Pengarang:
MAHMUD MANSHUR
Penerbit:
Penerjemah:
Editor:
Penata Letak:
Pewajah Sampul:
Penerbit:
Pustaka Al-Kautsar.
Jalan Cipinang Muara Raya No. 63, Jakarta Timur 13420 Tlp. (021)
E-mail: kautsar@centrin.net.id
MUKADDIMAH
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah atas
syariat yang terkait dengan orang sakit yang banyak tersebar di dalam kitab-
kitab fikih, lalu memapaparkan secara sederhana, jelas dan terarah akan
sangat bermanfaat untuk seluruh kaum muslimin, bukan hanya untuk orang-
orang yang memiliki keahlian khusus dalam ilmu syariat. Terlebih jika
terlalu mendalam dan luas, sehingga pembaca tidak terlalu disibukkan dalam
darinya. Kitab kecil ini, saya beri judul "Ringkasan Penting Fikih Orang Sakit;
Para pembaca yang budiman, dalam buku ini anda akan mendapatkan
lebih dari satu pendapat terkait dengan suatu permasalahan. Adalah hak
anda untuk mengambil salah satunya sesuai dengan yang anda inginkan,
dan sesuai dengan situasi dan kondisi yang anda alami. Semuanya adalah
pendapat para ulama yang telah menghabiskan umur mereka guna menggali
kepada Al-Qur`an dan sunnah, yang mana sebagian besar nashnya memberi
saja. Hal itu tidak lain untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang
sini sebagian hukum fikih yang terkait dengan orang sehat, dengan
sehat yang ingin mengetahui apa yang harus dilakukannya saat ia tertimpa
sakit, atau ingin mengetahui perbedaan antara kedua hukum, yakni hukum
3. Al-Fiqh Al-Muyassar, yang ditulis oleh Isa Asyur. Penerbit Dar Al-
Shaqar, yang diterbitkan oleh Dar Al-Ghad Al-Arabi, di Kairo tahun 1997 M,
laki dan dokter perempuan atau antara pasien perempuan dengan dokter
laki-laki, saya kutipkan dengan sedikit ringkasan dari kitab Tahrir Al-Mar'ah fi
'Ashri Ar-Risalah karya Ustadz Abdul Halim Abu Syuqqah, cetakan keempat,
Saya memohon kepada Allah agar buku ini bermanfaat dan dengannya
semua. Amin.
==0==
shalat adalah amalan-amalan di luar shalat itu sendiri, karena shalat dimulai
tanpanya shalat menjadi batal, dan merupakan bagian dari shalat seperti
membaca Al-Fatihah, ruku, sujud dan yang lainnya disebut rukun atau fardhu
shalat.
Sedang suci badan, dalilnya adalah firman Allah Taala, "Dan perbuatan
seorang Arab badui kencing di Masjid, lalu orang-orang pun bangkit untuk
memukulinya. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Biarkan dia,
siram air kencingnya dengan seember air atau satu wadah air.
mempersulit."1
mempunyai wudhu dan suci dari junub, yakni keluarnya mani bagi laki-laki,
seorang laki-laki dengan istrinya, juga suci dari haid dan nifas bagi
perempuan.
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus)
tanganmu dengan tanah itu, Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi
3. Menutup Aurat:
Allah Subhanahu wa Taala berfirman, "Hai anak Adam, pakailah
hendaknya ditutup dengan pakaian yang tidak menyetak bentuk tubuh, juga
tubuh dan tidak transparan sehingga bagian tubuh yang ada di balik pakaian
terlihat.
a. Aurat laki-laki:
Tentang aurat laki-laki terdapat dua pendapat:
Bagian ini, wajib ditutup, baik dari bagian depan, belakang maupun samping,
hingga tidak tampak sesuatu pun darinya dalam kondisi apa pun.
Adapun kedua paha, pusar dan lutut menurut pendapat ini tidak
termasuk aurat. Dalilnya adalah hadits dari Aisyah Radhiyallahu Anha, yang
duduk sementara pahanya terlihat. Lalu, Abu Bakar meminta ijin untuk
Kemudian Umar datang dan meminta ijin, beliau pun mengijinkannya dan
tidak merubah posisinya. Lalu, Utsman datang setelahnya dan meminta ijin,
pergi, aku (Aisyah) bertanya, "Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar
dalam keadaan seperti semula. Namun, ketika Utsman meminta ijin engkau
apabila aku merasa malu dihadapan seorang laki-laki yang demi Allah, para
paha, pusar, lutut, bagian belakang atau depannya terbuka, maka shalatnya
sah meski secara hukum makruh. Artinya, orang yang melakukannya tidak
Adapun yang memiliki udzur khusus, maka tidak makruh baginya dan insya
Shallallahu Alaihi wa Sallam lewat dan saya memakai burdah yang bagian
adalah aurat."3
2 Diriwayatkan oleh Ahmad, dan Al-Bukhari menyebutkan dalam kitabnya secara taliq
3 Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan menurutnya hadits ini hasan
Berdasarkan pendapat ini, barangsiapa yang shalat sedang bagian
b. Aurat perempuan:
Seluruh badan perempuan adalah aurat kecuali wajah dan kedua
Ibnu Abbas, Ibnu Umar dan Aisyah Radhiyallahu Anhum Ajma'in ketika
perhiasan mereka kecuali yang (biasa) nampak dari mereka . . ." (An-Nur:
31).
Adapun bagi yang tidak mampu, seperti orang yang terbakar seluruh
tubuhnya, maka dia dibolehkan shalat dalam keadaan telanjang dan tidak
4. Menghadap kiblat:
Allah Taala berfirman, "Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.
Baqarah: 144).
Ka'bah dengan tepat. Adapun orang yang jauh, maka cukup menghadap ke
menjadi dosa bila arah shalat sedikit bergeser setelah berusaha untuk
menghadap ke arahnya.
kompas). Jika semua itu tidak bisa dilakukan, maka hendaknya dia berijtihad
utara, selatan, barat atau timur, kemudian berusaha menyelidiki arah kiblat
menurut kemampuannya.
Apabila tampak bagi orang yang tengah mengerjakan shalat
Alaihi wa Sallam ketika diperintahkan Allah untuk mengubah arah kiblat dari
kesulitan.
kondisi takut, dipaksa, sakit dan yang lainnya, seperti sedang bergolaknya
kiblat. Allah Taala berfirman, "Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya),
shalatnya sah, tidak wajib diulang dan tidak perlu ditangguhkan, berdasarkan
kendaraan itu berjalan. Jika hendak melakukan shalat fardhu, beliau turun
dengan kapal laut, karena sangat mudah baginya untuk mengetahui arah
dibolehkan shalat sambil duduk jika tidak mungkin berdiri. Semua itu demi
shalat telah tiba, maka hendaknya dia mengerjakan shalat, baik berdasarkan
berita orang yang dapat dipercaya atau mendengar suara adzan atau
diketahui bahwa waktunya belum masuk, shalatnya batal dan dia wajib
mengulanginya kembali.
Para ulama menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa syarat sahnya
shalat bagi orang sakit tidak seperti yang disyaratkan bagi orang sehat,
sebagaimana yang telah disebutkan terdahulu, karena dalam hal ini terdapat
Bisa saja, orang sakit yang melakukan shalat dalam hatinya tanpa
dan shalatnya sah serta tidak perlu diulang. Ia pun akan mendapat pahala
kesulitan yang dapat ditanggung oleh orang yang sakit dan tidak
orang sakit yang satu dengan yang lainnya. Semuanya sesuai dengan
kesulitan darinya.
Hal itu berlaku baik benda najisnya menempel pada baju, tubuh,
menempel dengan benda najis seperti orang yang membawa botol kencing
atau tinja dan yang lainnya yang kondisinya berbeda-beda antara orang sakit
yang satu dengan yang lainnya, sesuai jenis penyakit yang dideritanya.
Apabila dia mengganti baju, pelarut atau pembalut yang najis maka hal
itu hukumnya sunnat dan tidak wajib. Maksudnya, ia akan diberi pahala jika
Madzi adalah cairan putih yang bening sedikit kental, keluar ketika
Wadi adalah cairan putih yang kental, keluar setelah kencing karena
najis. Adapun yang lain menganggapnya suci karena merupakan benih anak
Adam. Oleh karena itu disunnatkan untuk dicuci ketika basah dan dikerik jika
sudah kering.
9 Diriwayatkan oleh Ahmad.
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, "Saya mengerik mani dari
baju Rasulullah ketika ia sudah kering dan mencucinya jika masih basah."10
Jika mani bercampur darah dan darah yang lebih dominan maka saat
itu hukumnya najis. Tetapi jika darahnya hanya berupa flek-flek, maka
Adapun cairan wanita yaitu cairan kuning atau putih yang lembut yang
mengatakan suci.
tanpa diiringi penyempitan otot vagina dan rahim, maka hukumnya seperti
wanita dan bukan madzi yang keluar ketika syahwat terangsang atau mani
otot vagina dan rahim, menurut sebagian ulama, lendir-lendir itu tidak najis,
halnya seperti ludah dan cairan-cairan tubuh lainnya yang suci. Namun ada
Adapun orang yang memiliki penyakit seperti beser atau mencret atau
madzi atau wadi, maka menurut Imam Malik dimaafkan apa yang mengenai
tubuh dan bajunya, jika keluar dengan sendirinya, terjadi setiap hari
meskipun cuma sekali dan banyak. Hal itu demi menghilangkan kesulitan dari
orang-orang yang sakit, karena najis tersebut merupakan sesuatu yang sulit
jika muntah yang keluar hanya sedikit, maka hal itu bisa dimaafkan.
Adapun makanan yang keluar lagi dari perut seperti air yang dikeluarkan
kembali oleh lambung karena kepenuhan atau asam lambung yang keluar
tanpa disertai makanan yang telah dicerna atau cairan-cairan yang keluar
hukumnya tetap seperti asalnya yaitu suci. Karena hukum asal segala
sesuatu adalah boleh selama tidak ada nash shahih yang secara tegas
menyebutkan hukumnya.
yang telah dicerna maka ia disamakan dengan muntah. Begitu juga jika
bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah
yang mengalir atau daging babi -karena sesungguhnya semua itu kotor- atau
panah ketika sedang melaksanakan shalat, lalu dia pun tetap meneruskan
shalatnya.11 Dari riwayat diatas, sekiranya darah yang sedikit dan tidak
mengalir itu najis, atau membatalkan wudhu tentu dia akan keluar dari
Yang semisal dengan darah yang sedikit dan tidak najis adalah darah
nyamuk, kutu dan sejenisnya. Adapun mengenai darah wasir, hiliran (an-
selain darah haid dan nifas, maka hukumnya dibagi sebagai berikut:
tidak harus dicuci jika terjadi setiap hari walaupun hanya sekali, karena
termasuk najis yang dimaafkan menurut Imam Malik dan sulit dihindarkan.
Jika dia mencucinya maka hukumnya sunnat untuk kebersihan dan bukan
wajib. Artinya, ia diberi pahala jika melakukannya dan tidak berdosa jika
meninggalkannya.
tidak termasuk najis, karena tidak ada ayat Al-Qur`an atau hadits yang
sakit dan tidak bertambah parah sakitnya, atau mendapatkan orang yang
najisnya jika lebih dari 5cm persegi. Ini menurut pendapat Imam Malik.
Artinya, orang itu diberi pahala jika menghilangkannya dan berdosa serta
11 Diriwayatkan oleh Abu Dawud, dan Al-Bukhari mencantumkan dalam kitabnya secara taliq.
Jika kurang dari 5 cm persegi (lebar najis digabungkan jika letaknya
terpisah-pisah, untuk setiap najis yang terdapat di baju, atau di tubuh atau di
dan bekasnya seperti warna dan baunya. Jika tersisa bekasnya dan sulit
manusia.
Alaihi wa Sallam, "Pakaian salah seorang dari kami terkena darah haid. Apa
pakaian salah seorang di antara kalian, maka kikislah darahnya, lalu gosok-
gosok kain itu dengan air dan bersihkan, lalu pakailah untuk shalat."12
Cara mensucikan tilam yang tebal seperti kasur adalah cukup dengan
menutup najis yang ada padanya dengan seprai yang suci, jika hal itu bisa
kesulitan.
Adapun tilam yang tipis yang mungkin dicuci dengan air, maka wajib
ditutup dengan seprai atau yang semisalnya. Jika tidak mampu ditutup atau
diganti, lalu shalat di atasnya sekalipun najisnya masih ada, maka shalatnya
sah.
sebagai berikut: Jika najisnya berupa benda padat (seperti kotoran), maka
Jika najisnya berupa benda cair, maka disiram dengan air. Hal ini sesuai
Mengenai permukaan yang licin dan tidak menyerap air seperti kaca,
najis dan menghapusnya hingga najis tersebut hilang. Dahulu, para sahabat
cara menghapusnya.
Mengenai cara mensucikan tanah dan dinding serta semua benda yang
caranya sama dengan cara membersihkan tilam yang ditutupi dengan kulit,
Tanah dan dinding ini akan menjadi suci dengan sendirinya dari
berbagai najis yang tipis dan tidak tebal yang menempel padanya, dengan
berlalunya waktu.
tempat yang dikenainya, dan tidak perlu dicuci. Demikian itu untuk memberi
keringanan, karena hal ini sering menimpa para pemuda, baik laki-laki
maupun perempuan.
dicuci, begitu juga lubang tempat keluarnya najis, seperti ketika bersuci
setelah kencing.
Hal itu dilakukan, jika lebar kain yang terkena madzi atau tubuh + 5 cm
persegi. Jika kurang dari itu, maka termasuk dalam kategori najis yang
dimaafkan.
Dari Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu, dia berkata, "Aku adalah
mendapatkan kesulitan dan kepayahan akibat madzi, karena aku harus terus-
terusan mandi. Lalu aku menceritakan hal itu kepada Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam. Maka beliau bersabda, "Cukup bagimu berwudhu jika keluar
madzi."
berdosa, dan shalatnya tetap sah dan tidak batal, karena pada asalnya mani
itu hukumnya suci. Adapun jika maninya kering, maka cukup dikerik.
tempat yang terkena kencing, apabila lebar kain yang terkena najis lebih dari
perempuan lebih kental dan lebih bau daripada kencing bayi laki-laki.
Adapun tinja, baik itu dari bayi laki-laki maupun perempuan, maka
wajib dicuci.
Menurut Imam Malik, wanita yang menyusui dimaafkan atas apa yang
makanan yang keluar lagi dari perut, sekalipun dia bukan ibu kandungnya,
atau rembesan darah dari teteknya, jika dia telah berhati-hati untuk menjaga
pengobatan dan terkena najis yang berasal dari pasiennya, atau tukang jagal
yang terkena darah hewan sembelihan, atau petani yang terkena najis
bagi mereka dan yang semisalnya untuk menyediakan pakaian khusus untuk
shalat. Dengan itu, ia akan mendapat pahala jika melakukannya dan tidak
berdosa bila meninggalkannya. Dan shalatnya tetap sah dan tidak batal.
Adapun sisa kencing dan berak yang dicuci dari kedua jalan keluarnya,
yakni kemaluan bagian depan dan dubur dengan tidak menggunakan air,
misalnya dengan tissue, potongan kain, batu dan yang semisalnya, maka ia
letaknya, maka tidak ada jalan lain untuk memperoleh keyakinan bahwa najis
baju.
Allah Taala berfirman, "Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang
kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh
hatimu. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Al-
Ahzab: 5).
umatku perbuatan yang dilakukan dengan keliru, lupa dan apa-apa yang
termasuk najis. Sementara ulama yang lain berpendapat bahwa khamr, pada
dzatnya bukan najis, karena yang dimaksud dalam firman Allah Taala,
dasar ini, tidak masuk akal jika menyentuh orang non-Muslim dengan tangan
yang semisalnya untuk menghilangkan najis, seperti darah dan yang lainnya
dari badan, sehingga bagian badan tersebut menjadi suci dan bersih dari
2. Istinja
diurut dengan lembut untuk mengeluarkan apa yang tersisa dari air kencing)
dalam hal tersebut terdapat kesulitan, sebagaimana tidak ada nash Al-
air, atau dengan apa saja yang suci (karena sesuatu yang najis tidak dapat
mensucikan yang lainnya) yang memiliki daya resap untuk menarik najis,
seperti tissue, atau sepotong kain yang lembut atau batu yang bisa meresap
dan yang semisalnya. Apabila najis melewati tempat keluarnya (pada asalnya
tempat keluarnya tinja dan yang di sekitarnya dari lubang anus yang
merapat ketika berdiri), misalnya, air kencing membasahi apa yang ada di
badan. Jika najis mengenai baju dan lebarnya lebih dari 5 cm persegi, maka
Orang yang mampu wajib melakukan istinja. Dengan itu, ia akan diberi
sedang disiksa, dan tidaklah keduanya disiksa karena dosa besar. Adapun
salah satunya adalah karena dia tidak menjaga air kencing, dalam riwayat
lain disebutkan, tidak bersuci dari kencing, sedang yang lain karena dia
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang. Karena istinja ini tidak ada
kaitannya dengan kesahan wudhu maupun shalat, akan tetapi terkait dengan
orang yang kencing dan buang air besar. Siapa saja yang buang air kecil
atau buang air besar, maka wajib baginya beristinja, baik ketika hendak
Menurut Imam Malik, istinja hukumnya sunnat dan tidak wajib. Artinya,
kiri. Dengan itu, orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala dan ia
atasnya untuk melakukannya. Misalnya, bagi orang sakit yang tidak bisa
kesulitan darinya.
Akan tetapi jika najis melewati tempat keluarnya (asalnya yang wajib
dicuci adalah ujung kemaluan sekitar lubang tempat keluarnya kencing, atau
tempat keluar tinja dan sekitar lubang dubur yang merapat ketika berdiri),
misalnya, air kencing membasahi apa yang ada di sekitar lubang kemaluan
yang lebarnya lebih dari 5 cm persegi, atau tinja menutupi tempat sekitar
lubang dubur selebar lebih dari 5 cm persegi. (yaitu ukuran lebar najis yang
dimaafkan, karena sedikit dan tidak berpengaruh) atau najis yang mengenai
bajunya dimana lebarnya lebih dari 5 cm persegi, maka wajib dicuci kecuali
mengulang.
mengeluarkan air kencing yang tersisa (istibraa`) atau setelah beristinja dan
satu tetes atau dua tetes air seni, maka meskipun wudhu batal, akan tetapi
2.Wudhu
shalat salah seorang di antara kamu jika berhadats hingga dia berwudhu." 22
wudhu saat memulai (Menurut madzhab Hanafi, niat adalah sunnat muakkad,
serta wudhunya tidak batal), mencuci anggota tubuh yang wajib dicuci satu
kali-satu kali, yaitu mencuci wajah, dua tangan hingga lewat sikut, mengusap
sebagian kepala, mencuci kedua kaki hingga ke dua mata kaki dari bagian
pinggirnya satu kali dan tertib, seperti tidak boleh mengusap kepala sebelum
membasuh muka (menurut madzhab Malili dan Hanafi, tertib adalah sunnat
mendapat pahala dan jikapun tidak, maka ia tidak berdosa. Wudhunya tetap
mencuci dua telapak tangan tiga kali di awal wudhu, berkumur, menghirup
dengan tangan kiri, menyela-nyela jenggot tebal jika ada, menyela-nyela jari,
memulai yang kanan sebelum yang kiri, mencuci anggota wudhu tiga kali-
raka'at sesudahnya.
menempuh jarak yang jauh, (seukuran sampainya teriakan dirinya jika dia
memanggil temannya yang berada di jarak yang jauh) atau airnya sedikit
sebagai persediaan untuk makan dan minum, atau airnya sangat dingin dan
Allah Taala berfirman, "Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir
atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
ketika tidak ada air, dan bukan untuk melumuri wajah dengan tanah-,
Dari Ammar bin Yasir Radhiyallahu Anhu, dia berkata, Aku junub dan
tidak mendapatkan air, maka aku pun berguling-guling di tanah lalu shalat,
lain dari bentuk ketidakmampuan. Dalam keadaan ini, orang tersebut boleh
shalat tanpa wudhu dan tayammum. Shalatnya pun dipandang sah dan tidak
perlu diulang. Shalat seperti ini disebut sebagai shalat yang kehilangan dua
mengingkarinya. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang kehilangan dua alat
tubuh yang sakit atau terluka dengan perban tanpa melewati bagian
dengan air. Cara seperti ini dalam istilah fikih disebut dengan
- Jika untuk mengusap pun merasa takut, maka tidak mengapa untuk
tidak mungkin dicuci atau diusap. Dia boleh berwudhu untuk bagian-
sahabat terkena batu dan melukai kepalanya. Lalu dia bermimpi dan junub,
menggunakan air." Sahabat tersebut pun mandi, lalu meninggal dunia. Kami
datang kepada Rasulullah dan menceritakan hal itu. Maka beliau bersabda,
membalutkan perban (seperti kain, atau gips atau yang lainnya) guna
menghindarkan kesulitan.
- Rembesan darah atau nanah yang keluar dari pembalut atau perban
tidak dianggap najis dan tidak membatalkan shalat. Shalatnya sah dan
- Darah yang mengalir dan mengenai pembalut serta lebarnya lebih dari
dihilangkan bagi orang yang mampu. Jika tidak, maka shalatnya batal.
Adapun bagi orang yang tidak mampu, maka dia boleh shalat dengan
menghilangkan najis).
- Jika perban lepas dari bagian tubuh yang terluka, sementara dia masih
- Jika bagian yang sakit telah sembuh dan dia dalam keadaan memiliki
sebagai berikut:
dan orang yang sakit tersebut mampu menggunakan air tanpa menaggung
namun tidak wajib mengulangi apa yang telah dia tunaikan dari shalat-shalat
Atas dasar ini, maka tidak dibolehkan bagi orang yang bertayammum
untuk shalat dengan satu kali tayammum kecuali satu kali shalat fardhu
untuk setiap kali shalat, sekalipun tidak berhadats." 26 Alasannya, air bisa
tersedia atau udzurnya bisa hilang ketika masuk waktu shalat berikutnya.
wudhu, maka hukumnya sama dengan hukum wudhu. Ketika wudhu berlaku
untuk lebih dari satu kali shalat selama dia tidak batal, maka demikian pula
tayammum.
suci dapat mensucikan bagi orang Muslim, sekalipun dia tidak mendapatkan
air selama dua puluh tahun. Apabila mendapatkan air, maka hendaknya dia
Bagi yang memakai sepatu (atau kaus kaki tebal) saat berwudhu, maka
anak muda dan orang tua, laki-laki dan dan perempuan, di waktu musin
Shallallahu Alaihi wa Sallam berwudhu lalu mengusap kaus kaki dan kedua
sepatunya."28
Berdasarkan hadits ini Imam Ahmad bin Hambal dan Imam Abu Yusuf,
pengikut Imam Abu Hanifah, membolehkan mengusap dua kaus kaki yang
tebal, dengan dianalogikan (qiyas) kepada mengusap sepatu, jika pada kaus
qiyas.
sahabatnya.
c. Sepatunya harus suci, karena sepatu yang najis dilarang untuk dipakai
ketika shalat, dan karenanya tidak memenuhi syarat kebolehan untuk diusap,
kecuali najisnya kurang dari 5 cm persegi, yaitu lebar najis yang dimaafkan
(lihat no. 1 dalam tata cara menghilangkan najis bagi orang sakit).
d. Menutupi anggota tubuh yang wajib dicuci, yaitu sampai batas dua
mata kaki, dengan alasan bahwa mengusap adalah pengganti dari mencuci
saat berwudhu, maka wajib mencakup seluruh bagian yang wajib dicuci.
sepatu atau kaos kaki) yaitu dengan cara membasahi tangan dengan air,
berdasarkan akal, tentu bagian bawah sepatu lebih layak untuk dibasuh
orang yang bepergian dibolehkan mengusap sepatu selama tiga hari tiga
sepatu, dia menjawab, Bagi orang yang bepergian tiga hari tiga malam, dan
bagi orang yang mukim sehari semalam. 31 Karena dalam hadits di atas tidak
memakai sepatu. Apabila waktu yang sama di hari berikutnya telah datang
mengusap dihitung hingga ashar pada hari berikutnya dan bukan dari waktu
zuhur.
selama dua puluh empat jam walaupun jarang terjadi tanpa mengalami
batal, lalu dia melepaskan sepatunya setelah lewat waktu dua puluh empat
masa.
Misalnya, berdarah karena luka dan banyak keluar. Jika najisnya kurang
dari 5 cm persegi, maka ia termasuk najis yang dimaafkan dan tidak wajib
(lihat no. 1, tentang tata cara menghilangkan najis bagi orang sakit).
5. Junub.
wadi atau mani atau air wanita. Dalam fikih disebut dengan salasul baul atau
- orang sakit yang memakai selang kencing untuk ditampung dalam kantong
plastik.
lubang yang sengaja dibuat di bagian perut untuk ditampung dalam kantong.
- Darah istihadhah, yaitu darah yang keluar dari wanita setelah berakhirnya
masa haid yang biasa dialami. Yang semisal dengannya adalah wanita yang
darah.
adanya udzur. Namun meski demikian, wajib baginya untuk berwudhu setiap
hendak shalat setelah masuk waktunya, lalu shalat dengan wudhu tersebut
satu kali shalat fardhu dan yang dia kehendaki dari shalat sunnat, baik itu
qabliyyah atau pun ba'diyyah. Jika masuk waktu shalat fardhu berikutnya dia
wajib wudhu kembali, karena pada asalnya dia terus menerus berhadats.
Demikianlah menurut pendapat para imam, Abu Hanifah, Syafi'I dan Ahmad.
olehmu! Jika datang masa haid, maka tinggalkan shalat! Apabilah telah lewat
masa haid maka bersucilah. Kemudian shalatlah pada masa di antara satu
wudhu, selain dari alasan yang dimaafkan dan keluar darinya secara terus
menerus.
kentut, maka wudhunya batal. Bagi orang yang halangannya selalu keluar
tinja, lalu dia kencing maka wudhunya batal. Demikianlah seterusnya. Hal itu
Radhiyallahu Anhu, bahwa Fathimah binti Abi Hubaisy datang kepada Nabi
berikutnya."34
menerus sepanjang hari, atau paling tidak dari awal waktu suatu shalat
disebutkan di atas, dalam tempo yang sebentar atau kurang dari mulai
waktu suatu shalat hingga keluar waktunya maka yang berlaku padanya
adalah apa yang berlaku bagi orang yang sehat, dengan kata lain, wudhunya
batal.
berlangsung dari mulai awal waktu suatu sholat hingga keluar waktunya,
berikut ini:
Termasuk darah yang keluar dari bisul, jerawat, lecet dan sebagainya,
atau darah yang keluar dari hidung, gigi dan lain-lain, atau yang keluar
setelah diambil darah atau yang semisalnya, sekalipun darahnya banyak dan
Apa-apa yang keluar dari selain dua jalan, yakni tempat keluarnya
kencing dan tinja, semuanya tidak membatalkan wudhu, baik bagi orang
sehat maupun orang sakit. Adapun yang keluar dari dua jalan, hanya
membatalkan wudhu orang sehat saja, dan tidak membatalkan wudhu orang
kencing, tinja, kentut, madzi, wadi dan mani yang mewajibkan mandi.
keluar dari dua jalan. Dia seperti darah luka yang tidak membatalkan wudhu.
4. Dahak
Dahak tidak membatalkan wudhu karena bukan keluar dari dua jalan,
yakni saluran kencing dan tinja, sekalipun bercampur dengan darah, atau
menjadi batal oleh apa yang keluar dari dua jalan, bukan karena sesuatu
saat dikeluarkan dari badan orang sakit, karena tidak ada kaitannya dengan
karena yang membatalkan wudhu adalah apa yang keluar dari dua
yang menyatu dengan apa-apa yang ada di dalam usus. Jika keluar,
itu berarti adanya sesuatu yang keluar dari dua jalan. Yang
-jika keluar dalam keadaan basah dan berbau, itu artinya ia telah
menjadi bagian yang menyatu dengan apa yang ada di dalam usus,
sehingga apabila keluar, itu berarti adanya sesuatu yang keluar dari
- Jika keluar dalam keadaan tidak basah dan tidak berbau, itu artinya
angin dari lubang dubur, baik sebentar maupun lama, baik akibat sakit atau
pengaruh obat, atau karena terjadi sesuatu atau karena sebab lainnya.
Akan tetapi tidur yang kokoh tidak membatalkan wudhu, yaitu yang
tidur sambil duduk sekalipun tidurnya berat, hingga tidak menyadari apa-
karena kecil kemungkinan adanya sesuatu yang keluar dari lubang dubur.
Orang yang tertidur dalam keadaan sujud, atau berdiri atau sedang
karena dalam keadaan seperti ini saraf lubang anus tidak bebas hingga pada
merasakan bahwa ada sesuatu yang hendak keluar, kecuali jika benar-benar
apakah keluar sesuatu dari perutnya atau tidak? Maka janganlah keluar dari
baik menyentuh kemaluan sendiri atau kemaluan orang lain, misalnya dokter
telapak tangan atau bagian sisinya atau dengan ujung jari atau bagian
membatalkan wudhu, baik dengan syahwat maupun tidak. Hal itu didasarkan
Al-Qur`an dan hadits yang menjelaskannya. Tetapi dia wajib mencucinya jika
lainnya yang dibolehkan Islam karena keadaan darurat. Kaidah ushul fikih
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan
jika kamu sakit atau dalam perjalanan kembali dari tempat buang air (kakus)
syahwat.
14. Orang yang ragu apakah dia masih mempunyai wudhu atau tidak?
Orang yang mengalaminya, hendaknya mengambil keputusan
keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan. Atau jika pada masa-
masa terakhir dia teringat bahwa dia berwudhu, lalu ragu-ragu apakah
wudhunya sudah batal atau tidak, maka dia dianggap masih mempunyai
wudhu.
wudhunya, lalu dia ragu apakah telah berwudhu atau belum maka ia
membatalkannya).
membatalkan wudhu.
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, Adapun mani, maka jika
kecil akibat kerja berat yang menguras tenaga, atau keletihan atau sebab
Aisyah Radhiyallahu Anha bercerita bahwa Nabi ditanya tentang seorang laki-
laki yang mendapatkan sesuatu yang basah, namun tidak ingat mimpi, beliau
yang mimpi, tapi tidak mendapatkan sesuatu yang basah (mani), "Tidak
wajib mandi atas orang itu." Ummu Sulaim berkata, "Apakah wanita harus
Jika cairan ini terus menerus keluar tanpa diiringi syahwat, maka
hukumnya seperti hukum salasul baul (lihat kembali no. 1 tentang perkara-
membatalkannya).
Jika keluar karena syahwat yang memuncak, atau diiringi rasa nikmat,
disertai penyempitan otot vagina dan rahim, maka wajib mandi, baik ketika
Adapun kelenjar vagina, yaitu yang keluar secara normal dari kemaluan
seorang wanita, dan tidak seperti madzi yang keluar saat berpikir tentang
sesuatu yang merangsang syahwat, juga tidak seperti mani yang keluar saat
karena sulit dihindari. Tapi ada juga yang berpendapat, membatalkan wudhu
5. MANDI
orang yang membantunya untuk mandi, atau airnya sangat dingin dan tidak
dari bentuk ketidakmampuan. Dalam kondisi seperti ini, orang tersebut tidak
wajib mandi, tapi wajib bertayammum. (Lihat hadits Jabir Radhiyallahu Anhu,
hal 40).
Jika waktu shalat, lalu dia mampu berwudhu, maka wajib berwudhu.
Jika tidak mampu berwudhu, maka dia bertayammum sebagai
Perlu diingat, jika sebab yang membuatnya tidak mampu mandi telah
hilang, maka dia wajib mandi, dan tidak boleh bertayammum. Namun meski
baik saat tidur, yaitu yang disebut dengan mimpi basah, maupun saat terjaga
kemaluan kedalam farji istrinya, baik mengeluarkan mani maupun tidak. Atau
dengan cara onani, yaitu mengeluarkan mani dengan tangan atau yang
lainnya.
diiringi syahwat atau diiringi rasa nikmat, yang disertai penyempitan otot
vagina dan rahim, baik ketika tidur maupun saat terjaga. Ia pun menjadi
mewajibkan mandi.
diiringi syahwat atau karena sakit dan sebab yang lainnya, maka keduanya
tidak mewajibkan mandi tapi mewajibkan wudhu karena adanya sesuatu
Jika keluarnya terus menerus maka hukumnya seperti salasul baul (lihat
bertanya kepada para sahabat Ibnu Abbas sementara Ibnu Abbas tengah
mengerjakan shalat bahwa setiap dia buang air kecil selalu diiringi
Ibnu Abbas bertanya lagi, "Apakah kamu mendapatkan rasa lemas pada
Bagi orang yang bermimpi, namun tidak mendapatkan mani maka tidak
wajib mandi. Bagi orang yang bangun tidur lalu mendapatkan sesuatu yang
basah lalu dia ragu, apakah mani atau wadi yang keluar di akhir kencing
sebelum tidurnya, (karena mani dan wadi itu mirip dalam bentuknya, meski
wadi jumlahnya lebih sedikit), maka dalam keadaan seperti ini ia diberi
pilihan antara memandangnya sebagai mani hingga dia wajib mandi, sebagai
dan kondisinya.
Bagi orang yang bermimpi dua kali berturut-turut, lalu ia tidak mandi
setelah mimpinya yang pertama, maka cukup baginya untuk mandi satu kali
Untuk menggabungkan antara mandi dan wudhu, cukup satu kali niat.
Imam Ibnu Arabi berkata, Para ulama bersepakat bahwa wudhu itu tercakup
di dalam mandi.
Barangsiapa yang telah mengerjakan shalat, lalu mendapatkan mani
pada bajunya atau tersadar bahwa dirinya shalat dalam keadaan junub,
shalat fardu sebelumnya semenjak dia bangun tidur hingga tidur terakhir
yang dilakukannya.
maka ia wajib mandi setelah berhentinya darah persis seperti ketika haid.
ilaihi raajiun (Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadanya kami kembali).
". . . Adapun wanita haid dan nifas dibolehkan membaca Al-'Qur'an ketika
keluarnya darah, baik sebelumnya ia junub atau tidak. Adapun jika darah
sudah berhenti, maka tidak boleh membaca sebelum ia mandi, baik ia junub
atau tidak. Demikian itu karena dia memungkinkan untuk mandi, yang
mengajar saja. Hal yang demikian itu karena dia termasuk yang dimaafkan.
Sementara orang yang junub, ia berada dalam masa junubnya dalam waktu
dalam keadaan tidak suci, maka bagaimana dilarang membaca Qur'an dalam
dalam hati bagi orang yang haid, nifas dan junub tanpa menggerakkan lidah
Demikian pendapat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma dan Imam Ibnu Hazm
karena keduanya memahami dhamir (kata ganti ketiga) dalam firman Allah,
Qur`an kecuali orang yang suci."43 Lafazh thaahir yang berarti suci adalah
lafazh yang memiliki beberapa kemungkinan, yaitu bisa berarti suci dari
junub, bisa juga berarti suci dari hadats kecil yaitu wudhu.
orang-orang yang disucikan," kecuali jika berupa kitab tafsir yang perkataan
mushafnya akan hilang, seperti jatuh ke tempat najis. Ketika itu dibolehkan
==0==
gigitan dan yang lainnya, yang merasa kesakitan ketika memakai pakaian.
batasan aurat laki-laki dan perempuan). Jika tidak mampu, maka shalatlah
telanjang bulat. Shalatnya sah dan tidak perlu diulang. Demikian itu untuk
bergerak, atau ada orang yang menggerakkannya tanpa ada kesulitan atau
bahaya, atau tidak menyebabkan rasa sakit atau penyakitnya semakin parah,
dimana kedua telapak kakinya dapat menghadap ke arah kiblat, atau duduk
melakukannya.
menghadap kiblat maupun tidak, karena Allah Taala berfirman, Jika kamu
kiblat, atau tidak mendapatkan kesulitan yang sangat dan tidak ada
bergeser sedikit dari arah kiblat setelah berusaha untuk menyelidiki arah
Jika tidak mampu, atau mendapatkan kesulitan yang luar biasa ketika
sambil tidur miring. Jika tidak mampu maka sambil terlentang. Jika tidak
mampu juga, maka menurut yang mudah baginya, sekalipun hanya dengan
isyarat kepala atau kelopak mata, atau sekalipun sebagian rukun shalatnya
dilakukan di dalam hati. Allah tidak membenani suatu jiwa kecuali sesuai
berfungsi.
Alaihi wa Sallam, maka beliau menjawab, Shalatlah sambil berdiri! Jika tidak
mampu maka shalatlah sambil duduk. Dan jika tidak mampu maka shalatlah
sambil tidur miring.46 Dalam riwayat lain disebutkan, Jika tidak mampu,
maka sambil terlentang di atas punggunmu. Allah tidak membebani satu jiwa
ulama adalah seukuran waktu membaca satu kali tasbih yaitu mengucapkan
kalimat Subhanallah.
dibolehkan baginya untuk memutus shalat, karena darurat. Kaidah ushul fikih
shalat fardhu.
shalat (al-qiyam) tidak termasuk dalam kategori fardhu shalat. Dengan ini,
orang yang melaksanakan shalat sunnat sambil duduk, sekalipun dia mampu
berdiri, shalatnya tidak batal, hanya saja pahala yang didapatkan setengah
Pahalanya akan sempurna dengan seijin Allah, sekalipun dalam shalat fardhu.
membaca tujuh ayat dari Al-Qur`an sebagai pengganti dari Al-Fatihah, maka
ia boleh membacanya.
dan Allahu Akbar tujuh kali, maka cukup baginya untuk membacanya. Nabi
laki seraya bersabda, Jika kamu memiliki hafalan beberapa ayat Al-Qur`an,
maka bacalah! Jika tidak maka bacalah hamdalah, takbir, dan tahlil lalu
ruku.50
1- Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada dada, atau di atas
3- Baca taawudz.
4- Baca Amin.
Subuh, Maghrib dan Isya, serta dipelankan pada shalat Zuhur dan
Ashar.
7- Tasbih dan dzikir saat ruku, setelah bangkit dari ruku, ketika sujud,
Hal ini, berlaku juga pada shalat sunnat muakkad, yaitu shalat sunnat
10- Dua rakaat atau empat rakaat sebelum Zhuhur, dua rakaat atau
Juga berlaku pada shalat sunnat yang tidak terikat dengan shalat
fardhu, seperti:
mengumpulkan antara dua shalat, baik jama taqdim maupun jama takhir.
Yaitu, antara shalat Zuhur dan Ashar, atau antara Maghrib dan Isya. Ia boleh
mengerjakan shalat yang kedua bersama shalat yang pertama pada waktu
shalat yang pertama. Atau sebaliknya, yaitu melakukan shalat yang pertama
bersama shalat yang kedua pada waktu shalat yang kedua. Demikian itu
keterangan dari sunnah yang mensyariatkan jama antara shalat Subuh dan
Shallallahu Alaihi wa Sallam menjama antara dua Zuhur dan Ashar, Maghrib
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dialami oleh orang yang sakit.
beliau sedang melakukan perjalanan. Tentunya hal itu juga boleh dilakukan
antara Maghrib dan Isya. Dan apabila beliau berangkat sebelum matahari
berturut-turut (al-muwaalaat).
Alaihi wa Sallam menjama antara shalat Zuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya
Ibnu Abbas ditanya, Apa yang diinginkan Rasulullah dalam hal ini? Dia
alasan, baik karena sakit atau udzur yang lain. Hal itu dilakukannya untuk
membolehkan sesuatu yang asalnya tidak boleh. Akan tetapi meski demikian,
tidak dibenarkan untuk membiasakan menjama shalat. Karena hal itu hanya
misalnya penderita diabetes dan penyakit jantung, atau hilang ingatan ketika
berlangsung lama sejak awal waktu shalat hingga berakhir waktunya. Orang
sekali. Karena itu, ketika udzurnya hilang, dia wajib mengqadha shalat-
Shalatnya sah dan mendapat pahala, serta dianggap sebagai shalat yang
dilakukan pada waktunya dan bukan sebagai shalat qadha. Untuk itu ia tidak
bangun. Jika salah seorang di antara kamu lupa shalat atau tertidur,
qadha secara berurutan. Yaitu, Subuh sebelum Zuhur dan Zuhur sebelum
pada waktunya. Demikianlah yang harus dikerjakan. Jika tidak, maka berdosa
dan shalatnya tidak batal. (Ada yang berpendapat shalatnya batal). Demikian
itu, jika jumlahnya lima waktu shalat atau kurang karena mudah baginya
maka tidak ada dosa jika tidak berurutan, guna menghindarkan kesulitan.
mengakhirkan shalat dari waktunya tanpa ada alasan yang jelas untuk
empat waktu shalat, dan malam pun berlalu sesuai dengan yang dikehendaki
mengerjakan shalat Maghrib, lalu iqamah lagi dan beliau menunaikan shalat
Isya.55
tertib (berurutan) tidak wajib, tentu Rasulullah akan melakukan shalat sesuai
tertinggal.
dilakukan dengan cara yang sama. Begitu juga shalat jahriyah (yang
jika dilakukan di siang hari, maka dilakukan secara pelan walau pada asalnya
Shalat yang tertinggal ini, wajib diqadha sekalipun pada waktu yang
dibenci atau masuk dalam waktu yang di dalamnya dimakruhkan shalat. Yaitu
sekitar sepertiga jam sesudah terbit matahari, sebelum Zuhur dan sebelum
Hal itu tidaklah terjadi, melainkan karena tingginya kedudukan shalat. Shalat
bimbingannya.
Perlu diketahui, bahwa shalat di awal waktu, pahalanya lebih besar bagi
pernah ditanya tentang amal apa yang paling utama. Beliau bersabda,
waktu shalat berikutnya. Adapun bagi orang yang mempunyai halangan yang
secara syari diakui, maka ia boleh mengerjakannya kapan pun dia mampu.
kaum muslimin, karena dia telah mengingkari salah satu prinsip dari
wa Sallam bersabda, Tali Islam dan pondasi agama ada tiga yang di atasnya
kafir dan halal darahnya: Bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, shalat
sakit atau yang lainnya, maka dalam hal ini, orang yang
rasa sakit yang sangat atau penyakitnya bertambah parah, atau orang yang
Jumat, seperti orang yang menderita mencret yang tak terkendali atau yang
Hukum ini berlaku juga bagi yang merawat orang yang sakit, jika ia
sangat membutuhkannya.
65 Sanadnya shahih berdasarkan apa yang disyaratkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
selama tidak sampai kepada tingkat membahayakan bagi dirinya. Karena jika
parfum, siwak (sikat gigi), membaca surat Al-Kahfi, bershalawat kepada Nabi
mendapatkan pahala besar. Hal itu berlaku bagi orang sehat dan orang sakit.
Jika ia meninggalkannya karena takut bahaya, maka tidak ada dosa baginya,
bahkan diberi pahala seperti orang yang menghadirinya jika dia telah berniat
dideritanya.
binatang kurban.
pahala shalat berjamaah ini adalah sebanyak dua puluh tujuh kali lipat
pahala orang yang shalat sendirian (munfarid). Ada juga ulama yang
dikerjakan oleh sebagai orang, maka gugurlah dosa sebagian lain yang tidak
bahwa hukumnya fardhu ain atas semua kali-laki, dimana setiap orang yang
meninggalkannya, berdosa.
Pahala shalat berjamaah akan didapatkan, baik dilakukan di rumah
dihapuskan satu dosa. Disamping terdapat pahala yang lain, semisal, pahala
Dia boleh mengerjakan shalat dengan cara yang mampu dilakukannya, dan
Allah, jika dia terbiasa shalat berjamaah sebelum sakit karena kondisi ini
di luar keinginannya.
ditimpa hujan. Beliau bersabda, Siapa yang mau di antara kalian, maka
mereka. Lalu, pada suatu hari, , Nabi mengakhirkan shalat Isyanya, Muadz
surat Al-Baqarah. Maka seorang laki-laki memisahkan diri dari jamaah lalu
Fulan.
Orang itu menjawab, Aku tidak munafik. Muadz berkata, Baiklah, aku
kamu pembuat fitnah wahai Muadz, apakah kamu pembuat fitnah wahai
Muadz. Bacalah surat ini dan ini.70 Beliau mengisyaratkan untuk membaca
idza Yaghsya.
lagi shalatnya jika dia batal dan dia shalat sebagai imam, seperti karena
wudhunya batal, atau ingat bahwa dia shalat tanpa wudhu atau dalam
kalian. Jika mereka benar, maka pahalanya bagi kalian dan bagi mereka. Dan
jika mereka salah, maka pahala bagi kalian dan dosa bagi mereka.71
maupun dengan imam lain yang menggantikan imam yang batal shalatnya.
sebelah kiri ke sebelah kanan, ketika dia ikut shalat bersama nabi dan berdiri
Adapun bagi orang sakit, maka tidak batal shalatnya, karena gerakan
yang semisalnya karena kondisi darurat. Dan dalam Islam, keadaan darurat
banyak dan sedikit adalah adat kebiasaan atau yang disepakati orang-orang
shalat karena Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Dihapus dosa dari
atasnya.75
seorang dari kami bercerita kepada teman yang ada di sampingnya ketika
dilarang bercakap-cakap.76
Perkataan orang yang tidak tahu, atau tidak tahu bahwa shalat bisa
batal kata berkata-kata, maka shalatnya tidak batal jika hanya sedikit,
mendoakan orang bersin ketika shalat, Sesungguhnya Shalat ini tidak layak
dimasuki perkataan manusia. Yang boleh hanyalah tasbih, takbir dan bacaan
sedikit dan banyak dapat diketahui berdasarkan adat kebiasaan yang berlaku
di antara manusia.
kepada imam yang lupa bahwa ia sedang melaksanakan shalat Asyar, ini
shalat Ashar, atau berkata, anda sedang mengerjakan rakaat kelima, jika
dia lupa tasyahhud akhir, ketika imam tetap tidak menyadari kekeliruannya,
ulama, baik makan atau mimun sedikit maupun banyak, dan wajib atasnya
yang berpendapat bahwa jika makan atau minumnya sedikit, atau oleh
atau minuman, maka shalatnya tidak batal, karena dia bukan makan atau
Jika makan dan minumnya banyak, maka hal itu membatalkan shalat,
keinginan untuk buang air kecil, atau buang air besar, atau menahan kentut,
atau keinginan untuk makan, atau merasakan kantuk yang berat, maka
shalatnya sah. Akan tetapi hal itu hukumnya makruh, yang berarti bahwa
tidak berdosa dan tidak batal shalatnya. Adapun kenapa dimakruhkan, maka
shalat dari menghayati makna bacaan yang dibacanya dalam shalat, seperti
bacaan ruku, sujud atau makna doa yang dimintanya, atau membuatnya
lupa untuk mengambil pelajaran dari shalat, yang dapat dimanfaatkan dalam
realita kehidupannya.
menahan dua kotoran (buang air kecil dan buang air besar).78
==0==
Ramadhan, atau puasa fardhu lainnya, seperti puasa yang merupakan sangsi
sangsi karena membunuh tidak sengaja (kafarat al-qatl), puasa nadzar yang
rasa sakit dan penyakitnya, atau takut akan menderita penyakit lain ketika
kondisi fisiknya belum pulih benar, antara sehat dan sakit, dan bentuk-
Artinya, ia akan diberi pahala jika berbuka dan kalaupun berpuasa, tidak
berdosa.
dengan apa yang masuk bukan dengan apa yang keluar. Berdasarkan ini,
minuman yang ada atau yang tidak dimasak, seperti obat, selang atau
jauf. Sebagian mereka berpendapat bahwa kata al-jauf berarti anggota badan
bagian dari jauf. Namun sebagaian yang lain lagi, berpendapat bahwa
bukan termasuk bagian dari al-jauff. Semua lubang tersebut bisa menjadi
juga jika dimasukkan melalui lubang lain, selain mulut atau anus. Seperti
orang sakit yang diangkat duburnya atau sebagian usus besarnya, lalu
Menurut Imam Malik, suntikan lewat anus atau yang semisalnya, dapat
pengirimannya ke bagian tubuh yang lain, dimana tubuh akan menjadi kuat,
pemeriksaan.
lubang anus.
puasa, karena menurut mereka vagina bukan bagian dari alat pencernaan.
sejenisnya.
pencernaan.
10. Pemeriksaan nadi, suntikkan lewat nadi, otot dan bawah kulit
kelemahan.79
12. Obat tetes mata, celak, salep mata, tetes telinga dan yang
sejenisnya
pencernaan.
sangat sedikit dari tetesan obat yang digunakan. Disamping, hal itu dilakukan
oleh ujung lidah, bukan dengan menelannya hingga masuk ke dalam saluran
pencernaan.
13. Tetes hidung, obat semprot atau yang disumpalkan, darah yang
bawah setelah meneteskan obat tetes tersebut, aatau ketika darah keluar
dari hidungnya.
Jika orang sakit tersebut dapat merasakan rasa darah yang mengenai
mulutnya, maka hal itu tidak membatalkan puasa. Yang pasti dia tidak boleh
hidung saat berwudhu dengan cara yang tidak berlebihan, lalu airnya masuk
Apabila orang sakit, tidur sepanjang hari dari mulai fajar hingga
maghrib, maka puasanya tidak batal, karena akalnya masih tetap eksis, dan
Adapun orang yang pingsan sepanjang siang, maka puasanya batal dan
dia wajib mengulangi lagi puasanya, karena dia kehilangan syarat yang
berlangsung sepanjang siang dan dia tidak secara sengaja melakukan hal-hal
yang melampaui batas seperti meminum arak atau narkoba, maka puasanya
yang ditinggalkannya.
Bius total pada dasarnya, tidak membatalkan puasa, karena selang bius
puasa dan hari saat orang sakit itu dibius, wajib diqadha setelah dia sadar
ke saluran pencernaan, karena obat bius hanya dioleskan pada kulit atau
luka. Sekalipun obat meresap ke dalam aliran darah, maka ia seperti obat
yang disuntikkan ke dalam urat nadi yang tidak membatalkan puasa. (Lihat
no. 10).
17. Darah yang keluar dari mulut dan gusi, obat kumur, pengobatan
gosok gigi:
atau obat, lalu orang yang sakit bisa mengecap rasanya, maka ia harus
puasanya tidak batal. Hal itu guna menghindarkan kesulitan. (Lihat no. 13)
melakukannya tidak berdosa. Tapi, yang lebih aman, hendaknya orang sakit
itu, kecuali jika dalam keadaan darurat, seperti merasakan sakit yang luar
biasa, atau sakit pada mulut, gusi dan lain-lain. Pada kondisi tersebut, hukum
tidak ada yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Jika sudah berusaha
tapi masih tetap ada yang masuk, maka tidak membatalkan puasa. Tapi jika
Demikian juga cipratan bius tidak membatalkan puasa karena tidak masuk ke
dalam saluran pencernaan. Kalau ternyata ada juga yang masuk sekalipun
sudah hati-hati, misalnya karena tertelan secara tidak sengaja dan tidak
berlebihan, maka hal itu tidak membatalkan puasanya. Hal itu, demi
dilakukan bukan dlam keadaan darurat. Karena, jika dalam keadaan terpaksa,
Karena kalau mencair, lalu tertelan baik sengaja maupun tidak, atau masuk
karena dia telah melampaui batas dan melakukan sesuatu yang tidak
mendesak.
tanpa disadari, puasanya tidak batal, karena terjadi di luar kendali dan di luar
keinginannya.
Menggosok gigi dengan sikat gigi atau siwak, boleh dilakukan, bahkan
tidak berdosa, dengan tetap waspada agar tidak menelan sisa-sisa makanan.
Dari Amir bin Rabiah, dia bercerita bahwa dirinya melihat Rasulullah
Sedangkan lendir adalah kelenjar yang keluar dari pangkal hidung. Keduanya
menelan makanan atau minuman dengan sengaja. Tapi, ada juga yang
diri darinya.
muntah maka dia tidak wajib mengqadha. Akan tetapi apabila sengaja
Jika ada sesuatu yang keluar dari perut, lalu masuk kemali ke dalam
saluran pencernaan dan tertelan dengan tidak sengaja, maka puasanya tidak
20. Cairan yang keluar dari dada, hati, perut, sumsum, lutut dan
yang lainnya.
- Jika sedikit dan larut bersama ludah, lalu tertelan, sekalipun sengaja,
- Jika sedikit (lebih kecil daripada biji kacang), lalu ditelan dengan
sengaja dan berupa sesuatu yang tidak larut dengan ludah, maka
- Jika banyak (lebih besar daripada biji kacang), lalu ditelan dengan
- Jika melenannya karena lupa, maka hal itu tidak membatalkan puasa,
padahal dia berpuasa lalu dia makan atau minum, maka hendaknya
Hal ini juga berlaku bagi orang yang lupa, lalu makan atau
minum hingga kenyang, dan tidak terbata, pada sisa makanan yang
menempel di gigi saja.
bulan Ramadhan.
a. Bersetubuh:
karena dia mendapatkan keringanan untuk berbuka karena alsan sakit, maka
tidak ada kewajiban baginya selain mengqadha puasa di hari tersebut, atau
baik mengeluarkan mani maupun tidak. Dia wajib mengqadha hari itu,
Jika sang istri dipaksa oleh suaminya, atau dia sedang tidak berpuasa
karena ada halangan seperti sedang dalam bepergian, maka kafarat hanya
diwajibkan atas sang suami, tidak atas istrinya. Sang istri hanya diwajibkan
suami, baik sang istri merasa suka atau terpaksa, dan dia hanya diwajibkan
disebutkan tentang kewajiban kafarat atas si suami, dan bukan atas istrinya.
Adapun jika bersetubuh di siang hari saat berpuasa, yang bukan puasa
Kamis, maka tidak ada kewajiban mengqadha dan membayar kafarat. Karena
baik karena ada halangan maupun tidak ada halangan. Ibadah sunnat adalah
tidak mampu, maka ia wajib memberi makan enam puluh orang miskin (atau
satu orang miskin sebanyak enam puluh kali), dengan makanan yang biasa
bahwa seorang laki-laki berbuka pada siang hari di bulan Ramadhan. Maka
atau berpuasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan kepada enam
Bagi orang yang menggauli istrinya, karena lupa atau terpaksa atau
(dosa) dari umatku karena kesalahan, lupa dan apa-apa yang dipaksakan
atas mereka.86
Menurut dua Imam, yaitu Imam Ibnu Taimiyah dan Ibnu Hazm,
tidak ada apa-apa baginya selama dia telah berusaha keras untuk
mengetahui kondisi yang sebenarnya. Dalilnya adalah hadits yang
disebutkan di atas. Jika dia tidak berusaha mencari informasi,
maka wajib baginya untuk mengqadha puasanya.
- Orang yang dipaksa: Misalnya, orang yang dipaksa dengan keras,
yang tidak dapat ditanggung, seperti dipukul dengan keras, atau dipenjara,
maka dalam keadaan seperti ini, tidak ada kafarat atasnya. Dia hanya
diwajibkan untuk menqadha saja. Hal ini berlaku bagi laki-laki dan
dengan sengaja. Namun meski demikian, dia tetap berdosa, karena telah
menatap wanita dalam waktu yang lama, lalu mengeluarkan mani, maka
puasanya batal.
SyafiI, tidak membatalkan puasa, baik mani yang keluar, disebabkan berpikir
yang merangsang, atau berciuman, atau bercumbu. Karena madzi ini, seperti
air kencing yang tidak mewajibkan mandi dan tidak membatalkan puasa.
Sedangkan menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, hal itu membatalkan
puasa.
keluar saat syahwat memuncak atau diiringi rasa nikmat, yang ditandai
dan rahim, maka hukumnya seperti hukum madzi pada laki-laki sebagaimana
kemaluan wanita, dan bukan berupa madzi yang terjadi ketika berpikir
tentang syahwat, atau mani yang keluar saat memuncaknya syahwat yang
membatalkan puasa, karena ia sama dengan ludah atau keringat atau yang
atau bagian tubuhnya yang lain atau dengan kemaluannya atau dengan yang
semisalnya.
saat berpuasa, bagi orang yang yakin mampu mengendalikan nafsunya. Dan
tergerak karenanya, baik dia pemuda ataupun orang tua. Dan diharamkan
mereka saat beliau berpuasa. Beliau adalah orang yang paling mampu
Alaihi wa Sallam tentang hukum bercumbu bagi orang yang berpuasa. Lalu,
datang laki-laki lain dan menanyakan hal yang sama, lalu Nabi melarangnya.
Para ulama bersepakat bahwa jika seorang wanita haid atau melahirkan
di siang hari bulan Ramadhan atau di siang hari ketika dia berpuasa apa saja,
sekalipun hanya sesaat sebelum terbit matahari, maka puasanya batal. Dan
diharamkan baginya untuk menyempurnakan puasa pada hari itu. Atas puasa
yang telah dilakukan pada hari itu, ia akan mendapatkan pahala. Ketika
orang sakit yang sudah tidak mempunyai harapan untuk sembuh. (Lihat juga
no 25).
yang melahirkan anak dari tuannya) yang hamil, Kamu adalah seperti orang
yang tidak mampu berpuasa, maka kamu harus membayar fidyah dan tidak
sakit.
yang mendapat manfaat dari buka puasa adalah dua orang, ibu dan anaknya.
Oleh karena itu, dia harus mengqadha untuk dirinya dan membayar fidyah
mereka diwajibkan untuk mengqadha puasa saja, sama seperti orang sakit,
karena tidak ada dalil yang menunjukkan bahwa fidyah wajib dilakukan
bersama qadha, baik dari ayat Al-Qur`an maupun dari hadits Rasulullah
atau tidak adalah dengan cara berkonsultasi kepada dokter muslim yang
pembakaran roti, yang tidak bisa mengambil cuti pada bulan Ramadhan atau
di bulan yang lainnya, dimana ia tidak memiliki keluasan rizki dan tidak
ada, maka tidak ada kewajiban apa pun atasnya, tidak wajib qadha, juga
Jika halangan atau udzurnya sudah tidak ada, lalu meninggal sebelum
mengqadha puasa, maka menurut Jumhur ulama, wali dari orang tersebut,
dimaksud wali adalah karib kerabatnya, baik ahli waris maupun bukan.
Menurtut mereka, fidyah yang dikeluarkan boleh juga diganti dengan uang.
Dan pada asalnya, fidyah seharusnya dikeluarkan dari harta mayit. Tetapi jika
mayit tidak memiliki harta, maka menjadi kewajiban ahli waris. Jika mereka
suka rela mengeluarkan fidyah, maka mereka diberi pahala, dan gugur
kewajiban berpuasa dari si mayit. Jika mereka menolak maka tidak menjadi
dosa atas mereka dan semoga mayit mendapat rahmat dan ampunan dari
Allah Taala.
Barangsiapa yang meninggal dan dia memiliki hutang puasa satu bulan,
makan hendaknya wali dari orang itu untuk memberikan makan setiap hari
Menurut sebagian ulama yang lain, hukumnya sunnat bagi wali mayit
dan tidak berdosa jika tidak berpuasa, sekalipun yang berpuasa adalah orang
lain (bukan kerabatnya) dengan seijin walinya. Hal itu dibolehkan dan baik
bagi mayit.
meninggal dan dia memiliki hutang puasa, maka hendaknya digantikan oleh
walinya.94
27. Orang yang berpuasa sunnat yang menderita sakit atau sebab
puasa tiga hari setiap bulan qamariyah, enam hari di bulan Syawwal, hari
puasa sunnat amir (pemimpin) bagi dirinya. Jika mau, dia dapat terus
niat hukumnya wajib, setiap hari, kapan saja antara awal malam atau setelah
94 Diwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Al-Bazzar melalui jalur sanad yang hasan, menambahkan, jika mau
95 Diwayatkan oleh Al-Hakim dan menurutnya hadits ini shahih.
96 Diwayatkan oleh Al-Baihaqi dengan sanad yang hasan.
97 Diwayatkan oleh para penulis kitab as-Sunan dengan sanad yang shahih.
Menurut Ulama madzhab Maliki, cukup niat satu kali untuk satu bulan
penuh, di awal malam dari bulan Ramadhan. Jika dia melakukannya setiap
Pada puasa sunnat: Barangsiapa berada di waktu pagi dan dia tidak
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, dia berkata, Rasulullah masuk kepadaku pada
suatu hari dan bertanya, Apakah kamu mempunyai sesuatu? kami jawab,
saya berpuasa.98
sunnat, maka puasanya batal, sekalipun dia tidak memakan apa-apa, karena
29. Orang yang ragu tentang terbit fajar atau terbenam matahari,
makan dan minum sesudah terbit fajar atau sebelum waktu Maghrib, maka
lain, di antaranya Imam Ibnu Taimiyah, puasanya tidak batal karena dia telah
Allah Taala berfirman, Dan tidak ada dosa atasmu terhadap apa yang
kamu khilaf padanya, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh
Ahzab: 5)
Dari Asma binti Abu Bakar Radhiyallahu Anha, dia berkata, Kami
memerintahkannya, niscaya berita itu tersiar, dan akan sampai kepada kita
secara sengaja saat mandi, atau saat berkumur-kumur dan menghirup air ke
kemudian mandi.100
atau kepanasan.101
debu.
Ibnu Taimiyah berkata, tidak apa-apa dilakukan oleh orang yang sedang
berpuasa. Hal itu dikarenakan tidak ada dalil syari yang melarangnya.
Sedangkan hukum asal segala sesuatu adalah boleh selama tidak ada nash
Adapun debu jalanan atau asap, demikian juga nyamuk, lalat dan
dihindarkan.
32. Puasa seorang wanita tanpa ijin suami yang sakit di luar bulan
Ramadhan.
untuk berpuasa walaupun hanya satu hari, di luar bulan Ramadhan tanpa
keadaan sakit. Jika dia memaksakan untuk berpuasa maka puasanya sah,
suaminya. Demikian itu, karena ketaan kepada suami saat dia sehat, dan
memberikan pelayanan saat dia sakit adalah lebih utama untuk didahulukan
daripada mengerjakan puasa sunnat, kecuali jika dia meminta ijin terlebih
menggaulinya jika dia terdorong untuk melakukannya, tanpa ada dosa sama
merupakan haknya.
berpuasa satu hari pun, sedang suaminya hadir di sisinya kecuali dengan
ijin suami, karena ia merupakan puasa wajib. Jika dia memiliki hutang untuk
pada puasa sunnat, yaitu harus meminta ijin, karena mengqadha hari-hari
berikutnya.
dia akan dibunuh, jika tidak makan atau mimun, atau dipotong anggota
dipukul dengan keras atau dipenjara dengan berat, lalu dia makan atau
mereka.103
yang dia berbuka padanya dalam puasa wajib, seperti puasa Ramadhan,
kafarat al-yamin, kafarat karena membunuh tidak sengaja, dan puasa nadzar
yang dia wajibkan atas dirinya sendiri. Jika dia melakukannya, maka akan
disunnatkan menurut mayoritas ulama. Artinya, dia akan diberi pahala jika
Kewajiban qadha ini, tidak wajib dikerjakan segera setelah orang sakit
Ramadhan. Akan tetapi, boleh dilakukan kapan saja ketika dia mau. Jika
hutang puasa yang dia miliki adalah hutang puasa Ramadhan, maka dia
harus mengqadhanya dan tidak ada kewajiban lain atasnya, karena Allah
diatas, perintah untuk mengqadha dimutlakkan, tanpa terikat oleh syarat apa
pun.
dan tidak ada kewajiban lain baginya jika hal itu dilakukan karena ada udzur
hukuman atasnya.
berikutnya, maka hendaknya dia berpuasa untuk hari-hari yang dia berbuka
pada tahun itu, kemudian berpuasa untuk hari yang ditinggalkan pada
ramadhan yang lalu, serta memberi makan kepada orang miskin sebanyak
hari yang dia berbuka.105 Fidyah ini tidak berlipat ganda karena masuk
turut.106 Karena Allah Taala tidak membatasi qadha dengan syarat apa pun.
Jika dia mengakhiri Itikaf yang sunnat, yaitu Itikaf yang diberi pahala
ini, tidak diwajibkan atas orang sakit atau orang yang berhalangan dengan
tidak mengqadhanya.
Jika dia menyelesaikan itikaf wajib, seperti nadzar kepada Allah atau
berjanji untuk melakukan itikaf setengah hari atau sehari penuh, atau
beberapa hari, maka dia wajib memenuhinya saat dia sembuh atau saat
janji terhadap Sang Pencipta manusia lebih wajib lagi, sebagaimana sabda
untuk dipenuhi.107
diwajibkan atas setiap individu muslim, baik anak kecil maupun dewasa, baik
orang sakit maupun orang sehat, baik laki-laki maupun perempuan, baik
yang memiliki satu sha makanan (atau uang seharga itu, menurut Abu
Hanifah), yang berlebih dari makanan dirinya sendiri dan orang-orang yang
menjadi tanggungannya pada malam atau hari raya. Satu sha sama dengan
empat mud. Satu mud adalah satu raup dua telapak tangan orang laki-laki
Alaihi wa Sallam mewajibkan zakat fitrah dari bulan Ramadhan, satu sha
kurma, atau satu sha gandum, atas setiap orang yang merdeka atau budak,
anak kecil atau dewasa, lak-laki atau perempuan dari kaum muslimin. 108
sedekah biasa.110
mengeluarkannya.
berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan,
==0==
Hukum Haji
Ibadah haji, diwajibkan bagi orang yang sudah baligh yang
memiliki kemampuan, baik ditinjau dari sisi kesehatan maupun
finansial. Allah Taala berfirman, Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah. (Ali-'Imran: 97)
sudah diwajibkan semenjak tahuh keenam. Kecuali, jika dia meninggal dunia
dalam keadaan mampu, namun dia belum menunaikan haji. Maka dia akan
Ada juga yang berpendapat, bahwa dia berdosa, karena haji adalah
Adapun bagi orang yang tidak mampu, baik dari sisi fisik maupun
finansial, maka haji tidak wajib baginya. Bagi yang mampu dari sisi fisik,
namun tidak mampu dari sisi finansial, juga tidak diwajibkan berhaji.
Sedangkan orang yang mampu dari sisi finansial, namun tidak mampu
dari sisi fisik, maka, jika sakitnya memiliki kemungkinan untuk sembuh, maka
sudah tua sekali, dimana tidak akan mampu menunaikan berbagai ritual
maka wajib baginya (diberi pahala jika dikerjakan dan berdosa jika
ditinggalkan) untuk dihajikan oleh orang lain, baik oleh karib kerabatnya
laki-laki.
namun dia telah tua renta, sehingga tidak bisa menaiki kendaraannya.
untuk Syubrumah.114
oleh orang yang mengutusnya untuk menunaikan haji. Jika dia diperintah
untuk menggabungkan antara haji dan umrah dengan satu niat, maka ia
Demikian seterusnya.
setelah itu dia bebas melakukan apa saja sesuai yang diinginkan. Misalnya,
Bagi yang telah menunaikan haji dan umrah yang wajib, dibolehkan
juga untuk mewakilkan haji dan umrah keduanya yang hukumnya sunnat,
jika dia tidak bisa melakukannya sendiri. Demikian juga dibolehkan bagi
orang bernadzar haji dan umrah setelah menunaikan yang pertama kali
Jika orang sakit yang dihajikan oleh Orang lain sembuh, maka
menurut Jumhur ulama, ia harus melakukan haji lagi, karena
jelaslah baginya bahwa penyakit yang dideritanya, ternyata bukan
jenis penyakit yang tidak dimungkinkan untuk disembuhkan.
Ulama yang lain ada juga yang mengatakan, bahwa orang tersebut
hajinya, maka saseakan-akan ia diwajibkan berhaji dua kali. Dan ini tidak ada
karena haji merupakan ibadah badaniyah seperti shalat yang tidak bisa
digantikan setelah mati, tetapi dia akan menanggung dosanya pada hari
Kiamat.
Menurut Imam Syafii dan Ahmad, baik dia berwasiat atau tidak, wajib
bagi ahli waris untuk menghajikannya, karena hal itu merupakan bentuk
kasih sayang dan kebaikan kepada si mayit agar dia selamat dari adzab,
karena haji adalah seperti hutang yang tidak gugur dengan kematian.
hartanya sebelum dibagikan kepada ahli waris. Seorang wanita dari Juhainah
Sesungguhnya ibuku bernadzar untuk menunaikan haji dan dia tidak sempat
maka tida ada kewajiban apa-apa atasnya, begitu juga atas ahli warisnya.
Semua yang disebutkan diatas, juga berlaku bagi perempuan. Dia wajib
dan memiliki kemampuan dari sisi kesehatan dan keuangan, atau dia
dan biaya haji suami atau mahramnya, karena kewajiban menanggung biaya
haji menimpa dirinya, bukan keduanya, kecuali jika salah seorang dari
Adapun suami saudara perempuan atau suami bibi dari ayahnya atau
suami bibi dari ibunya, mereka tidak termasuk mahram yang permanen,
b. Jika tidak ada suami atau mahram, atau ada, tetapi dalam
Karenanya, haji tidak wajib baginya. Jika dia tetap memaksakan diri untuk
tanpa menanggung dosa jika dia melakukannya bersama para wanita yang
terpecaya atau bersama wanita lain yang terpercaya. Bahkan ada yang
laki lain dan mengeluhkan penyamun. Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam
akan melihat seorang wanita pergi dari Hirah, lalu ia thawaf di Kabah dan
c. Ijin suaminya:
bagi seorang istri adalah sunnat bukan wajib. Hal itu dikarenakan haji
merupakan kewajiban atas dirinya, dan tidak boleh ada seorang pun yang
kepada sang Khalik. Kecuali jika sang sumi membutuhkannya seperti dia
sedang sakit atau memiliki anak-anak yang harus disantuni, sementara sang
suami tidak bisa menyantuni mereka jika istrinya pergi. Jika keadaannya
demikian, maka pada saat itu meminta ijin suami hukumnya wajib.
wajib. Artinya, si istri akan diberi pahala jika melakukannya dan berdosa jika
suaminya, maka hajinya tetap sah. Meski demikian, sang suami tetap berhak
yang menyatakan bahwa kewajiban haji itu bukan kewajiban yang harus
pergi berhaji tanpa ditemani mahram atau tanpa seijin suamimnya hanyalah
berlaku pada haji fardhu, atau haji nadzar yang merupakan kewajiban atas
dalam haji sunnah atau haji yang lebih dari satu kali, maka ijin suami dan
maka ia tidak boleh keluar untuk berhaji, karena ia telah diperintahkan untuk
juga yang mengakatan, bahwa ia boleh keluar, karena haji hukumnya fardhu,
Jika iddahnya karena thalaq bain (atau setelah dijatuhi thalaq tiga),
maka dibolehkan baginya untuk pergi berhaji, karena dia menjadi miliknya
sendiri.
Semua yang disebutkan dalam hukum haji bagi laki-laki dan wanita,
HUKUM UMRAH
Menurut sebagian ulama, umrah hukumnya sunnat muakkad,
karena ayat yang mewajibkan haji, yaitu, Mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup
mengadakan perjalanan ke Baitullah, (Ali-'Imran: 97) tidak
menyebutkan tentang hukum umrah. Atas dasar ini, hukum umrah
adalah sunnat muakkad, yang dianjurkan untuk dilaksanakan satu
kali seumur hidup, dianalogikan dengan haji. Bagi yang
melakukannya lebih dari satu kali, maka hukummnya sunnat dan dia
akan mendapatkan pahala.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Dari umrah ke
dalam seumur hidup seperti haji, berdasarkan firman Allah Taala, Dan
Waktu Haji
Allah Taala berfirman, Haji itu pada bulan-bulan yang
telah diketahui. (Al-Baqarah: 197)
Maksudnya, agar haji menjadi sah, maka wajib dilaksanakan
pada waktu yang telah ditetapkan Allah Taala, yaitu pada bulan-
bulan berikut: Syawwal, Dzulqadah dan Dzulhijjah.
Amalan-amalan haji, hukum-hukumnya dan tindakan-tindakan yang
harus dilakukan orang sakit.
Amalan haji secara berurutan:
1. Ihram.
2. Talbiyah.
3. Thawaf Qudum (thawaf penghormatakan kepada Masjidil
Haram).
4. Sai antara bukit Shafa dan Marwah.
5. Menuju ke Mina.
6. Menuju ke Arafah.
7. Wukuf di Arafah.
8. Berangkat dari Arafah ke Muzdalifah.
9. Amalan-amalan pada hari Idul Adha (sepuluh Dzulhijjah),
yaitu:
0- Melempar jumrah Aqabah
1- Menyembelih
2- Mencukur rambut atau memotongnya
3- Thawaf Ifadhah.
10. Amalan-amalan pada tiga hari Tasyriq: Setiap hari
melempar dua puluh satu batu kerikil, tujuh untuk Jumrah
Shugra, tujuh untuk Jumrah Wustha dan tujuh lagi untuk
Jumrah Kubra).
Hari-hari Tasyriq adalah tanggal sebelas, dua belas dan tiga
belas Dzulhijjah. Dinamai hari tasyriq karena pada hari tersebut
daging kurban dijemur (dikeringkan) agar awet.
I. Ihram
Hukum Ihram: Ihram adalah salah satu rukun haji, yang
apabila tidak dilakukan, maka hajinya menjadi batal.
Definisi: Ihram artinya, menghadirkan niat haji. Niat ini,
tempatnya di dalam hati. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
bersabda, Sesungguhnya amal-amal itu tergantung kepada niat.121
Bagi orang yang sakit, ia dibolehkan untuk memilih salah
satu di antara tiga niat haji, yaitu niat haji ifrad, niat haji
qiran atau niat haji tamattu, disesuaikan dengan tuntutan
situasi dan kondisi serta kesehatannya.
Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, Kami keluar bersama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pada tahun haji Wada.
Diantara kami ada yang berihram untuk umrah, ada yang berihram
haji dan umrah dan ada yang berihram untuk haji..122
Niat haji ifrad: adalah Ihram dengan niat haji saja,
kemudian sesudahnya berumrah, jika mau.
Niat haji qiran: adalah Ihram dengan niat haji dan umrah
sekaligus, dan melakukan amalan keduanya dalam satu waktu,
(keringanan) pada hari-hari tasyriq untuk berpuasa, kecuali orang yang tidak
Jika orang sakit tidak mampu berpuasa tiga hari pada saat haji karena
penyakit yang dideritanya, atau karena fisiknya lemah atau karena takut
rekomendari dari dokter muslim yang ahli dan terpercaya atau berdasarkan
pengalaman pribadi, maka dia wajib menqadhanya setelah pulang, atau dia
Tidak mesti segera, tetapi boleh dilakukan ketika ia sempat, atau ketika ia
membatasinya.
Jika orang sakit tersebut tidak mampu berpuasa sama sekali, karena
tetap ada, maka tidak ada dosa baginya, sedangkan jika halangannya sudah
fidyah (Wali adalah karib kerabat, baik ahli waris maupun bukan), yakni
memberi makakan sebanyak hari yang dia tidak bisa berpuasa, sebanyak
satu mud dari makanan pertengahan yang biasa dia dan keluarganya makan.
(Mud adalah satu cedukan dengan menggunakan dua telapak tangan laki-laki
makanan tersebut.
Pada asalnya fidyah dikeluarkan dari harta mayit. Namun, jika ia tidak
mempunyai harta, maka kewajiban beralih kepada ahli waris. Jika mereka
bersuka rela untuk mengeluarkan fidyah, maka diberi pahala dan gugur
kewajiban berpuasa dari si mayit. Jika mereka menolak, maka tidak ada dosa
atas mereka. Dan si mayit, semoga saja mendapat rahmat dan ampunan dari
Allah Taala.
meninggal dan dia memiliki hutang puasa selama satu bulan, maka wali
orang tersebut, hendaknya memberi makan untuk satu hari satu orang
miskin.126
menggantikan shalat orang lain, dan tidak bisa menggantikan puasa orang
lain, tetapi hendaknya memberi makan untuk satu hari puasa yang
menggantikannya.128
khusus bagi dirinya, saat menghadirkan niat ihram. Hal ini disepakati oleh
tempat Engkau menahanku. Hal itu, agar menjadi alasan untuk tidak
umrah, karena dia terancam dengan bertambah parah penyakit atau rasa
umrahnya, kecuali jika keduanya bersifat fardhu. Jika demikian, maka wajib
wajib baginya untuk berpuasa sepuluh hari, diqiyaskan kepada orang yang
kurban.
Ihram adalah mandi bagi orang yang hendak berihram dan apabila hendak
dibolehkan, dan tidak mengapa jika bekasnya tetap ada setelah ihram.
kilauan minyak wangi pada belahan rambut Rasulullah ketika beliau sedang
ihram.132
Jika orang sakit tidak mampu mandi, maka cukup baginya berwudhu
saja.
tayamum seperti dalam shalat, karena mandi ihram adalah untuk kebersihan
seorang muslim, hingga tidak mengganggu kaum muslimin yang lain ketika
dilarang untuk bertayamum ketika hendak shalat dan bukan untuk maksud
membersihkan badan.
Yaitu, setelah melepaskan semua pakaian yang dijahit atau pakaian yang
menutupi badan (yang menutupi badan tanpa jahitan seperti kaus kaki dan
sebagainya).
Dua helai pakaian ihram ini terdiri dari satu kain yang dililitkan untuk
menutupi tubuh bagian bawah mulai dari pusar (al-izar), dan yang satunya
tidak menutupi dua mata kaki (tapi, bukan sepatu karena sepatu dijahit dan
yang memakainya akan diberi pahala dan kalaupun memakai warna lain,
tidak berdosa.
Hikmah dari memakai pakaia ihram ini, adalah guna melepaskan diri
dari semua perhiasan dunia, mengingat kematian dan menghadap Allah Azza
Jika orang sakit tidak bisa memakai pakaian ihram, dibolehkan baginya
untuk menjaga dirinya dari udara dingin, atau karena rentan terkena
penyakit, atau karena sebab lainnya. Akan tetapi, diwajibkan baginya untuk
yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah
setengah sha makanan, atau dua mud. Satu mud sama dengan satu
ketika dia sedang ihram, pada saat perdamaian Hudaibiyah, Apakah kutu
hari, atau memberi makanan sebanyak tiga sha kurma kepada enam orang
miskin.138
berupa uang.
Bagi yang tidak mampu membayar fidyah (karena kefakiran atau sebab
lain), maka dia berhutang kepada Allah hingga dia mampu membayarnya.
Apabila dia tetap tidak mampu, gugurlah kewajiban darinya dan hendaknya
Shalat ini dapat tercukupi oleh shalat wajib mana saja, sebagaimana
dari berbagai arah yang berbeda, dimana tidak dibenarkan bagi seseorang
yang datang untuk menunaikan ibadah haji atau umrah dari mana saja dia
ihram. Bagi orang yang jalannya tidak melewati tempat miqat, maka
tersebut.
untuk penduduk Syam, Qarnul Manazil untuk penduduk Najd dan Yalamlam
tersebut, jika hal itu perlu baginya. Adapun bagi orang sehat, maka
hukumnya makruh. Artinya, orang itu akan diberi pahala jika dia konsisten
Begitu juga, hajinya tidak batal dan tidak ada kewajiban baginya untuk
menyembelih kurban.
ihram, yakti kata waqqata yang menuntut tidak adanya tambahan atau
Adapun jika orang sakit atau orang sehat melewati tempat ihram
dalam keadaan tidak ihram, maka wajib baginya untuk kembali dan ihram di
tempat miqat.
140 Bagian dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Jika dia tidak kembali dan melewati miqat dalam keadaan tidak ihram,
baik karena lupa, atau tidak tahu atau sengaja atau karena ada halangan,
maka menurut Jumhur ulama, dia wajib menyembelih domba setelah selesai
haji atau umrah, dengan tetap mendapat dosa bagi orang yang
lupa, tidak tahu atau karena ada halangan, kecuali jika mampu kembali, lalu
miqat yang telah ditentukan adalah termasuk kewajiban haji, yang kalau
meninggalkannya dengan sengaja. Hal ini tidak sama dengan rukun haji,
seperti wukuf di Arafah, yang apabila ditinggalkan, maka hajinya batal dan
menunaikan haji dan umrah (misalnya, untuk berdagang atau bekeja), maka
(miqat) yang telah disebutkan. Jika tidak melakukannya dia berdosa dan
Hal ini berlaku bagi orang yang tinggal di luar kota Mekkah. Adapun
bagi orang yang tinggal di dalam kota Mekkah dan hendak memasukinya,
kesulitan.
Mekkah bagi orang yang tidak menunaikan haji dan umrah tanpa melakukan
bersabda, Orang yang sedang ihram tidak boleh memakai kemeja, sorban,
mantel, celana, baju yang menyentuh waras dan zafaran, dua sepatu kecuali
jika tidak mendapatkan sandal, maka potonglah sampai bawah dua mata
kaki.142
untuk mencelup.
senang yang dilakukan tanpa ada alasan. Adapun pemakaian ikat pinggang
-sekalipun dijahit- yang dililitkan pada kain yang digunakkan sebagai tempat
untuk menyimpan uang, begitu juga cincin dan jam tangan, tidak apa-apa
menyebabkan dosa. Karena tanpa ikat pinggang ini, aurat bisa tersingkap
atau uang bisa hilang. Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma berkata, Tidak apa-
apa memakai ikat pinggang tempat menyimpan uang dan cincin bagi orang
yang ihram.143
fidyah menurut sebagian ulama, dalam suatu keadaan, dan tidak wajib dalam
a.Mengobati Luka.
Imam Malik berkata, Tidak apa-apa bagi orang yang sedang
ihram untuk mencungkil bisul, mengikat luka, menahan keringat
jika diperlukan. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
sendiri, berbekam ketika beliau sedang ihram.144Berbekam adalah
karena potongan masuk dalam luka yang tidak bisa dilakukan tanpanya. Dan
ayat, Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu
kondisinya darurat.
wajib membayar fidyah) atau rambut kepala dan bulu badan yang jatuh
dengan sendirinya, atau kulit lecet yang ada rambutnya, semuanya tidak
kalaupun ada yang jatuh, maka ia tidak diwajibkan membayar fidyah, selama
Adapun jika sengaja menyisir rambut dengan cara yang tidak lembut,
serta meyakini dengan cara tersebut rambutnya akan lepas, maka hukumnya
haram, yakni berdosa jika dilakukan dan diberi pahala jika ditinggalkan.
c. Menggunting kuku:
Menghilangkan kuku yang pecah yang masuk ke dalam jari dan
Adapun memotong kuku untuk mengobati luka yang ada pada kulit jari,
fidyah.
minyak ikan, krim dan lain-lain dari jenis minyak yang tidak memiliki bau,
atau dengan obat, baik yang memiliki bau maupun tidak. Dia berkata lagi,
menggunakan minyak.
haji bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, pada haji Wada. Aku
melihat Usamah bin Zaid dan Bilal, salah seorang dari mereka mengambil tali
kekang unta Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan yang lain mengangkat
keadaan ihram.
sedang ihram dibolehkan memakai celak dengan jenis apa pun, baik ketika
sakit mata selama tidak bercelak dengan minyak wangi maupun tidak.
pahala yang meninggalkannya dan tidak berdosa yang melakukannya. Hal itu
perhiasan dunia yang menjadi ruhnya haji. Akan tetapi, kalaupun dilakukan,
h. Mandi
Boleh dilakukan, termasuk bagi orang yang sehat, baik mandi wajib
seperti mandi junub, atau mandi sunnat seperti mandi Jumat atau mandi
Ayyub Radhiyallahu Anhu, disirami kepalanya dengan air, lalu dia menggosok
baginya. Adapun, jika jatuh akibat gosokan yang keras, wajib baginya
membayar fidyah. Oleh karena itu Imam Malik memakruhkan mandi bagi
sedang ihram untuk mandi dan mencuci pakaiannya, baik untuk kebersihan
maupun untuk menghilangkan najis, seperti air kencing, tinja, darah atau
dengan memakai kain tersebut. Thawaf dan shalatnya sah, dan tidak ada
j. Melihat Cermin
semisalnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Umar
Radhiyallahu Anhuma.
parfum, memakai baju yang dijahit dan menutupi badannya karena tidak
tahu bahwa hal tersebut diharamkan atau karena lupa, misalnya, ia berada di
bawah pengaruh obat bius, atau sakit yang menahun, atau kerena ketuannya
dan sebagainya. Dalam kondisi seperti ini dan semisalnya, maka tidak ada
kewajiban fidyah dan tidak ada dosa baginya. Demikianlah menurut Imam
Atha berkata, Jika dia memakai minyak wangi atau memakai pakaian
baginya.
ada dosa atasnya. (Hukum ini juga berlaku bagi orang sehat).
lain sebagainya. Maka hal ini adalah sesuatu yang mubah dan tidak ada dosa
baginya, bahkan dibolehkan bagi orang sakit juga orang sehat untuk
awal-awal diwajibkannya haji, melakukan jual beli di Mina, Arafah dan pasar
Dzul Majaz pada musim-musim haji, lalu mereka mengkhawatirnya jual beli
melihat wanita
Hal ini, tidak menyebabkan dosa, karena hal itu terjadi di luar keinginannya.
saat tidur:
Hal ini, tidak menyebabkan dosa. Kondisinya persis seperti keluar mani
d. Jima:
dan dia wajib membayar kafarat. Allah Taala berfirman, Maka tidak boleh
Kepada orang yang melaksanakan haji dan batal hajinya, maka wajib
di masa yang akan datang, saat dia memiliki kemampuan, sekalipun haji
berdosa.
yang dilakukan, yaitu dengan menyembelih seekor unta yang umurnya lima
tahun. Inilah yang difatwakan oleh Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Umar dan Ibnu
Jika tidak mampu, maka boleh menyembelih tujuh ekor kambing. Jika tidak
mampu juga, maka taksirlah harga unta, lalu dengan uangnya belikan
makanan, lalu sedekahkan. Jika tidak mampu juga, maka berpuasalah selama
sepuluh hari.
hajinya dan dia wajib membayar kafarat sama dengan yang disebutkan di
atas.
Tetapi menurut Ulama Hanafi, tidak batal hajinya, karena dia telah
Jika menggauli istrinya dan lupa bahwa dia sedang ihram, atau tidak
mengandung narkotik, atau sakit yang menahun dan yang semisalnya, maka
hukumnya adalah sebagaimana yang telah disebutkan, yaitu hajinya batal
dan wajib membayar kafarat. Demikian itu, karena kesucian haji dan
Seorang istri, jika digauli dalam keadaan dipaksa atau dia sedang tidur,
maka hajinya tidak batal dan tidak ada kewajiban kafarat atasnya.
kafarat tidak wajib kecuali kepada laki-laki saja, baik istrinya merasa senang
hadits yang berkenaan dengan hal itu hanya mewajibkan kafarat kepada laki-
sebelum thawaf Ifadhah, tidak batal hajinya, tetapi dia wajib menyembelih
menurut Imam Malik tidak ada kewajiban apa-apa pada jima yang kedua,
karena sekarang dia tidak sedang melakukan haji lagi. Hajinya telah rusak
Bagi yang menggabung antara haji dan umrah (haji qiran), dia wajib
umrahnya.
Bagi yang berniat ihram untuk umrah lalu menggauli istrinya sebelum
nikah, maka akad nikahnya tidak sah, karena hal itu bertentangan dengan
makna ihram, baik akad untuk dirinya sendiri atau mewakili orang lain.
Namun, dia tidak wajib membayar fidyah, karena akadnya batal dan tidak
tidak ada dosa baginya. Allah Taala berfirman, Dihalalkan bagimu binatang
buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang
lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan
atasmu (manangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan
(Al-Maidah: 96)
disembelihnya.
orang-orang miskin.
terperinci mengenai maksud dari firman Allah Taala, Maka dendanya ialah
tidak ada binatang yang sepadan, maka binatang diukur dengan harga
untuk setengah sha satu hari. Jika orang yang sedang ihram membunuh
dia memberi makan enam orang miskin. Jika tidak mendapatkan maka
berpuasalah tiga hari. Jika membunuh rusa atau yang semisalnya, maka dia
wajib membayar denda berupa sapi. Jika tidak mendapatkannya, maka dia
wajib memberikan makanan dua puluh orang miskin, dan jika tidak
mendapatkannya, maka wajib baginya berpuasa dua puluh hari. Jika dia
membunuh sapi atau keledai liar atau yang semisalnya, maka wajib baginya
memberi makan tiga puluh orang miskin dan jika tidak mendapatkannya,
Tiga pilihan kafarat ini disebutkan dilam firman Allah Taala berikut ini,
putusan dua orang yang adil di antara kamu sebagai had-ya yang dibawa
dikeluarkan itu, supaya dia merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya.
Allah telah mema'afkan apa yang telah lalu. Dan barangsiapa yang kembali
untuk membunuh semua binatang yang menyakitinya, dan hal itu tidak
termasuk dalam kategori berburu, seperti membunuh lalat, nyamuk, kutu
busuk, kutu dan sebagainya. Atau membunuh ular, kalajengking, tikus, anjing
binatang melata, yang semuanya jahat dan tidak ada dosa untuk
menghilangkan bahayanya.
b. Jika berburu karena lupa bahwa dia sedang ihram, atau tidak
di atas dengan memilih tiga pilihan kafarat tetapi tidak berdosa, karena
maupun karena tidak tahu. Karena hal itu merupakan hak masyarakat.
Adapun hak Allah Taala, maka tidak dipandang berdosa jika dilakukan
karena lupa atau karena tidak tahu. Namun orang yang tidak tahu pun bisa
pada hari raya Idul Adha setelah shalat dan pada hari-hari Tasyriq, yaitu
berkorbanlah. (Al-Kautsar: 2)
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa siapa yang tidak sempat
yang sunnat.
sedekah yang lain. Dia akan mendapatkan pahala sebesar binatang yang
disembelihnya.
shalat seperti shalat kami, dan berkurban seperti kurban kami, maka dia
2. Tempat menyembelih:
tanah haram, karena maksud syariat ini adalah agar penduduk Mekkah
150
Diriwayatkan oleh Ahmad
151 Diriwayatkan oleh Al-Buhari dan Muslim.
152 Bagian dari sebuah hadits yang diriwaytkan oleh Abu Dawud.
Adapun menyembelih kurban pada hari raya Idul Adha adalah sunnat
bersabda, Tidak ada amal yang dilaksanakan oleh anak Adam pada hari
kepada Allah Taala atas nikmat-Nya yang agung dan untuk merealisasikan
orang miskin. Orang yang berkorban tidak boleh sedikit pun memakan
dagingnya.
lagi fakir. (Al-Hajj: 28), kecuali hasil sembelihan kurban nadzar, kafarat,
atau denda binatang buruan atau fidyah karena sakit. Ia tidak boleh
melaksanakannya:
tidak berdosa. Bacaan talbiyyah ini tidak membatalkan haji. Ibnu Umar
Labbaika. Labbaika Laa Syariika laka labbaika. Innal Hamda wan Nimata laka
wal mulka, Laa syariika laka (Aku penuhi panggilan-Mu, ya Tuhan, aku
Jika orang sakit (atau orang sehat) tidak melakukannya atau melakukan
yang sama dengan kedudukannya seperti tasbih dan sebagainya, maka tidak
apa-apa baginya.
kurban).
Waktunya:
hajinya.159
Waktunya berakhir saat mulai melempar jumrah Aqabah pada hari raya
melempar jumrah.160
Aswad.161
untuk talbiyyah maupun yang lainnya adalah makruh (kecuali karena sebab)
atau diberi pahala jika tidak meninggikan suara dan tidak berdosa jika
melakukannya.
untuk masuk dengan kaki kanannya sambil berdoa saat masuk masjid, Aku
kekuasaan-Nya yang azali dari setan yang terkutuk. Dengan nama Allah, Ya
rahmat-Mu.
masjid, kecuali jika shalat fardhu telah didirikan, maka ketika itu, hendaknya
maka tidak ada shalat kecuali shalat fardhu. 163 Bagi yang merasa tidak
di Arafah.
Orang yang tidak mampu thawaf qudum atau Kelelahan atau alasan
masjid. Jika tidak mampu juga, ia boleh duduk dan membaca wirid berikut
Akbar. Artinya, Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain
Adapun orang yang melakukan umrah dan haji tamattu, maka thawaf
qudum baginya adalah termasuk salah satu rukun umrah. Dengan itu,
umrahnya batal, jika tidak melakukannya dan tidak bisa digantikan dengan
berikut ini:
1. Suci dari hadats kecil, hadats besar, najis, haid, dan nifas.
- Untuk bersuci dari hadats kecil, orang yang berhadats diharuskan
berwudhu.
- Untuk bersuci dari hadats besar, seperti mengalami junub, orang yang
bertayamum.
terusan mengeluarkan kencing, madzi, mani, darah wasir, nashur dan lain-
lain atau selalu keluar angin, tinja dan yang lainnya atau istihadhah), maka ia
bisa berwudhu lalu thawaf. Thawafnya dianggap sah sekalipun ada yang
berthawaf dengan najis tersebut dan thawafnya sah serta tidak wajib
mengulang. Karena thawaf adalah seperti shalat, hanya saja dalam thawaf
sama diterapkan kepada thawaf seperti yang diterapkan kepada shalat agar
sah. Bagi yang berhalangan, dibolehkan apa yang dibolehkan dalam shalat.
karena tidak thawaf, seperti thawaf Ifadhah setelah selesai wukuf di Arafah,
atau thawaf umrah atau thawaf haji tamattu, maka ia boleh mengambil
Anha ketika dia haid Sesungguhnya ini adalah sesuatu yang telah Allah
oleh orang yang berhaji, kecuali kamu jangan thawaf di Kabah hingga kamu
mandi.165
haid, maka dia tidak melihat hal itu sebagai masalah. Lantas dia
thawaf ketika dia sedang haid atau nifas, tetapi wajib baginya untuk
164 Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan hadits ini menurut Al-Hakim shahih.
165 Diriwayatkan oleh Muslim.
166 Diriwayatkan oleh Said bin Manshur.
menyembelih unta, kemudian mengulanginya lagi setelah dia suci jika dia
masih berada di Mekkah. Jika sudah pergi maka tidak harus mengulang.
wajib. Artinya, jika ditinggalkan tidak membatalkan amal, tetapi bisa diganti
tanpa wudhu bagi yang tidak berhalangan, namun dia wajib menyembelih
seekor domba.
2. Menutup Aurat:
Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu berkata, Abu Bakar Ash-Shidiq, ketika
setelah tahun ini orang musyrik, dan tidak boleh thawaf dalam keadaan
telanjang.167
atau yang lainnya lalu dia segera menutupnya, maka tidak ada dosa baginya.
Putaran pertama dalam thawaf, harus dimulai dari Hajar Aswad dan
Dalam thawaf, baik bagi orang sakit, maupun orang sehat, tidak
Demikian juga yang batal wudhunya saat thawaf. Dia hendaknya pergi
Kalau shalat jamaah didirikan atau datang jenazah untuk dishalatkan, maka
yang diberi pahala pelakunya dan tidak berdosa yang meninggalkannya. Juga
Dari Humaid bin Zaid dia berkata, Saya melihat Ibnu Umar
binatang, misalnya, karena sakit atau tua atau sebab yang lainnya. Ibnu
wa Sallam thawaf pada haji Wada di atas unta, beliau mengusap ruknul
Yamani dengan tongkat.170 Beliau memberi isyarat ke rukul Yamani dari jauh
memulai thawaf, yaitu membuka pundak sebelah kanan dan menjadikan dua
ujung kain di atas pundak yang kiri. Hal itu guna membantu orang yang
berthawaf, ketika berlari-lari kecil, yaitu berjalan cepat dengan langkah yang
yang lain, idhtiba tidak disunnahkan. Begitu juga untuk para wanita, karena
telapak tangan.
Jika orang sakit (atau orang sehat) tidak mampu melakukan idhtiba,
karena kedinginan atau kepanasan atau luka atau karena sebab lain, maka
tidak apa-apa baginya, karena pada asalnya hukumnya sunnah, yakni, diberi
Thawaf dimulai dari garis yang ada di lantai tempat thawaf yang sejajar
dengan Hajar Aswad dan berakhir padanya, hal itu diulangi sampai tujuh kali
putaran.
berkata, Saya tahu bahwa kamu hanyalah batu yang tidak memberi
yang mulia dalam segala urusan yang kecil ataupun yang besar yang
apa-apa karena pada hukum asalnya sunnah, yaitu, diberi pahala orang yang
Bisa saja orang yang menciumnya akan diberi pahala dalam mengerjakannya
sunnah ini, akan tetapi ia juga bisa berdosa karena meninggalkan yang wajib
yaitu tidak menyakiti kaum Muslimin dan Muslimat, karena menyakiti mereka
hukumnya haram.
lemah. Jika kamu mendapatkan suasana lengang maka usaplah dan jika
kali.173
Jika orang sakit (orang sehat) tidak mampu berlari kecil karena
kelelahan atau berdesakan atau lanjut usia dan sebagainya, maka ia boleh
berthawaf menurut yang mudah baginya, dan tidak ada dosa baginya,
Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, Tiada Tuhan selain Allah, Allah
Maha Agung, Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan
Allah.174
Ruknul Yamani adalah sudut yang ada sebelum sudut Hajar Aswad.
dengan tangan karena ia dibangun di atas pondasi yang diletakkan oleh Nabi
Yamani.176
Bagi yang tidak mampu berdzikir dengan lisannya karena berat pada
lidahnya atau suaranya serak atau yang semisalnya, maka ia boleh berdzikir
dalam hatinya. Jika lupa, maka tidak ada dosa baginya dan thawafnya sah
Maqam Ibrahim adalah tempat Nabi Ibrahim berdiri untuk berdoa kepada
Sallam ketika datang ke Makkah, dia thawaf tujuh kali, lalu datang ke maqam
Al-Kafirun pada rakaat yang pertama dan Surah Al-Ikhlash pada rakaat yang
kedua.178
Shafa dan Marwa, karena sai pun disebut thawaf). Demi Allah, Allah tidak
akan menyempurnakan haji orang yang tidak thawaf antara Shafa dan
Marwah.183
Menurut pendapat yang lain sai adalah wajib haji. Karenanya, bisa
diganti dengan dam. Dan apabila ditinggalkan, haji dan umrahnya tidak
batal.
Yaitu jalan yang memanjang antara dua bukit Shafa dan Marwah.
Sallam. Jika dilakukan di luar tempat tersebut, maka sainya tidak sah.
karena hal itu hukumnya sunnah. Yang wajib (diberi pahala jika dilakukan dan
jika ada sebab, seperti sakit, lanjut usia atau yang lainnya, persis seperti
1. Suci dari najis, baik hadats kecil, maupun hadats besar. Namun
hukumnya makruh jika mengerjakan sai dalam keadaan seperti itu. Artinya,
orang yang melakukannya dalam keadaan suci akan mendapat pahala dan
yang tidak dalam keadaan suci, tidak berdosa, dan sainya tidak batal. Begitu
juga haji dan umrahnya tidak batal. Disamping itu, tidak diwajibkan
Sallam yang tidak menyebutkan kata sai ketika beliau melarang Aisyah
untuk thawaf saat sedang haid, Lakukanlah apa yang dilakukan oleh orang
Hukum makruh ini berlaku bagi orang yang tidak mempunyai udzur.
Adapun bagi orang yang mempunyai udzur seperti sakit atau yang lainnya,
terus-menerus, maka Sai, haji dan umrahnya tidak batal, juga tidak
Bagi orang sakit atau orang sehat yang tidak mampu melanjutkan
tujuh putaran sai, misalnya, karena sakit, atau kelelahan atau ada suatu
hendak wudhu terlebih dahulu, atau shalat fardhu telah ditegakkan, maka
Shafa dan Marwah, lalu terdesak untuk buang air kecil, maka ia pun
hukumnya sunnah.
antara keduanya dengan istirahat atau wudhu, makan, minum, berobat dan
yang semisalnya, karena jika muwaalah dalam sainya saja tidak wajib, maka
berikut, Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar Allah.
Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah, maka
158)
sesuka hatinya untuk kebaikan dunia dan akhirat. Kemudian turun dengan
Jika orang sakit tidak mampu naik ke bukit Shafa, maka ia tidak perlu
naik, karena hukumnya sunnah. Jika telah berniat, maka ia akan diberi
itu, cukup baginya untuk naik ke tepinya saja dan tidak apa-apa atasnya,
dan doa saat berjalan dengan doa dan dzikir yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma, berkata, Jika aku berjalan, maka aku
melihat Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berjalan, jika aku berlari kecil
maka aku pun melihat Rasulullah berlari kecil. Aku adalah orang yang sudah
lanjut usia.188
Dua jarak garis hijau adalah dua garis hijau di tempat sai yang
menjelaskan batas awal dan batas akhir menurunnya lembah antara dua
bukit Shafa dan Marwah, dimana Siti Hajar ibu Ismail Alaihissalam berlari-lari
melakukannya.
Allah Taala, Sesungguhnya Shafa dan Marwa adalah sebagian dari syi'ar
Allah. Maka barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber'umrah,
maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i di antara keduanya. (Al-
Baqarah: 158)
b. Naik ke Marwah:
Shafa dia telah menyelesaikan putaran yang kedua, dan demikian seterusnya
di Marwah setelah selesai sai, karena perbuatan ini termasuk bidah yang
yaitu setelah selesai shalat subuh. Bagi yang melakukan haji qiran atau ifrad,
ihram.
189 Bagian dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim.
Disunnatkan juga untuk tinggal di Mina (dengan terus-terusan
Jika orang yang sakit tidak mampu melakukan semua yang telah
disebutkan diatas, maka tidak apa-apa, karena semua itu sunnah, dimana
tidak keluar dari Mekkah pada hari Tarwiyah hingga masuk malam dan telah
Arafah.
ini:
menjelaskan tentang haji Wada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ketika hari
diambilkan .... yaitu untuk mandi sebagai persiapan untuk wukuf di Arafah.
jamah haji menunaikan shalat Ashar dan Zuhur dengan cara jama dan
qashar sekalipun mereka penduduk Mekkah, karena hal itu dilakukan bukan
Ashar, dan tidak shalat apa pun di antara keduanya. Kemudian Rasulullah
wukuf di Arafah)..191
sambil membaca talbiyyah, tahlil dan takbir, berdzikir, berdoa dan memohon
ampun.
maka tidak ada dosa atasnya. Begitu juga, tidak batal hajinya dan tidak wajib
membayar fidyah. Karena semua itu hukumnya sunnah, yakni, diberi pahala
Jumhur ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa siapa yang
sempat melakukan wukuf pada sebagian waktu siang atau malam hingga
terbit fajar pada hari nahar (sepuluh Dzulhijjah) maka dia telah menunaikan
berbaring atau tidur, suci atau tidak suci, seperti junub, haid, nifas,
191 Diriwayatkan oleh Muslim.
192 Diriwayatkan oleh para perawi pengarang kitab as-Sunan.
mempunyai wudhu atau tidak, walaupun disunnahkan mandi untuk
kebersihan agar tidak mengganggu kaum muslimin dengan bau yang tidak
sedap.
fajar pada tanggal sepuluh Dzulhijjah (menurut ulama Hambali dari terbit
fajar tanggal sembilan [hari Ararah] hingga fajar tanggal sepuluh [hari
nahar]), maka apabila ia sempat sadar beberapa saat saja dari waktu
Jika tidak siuman sepanjang waktu tersebut, maka menurut salah satu
pendapat, wukufnya sah, karena secara fisik dia telah berada di Arafah,
Namun menurut pendapat yang lain, tidak sah wukufnya karena dia
Orang Yang tidak Sempat Wukuf Sama sekali Hingga Terbit Fajar:
Baik karena ada halangan seperti orang sakit yang dibawa ke rumah
sakit sebelum Zhuhur pada hari Arafah (menurut Hambali sebelum fajar pada
hari Arafah) hingga terbit fajar pada hari Idul Adha (tanggal sepuluh
Dzulhijjah), dan tidak bisa berada di Arafah walau hanya sebentar saja,
seperti orang yang lupa atau terlambat atau terpaksa bepergian sebelum
wukuf atau yang semisalnya, atau karena tidak ada alasan, maka hajinya
mengerjakan sai antara Shafa dan Marwah, jika belum mengerjakannya. Jika
telah mengerjakannya, maka tidak perlu bersai untuk yang kedua kalinya.
jika mampu. Jika tidak mampu, maka kewajiban haji tetap sebagai tanggung
Hal itu berdasarkan perkataan Umar bin Khatthab ketika dia ditanya,
Wahai Amiurl Mukminin, kami salah dalam menghitung tanggal (salah dalam
kamu dan orang-orang yang bersamamu, kerjakan sai antara Shafa dan
cukurlah rambut atau memotongnya, lalu pulanglah. Jika datang tahun depan
maka tunaikanlah haji dan bayar hadyu. Jika tidak mampu maka berpuasalah
tiga hari waktu haji dan tujuh hari jika kalian telah kembali.194
Sallam bersabda, ebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah. Sebaik-baik
perkataan yang diucapkan oleh diriku dan para Nabi sebelumku adalah:
Tiada Tuhan selain Alah semata, tidak ada sekutu baginya, bagi-Nya kerajaan
pun yang Allah lebih banyak memerdekakan hamba-Nya dari api neraka
Bagi yang sedang menunaikan haji, dilarang untuk berpuasa pada hari
hari itu.
hingga sampai di Muzdalifah, lalu shalat Maghrib dan Isya dengan satu kali
adzan dan dua iqamah dan tidak melakukan shalat apa pun di antara
keduanya..198
Muzdalifah.
Dari Asyats bin Sulaim dari bapaknya, dia berkata, Saya berangkat
bersama Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu dari Arafah menuju Muzdalifah, maka
Muzdalifah.200
sampai di Muzdalifah, yaitu jama takhir berdasarkan hadits Jabir yang telah
disebutkan.
datang ke Muzdalifah, beliau shalat Maghrib dan Isya, kemudian tidur hingga
Jika orang sakit atau orang Sehat tidak mampu mabit di sana, maka
tidak ada dosa baginya, selama dia pernah berada di tempat itu meskipun
sebentar, baik itu duduk atau berdiri, baik itu berjalan atau sambil tidur,
bahkan sambil pingsan, baik tahu ia tahu tempat itu muzdalifahh maupun
Bagi yang tidak sempat berada di Muzdalifah dan tidak hadir sama
sekali, maka jika dia mempunyai udzur seperti sakit, atau lemah, atau takut
kepadatan yang sangat ketika melempar jumrah pada hari yang kedua (Hari
Idul Adha, sepuluh Dzulhijjah), dan dia hendak mabit di Mina bukan di
Muzdalifah agar datang lebih awal dan lebih pagi supaya tidak berdasakan
saat melempar jumrah, mereka dan yang semisalnya tidak batal hajinya,
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, ia berkata, Aku adalah orang yang
yang tergolong lemah.203 Maksudnya, aku adalah orang yang diberi izin oleh
dahlu pada malam itu, menuju Mina mengingat kondisi keluarganya yang
lemah.
merupakan wajib haji yang bisa diganti dengan membayar dam, yaitu
2. Menyembelih.
4. Thawaf Ifadhah.
dari mana saja, sekalipun di tempat melempar jumrah itu sendiri, karena
memandangnya makruh. Yakni, diberi pahala jika tidak dikerjakan dan tidak
Jika orang sakit tidak mampu melempar jumrah, demikian juga orang
lemah, atau yang takut padat, maka dibolehkan baginya untuk mewakilkan
sendiri.
bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan ikut bersama kami para
wanita dan anak-anak, kami membaca talbiyyah dan melempar jumrah untuk
mereka.208
Waktu Melempar:
Disunnahkan dilakukan pada waktu dhuha setelah terbit matahari.
Jika orang sakit atau orang sehat tidak mampu melempar pada
pada hari Nahr di Mina, Saya melempar setelah lewat waktu sore. Maka
Putri Shafiah, istri Ibnu Umar mendapat haid di Muzdalifah hingga dia
dan Shafiah tertinggal dan datang ke Mina setelah matahari terbenam pada
hari Idul Adha, maka Ibnu Umar memerintahkan mereka untuk melempar
kesalahan.212
Idul Adha, tidak ada dosa baginya. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam
berpegang teguh dengan waktu yang telah ditentukan Rasulullah dan tidak
Radhiyallahu Anhu.
wa Taala, baik dalam masalah yang kecil maupun besar, sekalipun Allah
2. Menyembelih:
Amalan kedua yang dilakukan pada hari Idul Adha setelah melempar
Ini adalah amalan ketiga yang dilakukan pada hari Idul adha setelah
menyembelih. Dengan ini orang yang ihram, dianggap telah bertahalul yang
menggauli istrinya. Jika dia telah melakukan thawaf ifadhah maka dia telah
melakukan tahalul yang kedua dan halal baginya segala sesuatu, hingga
Hukumnya:
Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukumnya wajib. Artinya, jika
dinggalkan maka hajinya tidak batal, dan tidak berdosa kecuali jika
bahwa sesunguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah
apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan
Waktunya:
maka dimakruhkan untuk melakukan sai kembali. Kecuali jika dia melakukan
haji tamattu, maka hendaknya ia melakukan sai lagi setelah thawaf, karena
sai yang pertama adalah sai untuk umrah dan yang ini untuk haji.
wa Sallam dan para sahabatnya tidak melakukan thawaf antara Shafa dan
Waktunya:
Bolehkan dikerjakan mulai dari terbitnya fajar pada hari Idul Adha
dhuha.
Dzulhijjah adalah bulan-bulan haji. Menurut mereka, waktu haji tidak berakhir
menurut pendapat Imam Malik), maka menurut Imam Malik dan Abu Hanifah,
Menurut Imam Syafii dan Ahmad, tidak wajib menyembelih, tetapi hal
itu hukumnya makruh, yakni akan diberi pahala jika tidak menangguhkan dan
Hukumnya:
Menurut satu pendapat, hukumnya wajib. Karenanya, orang yang
untuk bertolak jika dia masih haid. 227 Maksudnya, wanita haid atau nifas
boleh pergi tanpa terlebih dahulu melakukan thawaf wada, karena ia tidak
Demikian juga thawaf wada tidak wajib bagi penduduk Mekkah, karena
keduanya, dalam thawaf wada, tidak ada lari-lari kecil, dan tidak ada sai
Sallam.
Waktunya:
Thawaf wada, dilaksanakan setelah jamaah haji menyelesaikan semua
jika hanya sebentar saja, maka tidak perlu mengulang. Disunnahkan berdoa
Radhiyallahu Anhuma.
UMRAH
Arti asalnya adalah berkunjung atau ziarah.
Hukumnya:
Menurut satu pendapat, hukumnya sunnah muakkadah sekali
seumur hidup. Dengan demikian, orang yang mengerjakannya akan
mendapat pahala dan yang meninggalkannya, tidak berdosa, tetapi
dia kehilangan pahala besar.
Jabir Radhiyallahu Anhu bercerita bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa
menjawab, Tidak, akan tetapi apbila kalian melakukan umrah, itu lebih
utama.228
Waktunya:
Sepanjang tahun. Tetapi waktu yang paling utama adalah pada bulan
Ramadhan. Siapapun boleh mengulanginya dalam satu tahun lebih dari satu
orang sakit, halaman ), kemudian sai (lihat caranya, dan kekecualian bagi
rukunnya, maka dia wajib mengulanginya lagi. Jika tidak, maka umrahnya
mengulangi lagi sainya setelah thawaf, karena jika tidak, maka umrahnya
batal.
Wanita haid dan nifas tidak boleh umrah hingga dia suci.
hukumnya sunnah dan bukan wajib, atau diberi pahala jika dikerjakan dan
tidak berdosa jika ditinggalkan, dan tidak batal umrahnya, juga tidak wajib
menyembelih kambing.
yang menunaikan haji dan umrah, karena padanya terdapat pahala yang
besar.
payah untuk bepergian melainkan ke tiga buah masjid: Masjidku ini (Masjid
hewan untuk dimakan dan dibagikan kepada keluarga, tetangga, saudara dan
sapi.233
karena dia kembali dengan tidak membawa dosa. Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam bersabda, Jika kamu menemui seseorang yang baru pulang haji,
==0==
Sejenisnya
Fikih Interaksi
1. Membuka Aurat
Dibolehkan bagi seorang dokter laki-laki untuk mengobati pasien
kelonggaran yang diberikan Islam karena kondisi darurat, yaitu ketika tidak
dan masa, karena kesemua hal tersebut termasuk darurat. Sedangkan hal
DR. Yusuf Qaradhawi dalam kitabnya: Halal dan Haram dalam Islam,
aurat, baik memandang atau menyentuhnya, maka hal itu berlaku, jika
berada dalam keadaan tidak darurat atau terdesak. Adapun jika dalam
dengan tetap menutup bagian aurat yang tidak dibutuhkan saat pemeriksaan
dan menutupi aib jika ada- serta tidak menceritakannya kepada orang lain.
karena hal itu berada di luar kemampuan manusia. Akan tetapi yang
seorang wanita cantik jelita dari suku Khatsam meminta fatwa kepada
Imam Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fath Al-Bari, Ibnu Bathal
terkena fitnah, Jika tidak kuatir terkena fitnah, maka tidak terlarang... Hal ini
wanita itu karena terkesima dengan kecantikannya, hingga beliau kuatir Al-
Oleh karena itu, jika tidak terdapat syahwat dan yakin tidak akan
jumhur ulama) serta kedua telapak kakinya (menurut pendapat Imam Abu
merupakan aurat, yaitu semua bagian tubuh selain wajah, dua telapak
tangan dan kedua tapak kaki. Jika pandangan tertuju pada bagian aurat
hadits shahih dari Jarir bin Abdullah Radhiyallahu Anhu: Aku bertanya kepada
tangan serta kedua tapak kaki jika diiringi dengan syahwat atau dikuatirkan
akan menimbulkan fitnah, yaitu tergodanya hati dan perasaan dari kedua
belah pihak.
perawat laki-laki, maka sama persis denan hukum pasien lelaki dalam
Aurat laki-laki yang dilarang untuk dilihat walaupun tanpa syahwat dan
jumhur ulama)
dilihat hanyalah aurat besar saja (yaitu kemaluan dan dubur serta bagian
sampingnya).
Dari Aisyah Radhiyallahu Anha, ia berkata, ... pada hari Raya terdapat
yang dilarang untuk dipandang, dilarang juga untuk disentuh dengan tangan
(juga kepada perawat wanita atau pasien wanita), begitu pula sebaliknya.
Pasien wanita pun dibolehkan mengucapkan salam kepada dokter lelaki atau
Begitu juga dibolehkan bagi sekelompok pasien laki-laki (atau para dokter
lelaki) untuk mengucapkan salam kepada para pasien wanita (atau para
Semua hal di atas berlaku dengan syarat aman dari fitnah, seperti
yang semisalnya.
Adapun jika dikhawatirkan tidak aman dari fitnah dari kedua belah
Imam Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fath Al-Bari, Jika berkumpul
dalam satu majlis sekelompok laki-laki dan wanita, maka boleh salah satu
makruh yang dekat kepada haram, dalam artian jika hal ini dilakukan antara
Sedangkan jika dilakukan antara seorang lelaki tua dengan seorang wanita
dan jika dilakukan tidak berdosa). Lalu jika dilakukan antara seorang lelaki
tua dengan seorang pemudi atau sebaliknya, maka hukumnya makruh pula,
kecuali jika salah satunya terdorong oleh syahwat, maka hukumnya haram
bagi yang terdorong oleh syahwat dan makruh bagi yang tidak terdorong
oleh syahwat.
ditusuk kepalanya dengan jarum dari besi adalah lebih baik dibandingkan
demi Allah! Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah menyentuh tangan
(seperti ibu, adik wanita, anak perempuan, bibi dan sebagainya) atau kepada
Jika dilakukan tanpa syahwat dan aman dari fitnah maka hukumnya
tangan itu boleh hukumnya jika tidak disertai syahwat dan aman dari fitnah.
Akan tetapi jika menimbulkan fitnah pada salah satu pihak, atau terdapat
syahwat dan kenikmatan dari salah satu pihak, maka tidak diragukan lagi
seorang muslim dan muslimah yang memegang teguh agamanya untuk tidak
memulai mengulurkan tangan di antara sesama mereka, tetapi jika ada yang
besi... bahwa kata menyentuh wanita yang tidak halal baginya dalam
dua arti:
Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah di dalam kitabnya Al-
kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah berduaan dengan seorang
adalah:
kalian ini adalah orang-orang yang paling aku cintai. 244 Yang dimaksud
Imam Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya Fath Al-Bari, Seorang laki-
laki tidak boleh berduaan dengan seorang wanita di tempat yang tidak
terlihat orang lain, kecuali dengan tujuan agar tidak kedengaran jika si
tidak dicela dalam pandangan agama, jika hal itu aman dari fitnah.
hari ini tidak dibolehkan masuk ke suatu tempat yang tersembunyi kecuali
mereka.
penjenguk).
lainnya ada enam. Seorang sahabat bertanya, Apa saja itu wahai
nasihat kepadamu, maka nasihatilah, jika dia bersin maka doakanlah, jika dia
jenazahnya.246
yang mencakup lelaki dan wanita. Hingga dalil-dalil umum ini sudah cukup
sepanjang dalam bingkai etika dan hukum syariat yang telah ditetapkan.
membawakan sebuah hadits dalam bab Kaum wanita menjenguk kaum laki-
laki-laki menjenguk wanita yang sakit. Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu
Ummu Saib seraya bersabda, Mengapa anda merintih wahai Ummu Saib?
Ummu Saib.
karena ia mengapus dosa-dosa pada diri anak Adam, bagaikan alat peniup
api (pada tukang besi) menghilangkan karat besi. 248 (Sampai di sini selesai
Sebagian orang berkata, Beliau berpuasa. dan sebagian yang lain berkata,
Beliau tidak berpuasa. Maka aku mengirim segelas susu kepada beliau pada
meminumnya.249
Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath Al-Bari berkata, Dalam hadits
Islam dan aturannya (seperti serius dan tidak main-main dalam pembicaraan,
Dari Aisyah binti Thalhah, ia berkata, Aku berkata kepada Aisyah (binti
kota. Maka aku berkata kepada Aisyah, Wahai bibi, ini ada surat dari Fulan
serta hadiahnya. Aisyah berkata, Wahai anakku, jawabalah surat itu dan
ucapkan terimakasih, jika kamu tidak memiliki hadiah, akan aku berikan
kepadamu. Aisyah bin Thalhah berkata, Lalu Aisyah (binti Abu Bakar) pun
memberikan jawabannya.
suara wanita itu aurat. Namun DR. Yusuf Al-Qaradhawi membantah pendapat
yang mengatakan bahwa suara wanita itu aurat, sehingga tidak dibolehkan
bagi wanita untuk berbicara dengan lelaki, lalu kami tanyakan kepada
Mereka tidak mendapatkan kesempitan dalam hal itu dan Nabi Shallallahu
yang kualami, maka kamu tidak tahu. Seseorang berkata kepada wanita itu,
Maka wanita itu pergi mendatangi rumah Nabi dan tidak mendapatkan para
pengawal. Wanita itu berkata, Maaf aku tadi tidak mengetahui anda. Nabi
Imam Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath Al-Bari berkata, Az-Zain bin
dalam hal yang seperti itu, seperti dalam hal memerintahkan yang makruf
Tetapi siapa yang suka menyebutkan nama lain sebagai alias dari
namanya, maka dibolehkan, karena Allah Taala juga telah menyebut istri
dengan dokter wanita, atau antara pasien wanita dengan dokter laki-laki,
pembicaraan, sikap dan gerakan serta hal-hal lain yang termasuk etika Islam.
Dan yang terpenting dari semua itu, hendaknya bertakwa kepada Taala
dan hal tersebut diketahui oleh Nabi Shallallahu Alahi wa Sallam, tetapi
seijin istri. Karena merupakan hak istri untuk menikmati keluarnya sperma
Semua itu bisa dikembalikan kepada niat orang yang ber-KB, apakah ia
melakukan azl, karena darurat atau karena keraguan akan rizki Allah?
pencipta-Nya.254
masalah mengatur keturunan, jika ada alasan yang masuk akal atau hal
darurat yang dibenarkan. Sarana yang banyak dipakai di masa Nabi adalah
Baqarah: 195)
akan lahir. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, Kalau azl itu
Romawi.255
membahayakan bagi bangsa Persia dan Romawi (yang biasa melakukan azl).
Keduanya merupakan negara terkuat di dunia pada masa itu (Adapun jika
Alasan lainnya adalah kekhawatiran atas bayi yang sedang disusui jika
ibunya kembali hamil (seperti merusak kualitas susu dan melemahkan bayi).
wanita yang hamil, saat menyusui maka bayi yang dikandungnya dan anak
yang sedang disusuinya saling berebut untuk mendapatkan air susu ibunya,
penggunaan obat, atau operasi atau yang semisal dengan itu, maka
yang dapat memutuskan atau merusak janin dari rahim ibunya. Hal itupun
yang darurat.
Hukumnya:
1. Aborsi setelah ruh ditiupkan ke dalam janin, yaitu setelah 120 hari,
terpercaya dan ahli (karena dokter yang non muslim amanahnya diragukan
kandungan tidak digugurkan. Dalam kondisi seperti itu, maka aborsi menjadi
wajib, dalam artian jika aborsi dilakukan mendapat pahala dan jika tidak
dilakukan berdosa.
membunuh satu jiwa manusia, yaitu untuk janin laki-laki sepersepuluh diyat
sepersepuluh wanita dewasa. Semua itu jika janin tersebut saat keluar dari
rahim hidup lalu meninggal. Adapun jika terlahir sudah meninggal, maka
sansi materilnya lebih kecil dan ditentukan oleh pemerintah atau instansi
yang berkaitan.
kejahatan terhadap nyawa manusia. Atas dasar itu, diyat wajib dikenakan
kepada pelakunya, jika janin tersebut lahir dalam keadaan hidup kemudian
yang lebih ringan. Kecuali, jika dipastikan bahwa dengan membiarkan janin
aborsi sebelum janin ditiupkan ruh tanpa alasan darurat. Jumhur ulama
atau akan ditimpa penyakit, maka dibolehkan. Karena jika dibolehkan aborsi
saat janin telah ditiupkan ruh karena darurat, maka lebih boleh lagi jika
mengawinkan ovum dengan sperma dari suaminya di luar rahim, dan bentuk-
Hukumnya:
antaranya:
maupun hewan apa saja, maka dibolehkan secara syari karena jelas
nasabnya. Tetapi apabila dari laki-laki lain selain suaminya maka
2. Diambil dari ovum istrinya yang tidak bisa hamil lalu dibuahi oleh
medis dan setelah advis dokter ahli yang berpengalaman dan dapat
tersebut dan diletakkan pada rahim istri dari lelaki pemilik sperma
5. Semua bayi yang berasal dari jalan yang haram yang dihasilkan dari
Operasi Medis
Untuk Memperbaiki Cacat Tubuh
Contoh-contohnya:
1. Menghilangkan jari yang berlebih atau memisahkan antara dua jari atau
lebih.
Hukumnya :
gigi untuk menampakkan gigi yang kecil dan cantik, atau menyambung
dari yang demikian itu apa-apa yang mengakibatkan bahaya dan sakit,
seperti terdapatnya gigi lebih atau gigi yang panjang yang menyulitkan saat
makan, atau jari yang lebih yang mengganggu dan menyakitkan. Semua itu
boleh dihilangkan oleh wanita dan berlaku pula bagi laki-laki. Allah
orang yang membuat tato dan orang yang minta ditato, yang mencabut bulu
ciptaan Allah. Bagaimana aku tidak melaknat terhadap orang yang dilaknat
normal, dan tertolong untuk kembali hidup berguna dan meraih kebahagian,
Bagi seorang wanita yang telah melakukan kesalahan sekali atau lebih,
hukumnya sama seperti wanita yang diperkosa, wajib ditutupi aibnya. Karena
dosa sebesar apa pun jika bertaubat akan diampuni, sepanjang bukan
Taala, Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia
mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang
kelak akan menikahinya. Kecuali jika dia bertaubat dengan taubat yang
membantunya untuk kembali tegar serta memulai hidup yang lebih baik.
Dan Sebaliknya
lelaki atau sifat kelelakian pada seorang wanita, maka diharamkan untuk
dilakukan operasi kelamin pada kondisi ini, karena hal ini sama saja dengan
melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-
laki.259
yang harus dipenuhi dalam pemindahan suatu organ tubuh yang berasal dari
darahnya.
2. Terdapat dugaan kuat atas manfaat dari organ atau darah tersebut bagi
penggunanya.
Syaikh Athiyyah juga berkata, Jika yang diambil adalah organ kelamin
(dua buah pelir) dari seorang laki-laki untuk diberikan kepada orang lain,
maka tidak boleh, karena hal tersebut berarti pengebirian bagi yang diambil,
Jika yang diambil hanya satu buah pelir, maka hukumnya sama dengan
organ tubuh lainnya, yaitu dibolehkan (dengan dua syarat yang telah
dijelaskan di atas).
sperma yang merupakan asal muasalnya mani. Dan zat ini jika berlebih akan
keluar melalui jalannya. Jika buah pelir tempat tersimpannya sperma tersebut
diambil dengan asumsi bahwa sperma akan tetap hidup, sekalipun buah pelir
telah diambil dan hidup pada jasad orang lain, serta akan terus memproduksi
sperma melalui jasad yang baru, sehingga bercampur antara zat sperma dari
tubuh yang pertama dengan tubuh yang kedua. Seandainya, sperma dari
orang yang kedua ini dicampurkan dengan ovum istrinya melalui pembuahan
di luar tubuh, maka ketika telah terjadi kehamilan, kita tidak dapat
mengetahui secara pasti dari mana asalnya sperma, apakah dari bapak yang
Bisa saja, golongan darah serta bentuk fisik anak tersebut menolong
kita dalam menentukan siapa bapaknya. Namun, jika terbukti bahwa sang
anak berasal dari tubuh yang pertama, maka menjadi haramlah pembuahan
yang telah dilakukan. Di sini timbul masalah lain, yakni berkaitan dengan
nasab anak yang mengikuti ranjang ibunya, dan hak suami untuk mengakui
buatan.
pemindahan organ tersebut, karena hal itu tidak termasuk keadaan darurat.
baginya.
sehingga dapat dipastikan telah benar-benar bersih dari sisa sperma yang
percampuran nasab... Dan hukum yang sama juga berlaku bagi transplantasi
ovarium (tempat sel telur) wanita. (Selesai kutipan dari Syaikh Athiyyah
Shaqr).
termasuk dari Babi. Secara ringkas, berkenaaan dengan hal tersebut, beliau
berkata,
. . . Para ahli fikih dari madzhab Maliki, Hambali dan Syafii secara
menghubungkan tulang tubuh yang patah dengan tulang yang najis, maka
tidak menjadi masalah dan tidak berdosa. Atas dasar ini, saya berkata,
pengobatan bagi seorang pasien, karena tidak ditemukannya organ lain yang
sesuatu yang bukan miliknya. Semua anggota dan organ tubuh adalah milik
yang besar karena telah menolong manusia yang lain agar dapat bertahan
dengan kata lain menjual darah, maka majlis berpendapat bahwa hal itu
hal yang dilarang, sebatas yang diperlukan. Pada saat itu dihalalkan bagi
berdosa bagi yang menjualnya. Meski demikian, tidak ada larangan, untuk
organ, untuk memotivasi orang lain melakukan hal yang serupa, demi
menyelamatkan jiwa manusia, karena hal ini masih termasuk dalam bab
normal dari mata seseorang, dengan perkiraan bahwa mata itu akan
sangat bermanfaat, maka hal tersebut sesuai dengan tuntutan syariat nilai-
mengingat hal tersebut bisa menimbulkan bahaya bagi yang pemberi, dan
Lembaga Tertinggi Fatwa Mesir, sebuah fatwa dari syaikh Hasan Mamun
mufti Mesir tahun 1959 tentang masalah pengambilan mata dari seorang
orang yang masih hidup, yaitu, tidak dibolehkan secara syari, kecuali
260 Diriwayatkan oleh Ibnu Majah.
dalam keadaan darurat, dengan ukuran bahwa maslahat yang diambil
lebih besar dari keburukan yang menimpa mayat. (Karena darurat dalam
Islam membolehkan hal yang dilarang serta darurat yang lebih besar
kepada orang buta dapat memberikan maslahat yang lebih besar daripada
darurat atau kebutuhan yang mendesak saja. Ditambah satu syarat lagi
anggota badan secara umum (bukan hanya mata saja), di antaranya fatwa
Syaikh Jadul Haq, Mufti Mesir tahun 1979, dengan memberikan syarat yang
atau mayat tersebut tidak ada ahli warisnya, hingga pengambilan anggota
untuk membedah perut mayat guna mengambil perhiasan atau harta yang
masuk ke dalam tubuhnya, dan tidak ada cara lain selain harus dibedah.
seperti jika usia kehamilan sudah mencapai enam bulan atau lebih.
Jika benar, bahwa mayoritas ahli fikih telah membolehkan pembedahan
perut atau anggota tubuh mayat lainnya untuk mengeluarkan harta yang ada
wafatnya atau persetujuan ahli warisnya jika setelah wafat. (Lihat kitab At-
didorong kedengkian.
aturan syariat yang diterapkan bagi orang yang telah meninggal dunia, jika
1. Jika telah benar-benar berhenti detak jantung dan nafasnya dan para
kembali.
2. Jika seluruh organ otaknya telah berhenti berfungsi dan para dokter
tubuhnya, seperti jantung misalnya, masih bisa bekerja dengan bantuan alat
tetapi, jika sumsum otaknya telah mati yang ditandai dengan berhentinya
kembali.
tidak bisa menghalalkan yang haram, dan nyawa pasien tersebut bukan
sebelum kalian seorang laki-laki yang terluka parah, sehingga dia tak tahan
menahan sakit, maka dia mengambil pisau dan memutuskan urat nadinya,
maka tumpahlah darahnya sampai dia mati. Maka Allah Subhanahu wa Taala
surga baginya.262
alasan untuk mencegah penularan, karena masih ada jalan lain untuk
PENUTUP
Semua tulisan hanya bisa diselesaikan berkat pertolongan Allah Taala.
Jika apa yang saya tulis ini benar, saya berharap bisa mendapatkan dua
penerbitnya, agar dapat diperbaiki pada edisi yang akan datang dengan ijin
Allah.
terhadap buku ini, dan penerbit yang telah menerbitkan buku ini dan semua
atas jasa-jasanya kepada Islam dan kaum muslimin dengan pembalasan yang
sebaik-baiknya.
MUKADDIMAH
1. Menghilangkan Najis
2. Istinja
3. Wudhu
Perkara Yang Tidak Membatalkan Wudhu Bagi Orang Sakit, Dan Yang
Membatalkannya:
1. Terus Menerus Keluar Air Kencing, Kotoran, Kentut, Darah, Nanah, Madzi,
Wadi atau Mani Atau Cairan kewanitaan, Atau Apa Yang Dalam Fikih Disebut
5. Selang Yang Dimasukkan Lewat Saluran Kencing dan Anus (Obat Yang
(Penyakit kewanitaan)
14. Orang Yang Ragu Apakah Dia Masih Punya Wudhu atau Tidak.
4. Mandi
12. Yang Tidak Membatalkan Shalat Orang Sakit dan Yang Membatalkan
1. Selang Anus, Obat Anus, Suntikan Lewat Anus dan Yang Sejenisnya
9. Selang Tenggorokan, Telinga, Mata, Lutut dan yang Sejenisnya yang Tidak
10. Urat Darah Halus, Suntikan Urat Darah Halus, otot dan Bawah Kulit dan
Yang Sejenisnya.
11. Mengambil sel darah, Darah akibat Luka, Bisul, Nanah dan Yang
Sejenisnya
12. Obat Tetes Mata, Celak, Salep mata, Tetes Telinga dan Yang Sejenisnya.
15. Pingsan, Hilang Ingatan, Mabuk, Terkena Serangan Jantung, Sakit Ginjal
17. Darah Yang Keluar Dari Mulut, Gusi, Obat Kumur, Mengobati Gigi,
Yang lainnya.
25. Orang Sakit Yang Kecil Harapan Untuk Sembuh (Seperti Kanker dan
37. Orang Yang sedang Puasa Sunnat Menderita Sakit atau Sebab Lain dan
29. Orang Yang Ragu Mengenai Terbit Fajar Atau Terbenam Matahari, lalu Dia
31. Meletakkan Parfum dan Mengirup Baunya, Menghirup Asap dan debu
32. Puasa Seorang Wanita Tanpa ijin Suami Yang Sakit di Luar Bulan
Ramadhan
Orang Sakit Meninggal Sebelum Menunaikan Haji, Atau Dihajikan Orang lain.
Hukum Umrah
Waktu Haji
Amalan Haji, Tempat, Cara Ibadah Orang Sakit
Ihram
Masuk Mekkah bagi Orang Yang Tidak Melaksanakan Haji atau Umrah
a. Mengobati Luka
c. Menggunting Kuku
f. Memakai Obat Tetes Mata, Celak, Salep mata, tetes hidung, Telinga,
h. Mandi
j. Melihat Cermin
Talbiyah
Thawaf Qudum (Thawaf Tahiyatul Masjidil Haram)
Orang Yang Tidak Mampu Thawaf Qudum atau Kelelahan atau alasan
Lainnya.
a. Bersuci
b. Menutup Aurat
Menuju Mina
Wuquf di Arafah
Cara Wukuf di Arafah bagi Orang Sakit
Orang Yang tidak Sempat Wukuf Secara Sempurna Hingga Terbit Fajar
b. Menyembelih
d. Thawaf Ifadhah
b. Melempar Jumrah
Umrah
Sallam
Fikih Interaksi antara Pasien Laki-laki dengan Dokter Perempuan atau Pasien
1. Membuka Aurat
2. Melihat
6. Tolong-menolong
7. Memanggil Nama
Aborsi
Eustanasia bagi Orang yang Tidak Punya Harapan Sembuh, seperti Kanker
dan AIDS
PENUTUP
DAFTAR ISI