bawah)
‫خ‬ Kha Kh Ka dan Ha
‫د‬ Dal D De
‫ذ‬ Zal Ż Zet (dengantitik di atas)
‫ر‬ Ra R Er
‫ز‬ Za Z Zet
‫س‬ Sin S sE
‫ش‬ Syin Sy ey as sE
es (dengan titik di
‫ص‬ Shad Ṣ
bawah)
de (dengan titik di
‫ض‬ Dhad Ḍ
bawah)
te (dengan titik di
‫ط‬ Tha Ṭ
bawah)
zet (dengan titik di
‫ظ‬ Dza Ẓ
bawah)
‫ع‬ „ain „ Apostrof terbaik
‫غ‬ Gain G se
‫ف‬ Fa F Ef
‫ق‬ Qaf Q Qi
‫ك‬ Kaf K Ka
‫ل‬ Lam L Ei
‫و‬ Mim M Em
ٌ Nun N En
ٔ Wawu W We
ِ Ha H Ha
‫أ‬ Hamzah ‟ Apostrof
‫ي‬ ya‟ Y Ye
ABSTRAK

Nama : Asriyadi
Nim : 50400112023
Judul : Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurusssalam
di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa

Pokok pembahasan pada penelitian ini adalah Peranan BKPRMI dalam


Memakmurkan Masjid Nurussalam di desa Majannang Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa, yang bertujuan untuk mengetahui 1) Program BKPRMI dalam
memakmurkan Masjid Nurussalam, 2) Langkah-langkah yang ditempuh BKPRMI
dalam memakmurkan Masjid, dan 3) Peluang dan tantangan BKPRMI dalam
memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa.
Penelitian merupakan penelitian kualitatif yang dalam pengumpulan
datanya melalui metode observasi dan wawancara dengan instrumen penelitian
seperti pedoman wawancara, pedoman observasi dan perekam/handphone untuk
mengumpulkan data pada sumber data primer, yaitu pengurus dan anggota DPK-
BKPRMI Kecamatan Parigi, dan sumber data sekunder, yaitu kepala desa
Majannang, pengurus Masjid Nurussalam, dan pengurus Remaja Masjid
Nurussalam untuk dianalisis dengan teknik reduksi, display, dan konklusi yang
diuji keabsahannya dengan teknik triangulasi, member check, dan perpanjangan
pengamatan. Adapun jumlah informan sebanyak 26 orang.
Kesimpulan dari penelitian ini, yaitu: 1) DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa telah melakukan program kerja melalui dua sasaran pokok-
pokok program, yaitu rekrutmen remaja masjid dan kajian dakwah di Masjid
Nurussalam Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa, 2) DPK-
BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa telah menempuh langkah-langkah
strategis dalam mengimplementasikan program kerja untuk memakmurkan Masjid
Nurussalam di Desa Majannang, yaitu pembinaan kepribadian, pembinaan remaja
masjid, pembinaan TK/TPA, pembinaan majelis taklim dan pembinaan ibadah
sosial, dan 3) DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa mendapat
dukungan pemerintah, pihak keamanan, tokoh masyarakat dan warga desa dalam
berbagai kegiatan untuk memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang,
di samping hambatan berupa keterbatasan dana, serta tingkat partisipasi dan
kedisiplinan warga yang dapat diatasi dengan cara membentuk kepanitiaan untuk
memungut bantuan sesuai kemampuan apa adanya dari warga desa, di samping
merencanakan mensosialisasikan kegiatan dalam jangka waktu yang signifikan.
Implikasi penelitian ini adalah, 1. BKPRMI harus mempertahankan atau
lebih memaksimalkan program-program yang selama ini dilakukan dalam
memakmurkan Masjid Nurussalam Desa Majannang. 2. Masyarakat Desa
Majannang harus bekerja sama dengan BKPRMI dalam memakmurkan Masjid
Nurussalam, dan 3. BKPRMI harus mampu melihat peluang dan tantangan yang
dihadapi kemudian memaksimalkan segala peluang yang ada agar Masjid
Nurussalam menjadi makmur seperti yang diharapkan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa analisis mengenai trend kehidupan dalam milenium ketiga,

termasuk pula trend di dalam pengembangan Islam. Kehidupan umat manusia

dalam milenium yang baru mempunyai dimensi yang bukan hanya dimensi

domestik, tetapi juga global yang ditandai dengan kehidupan dunia yang terbuka

dan tanpa batas. Karena itu, kehidupan global bukan hanya merupakan tantangan,

akan tetapi juga membuka peluang-peluang baru di dalam usaha untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa Indonesia. 1

Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI) tidak

terlepas dari tugas dan tanggung jawab yang tepat terhadap tantangan dan peluang

kehidupan global untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan bangsa

Indonesia, termasuk kehidupan beragama bagi umat Islam.


Dilihat dari segi kuantitas, Indonesia merupakan negara berpenduduk
Islam terbanyak, dan masjid merupakan salah satu institusi keagamaan terbesar
dalam komunitas muslim. Keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air.
Kehadiran masjid dalam satu lingkungan masyarakat setidak-tidaknya menjadi
identitas bagi keberadaan komunitas muslim di lingkungan tersebut. Semangat
masyarakat muslim untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun di
tengah krisis dan himpitan ekonomi serta himpitan akibat naiknya berbagai
komoditas yang berpengaruh pada kenaikan biaya hidup masyarakat.
Jumlah penduduk muslim terbesar yang didukung oleh masjid sebagai
institusi keagamaan terbesar pula, merupakan peluang tersendiri bagi Badan

1
H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional (Cet. III; Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010), h. 15.
Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia (BKPRMI) untuk memainkan
peran penting untuk membedayayakan potensi pemuda dan remaja muslim.
Menjadi tantangan adalah pengamalan agama umat Islam, khususnya
pemuda dan remaja yang masih kurang optimal yang disebabkan oleh berbagai
faktor, baik yang bersumber dari dalam Islam itu sendiri (internal) maupun yang
datang dari luar Islam (eksternal).
Tantangan-tantangan tersebut, antara lain adalah ajaran-ajaran
bermasalah, seperti aliran sesat, radikalisme, paham lesbian, gay, biseksual, dan
transgender, sehingga Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia
(BKPRMI) harus berada di baris terdepan dalam pemberdayaan umat berbasis
masjid dengan memperkuat kembali peranan remaja masjid.2
Ajaran Islam adalah konsepsi yang sempurna dan komprehensif, karena

ia meliputi segala aspek kehidupan manusia, baik yang bersifat duniawi maupun

ukhrawi. Islam secara teologis, merupakan sistem nilai dan ajaran yang bersifat

ilahiah. Sedangkan dari aspek sosiologis, Islam merupakan fenomena peradaban,

kultural, dan realitas sosial dalam kehidupan manusia.3

Konsepsi ajaran Islam yang komprehensif dan universal yang demikian,

mencakup seluruh aspek kehidupan, baik kehidupan duniawi maupun kehidupan

ukhrawi sehingga perlu disosialisasikan dan diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari.
Salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan untuk

mensosialisasikan ajaran Islam bagi penganutnya dan umat manusia pada

umumnya adalah aktivitas dakwah. Aktivitas ini dilakukan baik melalui lisan,

2BKPRMI, ”Kemenag: BKPRMI Harus Memperkuat Kembali Pemberdayaan Umat


Berbasis Masjid”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.co.id/2016/05/kemenag-bkprmi-
harus-memperkuat-kembali.html (17 Januari 2017).
3
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah (Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana Manajemen
Dakwah) (Jakarta: Kencana, 2006), h. 1.
tulisan, maupun perbuatan nyata (dakwah bi al-lisan, wa bi al-qalam wa bi al-

hal).4 Dakwah merupakan sarana untuk mensosialisasikan dan mengejawantah-

kan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan, baik secara individu maupun dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kegiatan dakwah bertujuan untuk meningkatkan pemahaman keagamaan

dalam berbagai aspek ajarannya agar diaktualisasikan dalam bersikap, berpikir,

dan bertindak.5 Dalam konteks inilah relevansi dakwah hadir sebagai solusi bagi

persoalan-persoalan yang dihadapi umat, karena di dalamnya penuh dengan

nasihat, pesan keagamaan dan solusi, serta keteladanan untuk menghindarkan diri

dari hal-hal negatif kepada hal-hal yang positif dalam ridha Allah.

Relevansi ini semakin signifikan apabila dakwah dilakukan secara

profesional, sehingga dapat mengakomodasi semua lapisan masyarakat serta

menyentuh aspek akal dan rohaninya. Kemampuan profesional dalam berdakwah

semakin dituntut karena persoalan dan problematika masyarakat semakin

kompleks dan masyarakat saat ini semakin kritis dalam merespons segala sesuatu

yang berkembang.

Kecenderungan masyarakat untuk mencari solusi kepada ajaran Islam

dalam menghadapi problematika kehidupan dan masalah-masalah kontemporer

merupakan tantangan bagi para pelaku dakwah. Dalam konteks ini, maka para

pelaku dakwah dituntut untuk menampilkan ajaran Islam secara rasional dengan

memberikan interpretasi kritis untuk merespon nilai-nilai yang masuk melalui

berbagai saluran informasi dari seluruh penjuru dunia yang pengaruhnya semakin

mengglobal. Artinya, dakwah harus dikemas sedemikian rupa untuk mampu

4
Yunan Yusuf, Manajemen Dakwah (Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana Manajemen
Dakwah), h. 1-2.
5
J Suyuthi Pulungan, Universalisme Islam(Jakarta: MSA, 2002),h. 66.
memengaruhi persepsi masyarakat bahwa nilai-nilai ajaran Islam lebih tinggi

nilainya dari pada nilai-nilai yang lain.

Selain itu, dakwah juga harus dapat menampilkan Islam sebagai icon

rahmat semesta (rahmatan lil al‘alamin), bukan saja pada aspek pandangan hidup

bagi umat Islam, tapi juga untuk umat lainnya sebagai keuniversalannya. Dengan

demikian, dakwah berfungsi sebagai sarana pemecahan permasalahan umat

manusia karena dakwah merupakan sarana penyampaian informasi ajaran Islam,

di dalamnya mengandung dan berfungsi sebagai edukasi, kritik, dan kontrol

sosial.

Pencapaian tujuan dakwah secara maksimal memerlukan upaya yang

optimal, maka di sinilah letak signifikan fungsi dakwah untuk mengajak manusia

kejalan yang benar dalam istilah amar ma’ruf nahi mungkar, dan mengantarkan

dakwah tepat sasaran dan mencapai tujuan yang diharapkan.


Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Mesjid
Indonesia (DPK BKPRMI) Kecamatan Parigi dalam memandang berbagai
permasalahan bangsa Indonesia ke depan menyikapi beberapa permasalahan umat,
antara lain menjadikan masjid sebagai pusat ibadah dan peradaban umat Islam,
sesuai firman Allah swt. dalam QS al-Taubah/9: 18.

           
            
Terjemahnya:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk.6

6
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Semarang:
Thoha Putra, 2002), h. 280.
Memakmurkan mesjid hanya dapat dilakukan apabila seseorang memiliki

iman, dan telah mendapat petunjuk (pelajaran atau pelatihan yang cukup). Selain

itu, memakmurkan mesjid merupakan perbuatan ma‟ruf (perbuatan yang

mendekatkan kepada Allah) yang lebih efektif dilakukan secara terorganisir,

sesuai firman Allah swt. dalam QS Ali Imran/3: 104.

           


Terjemahnya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.7
Ayat di atas menjelaskan bahwa dakwah merupakan kewajiban bagi umat

Islam dalam mengajak umat manusia ke jalan yang benar dalam istilah amar

ma’ruf dan nahi mungkar untuk senantiasa menjalankan perintah Allah dan

menjauhi larangannya. Menurut ajaran Islam, bekerja dinilai sebagai kebaikan,

sementara kemalasan dinilai sebagai keburukan. Bekerja mendapat tempat yang

terhormat di dalam Islam, dalam pandangan Islam bekerja dipandang sebagai

ibadah.8

Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) dengan

sifatnya, yakni keislaman, kemasjidan, keummatan dan keindonesiaan adalah

sebagai wahana komunikasi dari organisasi pemuda remaja masjid untuk

pengembangan program pembinaan generasi muda dari segala aspek secara

komunikatif, informatif, konsultatif, dan koordinatif.9

7
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 93.
8
Achyar Eldin, Dakwah Stratejik(Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003),h. 30.
9BKPRMI, ”Tugas dan Fungsi BKPRMI”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.
co.id/2016/05/kemenag-bkprmi-harus-memperkuat-kembali.html (17 Januari 2017).
Sifat BKPRMI tersebut, diimplementasikan oleh Dewan Pengurus

Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPK

BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dalam program kerja, bahwa:


BKPRMI sebagai organisasi kepemudaan dan gerakan dakwah, bertujuan
membudayakan dan mengembangkan potensi pemuda dan rema
masjid/mushallah agar bertaqwa kepada Allah swt., memiliki wawasan
keislaman dan keindonesiaan yang utuh dan kokoh serta senantiasa
memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah, perjuangan dan kebudayaan,
serta tetap berpegang teguh pada prinsip akidah, ukhuwah, dan dakwah
Islamiah untuk mewujudkan masyarakat yang marhamah dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.10
Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid
Indonesia (DPK BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dengan salah satu
tujuannya, yaitu memakmurkan masjid sebagai pusat ibadah, perjuangan dan
kebudayaan, memiliki peran yang penting dalam memberdayakan pemuda dan
remaja masjid untuk memakmurkan mejid.
Umat Islam sekarang ini dalam mendirikan masjid selalu berpacu pada
kemajuan zaman dengan menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi senantiasa menjadi perhatian penting
sebagai perlengkapan masjid.11
Masjid merupakan lembaga risalah tempat mencetak umat yang beriman,
umat yang beramal shaleh dalam kehidupan masyarakat, umat yang berwatak, dan
berakhlak teguh. Masjid dapat pula bermakna rumah Allah yang dibangun agar
umat mengingat, mensyukuri dan menyembah-Nya dengan baik. Data sejarah
menunjukkan bahwa Rasulullah dalam melaksanakan dakwah adalah sebagai
tugas risalah untuk menegakkan syariat Islam yang diawali di masjid, karena di
dalamnya dipelajari ajaran Islam.

10DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, Program Kerja DPK BKPRMI Kecamatan Parigi
(Parigi-Gowa: DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, 2015), h. 1.
11
Moh. E. Ayub, Manajemen Masjid(Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 10.
Salah satu hikmah yang dapat dipetik dengan dianjurkannya shalat

berjama‟ah di masjid adalah nilai spiritual dan nilai sosial. Di masjid seorang

hamba dapat berkomunikasi dengan khaliknya dan di masjid pulalah seseorang

dapat saling bertemu dengan saudara sesama muslim dan saling bertukar

informasi tentang masalah-masalah yang dihadapi.

Dari masjid itulah komunikasi timbal balik antara Rasul dengan umatnya

dan antara kaum muslimin dengan sesamanya, sehingga dapat lebih mempererat

ikatan ukhuwah yang dapat menjamin kebersamaan di dalam kehidupan. Dengan

demikian fungsi dan peranan masjid sangat besar artinya di dalam kehidupan, baik

untuk menjalin hubungan vertical (hablum minallah) maupun hubungan

horizontal (hablum minannas).

Pusat ilmu pengetahuan, pusat informasi, pusat pengetahuan strategi

perang serta pusat pembinaan dan pengembangan sumber daya umat secara

keseluruhan. Kalau di zaman Nabi masjid telah berfungsi sebagai pusat berbagai

kegiatan sosial kemasyarakatan, hal ini bukan saja karena konteks sosialnya yang

masih sederhana, justru karena proses manajemen sosial kemasjidan telah

berfungsi sebagai pengikat sosial yang berorientasi kepada kebersamaan dan

persaudaraan.12

Dasar arus informasi modern sekarang ini, membuat posisi masjid


menjadi semakin kuat sebagai wadah penyaluran informasi sekaligus sebagai

wadah pelurusan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media teknologi yang

semakin maju begitu cepatnya. Dilain pihak, teknologi tidak bisa dipandang

sebelah mata, sehingga umat Islam pengguna masjid (jamaah masjid) menjadi

lambang teknologi, tetapi harus menjadi pengguna teknologi informasi dan

pengatur informasi yang akurat.

12
Tajuddin Hajma, Makalah Manajemen Kemasjidan, h. 9.
Dengan menghidupkan fungsi masjid yang sebenarnya, dalam suatu pola

kegiatan bagi jamaah yang terarah dan terorganisir rapi. Dengan upaya-upaya ini

mampu mengoptimalkan kegiatan jamaah menggali potensi peran masjid lebih

baik. Walau demikian masih banyak masjid yang memerlukan pengelolaan

dengan baik sehingga kegiatan jamaah mampu terealisasikan dan masjid lebih

makmur karena jamaah semakin banyak dan ramai, karena jamaah merasa

disejahterahkan dengan kegiatan yang telah ditetapkan. Banyak sekali masjid

yang kegiatan jamaahnya masih terbatas sebagai pusat ibadah.

Bagaimanapun juga pengelola masjid dalam pengembangan jamaahnya

tidak akan terlepas dari manajemen. Manajemen yang baik menjadi salah satu

faktor yang mendukung bangkitnya kekuatan sebuah masjid. Jika sebuah masjid,

semegah apapun bentuknya tidak mempunyai pola manajemen yang baik maka ia

akan jauh dari peran dan fungsi yang asasi. Tidak akan muncul kekuatan apapun

yang mampu menjadi tantangan umat.13

Semua masjid seharusnya memiliki sebuah pola manajemen yang baik,

dimana hasil pengelolaan itu mampu mensejahterahkan jamaahnya terutama umat

muslim disekitarnya, tanpa memandang kapasitas besar atau kecilnya suatu masjid

di wilayah kampung, kompleks perumahan, atau di lingkungan sekitar dengan

demikian jamaah akan tetap terjaga. Seperti contoh banyak jamaah disekitar yang
sulit dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, mereka merelakan waktunya hanya

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga meniadakan program kegiatan jamaah

di masjid, hal ini menjadikan masjid sepi atau kurang kemakmurannya.


Dengan adanya hal seperti banyaknya bangunan masjid jika dioptimalkan
peran dan fungsi masjid dalam pengelolaannya untuk pengembangan jamaahnya

13
Budiman Mustofa, Manajemen Masjid (Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007), h. 93.
maka umat muslim dan sekitarnya dapat sejahtera. Maka setiap masjid perlu pola
sistem manajemen khususya dalam mensejahterakan jamaah sekitarnya.
Melalui masjid kita dapat membangun sebuah sistem masyarakat ideal,
yang dicita-citakan oleh Islam. Melalui masjid kaderisasi generasi muda dapat
dilakukan lewat proses pendidikan yang bersifat kontiniu untuk pencapaian
kemajuan. Melalui masjid pula kita dapat mempertahankan nilai-nilai yang
menjadi kebudayaan masyarakat Islam. Dan lebih penting lagi melalui masjid kita
dapat membangun masyarakat yang sejahtera sehingga mampu memberdayakan,
mencerahkan, dan membebaskan mereka dari berbagai macam keterbelakangan. 14

Bila kapasitas masjid besar dan luas, sudah tentu jumlah jamaahnya

banyak, tetapi apabila kapasitas masjid itu kecil dan tidak luas, tentu jumlah

jamaahnya sedikit. Bila masyarakat di sekitarnya adalah orang-orang yang taat

beribadah, masjid pun dengan sendirinya punya banyak jamaah. Tetapi bila

masyarakat di sekitarnya tidak suka beribadah, masjid itu akan sedikit dan kurang

jamaahnya. Jumlah jamaah saja belum otomatis menjadi ukuran kemakmuran

masjid. Sebab, di samping jumlah, kemakmuran masjid juga ditentukan

semaraknya kegiatan di masjid tersebut.15

Salah satu kegiatan masjid yang penting ialah pembinaan jamaahnya.

Melalui kegiatan ini jamaah masjid diaktifkan dan ditingkatkan kualitas iman,

ilmu, dan amal ibadah mereka, sehingga mereka menjadi muslim dan muslimah

yang semakin kaffah. Pembinaan itu tentunya berlangsung tahap demi tahap.

Dimulai dengan pendataan jamaah, jumlah, jenis kelamin, tingkat usia,

pendidikan, kehidupan sosial ekonomi, dan sebagainya, untuk mengetahui kondisi

14
Muhammadiyah Amin, Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz (Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005), h. 8-9.
15
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid (Jakarta: Cet. 1, Gema Insani Press, 1996),
h. 123.
dan situasi jamaah. Selanjutnya pola dan sistem pembinaan itu disesuaikan

dengan kondisi dan situasi jamaah.16

Kecamatan Parigi adalah salah satu kecamatan yang merupakan bagian

dari Kabupaten Gowa. Di kecamatan tersebut terdapat beberapa masjid dan

mushallah, namun masjid dan mushallah tersebut belum berfungsi secara

maksimal karena masjid dan mushallah di Kecamatan Parigi semata-mata

digunakan untuk melaksanakan kewajiban salat semata. Padahal pada umumnya

masjid merupakan tempat ibadah yang multi fungsi.

Berawal dari masalah tersebut BKPRMI mulai hadir dan merangkul

semua masjid yang terdapat di Kecamatan tersebut. Guna untuk memakmurkan

masjid dan mengembalikan fungsi masjid yang semestinya, yaitu dengan

membuat dan menjalankan program-program keagamaan yang sifatnya dapat

mendidik dan membangun masyarakat secara umum. Seperti, pelaksanaan

pengajian bagi remaja masjid dan pengadaan TKA/TPA yang bertujuan untuk

mengajarkan Al-Qur‟an terhadap masyarakat terutama anak usia dini dapat

terhindar dari buta baca tulis Al-Qur‟an. Salah satu masjid yang dimaksud adalah

masjid Nurussalam yang terletak di Desa Majannang Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti bermaksud untuk

mengetahui, “Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurussalam

di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa”, sebagai salah satu

pengurus masjid untuk senantiasa memberikan informasi, masukan serta kritik

sehingga masjid dapat difungsikan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat

dalam kemakmuran sebuah masjid.

16
Mohammad E. Ayub, Manajemen Masjid, h. 124.
B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus penelitian

Penelitian merupakan suatu proses yang berawal dari minat peneliti

untuk mengetahui masalah sosial atau fenomena (gejala) sosial tertentu. 17 Gejala

dalam pandangan penelitian kualitatif adalah bersifat holistik (menyeluruh, tidak

dapat dipisah-pisahkan), sehingga penelitian didasarkan pada keseluruhan siatuasi

sosial yang diteliti.18 Karena terlalu luasnya masalah, maka penelitian dibatasi

pada pokok masalah yang disebut fokus untuk mempertajam penelitian.

Spradley dalam Sugiyono, menyatakan bahwa a focused refer to a single

cultural domain or a few related domains yang berarti, bahwa fokus merupakan

domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dari situasi sosial. 19 Karena itu,

beberapa domain yang terkait dengan peranan BKPRM dalam memakmurkan

mesjid, ditetapkan sebagai fokus penelitian.

Fokus penelitian dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penafsiran

yang keliru dari pembaca dan keluar dari pokok permasalahan, oleh karena itu

penelitian difokuskan pada “Peranan Dakwah BKPRMI dalam Memakmurkan

Masjid”.

2. Deskripsi Fokus

Orientasi penelitian ini dibatasi pada peranan dakwah BKPRMI dalam

memakmurkan masjid. Hal tersebut untuk menghindari pembahasan yang meluas

17
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi
(Jakarta: LP3ES, 1989), h. 12.
18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 207.
19
James Spradley, Participant Observation (Holt: Rinehart and Winston, 1980). Dikutip
dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 208-209.
dan tidak relevan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti. Dalam tulisan

ini, peranan dakwah BKPRMI dalam memakmurkan masjid dimaksudkan agar

BKPRMI dapat memberikan kontribusi dalam memakmurkan sebuah masjid,

yaitu Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

BKPRMI adalah organisasi dakwah, organisasi kader, dan wahana

komunikasi organisasi pemuda remaja masjid. Sebagai organisasi, BKPRMI

merupakan wadah kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih remaja

muslim yang memiliki keterkaitan dengan masjid untuk mencapai tujuan bersama.

Mengingat keterkaitannya yang erat dengan masjid, maka peran organisasi ini

adalah memakmurkan masjid.20

Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) dalam

memainkan perannya untuk memakmurkan masjid, tidak terlepas dari tujuan

BKPRMI itu sendiri yang antara lain adalah memakmurkan masjid sebagai pusat

ibadah, perjuangan dan kebudayaan. Karena itu, memakmurkan masjid dalam

konteks yang diperankan oleh BKPRMI adalah menjadikan masjid sebagai pusat

ibadah, perjuangan dan kebudayaan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan

pokok masalahnya yaitu bagaimana peranan dakwah BKPRMI dalam


memakmurkan masjid nurussalam di desa majannang kecamatan parigi kabupaten

gowa? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

20
Imam Munawir, ”Badan Komuniaksi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia”, Blog
BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-komunikasi-pemuda-remaja-
masjid.html (9 Januari 2017).
1. Bagaimana program BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di

Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa?

2. Bagaimana langkah-langkah yang ditempuh BKPRMI dalam memakmurkan

Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa?

3. Bagaimana peluang dan tantangan BKPRMI dalam memakmurkan Masjid

Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa?

D. Kajian Pustaka/Penelitian Terdahulu

Dari beberapa rujukan skripsi yang peneliti jadikan perbandingan

mempunyai relevansi yang sangat kuat ditinjau dari segi peranan dakwah

BKPRMI dalam memakmurkan masjid, akan tetapi yang jadi perbedaan dari

peneliti sebelumnya ditinjau dari pendekatan yang dipakai oleh peneliti, karena

peneliti fokus dengan pendekatan dakwah.

“Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam” yang ditulis

oleh Mochtar Effendy, berisi ilmu manajemen sebagai suatu disiplin ilmu yang

prinsip-prinsipnya banyak terdapat di dalam ajaran Islam, yaitu di dalam Alquran

dan Hadis yang harus diterima dan dipelajari.21 Salah satu unsur manajemen

adalah organisasi (organization), di mana setiap orang yang termasuk di dalamnya

merupakan bagian dari organisasi yang berkewajiban untuk memenuhi tugas dan

fungsinya secara keseluruhan.22


Setiap orang, baik pengurus maupun anggota biasa dalam suatu

organisasi, merupakan bagian dari organisasi tersebut yang berkewajiban untuk

memainkan peran dan fungsi sesuai bidang yang menjadi tugas dan tanggung

jawab masing-masing.

21
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Cet. II;
Jakarta: Bhratara, 1996), h. xi.
22
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam, h. 82.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI)

sebagai organisasi kader dan dakwah bagi segenap pemuda dan remaja masjid,

memiliki peran strategis dalam pembinaan dan pemberdayaan potensi generasi

muda, khususnya pemuda dan remaja masjid.23

Studi ilmu manajemen berdasarkan pendekatan ajaran Islam yang

dilakukan oleh Mochtar Effendy, relevan dengan peran Badan Komunikasi

Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) di Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa yang mengemban misi utama, yaitu pembinaan dan pemberdayaan potensi

pemuda, khususnya pemuda dan remaja masjid di Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa.

Ruang lingkup pembahan dalam ilmu manajemen yang sangat luas,

sehinngga relevansi hasil studi sebelumnya dengan kajian masalah dalam

penelitian ini, dibatasi pada pekerjaan (kegiatan) sebagai salah satu komponen

organisasi, yaitu kegiatan memakmurkan masjid. Karena itu, dilihat dari ruang

lingkup kajiannya, maka penelitian ini berbeda dengan studi sebelumnya.

Penelitian yang berjudul “Strategi Pengurus Masjid H. M. Asyik Kota

Makassar dalam Memakmurkan Masjid (Studi Manajemen Masjid)” oleh St.

Asmah. DM, menghasilkan kesimpulan bahwa kegiatan dakwah di Masjid H.M.

Asyik dalam memakmurkan masjid telah lama dilakukan dan telah menunjukkan
beberapa keberhasilan, namun sejauh ini kegiatan dakwah di Masjid ini belum

dikelola secara maksimal dan professional.24

Meskipun penelitian sebelumnya relevan untuk mengkaji upaya

memakmurkan masjid, akan tetapi fokus yang berbeda dengan peranan BKPRMI

23DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, Program Kerja DPK BKPRMI Kecamatan Parigi,
h. 1.
24St.Asmah DM., “Strategi Pengurus Masjid H. M. Asyik Kota Makassar dalam
Memakmurkan Masjid (Studi Manajemen Masjid)”, Skripsi (Makassar: FDK UIN Alauddin,
2005), h. ix.
pada penelitian ini. Karena itu, terdapat perbedaan pada peranan BKPRMI dalam

memakmurkan masjid yang belum dikaji pada penelitian sebelumnya.

Penelitian yang berjudul “Manajemen Masjid Babussa‟adah di Manuruki

II Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar” oleh Marwah S,

menghasilkan kesimpulan bahwa manajemen masjid merupakan suatu ilmu yang

menjelaskan bagaimana proses merencanakan tugas, menghimpun dan

menempatkan tenaga-tenaga pelakasana dalam kelompok-kelompok tugas itu dan

kemudian menggerakkan ke arah pencapaian tujuan.25

Penelitian sebelumnya relevan untuk mengkaji peranan organisasi

sebagai salah satu unsur yang dibahas dalam ilmu manajemen dakwah, akan tetapi

ruang lingkup penelitian sebelumnya yang sangat luas yang membedakan dengan

penelitian yang difokuskan secara spesifik pada peranan BKPRMI sebagai salah

satu bentuk organisasi dalam memakmurkan masjid.

Penelitian yang berjudul “Fungsi Manajemen Strategi BKPRMI dalam

meningkatkan Dakwah di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng” oleh

Gassing, menghasilkan kesimpulan bahwa responden memilih jawaban kategori

sering menfungsikan strategi BKPRMI berjumlah 28,27% responden, sedangkan

yang menjawab kadang-kadang berjumlah 56,14 % responden dan yang

menjawab tidak pernah berjumlah 14,64% responden. Dari hasil tersebut peneliti

menyimpulkan bahwa responden pada umumnya hanya kadang-kadang

menfungsikan manajemen strategi BKPRMI dalam meningkatkan dakwah di

Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.26

25Marwah S., “Manajemen Masjid Babussa‟adalah di Manuruki II Kelurahan Mangasa


Kecamatan Tamalate Kota Makassar”, Skripsi (Makassar: FDK UIN Alauddin, 2012), h. ix.
26Gassing, “Fungsi Manajemen Strategi BKPRMI dalam meningkatkan Dakwah di
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng”, Skripsi (Makassar: FDK UIN Alauddin, 2012), h. ix.
Penelitian sebelumnya relevan untuk mengkaji peranan BKPRMI sebagai

salah satu bentuk organisasi yang dibahas dalam ilmu manajemen dakwah, akan

tetapi ruang lingkup penelitian sebelumnya yang mencakup kegiatan dakwah

secara luas yang membedakan dengan penelitian yang difokuskan secara spesifik

pada kegiatan memakmurkan masjid pada penelitian ini.

Berbagai hasil studi dan penelitian sebelumnya, pada dasarnya memiliki

relevansi untuk mengkaji fokus utama pada penelitian ini, baik tentang peranan

BKPRMI maupun tentang kegiatan memakmurkan masjid sebagai bagian yang

tidak terpisahkan dengan manajemen dakwah, akan tetapi dilihat dari waktu,

tempat, dan spesifiksi fokus penelitiannya, terlihat perbedaan dengan penelitian

ini, sehingga dapat diyatakan bahwa penelitian ini berbeda dan belum pernah

diteliti oleh peneliti sebelumnya.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dan kegunaan dari hasil penelitian yang dimaksudkan adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah memperoleh data yang diperlukan untuk

memecahkan masalah yang telah dirumuskan dalam perumusan masalah. Sesuai

dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:


1. Untuk mengetahui program BKPRMI dalam memakmurkan Masjid

Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

2. Untuk mengetahui langkah-langkah yang ditempuh BKPRMI dalam

memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa.

3. Untuk mengetahui peluang dan tantangan BKPRMI dalam memakmurkan

Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.


2. Kegunaan penelitian

a. Kegunaan Teoritis

1) Secara teori penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengetahuan baru tentang peranan dakwah BKPRMI dalam

memakmurkan masjid.

2) Sebagai tambahan pengetahuan tentang Bagaimana BKPRMI

berperan dalam memakmurkan masjid Nurussalam Desa

Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

3) Dapat menambah pengetahuan dalam khasanah potret dakwah

terutama BKPRMI dalam memakmurkan mesjid

b. Kegunaan Praktis

1) Dapat menjadi acuan bagi pengurus BKPRMI dalam melakukan dakwah,

khususnya untuk memakmurkan mesjid.

2) Dapat memberi gambaran tentang potret dakwah kepada para muballigh

dan penyuluh agama untuk melakukan dakwah di kalangan masyarakat,

khususnya dalam menjadikan masjid sebagai pusat ibadah dan perdaban

umat Islam.

3) Dapat memberi kontribusi dalam kajian ilmu dakwah serta dapat

dijadikan sebagai pijakan untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUN TEORETIS

A. Eksistensi BKPRMI

Pada awal berdiri, organisasi ini bernama Badan Komunikasi Pemuda

Masjid Indonesia dan disingkat BKPMI, kemudian dirubah menjadi Badan

Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia disingkat BKPRMI pada

Musyawarah Nasional VI tahun 1993 di Jakarta. BKPRMI adalah gerakan

dakwah pemuda remaja masjid di seluruh Indonesia, perhimpunan dan wahana

komunikasi dari organisasi Pemuda Remaja Masjid untuk pengembangan

program. BKPRMI adalah Organisasi yang Independen, tidak terkait secara

struktural dengan organisasi sosial kemasyarakatan dan organisasi sosial politik

manapun, tetapi mempunyai hubungan fungsional dengan Dewan Masjid

Indonesia (DMI) dalam gerakan kemasjidan.27

Jadi, berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) adalah

perkumpulan atau perhimpunan atau ikatan pemuda-remaja masjid di tiap-tiap


masjid atau mushallah, yang menjadikan masjid atau mushallah sebagai pusat

kegiatan remaja untuk belajar tentang keagamaan.


Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) semula
bernama Badan Komunikasi Pemuda Masjid (BKPMI) lahir di Gedung Majelis
Ulama Indonesia (MUI) Propinsi Jawa Barat, Jalan L.R.E Martadinata (Jl Riau,
saat itu) pada tanggal 19-21 Ramadhan 1397 H/3-5 September 1977 M. Dalam
suatu pertemuan pemuda masjid Bandung di bawah asuhan Ketua Umum MUI

27
BKPRMI, Blog BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-
komunikasi pemuda-remaja-masjid.html (25 April 2016).
Jawa Barat Saat itu Yakni K.H. E.Z. Muttaqien.28 Karena itu, BKPRMI
merupakan organisasi kepemudaan yang lahir dari pemuda masjid.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid (BKPRMI) merupakan
bagian dari keberadaan Masjid. Keberadaan BKPRMI melekat terhadap Masjid,
karena memang BKPRMI merupakan bagian tidak terpisahkan dari Organisasi
Masjid itu sendiri. Keberadaan BKPRMI ternyata memberikan warna tersendiri
bagi pengembangan masjid. Dan tentunya, BKPRMI diharapkan bisa menjadi
motor pengembangan dakwah Islam, yaitu dengan menjadikan masjid sebagai
pusat aktivitas umat Islam umumnya dan khususnya adalah bagi pemuda/
remaja.29
Eksistensi remaja masjid tentunya berbeda dari kebanyakan pemuda atau
remaja secara umum. Remaja masjid mampu mengelakkan diri dari bentuk
pergaulan huru-hara, dansa, disko, dan perilaku amburadul lainnya. Hal ini
merupakan dampak positif yang dapat dirasakan langsung, tak heran jika sebagian
mereka begitu semangat mengikuti kegiatan-kegiatan di masjid. Input yang positif
tersebut hendaknya menjadikan masukan untuk memacu diri agar mereka lebih
serius dan sungguh-sungguh di dalam memajukan organisasi masjid. Sebab di
pundak remaja masjid inilah sebagian performa masa depan Islam di tentukan.
Salah satu tiang penyangganya adalah organisasi remaja masjid, tempat
para remaja dan pemuda membuktikan diri bahwa kehadiran mereka mempunyai
motivasi yang tinggi dan dedikasi yang luhur dalam rangka membela dan
menegakkan ajaran Allah di muka bumi, bersama kaum muslimin lainnya.

28
BKPRMI, Blog BKPRMI.
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badankomunikasi-pemuda-remaja-masjid.html (7
Januari 2017).
29
BKPRMI, Blog BKPRMI.
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badankomunikasi-pemuda-remaja-masjid.html (7
Januari 2017).
Tentunya tidak layak, bila remaja masjid mengisi kegiatan dan aktivitas
keagamaannya hanya pada hari-hari besar atau pada acara peringatan-peringatan.
Mereka dapat memakmurkan masjid dalam banyak cara, mulai dari
menyempurnakan salat rawatib, menghidupkan pengajian kitab suci Al-Qur‟an
sehabis salat Asyar, Magrib dan Isya bagi anak-anak kecil, memikirkan cara agar
para remaja lain dapat direkrut menjadi anggota remaja masjid, menjadikan
masjid sebagai tempat berteduh bagi batin-batin yang gersang, tempat yang
syahdu untuk bermunajad kepada Allah swt. Ini merupakan serangkaian peran
yang menantang bagi remaja masjid.30
Syiar syariat Islam di hari ini, besok, dan lusa senantiasa menuntut seluruh
keterlibatan umat Islam dalam menjunjung tinggi-tinggi kebesaran agama Allah,
keagungan syariatnya akan semakin gagah apabila seluruh umat Islam bertekad
memperjuangkannya dan menjaga kesuciannya. Secara khas, syiar ini pula
terdapat pada pundak para remaja masjid.
Sebagai contoh jilbab sebagai pakaian muslimah, yang pada kenyataannya

tidak luput dari penghinaan dan pelecehan manusia yang berakidah dangkal.

Pemakaian jilbab dikalangan remaja putri Islam merupakan salah satu manifestasi

dari pengalaman ajaran Islam, di dalam interaksi sosial, ada kasus jilbab yang

diperkarakan di pengadilan dan banyak mulut yang usil yang kurang toleran

terhadap remaja putri yang berjilbab. Hal-hal di atas merupakan sebagian kecil
tantangan yang datang dari luar yang ingin memadamkan sinar terang syiar

Islam.

Para remaja masjid, sebagai elemen umat Islam yang bertanggung jawab

mengibarkan panji-panji Islam tidak boleh tinggal diam. Mereka hendaknya

mampu mempertahankan syiar Islam, ketika Islam digerogoti oleh pihak-pihak

30
M. Munir dan Ilahi,Wahyu. Manajemen Dakwah (Jakarta: Kencana, 2006),h. 153.
yang tidak menyukai Islam semarak di bumi. Selain itu, contoh lain misalnya

para remaja masjid harus jeli mewaspadai menyangkut gencarnya gerakan kaum

misionaris di daerah pemukiman umat Islam, khususnya yang bertaraf ekonomi

lemah, kelompok muslim dhuafa. Praktek semacam ini sungguh tidak sehat dan

bertentangan dengan prinsip kerukunan hidup beragama di alam pancasila. Para

remaja masjid diharapkan peka dan ikut serta membentengi praktek-praktek kotor

yang dilakukan kalangan non Islam. Sebab sekecil apapun peran serta kelompok

remaja masjid, tetap akan memiliki arti dalam konteks ijtihad di bawah panji-panji

Islam. 31

Kiranya tidak berlebihan bila seluruh umat Islam, yang mencintai

semaraknya masjid, makmurnya kegiatan masjid, mendambakan peran remaja

masjid sebagai organisasi remaja Islam yang aspiratif dan representatif. Aspiratif

dalam arti mereka mampu mengemban amanat hati nurani umat, norma-norma al-

Qur‟an dan kebajikan Sunnah Rasullulah saw. dan representatif dalam pengertian

mewakili generasinya sebagai sebuah pilar yang membela tegaknya ajaran Ilahi di

Nusantara. remaja masjid yang memahami potensi dirinya akan ikut serta

memikirkan masa depan Islam, ikut bertanggungjawab terhadap prospek dari

perkembangan syiar Islam di masa yang akan datang. 32 Remaja masjid

merupakan asset bangsa dan umat Islam yang diharapkan berperan aktif dalam
mengembangkan syiar Islam di masa yang akan datang.

BKPRMI dengan berasaskan keislaman adalah gerakan dakwah pemuda

remaja masjid yang mempunyai status indipenden secara stuktural dan kesamaan

fungsi dengan organisasi keislaman lainnya. Dengan sifat BKPRMI yakni

31
Harahap, Syafri Sofyan Manajemen Masjid: Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris. (Cet. II, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1993),h. 154.
32
Ayub, Mohammad E. Manajemen Masjid(Cet. 1; Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h.
155.
keIslaman, kemasjidan, keummatan dan keindonesiaan adalah sebagai wahana

komunikasi dari organisasi pemuda remaja masjid untuk pengembangan program

pembinaan generasi muda dari segala aspek secara komunikatif, informatif,

konsultatif, dan koordinatif.33

BKPRMI sebagai wahana komunikasi dari organisasi pemuda remaja

masjid, berfungsi untuk pengembangan program pembinaan generasi muda dari

segala aspek secara komunikatif, informatif, konsultatif, dan koordinatif, sesuai

sifatnya, yaitu kemasjidan, keummatan dan keindonesiaan.

B. Memakmurkan Masjid (Imarah)


Imarah menurut istilah adalah suatu usaha untuk memakmurkan masjid
sebagai tempat ibadah, pembinaan umat dan peningkatan kesejahteraan jamaah. 34
Masjid merupakan salah satu institusi keagamaan terbesar dalam komunitas
muslim. Keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air. Kehadiran masjid
dalam satu lingkungan masyarakat setidak-tidaknya menjadi identitas bagi
keberadaan komunitas muslim di lingkungan tersebut. Semangat masyarakat
muslim untuk mendirikan masjid tidak pernah hilang sekalipun di tengah krisis
dan himpitan ekonomi.35
Banyak hal yang bisa dilakukan dalam rangka memakmurkan masjid. Hal
yang paling sederhana namun memiliki nilai yang sangat besar adalah dengan
menunaikan salat berjamaah di masjid secara rutin. Tidak sebatas pahala yang
diperoleh tetapi juga keterikatan secara emosional terhadap Masjid menjadikan
ummat islam semakin mencintainya. Rasa cinta inilah yang kemudian akan

33
BKPRMI, Blog BKPRMI. http://bkprmilamteng.blogspot.co.id/2013/06/tugas-fungsi-
bkprmi-bagian-1.html (17 Januari 2017).
34
Mustofa budiman, Panduan Manajemen Masjid(Surabaya: Ziyad Books, 2007),h. 34.
35
BKPRMI, Blog BKPRMI.
http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badankomunikasi-pemuda-remaja-masjid.html (7
Januari 2017).
menjadikan semangat kepada kita semakin mantap, sehingga muncul untuk
menghidupkan dan memajukan masjid dari ranah ibadah hingga efektivitas
dakwah. 36

Berangkat dari takmir, maka saatnya kini memikirkan untuk memajukan

masjid supaya semakin baik. Dari sisi fisik, boleh sekiranya dilakukan perbaikan

dan pengadaan sarana yang bersifat menunjang ibadah dan dakwah, seperti

perbaikan tempat wudhu dan toilet, pembuatan perpustakaan masjid, penyediaan

tempat parkir, pembangunan aula, dan lain sebagainya.

Pembangunan sarana dan prasarana masjid bukan sekedar membuat masjid

nampak lebih indah dan megah. Lebih dari itu, adanya kelengkapan fasilitas

masjid merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri oleh takmir maupun

jamaah. Adapun cara mensyukurinya, bagi takmir adalah dengan berusaha

mengelolanya sebaik mungkin, dan bagi jamaah adalah dengan menggunakan

sembari turut serta merawatnya.

Perlahan tapi pasti usaha yang sungguh-sungguh dan dilakukan secara

profesional, maka apa yang kita cita-citakan yaitu mewujudkan masjid sebagai

pusat pembinaan umat Insya Allah akan menjadi kenyataan. Pembinaan tidak

sebatas ritual ibadah semata, tetapi menyangkut seluruh aspek kehidupan.

Sebagaimana telah diketahui, bahwa remaja masjid merupakan organisasi

Dakwah yang menghimpun remaja muslim. Karena keterikatannya dengan

masjid, maka peran utamanya adalah memakmurkan masjid. Memakmurkan

masjid merupakan salah satu bentuk taqarrub (upaya mendekatkan diri) kepada

Allah yang paling utama.

36
Asadulloh Al-Faruq. Panduan Lengkap Mengelola dan Memakmurkan Masjid(Solo:
Pustaka Arafah, 2010),h. 48.
Usaha memakmurkan masjid memerlukan manajeman yang baik dalam

bentuk pemikiran dan perencanaan yang matang. Manajemen masjid adalah suatu

set keterampilan yang dapat membantu takmir masjid untuk mendapatkan tujuan

yang hendak dicapai dengan menggunakan potensi masjid dan hal-hal yang terkait

dengan cara yang efektif dan produktif.

Manajemen masjid secara umum dibagi menjadi dua yaitu manajemen

fisik dan manajemen fungsional. Manajemen fisik mengatur tentang

kepengurusan takmir masjid, pengaturan fisik masjid, pengaturan administrasi dan

keuangan. Adapun manajemen fungsional adalah pengaturan tentang pelaksanaan

fungsi masjid sebagai sarana ibadah, tempat mencari ilmu dan pusat pembinaan

umat. Sebagaimana yang tersirat pada firman Allah dalam QS. al-Taubah/9: 18.

           

           

Terjemahnya:
Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan salat,
menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah,
Maka merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk.37
makna ayat tersebut menunjukan bahwa setiap muslim memiliki tugas

untuk memakmurkan masjid dalam melakukan peran dan fungsinya, baik secara

individu maupun secara lembaga. Remaja masjid sebagai alat untuk mencapai

tujuan dakwah dan wadah bagi remaja muslim, diharapkan dapat menjalankan

fungsi dan peranannya sebagai lembaga kemasjidan. Sehingga aktifitas remaja

masjid yang diselenggarakan dapat memenuhi kebutuhan umat serta berlangsung

secara berdaya guna dan berhasil guna (efektif dan efisien).

37
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: PT. Intermasa, 1993),
h. 189.
Masjid merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan umat

Islam, sebab dari masjid lahir generasi yang kreatif, aktif, dan inovatif, dan di

masjid pula umat Islam dapat melaksanakan ibadah, serta aktivitas dakwah dan

kegiatan lain yang dianjurkan oleh Allh swt., sehingga masjid benar-benar

merupakan sentral kegiatan umat Islam.

a. Peran dan Fungsi Masjid

1. Fungsi Masjid

Menurut Farid Ma‟ruf Noor bahwa fungsi masjid di zaman Nabi bukan

hanya sebagai tempat salat, tetapi berfungsi sebgai tempat pembinaan umat,

majelis permusyawaratan dan markas besar muslimin, tempat menyusun taktik

dan strategi untuk melaksanakan jihad.38

Sidi Gazalba menyebutkan bahwa fungsi masjid adalah sebagai pusat

ibadah dan muamalah dan yang memberikan fungsi tersebut adalah Nabi sendiri.39

Beliau mengatakan bahwa di masa Rasulullah masjid adalah tempat mengajarkan,

membicarakan, menyimpulkan semua pokok kehidupan Islam. Kehidupan Islam

itu terperinci dalam tiga bidang, ialah Agama, antropologi, dan kebudayaan atau

dengan istilah Islam ialah Aqidah, Ibadah, dan Mu‟amalah dalam pengertian

luas.40 Apabila dikeluarkan bidang agama, maka kebudayaan itu terperinci lagi
dalam enam bidang kehidupan ialah sosial, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan

tehnik, kesenian, dan filsafat. Prinsip pokok tentang masing-masing kehidupan ini

diajarkan, dibacakan, dan disimpulkan di masjid. Ke enam bidang kehidupan itu

38
Farid Ma‟ruf Noor, Dinamika dan Akhlak Dakwah(Surabaya: Bina Ilmu, 1981),h. 90.
39
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat(Jakarta: Pustaka Antara, 1971),h. 21.
40
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Ibadah(Jakarta: Pustaka Antara, 1971),h. 134-135.
bersifat duniawi. Dengan demikian, masjid juga adalah tempat untuk pembicaraan

dunia.41

Sedangkan Moh. E. Ayyub mengemukakan sembilan fungsi masjid yang

utama, ialah:

a) Masjid merupakan tempat muslim beribadah dan mendekatkan diri

kepada Allah.

b) Masjid adalah tempat kaum muslimin beri‟tikaf, membersihkan diri,

menggembleng batin untuk membina kesadaran dan mendapatkan

pengalaman batin/keagamaan, sehingga selalu terpelihara keseimbangan

jiwa dan raga serta keutuhan kepribadian.

c) Masjid adalah tempat bermusyawarah kaum muslimin guna

memecahkan persoalan yang timbul dalam masyarakat.

d) Masjid adalah tempat kaum muslimin berkonsultasi, mengajukan

kesulitan, meminta bantuan, dan pertolongan.

e) Masjid adalah tempat membina keutuhan jamaah dan kegotong

royongan di dalam mewujudkan kesejahteraan bersama.

f) Masjid dengan majelis taklimnya merupakan wahana untuk

meningkatkan kecerdasan dan ilmu pengetahuan muslimin.

g) Masjid adalah tempat pembinaan dan pengembangan kader-kader


pimpinan umat.

h) Masjid tempat mengumpulkan dana, menyimpan, dan membagikannya.

i) Masjid tempat melaksanakan pengaturan dan supervisi sosial.42

Jadi, cukup jelas bahwa fungsi masjid ialah sebagai pusat ibadah dan

kebudayaan, baik di masa Nabi, maupun masa sekarang. Karena itu,

41
Sidi Gazalba, Masjid Pusat Pembinaan Umat(Jakarta: Pustaka Antara, 1971),h. 21.
42
Moh. E. Ayyub, Manajemen Masjid(Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 7-8.
memakmurkan masjid merupakan seuatu keniscayaan bagi kelangsungan syiar

Islam dan pembinaan umat yang berkualitas.

Pembinaan umat melalui masjid, sedikitnya ada tiga hal yang perlu

diprioritaskan ialah pembinaan masjid, pembinaan ibadah, dan pembinaan

muamalah. Dari masjid pula dapat diperoleh kejelasan bahwa bagaimana dalam

menjalankan kehidupan Islami dengan baik yang menyangkut aspek sosial-

budaya, ekonomi, serta politik. Maka dari itu implikasi dari masjid sebagai tempat

pusat ibadah dan juga pusat kegiatan sosial kemasyarakatan.

2. Peranan Masjid

Seiring dengan berkembangannya zaman, peranan masjid yang paling

penting, ialah sebagai sumber aktivitas. Perkembangan dakwah Rasul dalam

kurun waktu periode Madinah, juga tidak hanya dijadikan sebagai pusat ibadah

yang khusus, tetapi juga mempunyai peranan yang sangat luas, di antaranya:

a. Masjid dijadikan sebagai awal kegiatan setelah tujuan hijrah tercapai.

Keadaan darurat yang dialami oleh Rasul pada awal hijrah bukan justru

mendirikan benteng untuk menjaga kemungkinan serangan lawan, tetapi

mendirikan masjid.

b. Kalender Islam dimulai dengan pendirian masjid yang pertama yaitu pada

tanggal 12 Rabiul Awal permulaan tahun Hijriah, selanjutnya pada tanggal


1 Muharram.

c. Masjid pertama yang didirikan Rasul dijadikan sebagai tapal batas

pertumbuhan agama Islam di Mekkah dan perkembngan agama Islam di

Madinah.

d. Masjid menghubungkan ikatan yang terdiri dari kelompok orang

Muhajirin dan Anshar dengan satu landasan keimanan kepada Allah.


e. Masjid didirikan oleh orang-orang yang takwa secara bergotong royong

untuk kemaslahatan bersama.43

Peran masjid pada awal Hijrah di Madinah ialah hanya berfokus pada pola

aktivitas pada kegiatan ukhrawi, tapi lebih jauh lagi perpaduan antara kegiatan

ukhrawi dengan aktivitas duniawi, sehingga masjid di zaman Rasulullah sebagai

pusat ibadah serta pembinaan umat. Setelah Islam berkembang dan memasuki

berbagai Negara di dunia maka, sirah penyempurnaanya mengalami penyesuaian

dengan melihat aspek bangunan, tujuan dan juga berbagai kegiatan yang

bermanfaat dengan maksud pembinaan umat disegala bidang.

b. Peran dan Fungsi Remaja Masjid

1. Memakmurkan masjid

Remaja masjid adalah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan

masjid. Di harapkan anggotanya aktif datang ke masjid, untuk melaksanakan salat

berjamaah bersama dengan umat Islam yang lain. Karena, salat berjamaah adalah

merupakan indikator utama dalam memakmurkan masjid. Selain itu, kedatangan

mereka ke masjid akan memudahkan pengurus dalam memberikan informasi,

melakukan koordinasi dan mengatur strategi organisasi untuk melaksanakan

aktivitas yang telah diprogramkan. Dalam mengajak anggota untuk


memakmurkan masjid tentu diperlukan kesabaran, misalnya:

a. Pengurus memberi contoh dengan rutin ke masjid.

b. Menyelenggarakan kegiatan dengan menggunakan masjid sebagai tempat

pelaksanaannya.

c. Dalam menyelenggarakan kegiatan diselipkan acara salat berjamaah.

d. Pengurus menyusun piket jaga kantor kesekretariat di masjid.

43
Moh. E. Ayyub, Manajemen Masjid(Cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 1996),h. 10.
e. Melakukan anjuran-anjuran untuk datang ke masjid.

2. Pembinaan Remaja Muslim

Remaja muslim disekitar lingkungan masjid merupakan sumber daya

manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga

merupakan objek dakwah (mad’u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka

harus dibina secara bertahap dan berkesinambungan, agar mampu beriman,

berilmu, dan beramal shaleh dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk

berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat

diandalkan. Dengan pengajian remaja, mentoring, malam bina iman dan takwa

(MABIT), bimbingan membaca dan tafsir Al-Qur‟an, kajian buku, pelatihan

(training), ceramah umum, keterampilan berorganisasi dan lain sebagainya. 44

3. Kaderisasi Umat

Pengkaderan adalah suatu proses pembentukan kader yang dilakukan

sedemikian rupa sehingga diperoleh kader yang siap mengemban amanah

organisasi. Pengkaderan anggota Remaja Masjid dapat dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung. Pengkaderan langsung dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan yang terstruktur, sedang secara tidak langsung dapat

dilakukan melalui kepengurusan, kepanitiaan dan aktivitas organisasi lainnya.

Sebagai wadah generasi muda Islam, Remaja Masjid berusaha untuk


mengkader anggotanya dengan membekali mereka dengan berbagai kemampuan

yang memadai, baik kemampuan teknis operasional (technical skill), kemampuan

mengatur orang (human skill), maupun dalam menyusun konsep (conseptional

skill).

44
Amin,Muhammadiyah. Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz(Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005),h. 69.
Manfaat yang diperoleh dari pengkaderan tersebut dapat menjadi kader-

kader organisasi Remaja Masjid yang “siap pakai” yaitu kader-kader yang

beriman, professional, aktivis Islam yang terampil, anggota yang bermotivasi

tinggi, memiliki kader yang berpengetahuan dan tingkat intelektualitas yang baik

serta menghadirkan calon pemimpin yang memiliki kemauan dan kemampuan

dalam meneruskan misi organisasi.

4. Pendukung Kegiatan Ta’mir Masjid

Anak organisasi (underbouw) Ta‟mir Masjid, Remaja Masjid harus

mendukung program dan kegiatan induknya. Dalam pelaksanaan kegiatan-

kegiatan tertentu, seperti salat jum‟at, penyelenggaraan kegiatan Ramadhan, Idul

Fitri dan Idul Adha dan lain sebagainya. Disamping bersifat membantu, kegiatan

tersebut juga merupakan aktivitas yang sangat diperlukan dalam bermasyarakat

secara nyata.

Secara umum, Remaja Masjid dapat memberi dukungan dalam berbagai

kegiatan yang menjadi tanggung jawab Ta‟mir Masjid, diantaranya :

a. Mempersiapkan sarana salat berjamaah dan salat-salat khusus, seperti:

salat gerhana matahari, gerhana bulan, minta hujan, Idul Fitri dan Idul

Adha

b. Menyusun jadwal dan menghubungi khatib Jum‟at, Idul Fitri, dan Idul
Adha

c. Menjadi Panitia kegiatan-kegiatan kemasjidan

d. Melaksanakan pengumpulan dan pembagian zakat

e. Menjadi pelaksana penggalangan dana

f. Memberikan masukan yang dipandang perlu kepada Takmir Masjid dan

lain sebagainya. 45
5. Dakwah dan Sosial

Remaja masjid adalah organisasi dakwah Islam yang mengambil

spesialisasi remaja muslim melalui masjid. Organisasi ini berpartisipasi secara

aktif dalam mendakwahkan Islam secara luas, disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang melingkupinya. Aktivitas dakwah bil lisan, bil hal, bil qalam dan

lain sebagainya dapat diselenggarakan dengan baik oleh pengurus maupun

anggotanya. Meskipun diselenggarakan oleh remaja masjid, akan tetapi aktifitas

tersebut tidak hanya membatasi pada bidang keremajaan saja tetapi juga

melaksanakan aktifitas yang menyentuh masyarakat luas, seperti bakti sosial,

kebersihan lingkungan, membantu korban bencana alam dan lain-lain, semuanya

adalah merupakan contoh dari aktivitas dakwah yang dilakukan oleh remaja

masjid dan mereka dapat bekerja sama dengan ta‟mir masjid dalam

merealisasikan kegiatan kemasyarakatan tersebut.

Dalam rangka pembinaan umat melalui masjid, sedikitnya ada 3 hal yang

perlu di prioritaskan ialah, pembinaan masjid, pembinaan ibadah, dan pembinaan

muamalah. Dari masjid pula dapat diperoleh kejelasan bahwa bagaimana dalam

menjalankan kehidupan Islami dengan baik yang menyangkut aspek sosial-

budaya, ekonomi, serta politik. Maka dari itu implikasi dari masjid sebagai tempat

pusat ibadah dan juga pusat kegiatan sosial kemasyarakatan.


Upaya-upaya pembinaan masjid dapat dilakukan melalui berbagai

kegiatan dan sarana kegiatan yang dilaksanakan dan dapat mengundang akan

kehadirannya di masjid dengan melakukan aktifitas yang sangat bermanfaat serta

berujung pada upaya memakmurkan masjid. Usaha-usaha yang dimaksud adalah:

45
Amin,Muhammadiyah. Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz(Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005),h. 70.
a. Pembinaan kepribadian berupa pelaksanaan salat lima waktu, salat jumat,
salat taraweh, masalah iman, muazzin, khatib dan jamaah. Juga khatib
dibekali pengetahuan tentang keadaan jamaah.
b. Pembinaan majelis taklim yang kegiatannya berpusat di masjid dan
senantiasa tetap memperhatikan kualitas dan kuantitas pelaksanaannya
termasuk sistem dan metode penyampaiannya.
c. Pembinaan remaja masjid juga memerlukan perhatian khusus, sebab
remaja adalah masa yang penuh dengan idealis yang penuh semangat.
Oleh karena itu, mereka harus diarahkan pada kegiatan yang bermanfaat
pada agama.
d. Pembinaan perpustakaan masjid diserahkan pada penyediaan bahan

pustaka yang sangat dibutuhkan oleh jamaah dan masyarakat setempat.

Dengan demikian, perpustakaan masjid menjadi dinamis dan berdaya

guna. Untuk mengoptimalkan pelayanannya diperlukan pengurus atau

sruktur organisasi perpustakaan sesuai kebutuhan.

e. Pembinaan TK/TPA. Pembinaan anak-anak pada usia dini di masjid

merupakan pembiasaan anak, mengunjungi dan menghargai masjid

sebagai tempat beribadah dan mencari ilmu. TK/TPA diadakan di masjid

karena kenyataan di lapangan masih banyak di antara umat Islam yang

buta aksara Al-Quran.


f. Pembinaan ibadah sosial yang dikelolah oleh pengurus masjid, sangat jauh

berbeda dengan kegiatan ibadah sosial yang tidak terkontrol. Ibadah sosial

yang dapat dilakukan oleh pengurus masjid berupa pengurusan zakat,

qurban, kematian, membantu fakir miskin, yatim piatu, gotong royong,

khitanan massal, membantu anak terlantar dan lain-lain.46

46
Rukmana nana, Panduan Peraktis Membangun Dan Memakmurkan Masjid (Jakarta:
Mutiara Qolbun Salim, 2010), h. 56.
Pembinaan peringatan hari-hari besar Islam secara kontiniu akan
memberi nuaansa pembinaan dan pemahaman sejarah perjuangan Islam di masa
silam untuk diaktualisasikan di masa mendatang. Dengan pemahaman tersebut
akan lebih memperkuat keyakinan keagamaan umat, sehingga semakin mantap
kepercayaannya kepada Allah swt. dan Rasul-Nya.
Semua bidang yang kita garap jika berhasil akan menjadikan masjid kita

subur dan makmur, sehingga masjid menjadi lebih punya taste pada kehidupan

umat. Hal ini karena, setiap kehidupan manusia bisa mendapatkan manfaat dari

kemakmuran masjid, melalui sedikitnya 5 (lima) segi yaitu:

a. Imaniyah, yaitu meyakini Aqidah Lailaha Illallah dalam arti umat dibina

oleh masjid sehingga mempunyai aqidah yang benar dan terbebas dari

segala bentuk kemusyrikan dan hanya beribadah karena mengharap rida

Allah swt.

b. Ubudiyah, yaitu menjalankan ibadah sesuai kebiasaan atau sunnah Nabi

sebagai Rasul-Nya yang menjadi tolak ukur bagi setiap kehidupan seorang

Muslim. Dalam hal ini umat di bina oleh masjid untuk menjalankan ibadah

yang terbebas dari berbagai macam bid'ah yang sesat sehingga praktek
ibadahnya selaras dengan yang disunnahkan Rasulullah saw.

c. Mu'amalah, dalam hal ini memakmurkan Masjid berusaha memperbaiki

mutu berbagai macam muamalah seperti jual beli atau perdagangan, sewa
menyewa, pertanian, peternakan, pendidikan dan tata pemerintahan dalam

hal ini masjid dapat dijadikan pusat usaha dan pencetak ilmuan yang ahli

dibidangnya. Suasana rahmatan lil alamin di masjid yang ada di masjid

akan terpancar ke seluruh segi kehidupan masyarakat.

d. Adabal Mu'asyarah, bahwa memakmurkan Masjid terlihat secara nyata

karena kerukunan dan keakraban jamaah masjid yang saling menghormati


dan memuliakan sesama manusia dengan mendahulukan hak-hak

saudaranya daripada haknya sendiri. Adabal Mu'asyarah adalah peraturan

Ilahi untuk menciptakan keselarasan, perdamaian dan hubungan yang erat

antar masyarakat. Pembinaan anggota jamaah masjid diarahkan untuk

menciptakan masyarakat yang berperadaban tinggi selaras dengan nilai

kemanusiaan yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah saw.

e. Akhlaq, bahwa memakmurkan Masjid akan memancar dari lubuk hati

warga masyarakat sifat-sifat yang baik seperti saling memaafkan,

tawadlu', mendahulukan kepentingan orang lain dan terhindar dari sifat-

sifat tercela yang merusak pribadi warga masyarakat tersebut. Dengan

demikian masyarakat yang islami yang berhiaskan akhlakul karimah akan

tercipta dalam kehidupan masyarakat sehingga tugas manusia sebagai

khalifah Allah dalam kehidupan di muka bumi ini akan terlaksana dan

menimbulkan keseimbangan dalam kehidupan dan terciptalah keberkahan

di muka bumi ini.47

Hal tersebut di atas merupakan beberapa gambaran umum manfaat dari

memakmurkan masjid, masih banyak yang bisa kita peroleh dari memakmurkan

masjid yang baik untuk kemaslahatan umat, akan tetapi penelitian diarahkan pada

kelima manfaat memakmurkan masjid tersebut di atas.

47
Ahmad Sarwono. Masjid Jantung Masyarakat .( Yogyakarta: Izzan Pustaka. 2003 ).Hal
4-5.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian dilihat dari metode yang digunakan, maka penelitian ini

termasuk jenis penelitian naturalistik yang sering disebut dengan metode

kualitatif, yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi

objek secara alamiah yang lebih menekankan makna dari pada generalisasi, dan

menjadikan peneliti sebagai instrumen kunci (key instrument).48

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang secara holistik bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, baik

itu perilakunya, persepsi, motivasi maupun tindakannya, dan secara deskriptif

dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.49 Karena itu, penelitian ini

bermaksud memahami suatu fenomena sosial secara holistik yang dilakukan

secara alamiah pada suatu subjek penelitian.


Sesuai dengan jenisnya, maka penelitian ini dilakukan pada kondisi

subjek yang objektif dan berlangsung secara alamiah sebagaimana yang terjadi

pada upaya memakmurkan masjid Nurussalam yang dilakukan oleh Badan


Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

2. Lokasi Penelitian

48
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D (Cet.
XIX; Bandung: Alfabeta, 2011), h.8.
49
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Kerta Karya, 1998),
h. 6.
Kecamatan Parigi adalah salah satu kecamatan yang terletak di

Kabupaten Gowa yang memiliki beberapa masjid dan mushallah yang tersebar di

sejumlah desa, antara lain Masjid Nurussalam yang terletak di Desa Majannang

yang dijadikan sebagai sasaran binaan oleh Dewan Pengurus Kecamatan Badan

Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPK-BKPRMI) Kecamatan

Parigi Kabupaten Gowa.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian sebagai titik tolak atau sudut pandang yang

digunakan dalam proses penelitian, terdiri atas pendekatan metodologi dan

pendekatan studi atau keilmuan.50 Kedua jenis pendekatan tersebut digunakan

sebagai titik tolak atau perspektif untuk melakukan penelitian.

1. Pendekatan Metodologi

Metodologi penelitian adalah suatu pengkajian dalam mempelajari

peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian dan dari sudut filsafat,

metodologi penelitian merupakan epistimologi penelitian.51 Adapun rangkaian

metodologi penelitian yang digunakan penulis adalah penelitian kualitatif yang

dalam pengumpulan datanya menggunakan metode deskriptif, yaitu pengumpulan

data dari responden.

Metode deskriptif, di antaranya adalah penggunaan studi khusus


deskriptif dalam penelitian ini bermaksud agar dapat mengungkap atau

memperoleh informasi dari data penelitian secara menyeluruh dan mendalam. 52

Maka dari itu, peneliti menggunakan metode ini dalam melakukan penelitian

50
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian (Cet. II; Makassar: Alauddin Press, 2016), h. 16.
51
Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 6.
52
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2006), h.35.
mengenai peranan BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa

Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

2. Pendekatan Studi atau Keilmuan

Berbagai perspektif hasil studi disiplin ilmu tertentu yang dapat

digunakan untuk memandang suatu proses penelitian, akan tetapi perspektif yang

digunakan harus memiliki relevansi akademik dengan program studi peneliti, 53

sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

manajemen, yaitu usaha dan kegiatan untuk mengombinasikan unsur-unsur

manusia (man), barang (material), uang (money), dan mesin-mesin (machines).54

Pendekatan ini secara langsung mendapat informasi dari informan.

Melalui pendekatan manajemen, peneliti berkomunikasi kepada pihak-

pihak yang dianggap relevan dijadikan nara sumber untuk memberikan

keterangan terkait penelitian yang dilakukan. 55 Oleh sebab itu peneliti melakukan

pendekatan tersebut untuk mendapatkan data dan informasi mengenai peranan

BKPRMI dalam memakmurkan masjid Nurussalam di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

C. Sumber Data

Penelitian ini membutuhkan waktu berkisar enam bulan, sejak

pengesahan draft proposal, penerbitan suratrekomendasi penelitian, hingga tahap


pengujian hasilpenelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber

data, yaitu sumber data primer, dan sumber data sekundar.

1. Sumber Data Primer

53
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian, h. 16.
54
Mochtar Effendy, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam (Cet. II;
Jakarta: Bhratara, 1996), h. 10.
55
Hafied Cangara, Pengentar Ilmu Komunikasi. EdisiKedua (Cet. XIII; Jakarta: Rajawali
Pers, 2012), h. 19.
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber utama. Dalam
penelitian ini yang menjadi sumber utamanya adalah pengurus dan anggota
BKPRMI, serta kepala desa dan pengurus Masjid Nurusslam di Desa Majannang
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

2. Sumber Data Sekunder


Data sekunder merupakan data pelengkap atau tambahan yang
melengkapi data yang sudah ada sebelumnya dari sumber data primer. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah kajian terhadap artikel atau buku-buku yang
di tulis oleh para ahli yang ada hubungannya dengan penelitian ini serta kajian
pustaka dari hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan pembahasan
penelitian ini, baik yang telah di terbitkan maupun yang tidak di terbitkan dalam
bentuk buku.
D. MetodePengumpulan Data
Sebagai seorang peneliti, maka harus melakukan kegiatan pengumpulan
data. Kegiatanpengumpulan data merupakan prosedur yang sangat menentukan
baik tidaknya suatu penelitian. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-
cara yang dapat digunakan periset untuk data.56 Adapun metode pengumpulan
data yang digunakan peneliti adalah sebagaiberikut:

1. Penelitian Pustaka (Library Research)


Penelitian pustaka adalah suatu kegiatan mencari data dari buku-buku
yang sesuai untuk dijadikan referensi dan dijadikan sebagai acuan dasar untuk
menjelaskan konsep-konsep penelitian. Literatur yang dimaksud adalah berupa
buku, ensiklopedia, karya tulis ilmiah dan sumber data lainnya yang di dapatkan
di berbagai perpustakaan.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

56
Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar oleh
Burhan Bungin. Edisi Pertama (Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009), h. 93.
Jenis penelitian ini menggunakan beberapa cara yang dianggap relevan

dengan penelitian ini antara lain adalah sebagaiberikut:

a. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap

gejala-gejala yang diteliti.57 Penggunaan metode observasi dalam penelitian di

atasmempertimbangkanbahwa data yang dikumpulkansecaraefektif yang

dilakukan secara langsung dengan mengamati objek.

Peneliti menggunakan teknik ini untuk mengetahui kenyataan yang ada

di lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati, mencatat dan

menganalisis secara sistematis. Pada observasi ini, peneliti menggunakan

observasi dengan maksud untuk mendapatkan data yang akurat mengenai peranan

BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

b. Wawancara

Metode wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara bertatap muka, pertanyaan diberikan secara lisan dan
jawabannya juga diberikan secara lisan.58 Karena itu, wawancara dilakukan

dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab oleh informan

secara lisan pula.


Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

secara mendalam, yaitu dengan cara mengumpulkan data atau informasi secara

langsung bertatap muka dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan

57
HusainiUsmanPoernomo, MetodologiPenelitianSosial (Jakarta: Bumi Aksara, 1996),
h.54.
58
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009), h. 222.
mendalam.59 Maka dari itu, peneliti menggunakan metode wawancara kepada

pengurus dan anggota BKPRMI dan orang yang dianggap berkompoten, serta

memiliki pengetahuan tentang objek yang diteliti dalam mengumpulkan data.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan benda-

benda tertulis sepertibuku, majalah, dokumentasi, peraturan-peraturan, notulen,

rapat, catatan harian dan sebagainya.60 Data yang diperoleh dari metode

dokumentasi adalah data mengenai kegiatan BKPRMI dalam memakmurkan

Masjid Nurusslam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

E. Instrumen Penelitian

Salah satu faktor penunjang keberhasilan dalam sebuah penelitian adalah

instrumen atau alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Sugiyono

menjelaskan, bahwa terdapat dua hal yang memengaruhi kualitas data hasil

penelitian, yaitu kualitas instumen penelitian, dan kualitas pengumpulan data. 61

Dalam pengumpulan data dibutuhkan beberapa instrumen sebagai alat untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian.

Pengumpulan data dalam penelitian ini, digunakan beberapa instrumen,

yaitu pedoman observasi untuk mengamati kegiatan memakmurkan masjid,

pedoman wawancara untuk menanyakan peran dan kegiatan BKPRMI dalam


memakmurkan masjid, dan alat perekaman seperti kamera handphone untuk

merekam kegiatan memakmurkan masjid yang dilakukan oleh pengurus dan

anggota BKPRMI bekerja sama dengan pengurus Masjid Nurussalam di Desa

Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

59
Husain Usman dan Pornomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial (Cet. IV; Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2011), h.73.
60
SutrisnoHadi, Metodologi Research (Yogyakarta: UGM Press, 1999), h.72.
61
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R & D, h. 156.
F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak

sebelum memasuki lapangan, dan setelah selesai di lapangan, akan tetapi

pengolahan dan analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan

bersamaan dengan pengumpulan data.62 Karena itu, pengolahan dan analisis data

pada penelitian ini, dilakukan selama proses penelitian bersamaan dengan

pengumpulan data di lapangan.

Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh

dengan cara, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),

serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).63


Pengolahan dan analisis data pada penelitian ini, dilakukan selama proses
penelitian bersamaan dengan pengumpulan data di lapangan dengan cara reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), serta penarikan kesimpulan
dan verifikasi (conclusion drawing/verification).

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak dan rumit.

Kompelksitas dan kerumitan data perlu dianalisis melalui reduksi data, yaitu

merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

pentig, serta dicari tema dan polanya. 64 Jadi kompelksitas dan kerumitan data

dianalisis dengan cara mereduksi data, yaitu memilih yang penting, membuat

kategori, dan membuang data yang tidak relevan dengan fokus yang diteliti.

2. Penyajian Data (Data Display)

62
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D (Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 245.
63
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 246.
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 247.
Sementara pengumpulan data terus berlangsung, analisis data dilakukan

secara berdampingan sampai tuntas. Deskripsi dan konseptualisasi diterjemahkan

dan dirangkumkan dalam bentuk pola-pola.65 Melalui penyajian data tersebut,

maka data terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga semakin

mudah dipahami.66 Setelah pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh data

selama penelitian, maka pola tersebut selanjutnya disajikan dalam bentuk narasi.

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion drawing/verification)

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau

gelap menjadi jelas, berupa hubungan kausal atau interaktif yang karena didukung

oleh data yang akurat, maka kesimpulan menjadi kredibel.67

Penarikan kesimpulan dilakukan bersamaan dengan verifikasi data, yaitu

mendeskripsikan data dalam bentuk pola-pola yang kredibel yang didukung oleh

data yang akurat. Kesimpulan merupakan jawaban terhadap rumusan masalah

yang ditarik berdasarkan data yang diperoleh selama proses penelitian di

lapangan.

G. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data pada penelitian kualitatif sering ditekankan pada

validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dinyatakan
valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang

sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti, dan suatu data dinyatakan reliabel

apabila peneliti dalam waktu yang berbeda menghasilkan data yang sama.

Pengujian keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain

65
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Cet. VII; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 115.
66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 249.
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 253.
dengan cara perpanjangan pengamatan, triangulasi, dan mengadalan proses

pengecekan data (memberchek).68

Perpanjangan pengamatan dilakukan untuk menguji keabsahan data

dengan cara peneliti kembali ke lapangan melakukan pengamatan terhadap proses

yang dilakukan oleh pengurus dan anggota BKPRMI dalam memakmurkan

Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

Selanjutnya, dilakukan triangulasi, yaitu pengecekan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan waktu yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti

mendatangi sumber data dengan cara dan waktu yang berbeda sebelumnya untuk

memperoleh data yang sama. Sedangkan membercheck merupakan proses

pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data untuk mengetahui

kesamaan persepsi antara peneliti dengan pemberi data berkenaan dengan

deskripsi data.

68
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D, h. 268-270.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Letak Geografis Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa

Desa Majannang secara geografis berada di ketinggian antara 500-800

dpl (di atas permukaan laut). Dengan keadaan curah hujan rata-rata dalam

pertahun antara 135 hari s/d 160 perhari, serta suhu rata-rata pertahun adalah 20

s/d 30 C. Letak geografis Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa, tergambar

dalam peta sebagai berikut:

Bagan 1

Gambaran Umum Desa Majannang

Letak geografis Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa adalah: Sebelah
Utara, berbatasan dengan Kec. Tinggimoncong, sebelah Selatan, berbatasan
dengan Desa Bilanrengi, sebelah Barat, berbatasan dengan Desa Jonjo, dan
sebelah Timur, berbatasan dengan Desa Manimbahoi.
Gambaran Umum Desa Majannang adalah usaha menggambarkan secara
utuh tentang kondisi Desa.Data-data yang disusun diambil dari semua data yang
tersedia dan bisa dipisahkan. Selain menggunakan data-data yang ada gambaran
umum Desa ini, dipercaya dengan data-data yang didapat dari hasil survey
pemetaan social, wawancara, Forum Grup Diskudi (FGD) dengan menggunakan
metode CLAPP-GSI, maupun pegamatan secara langsung, merupakan bagian dari
tahapan Participatory Rural Appraisal (PRA) dan Rapid Rural Appraisal (RRA).
Data yang dipakai untuk menggambarkan situasi atau keadaan
kependudukan misalnya, dalam gambaran umum memakai data hasil survey
serta melalui sensus Peringkat Kesejahteraan Masyarakat (PKM).Dalam bentuk
indept interview dan Forum Grup Diskusi (FGD) kepada masyarakat umum.Hasil
data ini memunculkan perbedaan dengan data yang ada di Desa.Setelah ditelusuri
dan dicek ulang data yang ada diDesa adalah data yang disusun dari data hasil
sensus penduduk.Sementara hasil sekunder ini dilakukan pada Bulan Oktober
2010.Sehingga pada penyusunandokumen Desa Majannang ini, memakai data
yang aktual yang didapat dari hasil pendataan survey di lapangan.

2. Administrasi Desa Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa


Secara administrasi, Desa Majananng terletak di Wilayah Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa, yang merupakan Desa ibukota Kecamatan berdampingan
dengan 3 Desa dalam satu kecamatan. Wilayah Desa Majannang terdiri dari 3
(tiga) Dusun yaitu:
a. Wilayah Dusun Nirannuang terdiri dari (empat) Rukun Warga dan 9
(Sembilan) Rukun Tetangga (RT), yaitu (a) RW 01 Pattallassang 2 (dua) RT,
(b) RW 02 Putepala 3 (tiga) RT, (c) RW 03 Bontorappo 3 (tiga) RT, dan (d)
RW 04 Bajannang 1 (satu) RT.
b. Wilayah Dusun Longka terdiri dari 4 (empat) Rukun Warga dan 6 (enam)
Rukun Tetangga, yaitu (a) RW 01 Sampeang 3 (tiga) RT, dan (b) RW 02
Longka 3 (tiga) RT.
c. Wilayah Dusun Sironjomg terdiri dari 2 (dua) Rukun Warga dan 6 (enam)
Rukun Tetangga, yaitu (a) RW 01 Sironjong 3 (tiga) RT, dan (b) RW 02
Gantung 3 (tiga) RT.

3. Kependudukan Desa Majannang


Berdsarkan data administrasi Pemerintah Desa Majannang, jumlah
penduduk yang tercatat secara administrasi, jumlah total jiwa. Dengan perincian
penduduk berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1268 jiwa, sedangkan berjenis
kelamin perempuan berjumlah 1411 jiwa. Data kependudukan, tergambar pada
tabel berikut ini.
Tabel 1
Data Penduduk Desa MajannangTahun 2016
Jumlah Penduduk
No Dusun Jumlah KK
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Nirannuang 265 479 534 1013
2 Longka 226 422 452 874
3 Sironjong 156 376 436 812
Jumlah 647 1277 1422 2699
Sumber data: KPM Desa majannang69
Berdasarkan jumlah jiwa penduduk maka akan terlihat pengelompokan

umur mulai dari usia balita (0-5 tahun), usia wajib sekolah sampai pada usia non

produktif. Usia produktif yaitu usia 15-45 tahun adalah usia yang sangat potensial

untuk menunjang aktifitas pembangunan di Desa yang akan dilakukan.Tetapi

faktor usia tidak hanya berdiri sendiri tetapi harus ditunjang dengan kemampuan,

kemauan dan keterampilan yang di miliki.

B. Program BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa


Majannang Kec. Parigi Kab. Gowa

69
Hasil sensus Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) Desa Majannang Kecamatan
Parigi.
BKPRMI adalah organisasi dakwah, organisasi kader, dan wahana

komunikasi organisasi pemuda remaja masjid, diharapkan akan menjadikan

pemuda sesuai dengan mottonya, yaitu muwwahid (pemersatu), mujahid

(pejuang), musyaddid (pelurus), mu'addib (pendidik), dan mujaddin

(pembaharu).

Tugas dan Fungsi Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia

(BKPRMI ) sebagaimana yang tertuang di dalam AD/ART dan dituangkan dalam

pokok-pokok program kerja lembaga/seksi yang terdiri atas seksi pengembangan

dan pembinaan TK/TPA, seksi pengembangan dan pembinaan sumber daya

manusia, seksi pengembangan dan pembinaan ekonomi dan koperasi, seksi

pengembangan dan pembinaan keluarga sakinah, seksi pengembangan dan

pembinaan lembaga bantuan hukum dan HAM, seksi pengembangan dan

pembinaan kesehatan masyarakat, dan brigade BKPRMI.

BKPRMI adalah organisasi yang memiliki keterkaitan dengan masjid,

sehingga pengurud BKPRMI perlu melakukan koordinasi dan mengatur strategi

organisasi untuk melaksanakan aktivitas yang telah diprogramkan untuk

memakmurkan masjid.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI)
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa melalui program kerjanya, telah menjadikan
masjid sebagai pusat kegiatan, baik kegiatan ibadah dan dakwah, maupun
kegiatan ilmiah dan organisasi. Misalnya memberi contoh dengan sering datang
ke masjid, menggunakan masjid sebagai tempat pelaksanaa kegiatan,
menyelenggarakan kegiatan lain yang diselipkan sesudah salat berjamaah,
menyusun piket jaga kantor kesekretariat di masjid, melakukan anjuran-anjuran
untuk datang ke masjid.70

70
Saparuddin Sibali (30 Tahun), Sekretaris Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
Penjelasan di atas menggambarkan, bahwa Badan Komunikasi Pemuda
Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa (yang
selanjutnya disingkat DPK-BKPRMI) telah menjadikan kegiatan memakmurkan
masjid sebagai program kerja yang utama dengan menjadikan masjid sebagai
pusat kegiatan, baik kegiatan ibadah dan dakwah, maupun kegiatan ilmiah dan
organisasi.
Memakmurkan masjid merupakan sasaran utama BKPRMI Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa sebagaimana yang tertuang dalam pokok-pokok program
kerja, bahwa sasaran dan program kerja antara lain adalah menumbuhkan sikap
dan tekad kemandirian organisasi dalam mengoptimalkan kaderisasi pemuda dan
remaja masjid, mewujudkan BKPRMI sebagai organisasi kepemudaan dan
gerakan dakwah sebagai strategi perjuangan.71
Sasaran program kerja BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa

tersebut di atas menunjukkan, bahwa memakmurkan masjd merupakan sasaran

utama dalam program kerja BKPRMI dengan jalan menumbuhkan sikap dan

tekad kemandirian organisasi dalam mengoptimalkan kaderisasi pemuda dan

remaja masjid, dan mewujudkan BKPRMI sebagai organisasi kepemudaan dan

gerakan dakwah sebagai strategi perjuangan pemuda remaja mesjid di Kecamatan

Parigi Kabupaten Gowa.

Menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian organisasi dalam

mengoptimalkan kaderisasi pemuda dan remaja masjid yang telah diprogramkan

oleh Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia (DPK-BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa telah

diimplementasikan melalui kegiatan pengkaderan yang dilakukan di lingkungan

71
Abd. Karim S., (35 Tahun), Ketua Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
masjid, termasuk di Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa.72

Pengkaderan terhadap pengurus dan anggota remaja masjid dalam

lingkungan Kecamatan Parigi merupakan salah satu bentuk implementasi program

kerja Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia (DPK-BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa untuk

menumbuhkan sikap dan tekad kemandirian organisasi dalam mengoptimalkan

kaderisasi pemuda dan remaja masjid.

H. Alwin mengakui, bahwa remaja masjid Nurussalam melakukan

pengakderan di dalam lingkungan masjid dengan bekerja sama dengan Dewan

Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia

(DPK-BKPRMI) Kecamatan Parigi untuk membina pemuda dan remaja di Desa

Majannang agar memiliki pengetahuan dan pemahaman keagamaan, dan

keorganisasian, sekaligus sebagai upaya menjaga kesinambungan kepengurusan

remaja masjid selanjutnya.73

Pengkaderan terhadap pengurus dan anggota remaja masjid di wilayah

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa merupakan salah satu bentuk kegiatan

memakmurkan masjid yang telah diprogramkan oleh Dewan Pengurus Kecamatan

Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (DPK-BKPRMI)


Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia (DPK-BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa juga

memprogramkan kegiatan memakmurkan masjid melalui gerakan dakwah sebagai

72
Rahmat (14 Tahun), Ketua Remaja Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan
Parigi, Wawancara, Majannang, 27 Juli 2016.
73
H. Alwin (54 Tahun), Ketua Pengurus Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan
Parigi, Wawancara, Majannang, 27 Juli 2016.
strategi perjuangannya, sebagaimana penuturan H. M. Saleh Daka bahwa kegiatan

dakwah, baik khutbah jumat maupun ceramah ramadhan dan pengajian majelis

taklim di Masjid Nurussalam seringkali diisi oleh khatib atau penceramah dari

kalangan pengurus BKPRMI Kecamatan Parigi.74

Program kerja Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda

Remaja Masjid Indonesia (DPK-BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa

untuk memakmurkan masjid telah diimplementasikan melalui dua kegiatan

pokok, yaitu pengkaderan remaja masjid, dan kegiatan dakwah di Masjid

Nurusslam Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

C. Langkah-langkah yang Ditempuh BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid


Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa
Memakmurkan masjid pada hakikatnya adalah mencakup semua amal

ibadah dan ketaatan kepada Allah swt., yang diperintahkan atau dianjurkan dalam

Islam untuk dilaksanakan di masjid, akan tetapi memakmurkan masjid pada

penelitian ini dibatasi pada kegiatan mendatangi masjid dan berdiam di dalamnya

(untuk beribadah kepada Allah swt., serta membangun masjid dan memperbaiki

mesjid).

BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa melalui program kerjanya

telah mengimplementasikan kegiatan memakmurkan masjid melalui upaya-upaya

strategis, antara lain pembinaan kepribadian, pembinaan remaja masjid,

pembinaan TK/TPA, pembinaan majelis taklim, dan pembinaan ibadah sosial.

Upaya-upaya tersebut, terungkap melalui serangkaian kegiatan pengumpulan data

selama proses penelitian di lapangan.

74
H. M. Saleh Daka (45 Tahun), Imam Desa Majannang Kecamatan Parigi, Wawancara,
Majannang, 28 Juli 2016.
a. Pembinaan Kepribadian

Langkah pertama yang ditempuh oleh BKPRMI Kecamatan Parigi dalam

memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa adalah membina kepribadian, baik terhadap pengurus dan

anggota BKPRMI itu sendiri, maupun terhadap jamaah Masjid Nurussalam

tersebut, sebagaimana yang keterangan dari berbagai sumber berikut ini.

BKPRMI sebagai organisasi yang menjadikan masjid sebagai pusat

kegiatan, bertujuan antara lain memakmurkan masjid. Agar dapat memakmurkan

masjid dengan baik, maka setiap pengurus dan anggota BKPRMI menurut Abd.

Karim S., terlebih dahulu dibina kepribadiannya, sebab kepribadian merupakan

salah satu ukuran kualitas untuk dapat memengaruhi orang lain.75

Pembinaan kepribadian merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh

Dewan Pengurus Kecamatan Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid

Indonesia (DPK-BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dalam

memakmurkan masjid, termasuk Masjid Nurussalam di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

Penjelasan Abd. Karim S. tersebut di atas, sejalan dengan penuturan

Saparuddin Sibali bahwa sebelum diterjunkan ke tengah-tengah masyarakat untuk

melakukan berbagai aktivitas yang telah diprogramkan, maka perlu dilakukan

pembinaan kepribadian kepada setiap pengurus dan anggota BKPRMI melalui

pembiasaan-pembiasaan, terutama dalam melaksanakan salat berjama‟ah di

masjid.76

75
Abd. Karim S., (35 Tahun), Ketua Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
76
Saparuddin Sibali (30 Tahun), Sekretaris Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 25 Juli 2016.
Pembinaan kepribadian terhadap pengurus dan anggota DPK-BKPRMI

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa merupakan salah satu item penting yang

dilakukan melalui pembiasaan melaksanakan salat berjama‟ah di masjid agar

dapat melaksanakan aktivitas yang telah diprogramkan, termasuk di dalamnya

adalah memakmurkan masjid.

Abd. Haris Sibali mengungkapkan, bahwa kegiatan berupa pelaksanaan

salat lima waktu, salat jumat, salat tarawih pada bulan ramadhan, pembinaan

masalah iman, pelatihan muadzdzin, dan pelatihan khatib merupakan bentuk

pembinaan kepribadian yang dilakukan oleh BKPRMI Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa kepada anggota untuk dapat memakmurkan masjid.77

Penanaman pembiasaan dipandang penting dilakukan terhadap segenap

pengurus dan anggota BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa agar

memiliki kepribadian dalam melaksanakan program kerja, termasuk

memakmurkan masjid, sebab kebiasaan yang baik dapat menjadi contoh bagi

orang lain di sekitarnya.

Sebagai tindak lanjut dari pembinaan kepribadian, Muhammadong

menunjukkan kegiatan anjang sana ke masjid-masjid, termasuk di Masjid

Nurussalam yang terletak di Dasa Majannang yang dilakukan secara berkala

setiap hari jumat. Kegiatan ini selain bertujuan untuk membiasakan pengurus dan
anggota BKPRMI melaksanakan salat berjamaah, juga membangun solidaritas di

kalangan pengurus dan anggota BKPRMI, sekaligus menjalin silaturrahim, baik

dengan pengurus-pengurus masjid maupun dengan pengurus dan anggota remaja

masjid dan majelis taklim, sehingga sekali berjalan, satu dua pulau terlampaui.78

77
Abd. Haris Sabali (32 Tahun), Wakil Ketua Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 29 Juli 2016.
78
Muhammadong (32 Tahun), Anggota SPPDSDM DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 30 Juli 2016.
Kegiatan memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa, dilakukan oleh DPK-BKPRMI Kecamatan

Parigi Kabupaten Gowa dengan berbagai langkah strategis, dimulai dengan

pembinaan kepribadian terhadap segenap pengurus dan anggotanya melalui

anjang sana ke masjid-masjid untuk menanamkan pembiasaan melaksanakan salat

secara berjamaah, sekaligus membangun solidaritas dan menjalin silaturrahim

dengan berbagai pihak yang terkait.

b. Pembinbaan Remaja Masjid

Langkah kedua yang dilakukan oleh DPK-BKPRMI dalam

memakmurkan masjid adalah melakukan pembinaan terhadap pengurus dan

anggota remaja masjid, khususnya Remaja Masjid Nurussalam di Desa

Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

Remaja masjid merupakan salah satu organisasi yang berada di bawah

naungan BKPRMI. Oleh karena itu, keberadaan remaja masjid merupakan bagian

integral yang tidak terpisahkan dengan eksistensi BKPRMI itu sendiri, sehingga

DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi menurut Jamaluddin, perlu secara terus

menerus melakukan pembinaan terhadap remaja masjid yang ada dalam wilayah

kerjanya.79
Pembinaan terhadap remaja masjid dipandang penting oleh Jamaluddin
selaku Ketua Majelis Pertimbangan Kecamatan (MPK) pada Badan Komunikasi
Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Kecamatan Parigi Kabupaten
Gowa, sebab keberadaan remaja masjid merupakan bagian integral yang tidak
terpisahkan dengan eksistensi BKPRMI di Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

79
Jamaluddin (47 Tahun), Ketua MPK BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara, Parigi-
Gowa, 4 Juli 2016.
Remaja menurut H. M. Yusuf Talli adalah masa yang penuh dengan
idealis, dan penuh semangat, sehingga mereka harus diarahkan pada kegiatan
yang keagamaan dan kegiatan lain yang bermanfaat agar mereka tidak terjerumus
dalam kegiatan lain yang tidak saja merugikan diri sendiri, akan tetapi juga dapat
merugikan orang lain, seperti mengkonsumsi obat terlarang, geng motor, begal,
dan lain sebagainya.80
Pembinaan terhadap remaja masjid, selain berfungsi dakwah dan

pendidikan dengan mengajak dan membekali para remaja dengan berbagai

keterampilan hidup dan berorganisasi, juga berfungsi preventif dengan

membentengi para remaja dari segala bentuk kegiatan negatif yang dalam

pandangan psikologi disebut kenakalan remaja atau bahkan dalam pandangan

hukum disebut kejahatan.

Remaja muslim di sekitar lingkungan masjid merupakan sumber daya

manusia (SDM) yang sangat mendukung bagi kegiatan organisasi, sekaligus juga

merupakan objek dakwah (mad’u) yang paling utama. Oleh karena itu, mereka

harus dibina secara bertahap dan berkesinambungan agar mampu beriman,

berilmu, dan beramal shaleh dengan baik. Selain itu, juga mendidik mereka untuk
berilmu pengetahuan yang luas serta memiliki keterampilan yang dapat

diandalkan melalui berbagai bentuk kegiatan, seperti pengajian remaja,

mentoring, malam bina iman dan takwa (MABIT), bimbingan membaca dan tafsir
Alquran, kajian buku, pelatihan (training), ceramah umum, keterampilan

berorganisasi dan lain sebagainya.81


Banyak bentuk kegiatan yang dapat dilakukan oleh BKPRMI untuk
membina pemuda dan remaja melalui wadah organisasi remaja masjid, seperti

80
H. M. Yusuf Talli (45 Tahun), Anggota MPK BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 4 Juli 2016.
81
Muhammadiyah Amin. Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz (Makassar: BPH Yayasan
Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005),h. 69.
pengajian remaja, mentoring, malam bina iman dan takwa (MABIT), bimbingan
membaca dan tafsir Alquran, kajian buku, pelatihan (training), ceramah umum,
dan keterampilan berorganisasi.
Pembinaan remaja masjid Nurussalam Desa Majannang, dilakukan oleh
DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi melalui berbagai bentuk kegiatan, sebagaimana
yang diuraikan oleh Saiful, bahwa DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi secara rutin
melakukan pengkaderan remaja masjid, pengajian remaja, malam bina iman dan
takwa (MABIT), monitoring dan anjang sana remaja masjid, dan ceramah agama
yang semuanya dilakukan untuk suatu tujuan, yaitu memakmurkan masjid.82
Pembinaan terhadap remaja masjid, khususnya Remaja Masjid

Nurussalam pada dasarnya dilakukan oleh DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi

melalui berbagai kegiatan, yaitu pengkaderan remaja masjid, pengajian remaja,

malam bina iman dan takwa (MABIT), monitoring dan anjang sana remaja

masjid, dan ceramah agama untuk menjadikan fungsi masjid sebagai pusat ibadah

dan peradaban sebagai bagian dari upaya memakmurkan masjid.

c. Pembinaan TK/TPA

Salah satu program DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi adalah

pemberantasan buta aksara Alquran, sehingga perlu dilakukan pembinaan baca

tulis Alquran terhadap anak sejak usia dini melalui Taman Kanak-kanak (TK) dan

Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA) yang disingkat TK/TPA.


Kartini R. selaku sekretaris seksi pembinaan dan pengembangan TK/TPA

(SPPTKA) pada DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi mengakui, bahwa masih

banyak warga masyarakat di Kecamatan Parigi pada umumnya, dan warga

masyarakat Desa Majannang khususnya yang buta aksara Alquran. Kenyataan ini

menurut Kartini R., tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa ada upaya untuk

82
Saiful (30 Tahun), Wakil Sekretaris DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 25 Juni 2016.
mengatasi masalah tersebut, karena untuk melaksanakan ibadah terutama salat

lima waktu diperlukan sekurang-kurangnya kemampuan membaca Alquran. Salah

satu upaya ke arah tersebut ujar Kartini R., adalah melakukan pembinaan yang

dimulai pada anak-anak usia dini melalui TK/TPA yang sudah terbentuk pada

setiap masjid di wilayah Kecamatan Parigi.83


Pembinaan anak usia dini melalui TK/TPA di Masjid Nurussalam
merupakan salah satu upaya DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi memberantas buta
aksara Alquran agar anak-anak di Desa Majannang dapat membaca dan menulis
Alquran yang pada gilirannya diharapkan dapat melaksanakan salat dengan baik
sebagai bagian dari upaya memakmurkan masjid.
Rahmat yang terpilih sebagai ketua Remaja Masjid Nurussalam di Desa

Majannag Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa sejak tahun 2015 menuturkan,

bahwa pembinaan TK/TPA di Masjid Nurussalam difokuskan pada kegiatan

membaca Alquran dengan menggunakan metode iqra‟, di samping menghafal juz

„amma dari Alquran. Kegiatan tersebut tuturnya (Rahmat), telah membawa hasil

yang menggembirakan dengan keberhasilan mewisuda anak sebanyak 15 orang

dari TK/TPA Masjid Nurussalam yang diselenggarakan bersama dengan anak-


anak dari TK/TPA lain oleh DPK-BKPRMI di Kecamatan Parigi.84

Pembinaan anak-anak usia dini pada TK/TPA Nurussalam yang

difokuskan pada kemampuan anak membaca Alquran dengan menggunakan


metode iqra‟, dan menghafal juz „amma dalam Alquran, telah berhasil menelorkan

sejumlah anak yang mampu membaca dan menghafal juz „amma dalam Alquran.
Salah seorang warga Desa Majannang yang bernama Syamsuddin
mengakui, bahwa anaknya yang berusia 6 (enam) tahun sudah dapat membaca dan

83
Kartini R (25 Tahun), Sekretaris SPPTKA DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
84
Rahmat (14 Tahun), Ketua Remaja Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan
Parigi, Wawancara, Majannang-Gowa, 15 Juli 2016.
menghafal surah-surah pendek pada juz „amma setelah mengaji setiap malam
kecuali malam ahad di masjid yang diajar oleh guru mengaji dari kalangan
remaja.85
Pengakuan salah seorang warga Desa Majannang sekaligus sebagai orang
tua anak binaan TK/TPA Nurussalam tersebut di atas, menunjukkan adanya
keberhasilan koordinasi antara DPK-BKPRMI dengan TK/TPA Nurussalam
dalam membina anak usia dini untuk membaca dan mengfal sekurang-kurangnya
surah-surah pendek pada juz „amma dalam Alquran
Pembinaan terhadap anak-anak di TK/TPA Nurussalam tidak hanya

berpengaruh terhadap kemampuan membaca dan menghafal Alquran, akan tetapi

juga membiasakan anak melakukan salat berjamaah di masjid, sebagaimana

kesaksian dari salah seorang jamaah Masjid Nurussalam yang bernama Sikkiri,

bahwa ia menyaksikan anak-anak mengaji sesudah salat magrib, kemudian

melaksanakan salat isya secara berjamah di masjid sesudah mengaji. 86

Kesaksian salah seorang anggota jama‟ah Masjid Nurussalam di Desa

Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa tersebut di atas menggambarkan,

bahwa pembinaan terhadap anak usia dini di TK/TPA Nurussalam, selain


bertujuan untuk mengajarkan Alquran, juga bertujuan mendidik kedisiplinan

anak-anak dalam melaksanakan salat secara berjama‟ah di masjid, bahkan

membentuk akhlak anak-anak, sesuai keterangan keterangan sekretaris pengurus


Masjid Nurussalam Desa Majannang berikut ini.

Anak-anak diajar mengaji oleh remaja di masjid antara magrib dan isya

dengan cara menyanyi yang diselengi aba-aba tertentu, seperti guru mengajinya

85
Syamsuddin (45 Tahun), Warga Desa Majannang Kecamatan Parigi, Wawancara,
Majannang-Gowa, 7 Juli 2016.
86
Sikkiri (66 Tahun), Jama‟ah Masjid Nurussalam Desa Majannang Kecamatan Parigi,
Wawancara, Majannang-Gowa, 7 Juli 2016.
mengatakan “duduk anak saleh”, maka anak-anak mengaji serentak meneriakkan

“kami anak saleh duduk, siap”. Selain itu, terkadang guru mengajinya

mengajukan beberapa pertanyaan menyangkut perilaku yang boleh dan tidak

boleh, baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya. 87

Keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber di atas menunjukkan,

bahwa DPK-BKPRMI melakukan pembinaan terhadap TK/TPA, khususnya

TK/TPA Nurussalam agar TK/TPA tersebut dapat memainkan perannya dalam

membina anak-anak sejak usia dini agar memiliki kemampuan membaca dan

menghafal Alquran terutama juz „amma, terbiasa melaksanakan salat secara

berjama‟ah di masjid, dan berperilaku yang baik (berakhlak mulia) sesuai ajaran

Islam.

d. Pembinaan Majelis Taklim

Majelis taklim merupakan wadah pembinaan iman, ilmu, dan amal bagi

umat Islam. Melalui majelis taklim, umat Islam dapat meningkatkan kualitas

ilman, ilmu, dan amalnya guna memperoleh keridhaan Allah swt. Karena itu,

DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa memandang penting untuk


memakmurkan masjid melalui pembinaan terhadap majelis taklim secara efektif

dan berkesinambungan.

Anisah yang mengetuai seksi pembinaan dan pengembangan dakwah dan


sumber daya manusia (SPPDSDM) pada DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa memandang, bahwa penting untuk membina majelis taklim,

sebab majelis taklim yang telah dibentuk pada setiap masjid di Kecamatan Parigi

87
H. Saharuddin (47 Tahun), Sekretaris Pengurus Masjid Nurussalam Desa Majannang
Kecamatan Parigi, Wawancara, Majannang-Gowa, 6 Juli 2016.
tidak akan berkembang dengan baik apabila dilepaskan begitu saja tanpa adanya

pembinaan secara rutin.88


Penjelasan ketua seksi pembinaan dan pengembangan dakwah dan
sumber daya manusia pada DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa
tersebut di atas mengisyaratkan adanya pembinaan dan pengembangan yang
dilakukan secara rutin oleh DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa
terhadap majelis taklim.
St. Nursyamsi Gani selaku ketua seksi pembinaan dan pengembangan

keluarga sakinah (SPPKS) pada DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa menggambarkan, bahwa pengurus dan anggota majelis taklim yang

dibentuk di setiap masjid didominasi oleh kaum ibu (wanita). Fenomena ini

menjadi menarik, mengingat fungsi wanita yang tidak saja menjadi isteri dari

suaminya, akan tetapi juga menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga mereka

diharapkan menjadi ujung tombak dalam membentuk keluarga sakinah. Agar

dapat menjalankan fungsinya dengan baik, maka mereka dibekali dengan berbagai

keterampilan hidup, seperti keterampilan masak memasak, keterampilan menjahit,

keterampilan mengelola dana keluarga, serta keterampilan mengolah tanaman


obat dan sayur-mayur di halaman rumah untuk menopang kehidupan keluarga. 89
Sesuai dengan pengurus dan anggota majelis taklim yang didominasi
perempuan, sehingga pembinaan terhadap pengurus dan anggota majelis taklim
khususnya pengurus dan anggota Majelis Taklim Nurussalam di Desa Majannang,
dilakukan oleh DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa melalui
berbagai bentuk pembinaan keterampilan keterampilan masak memasak,
keterampilan menjahit, keterampilan mengelola dana keluarga, serta keterampilan

88
Anisah (27 Tahun), Ketua SPPDSDM DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
89
St. Nursyamsi Gani (27 Tahun), Ketua SPPKS DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
mengolah tanaman obat dan sayur-mayur di halaman rumah guna mebentuk
keluarga sakinah.
Selain pembinaan berbagai keterampilan hidup, DPK-BKPRMI
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa juga melakukan pembinaan keimanan dan
keilmuan terhadap pengurus dan anggota majelis taklim, khususnya pengurus dan
anggota Majelis Taklim Nurussalam di Desa Majannang melalui berbagai bentuk
kegiatan, seperti peringatan hari-hari besar Islam (peringatan maulid Nabi saw.,
isra‟ dan mi‟raj, tahun baru hijriyah), pengajian rutin, dan arisan anggota yang
diisi dengan ceramah agama.90
Pembinaan terhadap majelis taklim merupakan salah satu upaya DPK-

BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa memakmurkan masjid melalui

pembedayaan pengurus dan anggota majelis taklim sebagai ujung tombak

pembentukan keluarga sakinah yang aktif melakukan berbagai kegiatan di masjid.

e. Pembinaan Ibadah Sosial

Salah satu langkah yang dilakukan oleh DPK-BKPRMI Kecamatan

Parigi Kabupaten Gowa dalam memakmurkan masjid adalah keterlibatan dalam

berbagai amaliah sosial yang dikemas dalam suatu program yang disebut

pembinaan ibadah sosial, seperti pengurusan zakat, qurban, jenazah, membantu

fakir miskin, yatim piatu, gotong royong, khitanan massal, dan membantu anak

terlantar.91

Keterlibatan dalam berbagai kegiatan amal seperti pengurusan zakat,

qurban, jenazah, membantu fakir miskin, yatim piatu, gotong royong, khitanan

massal, dan membantu anak terlantar merupakan salah satu bentuk kegiatan DPK-

90
Nuriani (27 Tahun), Sekretaris SPPDSDM DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
91
Labbiri (30 Tahun), Wakil Ketua DPK-BPKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 5 Juli 2016.
BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa dalam memakmurkan masjid,

termasuk Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi.

Salah seorang anggota Majelis Pertimbangan Kecamatan (MPK) pada

DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa yang bernama Muhajir

menjelaskan, bahwa BKPRMI merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan

kehidupan sosial, sehingga mereka (pengurus dan anggota) selalu mengambil

bagian dalam berbagai kegiatan sosial.92

Keterlibatan BKPRMI dalam berbagai kegiatan sosial, seperti

pengurusan zakat, qurban, jenazah, membantu fakir miskin, yatim piatu, gotong

royong, khitanan massal, dan membantu anak terlantar di Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa dipandang penting untuk memberdayakan umat Islam dalam

memakmurkan masjid, khususnya Masjid Nurussalam Desa Majannang

Kecamatan Parigi, sebab BKPRMI merupakan organisasi dakwah yang tidak

dapat dipisahkan dari kehidupan sosial.

Upaya DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa untuk

memakmurkan masjid, khususnya Masjid Nurussalam Desa Majannang

sebagaimana yang diuraikan di atas, dilakukan melalui berbagai langkah strategis,

yaitu pembinaan kepribadian, pembinaan remaja masjid, pembinaan TK/TPA,

pembinaan majelis taklim, dan pembinaan ibadah sosial

D. Peluang dan Tantangan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid


Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa
Upaya DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa untuk

memakmurkan masjid, khususnya Masjid Nurussalam Desa Majannang mendapat

dukungan penuh dari warga dan tokoh masyarakat di Desa Majannang Kecamatan

92
Muhajir (45 Tahun), Anggota MPK DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 17 Juli 2016.
Parigi Kabupaten Gowa, sebagaimana yang terungkap dari keterangan berbagai

sumber berikut ini.

H. Muh. Guntur yang sedang memangku jabatan Kepala Desa

Majannang telah menyampaikan kekhawatirannya, bahwa kita telah menyaksikan

melalui media, baik televisi dan radio maupun majalah dan surat kabar tentang

kondisi remaja Indonesia saat ini yang telah dieksploitasi dan digiring dalam

kehidupan gelap. Mereka dijadikan objek pelecehan seksual, pengedar dan

konsumen obat terlarang, pelaku begal dan geng motor yang tidak saja terjadi di

kota-kota besar, akan tetapi juga sudah masuk ke pedesaan. Apabila kondisi

remaja yang sedemikian rupa dibiarkan begitu saja tanpa adanya pembinaan dan

pendampingan dari orang dewasa, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi

pula di daerah kita (Desa Majannang). Karena itu, langkah konkrit yang dilakukan

BKPRMI untuk membina pemuda dan remaja khususnya pemuda dan remaja di

Desa Majannang lanjut H. Muh. Guntur, merupakan langkah antisipatif yang

positif, sehingga patut diapresiasi dan disupport oleh semua warga, terutama oleh

orang tua.93

Dukungan pemerintah Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa terhadap pembinaan pemuda dan remaja di Desa Majannang, merupakan

peluang bagi DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa untuk


memberdayakan pemuda dan remaja di Desa Majannang untuk memakmurkan

masjid.
Salah seorang tokoh masyarakat Desa Majannang Kecamatan Parigi
Kabupaten Gowa yang bernama H. Jamaluddin Sijaya yang ditemui di
kediamannaya menjelaskan, bahwa selama ini BKPRMI sudah menunjukkan
perannya dalam membina pemuda dan remaja, khususnya di Desa Majannang,

93
H. Muh. Guntur (54 Tahun), Kepala Desa Majannang Kecamatan Parigi, Wawancara,
Majannag-Gowa, , 4 Juni 2016.
sehingga warga masyarakat Desa Majannang yang memang seluruhnya beragama
Islam mendukung semua langkah BKPRMI tersebut.94
Dukungan tokoh dan warga masyarakat Desa Majannang Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa terhadap keseluruhan kegiatan yang telah diprogramkan
DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, merupakan peluang bagi DPK-BKPRMI
Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa untuk mengimplementasikan program
kerjanya, khususnya dalam memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa
Majannang.
Dukungan terhadap BKPRMI juga datang dari pihak keamanan,

sebagaimana ungkapan Aipda Sulaiman Tahir selaku Pembina Masyarakat

(Binmas) Desa Majannang, bahwa mencermati keseluruhan kegiatan yang

diprogramkan DPK-BKPRMI Kecamatan parigi, tampak mendukung program

pemerintah dan kepolisian dalam menjaga stabilitas dan keamanan di Desa

Majannang. Karena itu, Aipda Sulaiman Tahir selaku penanggung jawab

keamanan (kepolisian) mendukung segala langkah yang diambil oleh DPK-

BKPRMI Kecamatan parigi dalam melaksanakan program kerjanya. 95

Dukungan yang diberikan oleh pemerintah, tokoh dan warga masyarakat,


serta pihak keamanan terhadap langkah-langkah yang dilakukan oleh DPK-

BKPRMI Kecamatan parigi Kabupaten Gowa dalam melaksanakan program

kerjanya, merupakan peluang tersendiri yang dimanfaatkan oleh DPK-BKPRMI


Kecamatan parigi Kabupaten Gowa untuk memakmurkan masjid, khususnya

Masjid Nurussalam Desa Majannang yang telah diprogramkan.

Selain mendapat dukungan dari berbagai pihak sebagai peluang, DPK-

BKPRMI Kecamatan parigi Kabupaten Gowa juga menemui beberapa hambatan

94
H. Jamaluddin Sijaya (60 Tahun), Tokoh Masyarakat Desa Majanng Kecamatan Parigi,
Wawancara, Majannang-Gowa, 9 Juli 2016.
95
Aipda Sulaiman Tahir (44 Tahun), Binmas Majannang pada Kepolisian Sektor Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 9 Juli 2016.
dalam melaksanakan program kerja yang bersentuhan dengan upaya

memakmurkan masjid, khususnya Masjid Nurussalam di Desa Majannang.


Tantangan utama yang dialami DPK-BKPRMI Kecamatan parigi
Kabupaten Gowa dalam melaksanakan program kerja menurut Hasnah selaku
Bendahara Umum adalah ketersediaan dana. Menurut Hasnah, dana yang
diperoleh dari iuran anggota jauh dari cukup untuk membiayai seluruh kegiatan
yang telah diprogramkan, termasuk program yang berhubungan dengan
memakmurkan masjid, sehingga tambahan biaya yang diperoleh dari pihak-pihak
terkait yang sifatnya tidak mengikat.96

Penjelasan Hasnah selaku Bendahara Umum DPK-BKPRMI Kecamatan

parigi Kabupaten Gowa menunjukkan, bahwa tantangan utama yang dialami

DPK-BKPRMI Kecamatan parigi Kabupaten Gowa dalam melaksanakan program

kerja untuk memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan

Parigi Kabupaten Gowa adalah keterbatasan dana.

Mengingat adanya keterbatasan dana yang tersedia, maka DPK-BKPRMI

Kecamatan parigi Kabupaten Gowa dalam melaksanakan program kerjanya,

Salma selaku wakil bendahara yang bertugas mengkalkulasi anggararan yang

dibutuhkan dalam setiap kegiatan mengungkapkan, bahwa untuk membiayai

setiap kegiatan yang diprogramkan, maka DPK-BKPRMI Kecamatan parigi

Kabupaten Gowa membentuk kepanitiaan yang bertugas mencari dana, antara lain

memungut sumbangan dari warga masyarakat. Tantangannya menurut Salma

adalah tidak semua warga tergolong mampu, sehingga panitia dapat mencari

solusi lain. Misalnya, memohon bantuan apa adanya sesuai keadaan dan

96
Hasnah (40 Tahun), Bendahara Umum DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 10 Juli 2016.
kemampuan warga, sehingga ada warga yang menyumbang beras seadanya,

sayur-mayur, lauk-pauk, sampai penyediaan fasilitas kegiatan.97

Keterbatasan dana merupakan tantangan yang dapat diatasi oleh DPK-

BKPRMI Kecamatan parigi Kabupaten Gowa dengan cara membentuk kepanitian

dalam melaksanakan program kerja yang bertugas mengumpulkan bantuan sesuai

kemampuan apa adanya dari warga masyarakat.

Tantangan lain yang dialami DPK-BKPRMI Kecamatan parigi

Kabupaten Gowa dalam melaksanakan program kerjanya adalah tingkat

partisipasi dan kedisiplinan warga masyarakat, termasuk pemuda dan remaja di

Kecamatan Parigi yang tergolong rendah. Ismail Cole selaku ketua Seksi

Pemberdayaan dan Penguatan Kesehatan Masyarakat (SPPKM) pada DPK-

BKPRMI Kecamatan parigi Kabupaten Gowa menggambarkan, bahwa kondisi

objektif warga Desa Majannang yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian

dan perkebunan yang lebih banyak menggunakan waktu mereka untuk bertani dan

berkebun tanpa mengenal hari libur dari pagi sampai sore, sementara para pemuda

dan remaja pada umumnya belajar di sekolah. Kondisi ini menurut Islamil Cole

merupakan tantangan bagi DPK-BKPRMI untuk mengumpulkan warga untuk

berpartisipasi dalam kegiatan pada pagi dan sore hari, padahal beberapa kegiatan

efektif dilakukan pada waktu-waktu tersebut, seperti kerja bakti (gotong royong)

membangun masjid.98

Kondisi objektif warga Desa Majannang yang sebagian besar bekerja

sebagai petani kebun, serta pemuda dan remaja yang sedang belajar di sekolah

97
Salma (40 Tahun), Wakil Bendahara DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 10 Juli 2016.
98
Ismail Cole (40 Tahun), Ketua SPPKM DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi, Wawancara,
Parigi-Gowa, 11 Juli 2016.
pada pagi sampai siang hari menyebabkan DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa mengalami kesilutan dalam mengorganisir warga untuk

mengikuti kegiatan yang efektif diprogramkan pada pagi dan sore hari.

Evi Musdalifah selaku sekretaris SPPKM pada DPK-BKPRMI

Kecamatan parigi Kabupaten Gowa menambahkan penjelasan Ismail Cole dengan

mengemukakan, bahwa warga Desa Majannang yang diperkirakan kelelahan

berkerja di kebun seharian sehingga banyak di antara mereka yang terlambat

menghadiri kegiatan yang dilakukan di masjid, bahkan beberapa di antara mereka

yang tidak sempat berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di masjid. Karena itu,

menurut Evi Musdalifah panitia yang dibentuk merencanakan dan

mensosialisasikan kegiatan kepada warga jauh-jauh sebelumnya agar warga dapat

meluangkan waktunya untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang diprogramkan di

masjid tersebut.99

Tantangan berupa keterbatasan dana, serta tingkat partisipasi dan

kediplinan warga Desa Majannang dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh DPK-

BKPRMI Kecamatan parigi Kabupaten Gowa di Masjid Nurussalam Desa

Majannang Kecamatan parigi Kabupaten Gowa pada dasarnya dapat diatasi

dengan membentuk kepanitiaan yang bertugas mengumpulkan bantuan sesuai

kemampuan apa adanya dari warga, serta merencanakan dan mensosialisasikan


kegiatan kepada warga Desa Majannang jauh sebelum kegiatan tersebut

dilaksanakan.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) adalah
perkumpulan atau perhimpunan atau ikatan pemuda-remaja masjid di tiap-tiap
masjid atau mushallah, yang menjadikan masjid atau mushallah sebagai pusat
kegiatan pembinaan aqidah, akhlaq, ukhuwah, keilmuan dan keterampilan sebagai

99
Evi Musdalifah (40 Tahun), Sekretais SPPKM DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi,
Wawancara, Parigi-Gowa, 11 Juli 2016.
bagian dari upaya memakmurkan masjid. Untuk mencapai tujuan tersebut, DPK-
BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa merencanakan berbagai kegiatan
yang disusun dalam bentuk pokok-pokok program kerja.
Implementasi pokok-pokok program kerja DPK-BKPRMI Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa untuk memakmurkan masjid, khususnya Masjid
Nurussalam di Desa Majannang, terungkap melalui wawancara secara mendalam
kepada berbagai sumber, sehingga diperoleh hasil penelitian sebagaimana yang
dideskripsikan secara sistematis sebelumnya, bahwa DPK-BKPRMI Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa telah mengimplementasikan program kerjanya untuk
memakmurkan masjid melalui dua kegiatan pokok, yaitu pengkaderan remaja
masjid, dan kegiatan dakwah di Masjid Nurusslam Desa Majannang Kecamatan
Parigi Kabupaten Gowa.
Hasil penelitian tersebut memperkuat teori yang mendasarinya, bahwa

BKPRMI merupakan bagian tidak terpisahkan dari organisasi masjid yang

keberadaannya ternyata memberikan warna tersendiri bagi pengembangan masjid

dengan menjadikan masjid sebagai pusat aktivitas umat Islam pada umumnya, dan

pemuda/remaja pada khususnya.


Eksistensi BKPRMI yang mendapat tempat tersendiri di tengah-tengah
masyarakat Parigi pada umumnya, dan masyarakat Desa Majannang khususnya,
tidak terlepas dari keberhasilan DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten
Gowa dalam memakmurkan masjid, khususnya Masjid Nurussalam di Desa
Majannang melalui langkah-langkah strategis, yaitu pembinaan kepribadian,
pembinaan remaja masjid, pembinaan TK/TPA, pembinaan majelis taklim, dan
pembinaan ibadah sosial.
Langkah-langkah strategis DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten

Gowa tersebut, telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah
dan pihak keamanan (kepolisian) setempat, maupun oleh tokoh dan warga Desa

Majannang.

Meskipun terkendala oleh dua faktor utama, yaitu keterbatasan dana,

serta tingkat partisipasi dan kedisiplinan warga dalam mengikuti kegiatan yang

dilakukan oleh DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi dalam memakmurkan Masjid

Nurussalam di Desa Majannang, akan tetapi dapat diatasi dengan melibatkan

unsur dari lapisan masyarakat dalam kepanitiaan yang bertanggung jawab

menyelenngarakan kegiatan dengan memanfaatkan sumbangan warga desa sesuai

kemampuan apa adanya, serta merencanakan dan mensosialisasikan kegiatan

dalam rentang waktu yang memadai untuk setiap kegiatan.

Berdasarkan hasil penelitian, sehingga dapat dinyatakan bahwa sesuai

teori yang ditinjau sebelumnya, maka BKPRMI berperan penting dalam

memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi

Kabupaten Gowa, sehingga eksisitensi BKPRMI khususnya di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa perlu secara terus menerus memainkan

perannya dalam memberdayakan umat Islam melalui program memakmurkan

masjid.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian yang berjudul “Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid

Nurussalam Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa” ini, menghasilkan

kesimpulan sebagai jawaban terhadap rumusan masalah sebagai berikut:

1. DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa telah mengimplementasikan

program kerja untuk memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang

Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa melalui dua sasaran pokok-pokok program,

yaitu pengkaderan remaja masjid, dan kegiatan dakwah di Masjid Nurusslam Desa

Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa.

2. DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa telah menempuh langkah-

langkah strategis dalam mengimplementasikan program kerja untuk

memakmurkan Masjid Nurusslam Desa Majannang, yaitu pembinaan kepribadian,

pembinaan remaja masjid, pembinaan TK/TPA, pembinaan majelis taklim, dan

pembinaan ibadah sosial.

3. DPK-BKPRMI Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa mendapat dukungan

pemerintah, pihak keamanan, tokoh dan warga desa dalam berbagai kegiatan untuk

memakmurkan Masjid Nurusslam di Desa Majannang, disamping hambatan

berupa keterbatasan dana, serta tingkat partisipasi dan kedisiplinan warga yang

dapat diatasi dengan cara membentuk kepanitiaan untuk memungut bantuan sesuai

kemampuan apa adanya dari warga desa, di samping merencanakan

mensosialisasikan kegiatan dalam jangka waktu yang signifikan.


B. Implikasi Penelitian

Dari hasil penelitian Peranan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid

Nurussalam Desa Majannang Kecamatan Parigi Kabupaten Gowa, maka

implementasi dari penelitian ini adalah:

1. BKPRMI harus mempertahankan atau lebih memaksimalkan program-program

yang selama ini dilakukan agar dapat memakmurkan Masjid Nurussalam Desa

Majannang.

2. Masyarakat Desa Majannang sekiranya harus bekerja sama dan berpartisipasi

dengan BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam Desa Majannang.

3. BKPRMI harus mampu melihat peluang dan tantangan yang dihadapi kemudian

memaksimalkan segala peluang yang ada agar Masjid Nurussalam menjadi

makmur seperti yang diharapkan.


KEPUSTAKAAN

al-Qur’a>n al-Kari{m
Aldin, Achyar, Dakwah Stratejik. Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna, 2003.
Al-Faruq, Asadulloh. Panduan Lengkap Mengelola dan Memakmurkan Masjid. Solo:
Pustaka Arafah, 2010.
Amin, Muhammadiyah, Jurnal Ilmiah Keislaman Al-Markaz. Makassar: BPH
Yayasan Masjid Al-MArkaz Al-Islami Jenderal M. Jusuf, 2005.
Arifuddin, Metode Dakwah Dalam Masyarakat. Samata: Alauddin University Press,
2011.
Ayub, Moh. E., Manajemen Masjid. Cet. I; Jakarta: Gema Insani Press, 1996.
BKPRMI, Blog BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-
komunikasi pemuda-remaja-masjid.html.
-------, ”Kemenag: BKPRMI Harus Memperkuat Kembali Pemberdayaan Umat
Berbasis Masjid”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.co.id/2016/05/
kemenag-bkprmi-harus-memperkuat-kembali.html.
-------, ”Tugas dan Fungsi BKPRMI”, Blog BKPRMI. http://dppbkprmi.blogspot.
co.id/2016/05/kemenag-bkprmi-harus-memperkuat-kembali.html.
Cangara, Hafied, Pengentar Ilmu Komunikasi. Edisi Kedua. Cet. XIII; Jakarta:
Rajawali Pers, 2012.
DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, Program Kerja DPK BKPRMI Kecamatan Parigi.
Parigi-Gowa: DPK BKPRMI Kecamatan Parigi, 2015.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang:
Thoha Putra, 2002.
Effendy, Mochtar, Manajemen: Suatu Pendekatan Berdasarkan Ajaran Islam. Cet. II;
Jakarta: Bhratara, 1996.
Gassing, “Fungsi Manajemen Strategi BKPRMI dalam meningkatkan Dakwah di
Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng”, Skripsi. Makassar: FDK UIN
Alauddin, 2012.
Gazalba, Sidi, Masjid Pusat Pembinaan Umat. Jakarta: Pustaka Antara, 1971.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Yogyakarta: UGM Press, 1999.
Harahap, Syafri Sofyan, Manajemen Masjid: Suatu Pendekatan Teoritis dan
Organisatoris. Cet. II, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 1993.
Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasi, dengan Kata Pengantar oleh
Burhan Bungin. Edisi Pertama. Cet. IV; Jakarta: Kencana, 2009.
Nana, Rukmana, Panduan Peraktis Membangun Dan Memakmurkan Masjid. Jakarta:
Mutiara Qolbun Salim, 2010.
Noor, Farid Ma‟ruf, Dinamika dan Akhlak Dakwah. Surabaya: Bina Ilmu, 1981.
Moeloeng, Lexy J., Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Kerta Karya,
1998.
M., St. Asmah D., “Strategi Pengurus Masjid H. M. Asyik Kota Makassar dalam
Memakmurkan Masjid (Studi Manajemen Masjid)”, Skripsi. Makassar: FDK
UIN Alauddin, 2005.
Munawir, Imam, ”Badan Komuniaksi Pemuda Remaja Mesjid Indonesia”, Blog
BKPRMI. http://pointofauthorities.blogspot.co.id/2011/12/badan-
komunikasi- pemuda-remaja-masjid.html.
Munir, M., dan Wahyu Ilahi. Manajemen Dakwah. Jakarta: Kencana, 2006.
Mustofa, Budiman, Manajemen Masjid. Surakarta: Ziyad Visi Media, 2007.
Sarwono, Ahmad. Masjid Jantung Masyarakat. Yogyakarta: Izzan Pustaka. 2003.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai. Edisi Revisi.
Jakarta: LP3ES, 1989.
S., Marwah, “Manajemen Masjid Babussa‟adalah di Manuruki II Kelurahan Mangasa
Kecamatan Tamalate Kota Makassar”, Skripsi. Makassar: FDK UIN
Alauddin, 2012.
Spradley, James, Participant Observation. Holt: Rinehart and Winston, 1980. Dikutip
dalam Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D. Cet.
XIX; Bandung: Alfabeta, 2013.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatid, dan R & D. Cet. XIX;
Bandung: Alfabeta, 2013.
-------, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Cet. XIX; Bandung:
Alfabeta, 2013.
-------, Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2006.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan. Cet. VII; Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011.
-------, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009.
Tilaar, H. A. R., Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Cet. III; Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2010.
Universitas Islam Negeri Alauddin, Pedoman Karya Tulis Ilmiah: Makalah, Skripsi,
Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian. Cet. II; Makassar: Alauddin Press,
2016.
Usman, Husaini dan Pornomo Setiady, Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara, 1996.
Yusuf, Yunan, Manajemen Dakwah (Arti, Sejarah, Peranan dan Sarana Manajemen
Dakwah). Jakarta: Kencana, 2006.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PEDOMAN WAWANCARA

A. Program Kerja BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid Nurussalam

1. Bagaimana tugas dan fungsi BKPRMI di Desa Majannang Kecamatan Parigi?


...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
2. Apa yang menjadi program kerja yang pokok bagi BKPRMI di Desa Majannang
Kecamatan Parigi?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
3. Bagaimana bentuk program kerja BKPRMI dalam memakmurkan Majid
Nurussalam di Desa Majannang Kecamatan Parigi?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
4. Apakah memakmurkan Masjid Nurussalam merupakan sasaran utama program
kerja BKPRMI di Desa Majannang Kecamatan Parigi?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
5. Program kerja apa saja yang telah diimplementasikan oleh BKPRMI yang
berhubungan dengan memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang
Kecamatan Parigi?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
B. Langkah-langkah yang Ditempuh BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid
Nurussalam di Desa Majannang

6. Apakah BKPRMI telah memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa Majannang


secara berproses melalui langkah-langkah tertentu?
...............................................................................................................................
...............................................................................................................................
7. Langkah-langkah apa saja yang ditempuh oleh BKPRMI dalam pembinaan
terhadap kepribadian anggota di Desa Majannang?
............................................................................................................................
...........................................................................................................................
8. Bagaimana upaya BKPRMI dalam membina Remaja Masjid Nurussalam di Desa
Majannag?
...........................................................................................................................
............................................................................................................................
9. Bagaimana proses pembinaan TK/TPA Nurussalam yang dilakukan oleh
BKPRMI di Desa Majannang?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
10. Apakah BKPRMI juga melakukan pembinaan terhadap Majelis Taklim di Desa
Majannang?
..........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
11. Bagaimana upaya BKPRMI dalam membina ibadah sosial di Desa Majannang?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...............................................................................................................................

C. Peluang dan Tantangan BKPRMI dalam Memakmurkan Masjid


Nurussalam di Desa Majannang

12. Apakah BKPRMI berpeluang memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa


Majannang?
...........................................................................................................................
..........................................................................................................................
..........................................................................................................................
13. Bagaimana bentuk peluang BKPRMI dalam memakmurkan Masjid Nurussalam
di Desa Majannang?
...........................................................................................................................
............................................................................................................................
...............................................................................................................................
14. Apakah BKPRMI mengalami tantangan dalam memakmurkan Masjid
Nurussalam di Desa Majannang?
...........................................................................................................................
...........................................................................................................................
...............................................................................................................................
15. Bagaimana bentuk tantangan yang dihadapi BKPRMI dalam memakmurkan
Masjid Nurussalam di Desa Majannang?
............................................................................................................................
...........................................................................................................................
...............................................................................................................................
16. Bagaimana upaya BKPRMI untuk mengatasi tantangan dalam memakmurkan
Masjid Nurussalam di Desa Majannang?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
...............................................................................................................................
17. Apa saran anda bagi BKPRMI memakmurkan Masjid Nurussalam di Desa
Majannang?
............................................................................................................................
............................................................................................................................
..............................................................................................................................
Majannang, 2016
Informan,

( )

Masjid Nurussalam
Wawancara dengan Pak H. M. Saleh Daka (Imam Desa Majannang)
Wawancara dengan Pak Saparuddin Sibali (sekertaris umum DPK-BPKRMI Kec.Parigi)
Wawancara dengan Pak syaipul (wakil sekretaris DPK-BPKPRMI Kec. Parigi)

Kegiatan Majelis Ta’lim


Kegiatan Pelatihan Remaja Masjid

Pelatihan Remaja Masjid


Pelatihan Remaja Masjid
RIWAYAT HIDUP

Asriyadi, lahir di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan pada

tanggal 26 Agustus 1995. Anak pertama dari dua

bersaudara dari hasil pernikahan Muh. Arsyad dan

Mannyang. Pendidikan sekolah dasar ditempuh dari tahun

2000-2006 di SD Inpres Pattallassang. Setamat dari

pendidikan dasar dilanjutkan ke SMP 1 Parigi sampai

tahun 2009. Kemudian melanjutkan studi pada Sekolah Menengah Atas (SMA)

Negeri 1 Sungguminasa sampai tahun 2012. Setelah tamat dari SMA sejak tahun

2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Manajemen Dakwah (MD)

Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin

Makassar melalui jalur UMK.

Pada lingkup organisasi intra kampus, penulis pernah menjabat sebagai anggota

HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) MD periode 2013.

Selama di kampus peneliti bersyukur karena memiliki banyak pengalaman baik

dan buruk, susah dan senang yang ditempuh sehingga bisa menjadi sebuah pelajaran

hidup untuk masa depan yang lebih baik lagi.

Mudah-mudahan semua yang dilakukan peneliti semata-mata untuk mencari

ridho Allah swt. dan membanggakan kedua orangtua serta bisa mencapai cita-citanya.

Amin.

Anda mungkin juga menyukai