Anda di halaman 1dari 2

MATERI KEAGAMAAN UNTUK SMK

Materi keagamaan diadakan dengan tujuan mendasari pengetahuan siswa dalam menjalankan
kehidupan sehari-hari. Seperti diketahui bahwa agama tidak hanya mengatur hubungan vertikal antara
makhluk dengan Tuhan, lebih dari itu agama memberikan tuntunan dalam berhubungan secara
horizontal antara manusia dengan manusia, bahkan manusia dengan alam. Dengan begitu pendidikan
keagamaan menjadi penting dan menjadi pedoman siswa dalam menjalani kehidupannya.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Al-Furqon yang berbasiskan pondok pesantren


menjadikan keagamaan sebagai salah satu tujuan pendidikan. Berbasis pesantren berarti meletakkan
keilmuan dan kebudayaan pesantren guna mewarnai proses pendidikan siswa dengan dua hal tersebut.
Keilmuan pesantren berpatok pada disiplin ilmu Islam yang sudah tersusun sejak kemunculan Islam
sebagai agama dan dalam rentang waktu sejarah yang sangat panjang. Secara sederhana Ilmu Islam
mencakup seluruh pengetahuan manusia yang harus dijalankan sebagai sarana atau pengantar menjadi
hamba yang baik dan benar sesuai yang diajarkan oleh Rasulullah.

Ilmu Islam yang diajarkan di pesantren setidaknya memiliki tiga akar cakupan, yaitu: iman,
islam, dan ihsan. Ilmu yang mencakup pembahasan keimanan dalam disiplin ilmu Islam dikenal
sebagai ilmu tauhid dan Ilmu Kalam. Cakupan kedua ilmu ini berpusat pada pembahasan tentang ke-
Esaan Tuhan. Berikutnya ilmu fiqih serta perangkatnya mencakup hukum-hukum Islam atau yang kita
kenal sebagai syari’at Islam. Ilmu fiqih memiliki perangkat ilmu-ilmu lain dalam pelaksanaannya,
seperti ilmu qur’an, hadis, tata bahasa Arab, mantiq, sejarah, dan lain sebagainya. Untuk menjalankan
agama Islam secara sempurna seorang muslim di samping harus mengetahui hukum-hukum syari’at ia
juga harus melaksanakannya dengan cara yang sesuai dengan ajaran Rasulullah. Perilaku dalam
melaksanakan ibadah tidak hanya diatur tata hukumnya, melainkan kepantasan perilaku yang sifatnya
ruhani juga perlu ditata. Dalam penataan perilaku yang dominan kepada pembentukan akhlak mulia
inilah ilmu akhlak dan tasawuf memiliki peran besar. Sehingga pencapaian ihsan yang benar secara
teori dapat diraih dengan mempelajari ilmu akhlak dan tasawuf.

Sesuai dengan penjabaran singkat di atas dapat dipahami bahwa dalam proses pendidikan
keagamaan seorang siswa setidaknya mampu mengetahui dasar-dasar keislaman melalui ilmu tauhid,
fiqih, dan akhlak. Dengan begitu siswa dapat menjalani kehidupan sehari-hari dengan benar dan
sesuai tuntunan agama Islam.

Porsi yang dibutuhkan untuk mewarnai kehidupan pendidikan sekolah umum dengan nilai-
nilai keislaman, sesuai disiplin ilmu yang disebutkan di atas, adalah 30% untuk ilmu tauhid, 30%
fiqih, dan 40% untuk ilmu akhlak. Hal demikian ditentukan berdasarkan kebutuhan siswa serta
menyesuaikan sistem pendidikan sekolah.
Berikutnya yang perlu diperhatikan adalah metode belajar dan mengajar. Seperti diketahui
bersama bahwa proses pendidikan setidaknya melibatkan guru dan murid. Secara sederhana guru
menerangkan materi keilmuaan dan murid menerimanya dengan cara mendengar, menulis, dan
berupaya melakukan apa yang telah diajarkan. Dalam dunia pesantren dikenal dua metode pengajian,
yaitu: sorogan dan bandongan/bandungan. Metode sorogan menitikberatkan peran murid atau santri
dalam mempelajari materi tertentu. Jadi seorang santri dituntut mempelajari materi dan
menyiapkannya guna dibacakan atau dipresentasikan di hadapan seorang guru atau kiai.
Pendampingan dan pembibingan materi dari guru bersifat membenarkan atau mengoreksi hasil bacaan
santri dan ditutup dengan pemberian pemahaman yang benar dari seorang guru dan tidak jarang pula
metode ini melahirkan diskusi antara guru dengan murid. Berbeda dengan metode sorogan, metode
bandungan lebih bersifat satu arah dan menempatkan guru atau kiai sebagai pusat. Metode ini yang
paling umum digunakan di pengajian-pengajian. Guru atau kiai membaca dan menerangkan materi
dan murid mencatat dan memahi apa yang diterangkan. Dalam metode ini peran guru sangat sentral
dan hampir tidak memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dan murid.

Anda mungkin juga menyukai