Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemahaman Pendidikan Agama.


1. Pengertian Pendidikan Agama.
Frase "Pendidikan Agama" terdiri dari dua kata yakni "Pendidikan"
dan"Agama". Pengertian frase tersebut tentu tak jauh berbeda dari arti atau
makna kata yang membentuknya, karena itu untuk memahaminya terlebih
dahulu kita memahami arti dari masing-masing kata tersebut lalu
memadukannya ke dalam suatu kesatuan pengertian yang selanjutnya kita
melihat batasan terminologisnya dari pengertian ahli.

Kata Pendidikan itu sendiri secara etimologis mempunyai arti: "Perbuatan


mendidik yakni memelihara dan memberi latihan (ajaran. pimpinan)
mengenai akhlaq dan kecerdasan fikiran1 . Sedang secara terminologis adalah
: "Kegiatan menanamkan tabiat yang baik agar anak-anak memiliki sifat yang
baik dan berpribadi utama"2.

Adapun kata Agama secara etimologis adalah ; Segenap kepercayaan


kepada Tuhan serta dengan ajaran kebaktian dan kuwajiban-kuwajiban yang
bertralian dengan kepercayaan itu"3 dan secara terminologis Tohib Thohir
mengemukakan :

Tuntunan Tuhan yang mendorong seseorang yang berakal untuk


memegangi tuntunan tersebut dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai
kebahagiaan hidup disdunia dan akhirat4.

Dengan demikian secara sederhana pengertian Pendidikan Agama itu


adalah segenap usaha menanamkan nilai nilai Ajaran Agama yang berupa

1
WJS Poerwadarminta. Kamus Umum: Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta.
1989. hlm. 250.
2
H. Zuhairiny, dkk. Methodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional.
Surabaya, 1983, hlm. 27.
3
WJS. Poerwadarminto. Op-cit. hlm. 18.
4
KH Thoib Thohir. Umum kalam Wijaya, Jakarta, 1996, hlm. 121.

11
tuntunan Tuhan agar si-terdidik mengetahui, mengerti memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama tersebut sehingga tercapailah kebahagiaan
hidup dunia dan akherat. Lebih lanjut pengertian Pendidikan Agama tersebut
secara terminologis menurut Suhairiny adalah : Usaha-usaha secara sistematis
dan pragmatis dalam membentuk anak didik agar supaya mereka hidup sesuai
dengan ajaran agama5.

Masyarakat sebagai suatu komunitas, sebagaimana layaknya mahluk yang


berbudaya tentu akan memiliki naluri untuk menanamkan atau mewariskan
nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat tersebut termasuk sudah
barang tentu nilai-nilai ajaran agama, seperti misalnya nilai-nilai sistem
keyakinan, sistem peribadatan, sistem tingkah laku, sistem filosofi kehidupan
dan sebagainya yang didasarkan pada tuntunan-tuntunan wahyu dari suiatu
agama. Upaya upaya pewarisan atau pengajaran sistem nilai tersebutlah yang
dimaksudkan dengan Pendidikan Agama.

Selanjutnya kegiatan pendidikan agama itu berlangsung dalam konteks


yang luas dan mencakup aspek yang luas sebagaimana luasnya cakupan dari
ajaran agama itu sendiri, yang menyangkut seluruh aspek kehidupan. Aspek-
aspek Yang menjadi objek material dari ajaran agama inilah yang justru
memberikan pengertian tentang Pendidikan Agama. Jadi pengertian dari
pendidikan agama dalam penulisan ini lebih berkait dengan suatu objek
pengajaran (pendidikan) atau yang disebut sebagai bidang studi atau mata
pelajaran. Maka dengan demikian pengertian pendidikan Agama disini adalah
suatu Bidang studi atau mata pelajaran yang mempelajari atau yang berisikan
tentang nialai-nilai ajaran agama baik sistem keyakinan atau hingga pada
sistem prilaku yang dipelajari dan diajarkan dalam suatu lembaga pendidikan.
2. Ruang Lingkup Pendidikan Agama
Ruang lingkup pendidikan agama sudah tentu terkait dengan ruang
lingkup ajaran agama itu sendiri, yakni aspek aqidah, ibadah syariah, akhlak,
dan muamalah serta masalah-masalah kehidupan manusia. Dilembaga

5
Zuhairiny. Dkk Log-cit, hlm 27.

12
pendidikan seperti Sekolah Dasar, Sekokolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas dan sebagainya ruang lingkup tersebut sudah terbagi
langsung menjadi mata pelajaran tersendiri, namun demikian sudah tentu
tetap saling terkait antara satu aspek dengan aspek yang lain.
Selanjutnya ruang lingkup pembahasan aqidah secara umum
meliputi keimanan kepada Allah, Malaikat, Rasul-rasul, Kitab-kitab, hari
akhir, serta qodlo dan qodar. Pada aspek aqidah secara umum yang dikaji
meliputi : Sifat-sifat wajib Allah, mustahil dan jais serta yang lainya yang
menyangkut ketauhidan. Demikian pula selanjutnya keimanan kepada
malaikat meliputi masalah-masalah; Nama-nama malaikat, tugas-tugas serta
sifat-sifatnya. Keimanan kepada kitab-kitab Allah membahas tentang nama-
nama kitab suci yang diturunkan oleh Allah kepada para Rasul, pokok-pokok
ajaran yang terekandung dalam kitab suci tersebut, serta risalah-risalah yang
menjadi pokok ajarannya. Beriman kepada para Rasul membahas tentang
nama-nama para rasul, ajaran yang dibawanya, sifat-sifatnya dan lain
sebagainya. Adapun masalah ibadah syariah membahas hal-hal yang
berkenaan dengan peribadatan seperti mulai tentang thaharah, masalah sholat,
puasa, zakat, haji, dan lain sebagainya serta beberapa masalah hukum dalam
ajaran Islam seperti wajib, sunat, haram, makruh,mubah dan sebagainya.
Sedangkan masalah akhlak membahas masalah-masalah akhlak yang baik
seperti; Sabar, rendah hati, qonaah, pemaaf, menepati janji dan sebaginya,
serta menyangkut akhlak-akhlak yang tercela seperti; Sombong, iri hati,
dengki, hasad, pemarah dan sebagainya. Masalah muamalah membahas
tentang persoalan yang berhubungan antar sesama manusia seperti; Pinjam-
meminjam, utang-piutang, jual beli, gadai, dan seabagainya. Berkenaan
dengan ruang lingkup pendidikan agama Dra. H. Zuhairini mengemukakan:
Materi pokok dalam pendidikan agama :
a. Aqidah : adalah bersifat itikad batin, mengajarkan keesaan Allah yang
maha Esa sebagai Tuhan yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam
ini.

13
b. Syariah : adalah berhubungan dengan amal lahir dalam rangka mentaati
semua peraturan dan hukum Tuhan, bagaimana mengatur hubungan
antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur pergaulan hidup dan
kehidupan manusia.
c. Akhlak : adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap penyempurnaan
bagi kedua amalan diatas dan yang mengajarkan tentang cara pergaulan
hidup manusia6.
Lebih jauh ruang lingkup pendidikan Agama ini bisa kita lihat pada
garis-garis besar program pendidikan, kurikulum maupun dalam buku
pelajaran pendidikan agama Islam yang menjadi acuan dalam pendidikan
Agama di sekolah, terutama di sekolah. Pada sumber-sumber tersebut
ruang lingkup pendidikan Agama telah terorganisir, terprogram secara
sistematis dan bertahap ke dalam pokok – pokok bahasannya.
3. Tingkat Pemahaman Pendidikan Agama
Tingkat pemahaman Pendidikan Agama adalah suatu kualifikasi
pemahaman seseorang pada suatu ajaran agama. Dalam kaitan dengan
penulisan ini tingkat pemahaman Pendidikan Agama dimaksudkan adalah
kualifikasi siswa/murid dalam meyerap Pendidikan Agama baik disekolah
ataupun dalam lingkup hidup. Dengan demikian tingkat pemahaman
Pendidikan Agama di sini lebih dimaksudkan sebagai prestasi belajar
siswa pada bidang studi Pendidikan Agama yakni Aqidah-Akhlaq, Syariah
dan Sejarah kebudayaan Islam. Dengan demikian pengukuran tingkat
pemahaman Pendidikan Agama itu sesuai dengan evaluasi yang dilakukan
pada bidang-bidang studi tersebut yang selanjutnya tingkat pemahaman itu
tercermin pada nilai hasil belajar (nilai prestasi Belajar).
Dengan demikian, dalam kaitan dengan penulisan ini pengertian
tingkat pemahaman Pendidikan Agama Islam sama dengan pengertian
prestasi belajar Pendidikan Agama yaitu pencapaian siswa yang berbentuk
perubahan pemahaman, sikap dan ketrampilan siswa yang terjadi setelah
siswa mengalami proses interaksi dalam kondisi pembelajaran pada bidang

6
H. Zuhairini dkk. op.cit, hlm. 154.

14
Pendidikan Agama. Pengertian ini merujuk pada pengertian prestasi itu
sendiri sebagaimana diutarakan oleh Dra. Zuhairini, dkk. Sbb: "Kemajuan
belajar murid dari aspek pengetahuan, ketrampilan dan sikap setelah
mengikuti program pengajaran7.
Jadi tingkat pemahaman Pendidikan Agama disini adalah tingkat
daya serap murid dalam mengerti atau memahami nilai-nilai ajaran Agama
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran pada bidang studi
pendidikan agama yang tercermin pada terjadinya suatu perobahan diri
siswa baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psychomotorik. Sudah
tentu tingkat pemahaman tersebut meliputi aspek- aspek Aqidah yakni
pemahaman tentang mati8.
Ajaran agama berisikan tentang bagaimana manusia berbuat baik
(amar makruf) yang sekaligus mencegah kemungkaran Karena itu ajaran
agama juga berisi tentang suatu yang baik yang bisa dipakai manusia dan
suatu yang mungkar yang harus dijauhi manusia. Dengan demikian ajaran
agama sekaligus menjadi penyaring mana-mana yang benar bagi orang
beriman dan mana-mana yang dilarang untuk orang beriman serta mana-
mana yang boleh dan tidak boleh, halal dan haram juga tentang baik dan
buruk bagi orang beriman.manusia berbuat baik (amar makruf) yang
sekaligus mencegah kemungkaran Karena itu ajaran agama juga berisi
tentang suatu yang baik yang bisa dipakai manusia dan suatu yang
mungkar yang harus dijauhi manusia. Dengan demikian ajaran agama
sekaligus menjadi penyaring mana-mana yang benar bagi orang beriman
dan mana-mana yang dilarang untuk orang beriman serta mana-mana yang
boleh dan tidak boleh, halal dan haram juga tentang baik dan buruk bagi
orang beriman.
Ajaran agama juga bisa memainkan peran seabagai penyembuh,
yakni penyembuh hati. Dengan zikir pada Allah, dengan membaca Al-
Qur'an bisa menyembuhkan hati manusia yang mungkin sedang gundah,
7
H. Zuhairini dkk. op.cit, hlm. 154.
8
Haedar Nashir, Agama Dan Krisis Keamanusiaan Modern, Pustaka Pelajar,
Jogjakarta, 1997, hlm. 102.

15
bingung, terluka, gelisah dan sebagainya. Maka Pendidikan Agama juga
demikian memberikan bekal pada siswa untuk mempunyai pengobat hati
serta jiwa agar tetap pada keseimbangan harmoni dalam menghadapi
berbagai persoalan hidup ini.
Demikianlah beberapa peran Pendidikan Agama yang bisa
disebutkan disini, disamping itu tentu masih banyak lagi peran lain.
Pendidikan agama menjadi panduan utama bagi manusia atau
siswa dalam arti dan peran membangun suatu kepercayaan
(keyakinan)yang benar, peribadatan, Akhlaq dan perhubungan antar
manusia secara baik dan benar yang kelak akan bermanfaat bagi hidupnya
di kemudian hari.
Selanjutnya arti penting itu semakin terlihat sesuai dengan peran
Agama yang atara lain :
a. Peran Bimbingan
Agama membimbing manusia supaya membangun
kehidupan yang benar baik dan berada dalam jalan yang sesuai
dengan petunjuk Allah. Karena itu pendidikan Agama berupaya
membimbing dan membangun manusia agar bisa mengerti,
mengetahui sehingga terbentuk kepribadiannya serta bisa berbuat
dan bertindak secara baik dan benar. Pendidikan agama berusaha
mengubah keadaan seseorang dari tidak tahu mernjadi tahu, dari
tidak dapat berbuat menjadi dapat berbuat, dari tidak bersikap
menjadi bersikap seperti yang diharapkan9.
b. Peran Pendorong
Pendidikan Agama berisi dengan banyak hal yang
diantaranya. mendidik jiwa optimis, kerja keras, mampu menatap
ke depan, rajin seperti : pembeda, pengendali dan sebagainnya.

9
Zakiah Daradjat, dkk., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bumi Aksara,
Jakarta, 1996, hlm. 72.

16
Dengan adanya peran peran tersebut maka jelaslah kiranya bahwa
pendidikan Agama mempunyai arti dan peran yang sangat penting
bagi manusia dan khususnya diri siswa.
B. Perilaku Keagamaan
1. Pengertian Perilaku Keagamaan
Seperti yang telah diutarakan pada bab Pendahuluan bahwa kata
prilaku Keagamaan berasal dari kata prilaku yang secara Etimologis
artinya Tingkah laku, kelakuan, perbuatan. Sedang keagamaan merupakan
kata jadian yang berasal dari kata dasar agama dimana Thohib Thohir
mengemukakan:
Tuntunan Tuhan yang mendorong seseorang yang berakal untuk
memegangi tuntunan tersebut dengan kehendaknya sendiri untuk mencapai
kebahagiaan hidup disdunia dan akhirat10.
Kemudian kata agama tersebut mendapatkan awalan ke dan
akhiran an yang menunjukkan kata tersebut sebagai kata benda jadian
abstrak yang berarti corak agama dan oleh karena kata keagamaan itu
dirangkaikan dengan suatu kata sebelumnya yakni kata prilaku maka kata
tersebut menjadi kata sifat yakni suatu sifat yang terkait dengan agama.
Jadi prilaku keagamaan adalah suatu tingkah laku yang terkait
dengan nilai-nilai ajaran Tuhan untuk mencapai suatu kebahagiaan hidup
dunia hingga akherat kelak. Sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia
itu adalah suatu makhluq yang memiliki kecenderungan kebutuhan akan
suatu nilai spiritual seperti keyakinan akan adanya Dhat yang Maha Kuasa,
Dzat Sang Pencipta dan sebagainya. Dalam bentuknya yang paling
sempurna keyakinan itu berbentuk suatu ajaran agama yang diyakini oleh
para pemeluknya berasal atau bersumber dari tuntunan yang diberikan oleh
Yang Maha Kuasa itu sendiri lewat para utusannya. Sebagai konsekuensi
dan implementasi lebih lanjut kepercayaan dan keyakinan itu melahirkan
suatu prilaku atau tingkah laku yang terkait dengan kepercayaan dan

10
KH Thoib Thohir, Op-Cit, 1996, hlm 121.

17
keyakinan tersebut seperti mereka harus melakukan peribadatan-
peribadatan tertentu, bertingkah laku secara bermoral dan sebagainya.
Maka dalam pengertian tersebutlah yang dimaksudkan dengan kata
prilaku keagamaan dalam penulisan ini.
2. Macam-macam prilaku keagamaan.
Macam-macam prilaku keagamaan amatlah banyak
ragamnya, hal ini dikarenakan ajaran suatu agama itu sendiri yang
luas cakupannya yang meliputi seluruh demensi kehidupan ini.
Namun secara umum prilaku keagamaan itu bisa dikatagorikan sesuai
dengan aspek ajaran agama yakni:
a. Prilaku yang berkenaan dengan Aqidah.
Prilaku yang berkenaan dengan aqidah adalah segenap
tingkah laku yang berkaitan dengan keyakinan spiritual seseorang
karena Aqidah itu sendiri adalah : Dasar-dasar keyakinan yang
bersumber dari ajaran Islam yang wajib dipegangi oleh setiap
muslim sebagai sumber keyakinan yang mengikat11.
Ketika seseorang berdzikir dengan membaca kalimat
thayyibah seperti kalimat tauhid, membaca Al-Qur'an dan
sebagainya itu terkait dengan prilaku Aqidahnya.
Demikian pula dengan prilaku seseorang dalam keyakinan
menyimpang seperti; menyembah berhala, mengkeramatkan
benda-benda, tempat-tempat yang dianggap angker dan
sebagainya itu adalah prilaku Aqidah seseorang yang sudah tentu
aqidah yang salah atau menyimpang menurut ajaran agama Islam.
b. Prilaku yang berkenaan dengan Ibadah dan syariah
Prilaku yang berkenaan dengan ibadah syariah adalah
menyangkut kegiatan ibadah seseorang dalam kaitannya dengan
mengabdi dan komunikasi pada keyakinan spiritualnya. Dalam
ajaran Islam wujud prilaku ini adalah; kegiatan shalat, kegiatan

11
Team Penyusun, Aqidah Akhlaq, Dirjen Binbaga Islam.
Jakarta, 1987, hlm. 2.

18
puasa, zakat, hingga Haji dan sebagainya, serta ketaatan dengan
hukum-hukum syariah misalnya tidak melakukan hal-hal yang
dilarang (diharamkan) agama seperti, berjudi, minuman keras,
berzinah dan sebagainya. Dalam kaitan ini Dra. H. Zuhairini
mengemukakan: Syariah adalah berhubungan dengan amal lahir
dalam rangka mentaati semua peraturan dan hukum Tuhan, guna
mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhan, dan mengatur
pergaulan hidup dan kehidupan manusia12.
c. Prilaku yang berkenaan dengan Akhlaq
Prilaku yang berkenaan dengan akhlaq seseorang adalah
segenap tingkah laku baik buruk dalam kaitan berprilaku atau
berkomunikasi dalam hidup baik kepada sesama atau pada
makhluq alain. Prilaku baik misalnya pemaaf, menepati janji,
rendah hati, jujur, hemat, suka menolong sesama dan sebagainya,
sedang prilaku buruk misalnya sombong, dengki, iri, ingkar jaji,
pemarah, bohong, kikir dan seabagainya. Dalam kaitan ini Dra.
Zuhairini mengemukakan:
Akhlaq adalah suatu amalan yang bersifat pelengkap
penyempurnaan bagi kedua amal diatas dan yang mengajarkan
tentang tata cara perbgaulan hidup manusia13.
Sedangkan dalam buku perlajaran Aqidah Akhlaq
diutarakan :
Akhlaq adalah Tingkah laku yang telah melekat pada diri
seseorang karena hal itu telah sering dilakukannya secara
berulang- ulang dan terus menerus, sehingga ia berbuat secara
spontanitas14.
Prilaku yang berkenaan dengan Muamalah Yakni suatu
prilaku yang terkait dengan hubungan antar manusia seperti
pinjam-meminjam, jual beli, gadai dan sebagainya.
12
H. Zuhairini dkk. op.cit, hlm. 60.
13
H. Zuhairini dkk. op.cit, hlm. 60.
14
Team Penyusun, Aqidah Akhlaq. Hlm. 79.

19
d. Prilaku yang berkenaan dengan Muamalah
Yakni suatu prilaku yang terkait dengan hubungan antar
manusia seperti pinjam-meminjam, jual beli, gadai dan
sebagainya.
Demikianlah macam-macam perilaku keagamaan yang
terlihat sangat luas yang meliputi seluruh definisi kehidupan
manusia.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi prilaku keagamaan seseorang.
Banyaklah faktor yang mempengaruhi prilaku keagamaan
seseorang yang tentu secara umum meliputi faktor dari dalam diri
manusia (internal) dan faktor dari luar diri manusia (Eksternal).
Faktor dari dalam itu antara lain :
a. Faktor Intelegensi (kecerdasan)
Kecerdasan sangatlah berpengaruh pada prilaku manusia sebab
kecerdasan mempengaruhi daya serap manusia pada ajaran-
ajaran agama itu sendiri yang selanjutnya berimplikasi pada
prilaku manusia itu. Drs.Tabrani Rusyan mengemukakan:
Anak yang cerdas akan lebih mudah berpikir kreatif dan
cepat mengambil keputusan. Hal ini berbeda dengan yang
kurang cerdas atau lamban dalam belajar15.
b. Faktor Minat
Minat adalah ketertarikan atau kecenderungan seseorang pada
suatu hal. Affifudin Sk, Ba. Mengemukakan :
Kecenderungan yang pasti atau menetap untuk merasa tertarik
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi16.
Seseorang yang berminat pada suatu hal termasuk masalah
ajaran

15
Tabrani Rusvan. Penuntun Belajar yang Sukses. Nine Karya Jaya,
Jakarta, 1990. hlm 25.
16
Afifuddin Sk BA. Psikologi Pendidikan Anak Usia SD, Harapan Masa Solo-
1988, hlm. 40.

20
agama tentu akan melahirkan pemahaman dan prilaku yang
berbeda dengan seseorang yang cuek atau acuh tak mau
perduli dengan ajaran agama.
Belajar dengan minat akan mendorong anak untuk belajar
lebih baik dari pada belajar tanpa minat17. Ini berarti masalah
pendidikan Agama juga demikian yang kemudian berdampak
pada prilakunya yang terdidik.
c. Kematangan atau kedewasaan
Kematangan adalah kesiapan seseorang dalam menerima
atau merespon suatu kondisi tertentu. Afifudin SK,BA
mengemukakan: Kematangan adalah tumbuhnya
penyempurnaan fungsi-fungsi fisik dan psikhis sehingga
menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola berfikir dan
bertingkah laku18.
Seseorang yang telah cukup siap dan dewasa dalam
memahami ajaran suatu agama tentu akan membuahkan daya
pemahaman yang berbeda dengan mereka yang belum cukup
dewasa, terlebih menyangkut pemahaman keyakinannya yang
menuntut seseorang mampu berabstraksi karena ajaran agama
menyangkut masalah keyakinan DhatYang ghoib yang tak
terlihat oleh manusia sdehingga menuntut kemampuan
abstraksui
seseorang.
d. Motivasi adalah dorongan.
Motivasi adalah dorongan. Dalam Ilmu Jiwa motivasi ini
dibagi menjadi dua yakni dari dalam instrinsik dan dari luar
ekstrinsik. Dengan adanya dorongan diri untuk mengamalkan
ajaran suatu agama maka akan lebih mungkin seseorang itu

17
Afifuddin Sk BA. Psikologi Pendidikan Anak Usia SD, Harapan Masa Solo-
1988, hlm. 25.
18
Afifuddin Sk BA. Psikologi Pendidikan Anak Usia SD, Harapan Masa Solo-
1988, hlm. 40.

21
berprilaku keagamaan secara baik. Dan sebaliknya kurangnya
dorongan diri akan kurang baik pula prilaku kegamaan
seseorang sudah tentu. Motivasi adalah daya dalam pribadi
seseorang yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Ada dua
jenis motivasi yaitu motivasi dalam diri dan motivasi di luar
diri. Motivasi dari dalam dapat diciptakan dengan
menggairahkan perasaan ingin tahu, keinginan untuk mencoba
dan hasarat ingin maju19.
Demikianlah beberapa faktor dari dalam diri, sedang faktor
luar adalah faktor Milleau (lingkungan) faktor lingkungan ini
bisa berupa lingkungan benda bukan manusia dan lingkungan
manusia ( personal). Lingkungan benda misalnya ; media-
media seperti media masa, media electronika, fasilitas ibadah
dan fasilitas lain. lingkungan alam dan sebagainya, Dr. Haedar
Nashir mengemukakan:
Televisi dengan berbagai sajian yang menarik boleh
menjadi telaah ikut memperenggang komunikasi personal
antara anggota keluarga20.
Hal tersebut jelas menunjukkan betapa lingkungan yang
termasuk lingkungan benda yang dalam hal ini adalah media
elektronika telah berpengaruh dalam pola kehidupan seseorang
yang sudah tentu termasuk di dalamnya menyangkut prilaku
keberangamannya pula.
Adapun lingkungan personal adalah segenap manusia yang
ada di lingkungan anak (seseorang) seperti lingkungan
keluarga, ayah, ibu, saudara dan anggota keluarga lain,
lingkungan sekolah seperti: guru teman sekolah dan
sebagainya dan lingkungan masyarakat seperti tokoh-tokoh

19
Afifuddin Sk BA. Psikologi Pendidikan Anak Usia SD, Harapan Masa Solo-
1988, hlm. 14.
20
Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Pustaka
Pelajar, Yogjakarta, 1997, hlm. 61.

22
masyarakat, tetangga, dan sebagainya. Dr. Haedar Nashir
mengemukakan:
Para tokoh wibawa dari organisasi-organisasi keagamaan
sangat memiliki otoritas untuk memainkan fungsi pembinaan
moral dan spiritual bagi anggota masyarakat melalui berbagai
pendekatan yang lebih partisipasif dan empatik21.
Disamping itu lingkungan bisa menyangkut dinamika sosial
ekonomi seperti lingkungan ekonomi, lingkungan budaya dan
lingkungan sosio cultrural lainnya seperti lingkungan politik,
hankam dan sebagainya.
Dalam suasana hidup yang serba pagmatis, tak ada lagi
tempat untuk wacana metafisis yang mengungkit kesadaran
terdalam dari makna dan jalan hidup di atas kebenaran
hakiki22.
Ini berarti lingkungan budaya akan mempengaruhi pemahaman
dan sikap mental seseorang. Selanjutnya Drs. Ngalim
Poerwanto mengemukakan :
Manusia-manusia lain di sekitar individu mempengaruhi
individu yang bersangkutan, termasuk juga tradisi-tradisi, adat-
istiadat, peraturan peraturan, bahasa dan sebagainya yang
berlaku di dalam masyarakat tersebut23.
Jadi lingkungan dalam berbagai bentuknya kesemuanya itu
jelas mempengaruhi prilaku hidup seseorang yang termasuk
juga prilaku dalam aspek pemelukan keagamaan
(keberagamaan) seseorang.
Demikianlah faktor-faktor yang mempengaruhi prilaku
keagamaan seseorang.

21
Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Pustaka
Pelajar, Yogjakarta, 1997, hlm. 52.
22
Haedar Nashir, Agama dan Krisis Kemanusiaan Modern, Pustaka
Pelajar, Yogjakarta, 1997, hlm. 21.
23
Ngalim Poerwanto. Psikologi Pendidikan, Remaja Roesdakarya,
Jakarta, 1996. hlm. 16.

23
C. Pengaruh Antara Tingkat Pemahaman Pendidikan Agama Islam Terhadap
Perilaku Keagamaan Siswa.
Tak dapat dipungkiri bahwa kelebihan manusia itu diantaranya yang
utama adalah terdapat pada akal atau otak manusia dalam Qur'an surat Al-
baqarah ayat 31 dijelaskan :
Artinya: Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda- benda)
seluruhnya. kemudian mengemukakannya kepada Malaikat lalu berfirman:
Sebutkanlah kepada Ku nama-nama benda itu jika kamu memang orang-orang
yang benar24.
Dari penjelasan ayat tersebut dan pada ayat-ayat selanjutnya dapat kita
mengerti bahwa kelebihan Adam itu adalah dikaruniai kemampuan. mengenal
nama-nama atau yang dalam pengertian yang luas adalah memiliki kemampuan
pengenalan atau punya pengertian atau pemahaman yang merupakan fungsi
dari otak manusia.
Di dalam Al - Qur'an juga banyak ayat-ayat yang memerintahkan manusia
menggunakkan akal fikirannya seperti terdapat dalam surat : Ar - Rum : 21, 22,
24.
ٍ ‫ِإنَّ فِي ٰ َذل َِك آَل َيا‬
َ ‫ت لِ َق ْو ٍم َي َت َف َّكر‬
‫ُون‬
Artinya : Sesungguhnya di dalam peristiwa itu terdapat tanda-tanda bagi
orang yang berfikir.
ٍ ‫ِإنَّ فِي ٰ َذل َِك آَل َيا‬
َ ‫ت ل ِْل َعالِم‬
‫ِين‬
Artinya : Sesungguhnya dalam peristiwa tersebut terdapat pelajaran bagi
orang yang mengetahui.
ٍ ‫ِإنَّ فِي ٰ َذل َِك آَل َيا‬
َ ُ‫ت لِ َق ْو ٍم َيعْ قِل‬
‫ون‬
Artinya : Sesungguhnya dalam peristiwa tersebut terdapat pelajaran bagi
orang yang berakal25.

24
Team Penyusun. Al-Qur'an dan Tanamahnya. PT Intermasa, Jakarta,
1992. hlm. 14.
25
Team Penyusun. Al-Qur'an dan Tanamahnya. PT Intermasa, Jakarta,
1992. hlm. 14.

24
Ayat-ayat tersebut jelas menunjukkan begitu pentingnya fungsi otak atau
akal manusia. Di samping pada ayat-ayat tersebut masih banyak ayat senada
yang disebutkan di dalam Al-Qur’an.
Manusia merupakan suatu totalitas yang terkait dan terpadu diantara
berbagai potensi yang ada dalam dirinya dalam pengertian ini maka apa yang
dilihat, apa yang didengar, apa yang perhatikan lalu menjadi apa yang
dipahami dan dimengerti yang selanjutnya tentu berpengaruh pada prilaku diri
dalam hidupnya. Dengan pengertian lain manusia dalam bertindak, dalam
bertingkah, dalam bersikap terhadap berbagai persoalan hidup ini sangat terkait
dengan apa yang dilihat dan dipahami serta dimengertinya. Maka dengan
demikian pemahaman manusia terhadap ajaran-ajaran (nilai-nilai) agama akan
mempengaruhi sikap dan prilaku hidupnya. Orang akan melakukan shalat,
puasa, zakat dan sebagainya dengan baik dan benar apabila orang tersebut
mengerti atau memahami atau memiliki pengertian dan pemahaman tentang
ibadah-ibadah tersebut.
Banyak orang yang tidak mau berjudi, mencuri, berzina dan sebagainya
dikarenakan ia memahami bahwa dalam ajaran agamanya hal-hal tersebut
merupakan perbuatan yang dilarang dan sebaliknya banyak orang berlaku salah
karena kurang memahami kedudukannya dalam ajaran agamanya atau mungkin
belum memiliki tingkat pemahaman Ajaran agamanya. Jadi dengan demikian
tingkat pemahaman Pendidikan Agama jelas akan berpengaruh pada sikap
prilaku keagamaan seseorang. Dra. H. Zuhairiny dalam hal tujuan Pendidikan
Agama mengemukakan:
Diantara tujuan pendidikan Agama adalah memberikan pengetahuan
Agama Islam agar mereka mengamalkan ajaran Islam yang telah diterimanya26.
Dari rumusan Tujuan itu terdapat kalimat "memberi pengetahuan Islam
agar mereka mengamalkan ajaran Islam" Jelas kalimat tersebut menunjukkan
pengetahuan atau pemahaman serseorang pada agama Islam selanjutnya
(berakibat) berpengaruh pada prilakunya (amalannya).

26
H. Zuhairini dkk. op.cit, hlm. 47.

25
Mengenai keterkaitan pemahaman, pengertian, dan pengertahuan dengan
prilaku seseorang itu lebih lanjut bisa kita lihat pada pendapat Drs. Ngalim
Poerwanto sebagai berikut : pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat
mempengaruhi sikap dan tindakannya27.
Lebih lanjut dalam kaitan keterkaitan pemahaman dengan prilaku
keagamaan ini patut kita perhatikan ppandangan Dr. Daud Rasyid MA.,
tentang pemahaman Tauhid dengan prilaku sebagai berikut :
Wawasan Pemahaman seseorang terhadap tauhid, biasanya
terimplementasi dalam bentuk prilaku (suluk), moralitas (akhlaq), visi
(Wijhatun - Nazhar). dan ittijahnya dalam kehuidupan nyata28.
Dari pandangan tersebut jelas menunjukkan adanya keterkaitan erat antara
suatu pemahaman dengan prilaku yang dalam pengertiannya yang luas
tercakup pula pemahaman keagamaan yang berimplementasi pada perilaku
seseorang. Yang tentu termasuk perilaku keagamaannya.
Keterkaitan pengaruh tingkat pemahaman terhadap perilaku keagamaan
seseorang itu lebih lanjut terlihat pada devinisi iman itu sendiri yakni :
Artinya : iman itu adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan
lisan dan memperbuat dengan anggota tubuh.(beranal)29
Apa yang dibenarkan dalam hati seseorang tentu adalah sesuatu yang
dimengerti dan dipahamisnya atau dengan bahasa lain pembenaran itu melalui
suatu proses tentang suatu hal yang dipahami atau dimengerti seseorang. Apa
yang diyakini atau dibenarkan dalam hati kalau tidak ada suatu yang
dipahami?. Selanjutnya dalam divinisi Iman diatas diteruskan dengan
diikrarkan dan dilakukan dalam suatu perbuatan. Jelas semua itu merupakan
suatu kesatuan yang terkait tentang suatu yang dipahami lalu diyakini, lantas
diikrarkan dan kemudian berdampak pada prilaku dan perbuatan manusia.
Dengan demikian jelaslah terdapat keterkaitan erat antara pemahaman
dengan tingkah laku manusia itu dan dengan adanya keterkaitan maka tentu

27
Ngalum Poerwanto.Op-Cit. hlm. 165.
28
Daud Rasvid, MA. Islam Dalam Berbagai Demensi, Gema Insani
press, Jakarta. 1008, hlm 16.
29
Team Penyusun, Aqidah Akhlaq. hlm. 9.

26
termasuk pula penyangkut pemahaman Agama seseorang tentu akan
mempengaruhi prialaku keagamaannya.
Pada penjelasan didepan diutarakan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi prilaku keagamaan adalah faktor intelegensi atau kecerdasan
dari situ sekaligus bisa difahami bahwa kecerdasan yang salah satunya berujud
pada kemampuan pemahaman itu membawa dampak pada prilaku keagamaan
seseorang.
Apabila kita perhatikan pada aspek aspek yang dievaluasi pada kegiatan
pembelajaran tak terkecuali pada bidang studi Pendidikan Agama maka dapat
kita mengerti bahwa aspek-aspek yang dievaluasi itu meliputi aspek aspek
Cognitif, Afektif dan Psichomotoris yang merupakan suatu kesatuan sistem,
Ruang lingkup kegiatan evaluasi pendidikan Agama mencakup penilaian
terhadap kemajuan belajar murid dalam aspek pengetahuan, ketrampilan dan
sikap30.
Ini jelas menunjukkan bahwa aspek cognitif yang salah satu diantara
berujut kemampuan mengerti dan memahami merupakan suatu kesatuan
dengan aspek afektif yakni sikap dan ketrampilan atau dalam pengertian lain
terdapat inter-corelasi antar aspek-aspek tersebut, terlebih aspek pemahaman,
ia berada di depan dari aspek-aspek lain.
Dengan demikian jelaslah kiranya bahwa secara teoritik terdapat pengaruh
tingkat pemahaman terhadap prilaku keagamaan seseorang, selanjutnya
kesimpulan teoritik ini secara empiris akan dibuktikan pada kajian lapangan
yang akan diutarakan pada bab III.

30
H. Zuhairini. op.cit, hlm. 57.

27

Anda mungkin juga menyukai