Anda di halaman 1dari 9

TAOISME

Makalah ini disusun dan diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Agama-agama
Dosen Pengampu : Siti Maryam

Disusun Oleh :

Ayis Azmi Aulia

SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM


FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2018
PENDAHULUAN

Agama-agama China yang populer di dunia adalah Konfusianisme, Buddhisme, dan


Taoisme. Tiga ajaran ini saling melengkapi antara satu dengan lainnya, dan telah dijadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari orang China. Jika Konfusianisme lebih menekankan
nilai-nilai etika kehidupan, Buddhisme lebih menekankan mengenai kehidupan setelah mati,
maka Taoisme lebih menekankan keserasian hubungan antara manusia dengan alam.1

Tiga ajaran di atas sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari dan keagamaan
orang China, sehingga sulit bagi kita untuk memisahkan mana di antara praktek-praktek
keagamaan orang China ini yang benar-benar murni bersumber pada Konfusianisme,
Buddhisme, serta Taoisme. Dan dalam makalah kami akan menjelaskan lebih lanjut tentang
apa itu agama Taoisme, ajaran-ajarannya, serta praktek ibadahnya.

1
Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h.17
PEMBAHASAN

A. SEJARAH

Taoisme (Agama Tao) adalah Agama yang berasal dari Tiongkok, dan termasuk
agama yang tertua di dunia ini, umumnya diakui sudah ada sejak abad ke-6 SM, dan juga
merupakan agama yang dianut oleh sebagian besar orang Tionghoa. Nama Tao diambil dari
huruf China yang artinya “jalan” yang oleh penganut Tao dianggap sumber dari segala
sesuatu yang ada di alam ini. Dan berdasarkan sumber-sumber tertulis, umumnya Agama Tao
diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Wang-di), dikembangkan oleh Lao-zi dan terorganisasi
menjadi sebuah institusi Keagamaan lengkap oleh Zhang Tao Ling.

Pada zaman Wang-di mulai dikemukakan teori tentang kaidah-kaidah alamiah dan
teori tentang masalah kehidupan dan kematian. Sejak Wang-di sampai 1500 tahun
berikutnya, setiap pemimpin yang menggantikan pemimpin lainnya selalu memerintah
masyarakatnya dengan teori ajaran Wang-di. Kemudian pada zaman Dinasti Kerajaan Chow,
muncullah seorang bijaksana yang bernama Lao-zi. Beliau pernah bertugas sebagai pejabat
yang menjaga dan merawat perpustakaan buku-buku yang dimiliki kerajaan Chow. Karena
itu beliau mempunyai kesempatan untuk membaca semua buku-buku dan menguasai teori-
teori yang diajarkan oleh Wang-di.

Cara berpikir Lao-zi jauh melampaui zamannya ketika itu, ditambah ajaran-ajarannya
yang menjunjung tinggi kebajikan dan menentang kebiadaban, maka akhirnya ajaran Lao-zi
bersama-sama ajaran Wang-di dikenal orang sebagai Ajaran WANG-LAO sampai sekarang.
Ajaran WANG-LAO ini makin berkembang dan mengakar di hati masyarakat, akhirnya
dianut oleh hampir setiap orang terpelajar dan cendekiawan zaman itu.

B. AJARAN DAN PRAKTEK IBADAH

Agama Tao mempunyai 4 ajaran:

1. Dao

Dao adalah inti dari ajaran Taoisme, yang berarti tidak berbentuk, tidak terlihat, tapi
merupakan proses kejadian dari semua benda hidup dan segala benda-benda yang ada di alam
semesta. Dao yang berwujud dalam bentuk benda hidup dan kebendaan lainnya adalah De.
Gabungan Dao dengan De dikenal sebagai Taoisme yang merupakan landasan kealamian.
Keabadian manusia terwujud disaat seseorang mencapai kesadaran Dao, dan orang tersebut
akan menjadi dewa. Penganut-penganut Taoisme mempraktekkan Dao untuk mencapai
kesadaran Dao, dan menjadi seorang dewa.

2. Yin dan Yang

Dao melahirkan sesuatu, yang disebut dengan Yin (Positif) dan Yang (Negatif), Yin
dan Yang saling melengkapi untuk menghasilkan tenaga atau kekuatan. Kekuatan tersebut
bersumber dari jutaan benda di dunia. Setiap benda di alam semesta yang berupa benda hidup
ataupun benda mati mengandung Yin dan Yang yang saling melengkapi untuk mencapai
keseimbangan.

3. Pandangan tentang Manusia

Manusia yang sombong dan melakukan hal di luar kemampuannya, maka suatu saat
dia akan mendapat celaan yang dapat membuatnya berduka atau menderita. Karena itu,
seorang bijaksana yang mengenal Dao dan hukum alam akan memilih mengundurkan diri dan
menolak segala penghargaan yang diberikan padanya. Ia memilih untuk tidak menonjolkan
dirinya. Meskipun demikian, Taoisme tidak mengajarkan bahwa seseorang harus
menyingkirkan seluruh harta benda yang dimiliki untuk mencapai ketentraman batin. Hal
yang perlu dibuang adalah rasa kemelekatan terhadap harta tersebut.

4. Etika

Agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang
Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Sosok
Dewa dan Dewi dalam Agama Tao merupakan sosok yang telah mencapai kesempurnaan
dalam perjalanan mengamalkan Ajaran Agama Tao. Agama Tao juga percaya bahwa
Manusia sejati bisa mencapai Kesempurnaan menjadi Dewa atau Dewi, bila sanggup berbuat
jasa yang sangat besar sekali terhadap masyarakat ataupun orang lain, perbuatan-perbuatan
itu antara lain:

 Bisa memberikan keteladanan yang luar biasa dalam perilaku kebijaksanaan untuk
umat manusia.
 Berjasa besar dalam membangun/memperjuangkan kedamaian bagi negara dan
masyarakatnya.
 Bisa mencegah/menanggulangi bencana yang membahayakan umat manusia.
 Sanggup menyumbangkan nyawanya demi membela keyakinan tentang kebenaran
sejati
Dengan demikian bisa dipahami, bahwa Agama Tao mengajarkan: “Meskipun manusia
merupakan bagian dari alam semesta, namun sebagai manusia haruslah mampu membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, serta bisa mengetahui mana yang baik / bijaksana dan
mana yang jahat, juga yang paling penting adalah mampu melaksanakan ajaran-ajaran Agama
Tao pada setiap tingkah laku dalam hidupnya, sebagai syarat untuk bisa menjadi manusia
yang sejati.” Setelah mampu mencapai tahap manusia sejati, selanjutnya adalah tugas yang
mulia untuk berusaha bisa menyatu dengan Tao yang Maha Esa dengan istilah yang popular
Tian Ren He Yi (Kembali ke asal dengan sempurna).

Agama Tao menganjurkan 3 nasehat Lao-zi yaitu:

a. Welas Asih
b. Hemat tapi tidak kikir
c. Rendah Hati.

Agama Tao juga mengajarkan sifat Qing Jing Wu Wei, suatu sifat dimana orang
dianjurkan untuk selalu berusaha berbuat sesuatu demi kepentingan bersama, namun tetap
menjaga sikap mental yang tulus tanpa pamrih, selain itu juga selalu mawas diri dalam
usahanya mengajak masyarakat supaya mampu menjaga keharmonisan kehidupan masing-
masing. Sifat demikianlah yang antara lain ikut mendorong terbangunnya klenteng-klenteng
yang bisa dipakai untuk menginap bagi orang-orang yang sedang bepergian jauh, serta
menyediakan makanan cuma-cuma bagi yang menginap di sana, ini semua bertujuan untuk
melayani dan memudahkan masyarakat pada zamannya, sehingga sangat mendapat dukungan
dari segala lapisan masyarakat.

Ajaran-ajaran Tao bersifat universal dan menekankan kepada manusia untuk kembali
dan mencintai alam, karena alam merupakan bagian dari manusia. Oleh karena itu, dia tidak
hanya dianut oleh sebagian besar orang China di seluruh dunia, tapi juga oleh orang-orang di
luar suku bangsa China.2

Dalam praktek peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di


klenteng atau pekong. Pemujaan terhadap tuhan (Thien) dilakukan di halaman bagian depan
luar rumah atau klenteng dengan cara yang sederhana, yaitu membakar beberapa batang hio
(dupa) dengan menengadah kearah langit , sedangkan pemujaan terhadap dewa-dewa
dilakukan di dalam klenteng dengan menyuguhkan sesajen untuk melunakkan hati para dewa
agar keinginan mereka dapat diijabahi.
2
ibid
C. KITAB SUCI

Suatu agama dapat dipahami melalui kitab-kitab yang dianggap sakral oleh
penganutnya. Kitab pokok agama Tao adalah Tao Te Ching, sebuah kitab kecil hanya terdiri
dari 5000 kata yang ditulis oleh Lao-zi pada abad 6 SM. Sangat sulit bagi orang awam untuk
memahami kitab tersebut karena sangat puitis dan disampaikan secara lugas. Isi terpenting
dari Tao Te Ching yaitu ajaran tentang Wu-wei. Wu-wei merupakan perintah termasyhur
bagi para penganut Taoisme yang dijadikan sebagai pedoman-pedoman dan etika dalam
memelihara kehidupan seseorang dan memberikan contoh “jalan” untuk menjadi orang yang
bijaksana.3 Wu-wei adalah hidup yang dijalani tanpa ketegangan. Hal itu adalah merupakan
perwujudan yang murni dari kelemah-lembutan, kesederhanaan, dan kebebasan. Jika Wu-wei
dilihat dari luar, terlihatlah ia tanpa daya, karena tidak pernah memaksa dan tidak pernah
terlihat tegang. “Bertindak tanpa aksi dan berbuat tanpa gaduh”.

Di samping kitab Tao Te Ching terdapat kitab-kitab lain yang dianggap oleh para ahli
sebagai karya kedua terbesar dari filsafat Taoisme, yaitu: kitab Chuang-Tzu yang berisi
tentang pemikiran guru Zhuang dan murid-muridnya, dan kitab Leizi yang berisi kumpulan
cerita dan hiburan dalam filsafat.

PENUTUP

Agama Tao menggabungkan Ilmu pengetahuan, Filsafat dan Ilmu Kedewaan yang
Agung sebagai dasar kepercayaan. Agama Tao menyembah banyak Dewa dan Dewi. Dalam
3
H.G. Creel, Alam Pikiran Cina, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1989), h. 112
praktek peribadatan, penganut taoisme ini melaksanakan ritual ibadahnya di klenteng atau
pekong. Agama ini memiliki kitab suci sebagai pedoman para penganutnya dalam
menjalankan praktek keberagamaan di antaranya adalah Tao Te Ching, Chuang-Tzu, dan
Leizi.

DAFTAR PUSTAKA
Tanggok, Ikhsan. Mengenal Lebih Dekat Agama Tao. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta. 2006

Creel, H.G.. Alam Pikiran Cina. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. 1989.

[1] Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Jakarta, 2006), h.17
[2] Ikhsan, h.65

[3] H.G. Creel, Alam Pikiran Cina, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1989), h. 112

Anda mungkin juga menyukai