Semester/Kelas : II / IQT-A
Jawaban
Dari ketiga kaifiyah tersebut pendapat yang unggul adalah yang pertama.
Adapun hujjah bahwa al-Qur’an itu qadim adalah sesuai dengan firman Allah (An-Nahl : 40):
Pengertian شيءpada ayat diatas bersifat umum, yang berarti mencakup juga al-qur’an yg menurut
mu’tazilah adalah makhluk. Berarti al qur’an dalam pengertian mu’tazilah juga diciptakan dengn kalimat
ُكن. disisi lain mu’tazilah meyakini kalam ilahi juga tapi bersifat hadits. Disini mustahil Allah menciptakan
kalamNya dengan kalimat كنsebab kalimat كنjuga kalam Allah yg berarti harus diciptakan dengan kalimat
كنlain begitu seterusnya yg tak berujung. Jika al –qur’an tidak mungkin diciptakan dengan kalimat كن
berarti al-qur’an tidak bersifat hadits. Dan jika al-qur’an tidak bersifat hadits, sudah pasti al-qur’an bersifat
qadim. Adapun sekarang yang hadits adalah lembaran mushaf saja sebagai manifestasi penjagaan al-qur’an
yang diperuntukan bagi makhluknya yang hadits pula.
)ayat ini turun di Makkah saat peristiwa Fathu Makkah( ت ِإلَى أَ ْهلُهَا
ِ إِ َّن هللاَ يَأ ُم ُر ُك ْم أَ ْن تُؤَ ُّدوْ األَ َمانَا
Madaniyyah : ayat yang turun setelah hijrah (periode Madinah). Contoh QS. Al-Maidah : 3:
(ayat ini turun di bukit shofa setelah haji wada’ menurut pendapat yang shohih)
Makkiyyah : ayat yang turun di Makkah walaupun sesudah hijrah. Contoh QS. Al-Lahab.
Madaniyyah : ayat yang turun di Madinah. Contoh QS. Al-Baqoroh :153
ولقد نصركم هللا ببدر وأنتم أذلة فاتقوا هللا لعلكم تشكرون
Madaniyyah : ayat yang turun sebagai khitob kepada penduduk Madinah. Contoh QS. Al-
Baqoroh 275 :
4. a. Pengumpulan al-qur’an pada masa Rasulullah lebih kepada pemeliharaan al-qur’an dengan cara
menghafal. Ini merupakan anugerah beliau. Selain dengan cara menyuruh para sahabatnya
menghafal ayat-ayat al-qur’an, beliau juga menyuruh sahabatnya untuk menulisnya di berbagai
benda seperti di kulit binatang, batu, pelepah kurma, tulang binatang, dll.
b. Pengumpulan al-qur’an pada masa Abu Bakar al-qur’an mulai dikumpulkan/dihimpun dalam
satu mushaf atas inisiatif Umar. Hal ini terjadi karena gugurnya 70 sahabat penghafal al-qur’an di
perang Yamamah, atas dasar inilah Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit sebagai ketua
penghimpunan al-qur’an tersebut.
c. Pengumpulan al-qur’an pada masa Utsman bi Affan didorong oleh banyaknya perbedaan qiroat
dalam membaca al-qur’an, hal ini wajar mengingat semakin luasnya wilayah Islam pada masa itu
disertai berbagai bahasanya. Khudzaifah al-Yamani lah yang melaporkan hal tersebut dan
mendesak Utsman mengambil langkah guna mengakhiri perbedaan bahasa dialek yang terjadi.
Akhirnya Utsman membentuk tim penulisan al-qur’an kembali ke dalam beberapa mushaf dengan
acuan utama mushaf Abu Bakar.
5. Beberapa pendapat Ulama’ dalam menjelaskan tentang makna diturunkannya Al-Qur’an dalam
Sab’atu Ahruf (tujuh huruf) antara lain :
a. Bahwa yang dimaksud dengan Sab’atu Ahruf (tujuh huruf) adalah didalam Al-Qur’an terdapat
beberapa bahasa yang berasal dari suku-suku Arab akan tetapi bermakna sama. Hal ini sebagai
bentuk akomodasi antar bahasa-bahasa suku Arab di sekitar Makkah dan untuk memudahkan
bagi orang Arab dalam mempelajari Al-Qur’an. Para Ulama berbeda dalam menentukan suku-
suku Arab, ada yang menyebutkan sebagai berikut : Quraisy, Hudzail, Tsaqif, Hawazin,
Kinanah, Tamim dan Yaman.
b. Bahwa makna Sab’atu Ahruf (tujuh huruf) adalah Al-Qur’an diturunkan bukan dalam ragam
bahasanya tetapi berhubungan dengan tujuh pokok ajaran agama yaitu : larangan, perintah,
haram, halal, Muhkam, Mutasyabihaat.
c. Bahwa yang dimaksud dengan makna Sab’atu Ahruf (tujuh huruf), Alqur’an jika ditinjau dari
segi tatabahasanya menyangkut tujuh hal yang di dalamnya terdapat ikhtilaf, yaitu : perbedaan
dalam penulisan Mufrad, Tatsniah atau Jama’nya, perbedaan dalam I’rabnya (kedudukan
kalimatnya), perbedaan dalam Tashrifnya, perbedaan dalam menuliskan huruf atau kalimat,
perbedaan dalam penambahan atau pengurangan huruf, serta perbedaan dalam Tajwid-nya.
d. Bahwa yang dimaksud adalah bilangan tujuh itu tidak dapat diartikan secara harfiah, tetapi
angka tujuh itu hanya sebagai simbol kesempurnaan menurut kebiasaan masyarakat Arab.
e. Bahwa yang dimaksud tujuh huruf tersebut adalah qira’at sab’ah.