Anda di halaman 1dari 6

Rumus masalah : bagaimana prinsip-prinsip pendidikan Islam dapat membentuk spiritualitas dan

moralitas individu dalam era modern

Prinsip perbedaan individu dalam pendidikan Islam

"Pendidikan Islam memegang prinsip penting mengenai perbedaan individual, yang


dinyatakan oleh Al-Qur'an dan hadis. Al-Qur'an, misalnya, mencatat bahwa perbedaan bahasa
dan warna kulit antara manusia adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Pendidikan Islam telah
lama memperhatikan perbedaan individual dan mengembangkan akal budi manusia,
mengatur tingkah laku dan emosi berdasarkan ajaran Islam, dengan tujuan merealisasikan
tujuan Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan Islam
dapat didefinisikan sebagai proses persiapan akal pikiran manusia untuk memahami
kehidupan, tempatnya di antara makhluk lain, dan tujuan hidupnya. Al-Qur'an dan hadis
merupakan dasar utama pendidikan Islam dan mengandung konsep-konsep yang indah dan
terkait erat, serta memberikan panduan tentang sistem akidah dan tingkah laku ibadah
vertikal dan horizontal. Konsep-konsep ini menunjukkan cara untuk menata kehidupan
manusia yang jelas dan sah." Selain itu, keduanya dengan jelas dan terang menjawab
berbagai macam permasalahan hukum, teologi, krisis identitas manusia, serta masalah yang
timbul akibat pesatnya kemajuan IPTEK dan kolonialisasi materialisme. Khusus dalam hal
pendidikan, keduanya memberikan konsep-konsep yang jelas, baik dalam bentuk kurikulum
maupun metode pembelajaran, yang semuanya diarahkan pada tujuan pendidikan Islam.

Oleh karena itu, prinsip kejelasan menjadi salah satu prinsip yang paling penting dan
menonjol dalam mencapai tujuan pendidikan Islam. Ketegasan tujuan memberikan arti dan
kekuatan bagi para penggerak untuk menuju arah yang jelas dalam mencapai tujuan dan
menghindari terjadinya perselisihan dalam interpretasi. Al-Quran memberikan inspirasi dan
motivasi bagi manusia untuk terlibat dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan. Kata
"ilm" beserta kata-katanya terulang sebanyak 780 kali dalam Al-Quran, sebagai bukti otentik
mengenai apresiasi Al-Quran terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.

Bagi umat Islam, hal ini menjadi dasar teologis yang sangat kuat, yang tidak ada alasan untuk
tidak terlibat secara kritis dan kreatif dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Apalagi, jika
dilihat lebih dalam, Al-Quran telah memberikan kerangka aksiologis mengenai arah
pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga tetap berjalan dalam kemaslahatan umat
manusia. Dalam pandangan Al-Quran, pengembangan ilmu pengetahuan bukan hanya
sekedar membaca ciptaan Allah secara deskriptif dan naratif, namun lebih dari itu, ilmu
pengetahuan harus dilihat secara teologis, etis, dan moral untuk membangun hubungan yang
lebih dekat antara manusia dengan Allah.

Isyarat di atas dikuatkan dengan makna hakiki yang terkandung dalam berbagai kata yang
bersinonim, seperti "dabara" (merenungkan), "faqaha" (mengerti), "nazar" (melihat secara
abstrak), "fakara" (berpikir), dan "aql" (akal). Kata-kata ini, jika dipahami maknanya,
menginstruksikan kepada seluruh manusia, terutama umat Islam, untuk berkontemplasi dan
berkreativitas. Kata-kata tersebut erat kaitannya dengan kata "ayat" (fenomena-fenomena).
Dengan demikian, umat Islam diharapkan dapat menggunakan akalnya untuk merenungkan
dan memahami fenomena-fenomena yang ada di sekitarnya dan berkreativitas dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.. Selain itu, Al-Quran dan hadis dalam Islam memberikan
banyak rambu-rambu dan panduan yang jelas dalam mengetahui kebenaran ilmu pengetahuan
dan sifat ilmiahnya. Kebenaran ilmu pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor non-material
yang diukur dengan sistem nilai seperti benar-salah, halal-haram, baik-buruk, adil-lalim, dan
manfaat-mudarat. Oleh karena itu, pendidikan Islam menciptakan kurikulum dan metode-
metode yang jelas dalam upaya mendidik manusia agar memiliki pemahaman yang
komprehensif terhadap ilmu pengetahuan.

Dalam Islam, ilmu pengetahuan dipandang sebagai anugerah dari Allah yang diberikan
kepada manusia agar ia dapat mempertanggungjawabkan eksistensi dan substansi
kekhalifahannya serta melaksanakan kewajibannya. Oleh karena itu, manusia berada dalam
proses pendidikan yang kontinu melalui pendekatan transdisipliner dan interdisipliner. Dalam
upaya menuntut ilmu pengetahuan, hadis menjelaskan pentingnya umat Islam memiliki ilmu
pengetahuan dan bahkan menyatakan bahwa penuntut ilmu adalah penuntut rahmat, dan
menuntut ilmu adalah rukun Islam yang akan diberi pahala bersama Nabi.

Selain itu, Al-Quran dan hadis juga membicarakan banyak hal yang berkaitan dengan hukum,
akidah, etika hidup, dan jawaban terhadap problema-problema internal dan eksternal yang
dihadapi oleh manusia dalam kehidupannya. Oleh karena itu, pendidikan Islam menciptakan
kurikulum dan metode-metode yang jelas dalam upaya mendidik manusia agar memiliki
pemahaman yang komprehensif terhadap ilmu pengetahuan serta etika hidup dan nilai-nilai
Islam yang berkaitan dengan kehidupan sosial.

Dengan demikian, ilmu pengetahuan dalam Islam bukan hanya sekadar materi pelajaran yang
harus dipelajari secara teknis, namun juga menjadi bagian penting dari kehidupan jasmani
dan spritual manusia. Ilmu pengetahuan dalam Islam sangat kaya akan pertimbangan
teologis, spritual, etis, dan moral pada tataran metafisis-filosofis. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan dalam Islam perlu diformulasikan lebih lanjut menjadi teori-teori empirik dan
rasional yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dan mengembangkan kemajuan
dalam berbagai bidang kehidupan manusia.. Pendekatan pendidikan Islam yang jelas dan
terstruktur didasarkan pada prinsip-prinsip yang kuat dan tak terbantahkan, yang berasal dari
Al-Quran dan Hadis. Tujuan dari pendidikan Islam adalah untuk memastikan kejelasan dalam
ajaran agama, sehingga tidak terjadi perselisihan interpretasi dalam pengajaran. Hal ini
penting untuk menjaga keutuhan dan keberlangsungan agama Islam serta menjamin bahwa
pesan-pesan agama tersebut disampaikan dengan benar dan tidak terjadi penyimpangan
dalam pemahaman.

Dalam konteks ini, penting untuk mengimplementasikan kurikulum dan metode pengajaran
yang jelas dan terstruktur, yang memastikan bahwa pesan-pesan agama Islam disampaikan
dengan cara yang benar dan mudah dipahami oleh para siswa. Kurikulum pendidikan Islam
harus mencakup pengetahuan tentang hukum, akidah, etika hidup, serta solusi untuk berbagai
masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, pendidikan Islam juga menempatkan pentingnya pengembangan ilmu pengetahuan
sebagai bagian dari kewajiban manusia sebagai khalifah Allah di bumi. Oleh karena itu,
dalam pendekatan pendidikan Islam yang jelas dan terstruktur, ilmu pengetahuan juga
menjadi fokus utama untuk dikembangkan secara terus menerus melalui pendekatan
transdisipliner dan interdisipliner.

Dalam hal ini, Al-Quran dan Hadis menjadi sumber utama dalam membentuk landasan
pendidikan Islam yang jelas dan terstruktur. Dengan demikian, pendidikan Islam dapat
dijalankan dengan tujuan yang jelas dan memastikan bahwa pengajaran agama disampaikan
dengan benar dan tepat. Sebagai hasilnya, generasi Islam yang terdidik dengan baik akan
memiliki pemahaman yang kuat tentang agama mereka dan dapat mempertahankan serta
mengembangkan nilai-nilai Islam di masa depan.1

Pembentukan Karakter Anak sebagai tujuan Pendidikan dalam Islam

Dalam Islam, pendidikan tidak hanya berkaitan dengan peningkatan pengetahuan akademik semata,
tetapi juga termasuk dalam pembentukan karakter anak sebagai tujuan utama. Sebagaimana
dikemukakan dalam konsep pendidikan karakter, sejak zaman Rasulullah SAW, tugas utama beliau
adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Oleh karena itu, konsep karakter dan akhlak
dalam Islam membahas tentang perbuatan prilaku manusia, yang sangat penting dalam
pembentukan karakter anak.

Menurut Al-Ghazali, akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa manusia, sehingga
berbagai perbuatan dilakukan dengan mudah tanpa perlu adanya pemikiran dan pertimbangan.
Sedangkan Suwito menyebutkan bahwa akhlak sering disebut juga sebagai ilmu tingkah laku atau
perangai. Dengan mempelajari ilmu ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan tentang
keutamaan-keutamaan jiwa, bagaimana cara memperolehnya, dan bagaimana membersihkan jiwa
yang telah kotor.

Dalam konteks pendidikan Islam, pembentukan karakter anak sebagai tujuan utama pendidikan
sangatlah penting. Oleh karena itu, materi PAI di sekolah juga diarahkan untuk membentuk karakter
anak. Eksistensi pendidikan agama Islam dalam Sisdiknas juga mengakui pentingnya pembentukan
karakter anak dalam pendidikan. Dalam hal ini, pendidikan karakter dan agama Islam saling
berkaitan, karena agama Islam mengajarkan nilai-nilai moral yang menjadi dasar pembentukan
karakter yang baik.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan utama pendidikan dalam Islam yang sudah
diakui sejak zaman Rasulullah SAW. Hal ini terlihat dari perintah Allah SWT bahwa tugas pertama dan
utama Rasulullah adalah sebagai penyempurna akhlak bagi umatnya. Konsep pendidikan karakter
dalam Islam mencakup pengertian tentang akhlak dan karakter. Akhlak mengacu pada nilai-nilai yang
baik dan mengakar dalam jiwa sehingga dapat tercermin dalam perilaku, sedangkan karakter
mencakup nilai-nilai yang khas-baik yang terpateri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku.

Dalam Islam, pendidikan karakter dianggap sebagai sasaran utama pendidikan. Beberapa hadits nabi
mengisyaratkan tentang keutamaan pendidikan akhlak, salah satunya adalah hadits yang menyatakan
bahwa "ajarilah anak-anakmu kebaikan, dan didiklah mereka". Konsep pendidikan dalam Islam
melihat bahwa manusia dilahirkan dengan membawa potensi lahiriah untuk berbuat baik terhadap
alam, berbuat kerusakan terhadap alam, dan potensi ketuhanan yang memiliki fungsi-fungsi non
fisik. Ketiga potensi tersebut kemudian diserahkan kembali perkembangannya kepada manusia.

Konsep pendidikan dalam Islam juga mencakup unsur pengetahuan, akhlak, dan akidah. Selain itu,
konsep pendidikan akhlak yang komprehensif dimana tuntutan hakiki dari kehidupan manusia yang
sebenarnya adalah keseimbangan hubungan antara manusia dengan tuhannya, hubungan manusia
dengan sesamanya serta hubungan manusia dengan lingkungan disekitarnya. Oleh karena itu,
pendidikan karakter dalam Islam meliputi unsur-unsur pengetahuan, akhlak, akidah, fisik, agama,
rasa sosial politik, ekonomi, keindahan, dan semangat jihad untuk membimbing seseorang dengan
memperhatikan segala potensi paedagogik yang dimilikinya melalui tahapan-tahapan yang sesuai.

1
Nasir S. 2020. PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN ISLAM: UNIVERSAL, KESEIMBANGAN,
KESEDERHANAAN, PERBEDAAN INDIVIDU, DAN DINAMIS ISTIQRA’ Vol 7 No 2 Maret 2020 : 146 - 158
Dalam Islam, pendidikan memiliki tujuan untuk membentuk akhlak atau karakter anak sebagai pilar
utama. Akhlak dianggap sebagai dasar bagi keseimbangan kehidupan manusia yang menjadi penentu
keberhasilan bagi potensi pedagogis yang lain. Prinsip akhlak terdiri dari empat hal, yaitu hikmah,
syajaah, iffah, dan 'adl. Hikmah adalah kemampuan untuk membedakan antara hal yang benar dan
yang salah. Syajaah atau kebenaran adalah kemampuan untuk melampiaskan atau menahan
potensialitas aspek emosional di bawah kendali akal. Iffah atau kesucian adalah kemampuan untuk
mengendalikan potensialitas selera atau keinginan di bawah kendali akal dan syariat. Sedangkan 'adl
atau keadilan adalah kemampuan untuk mengatur tingkat emosi dan keinginan sesuai dengan
kebutuhan hikmah disaat melepas atau melampiaskannya.

Prinsip akhlak tersebut menegaskan bahwa fitrah jiwa manusia terdiri dari potensi nafsu yang baik
dan potensi nafsu yang buruk. Namun, melalui pendidikan, manusia diharapkan dapat berlatih untuk
mampu mengontrol kecenderungan perbuatannya ke arah nafsu yang baik. Oleh karena itu, Islam
mengutamakan proses pendidikan sebagai agen pembentukan akhlak pada anak.

Dalam mewujudkan pembentukan akhlak pada anak, al-Ghazali menawarkan sebuah konsep
pendidikan yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah. Menurutnya, mendekatkan diri kepada
Allah merupakan tolak ukur kesempurnaan manusia, dan untuk menuju kesana ada jembatan yang
disebut ilmu pengetahuan. Ibn Miskawaih menambahkan bahwa tidak ada materi yang spesifik untuk
mengajarkan akhlak, tetapi materi dalam pendidikan akhlak dapat diimplementasikan ke dalam
banyak ilmu asalkan tujuannya adalah sebagai pengabdian kepada Tuhan.

Pendapat di atas menggambarkan bahwa akhlak merupakan pilar utama dari tujuan pendidikan
dalam Islam. Hal ini sejalan dengan latar belakang perlunya diterapkan pendidikan karakter di
sekolah untuk menciptakan bangsa yang besar, bermartabat, dan disegani oleh dunia. Oleh karena
itu, pembangunan karakter atau akhlak tersebut dapat dilakukan salah satunya melalui proses
pendidikan di sekolah dengan mengimplementasikan penanaman nilai-nilai akhlak dalam setiap
materi pelajaran. Dengan demikian, pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk meningkatkan
pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter yang baik dan bermartabat. 2

pembentukan karakter dalam pendidikan Islam dilakukan dengan mengutamakan akhlak atau
moralitas sebagai pilar utama dari tujuan pendidikan. Prinsip-prinsip akhlak tersebut meliputi
hikmah, syajaah (kebenaran), iffah (kesucian), dan 'adl (keadilan).

Dalam era modern yang semakin kompleks dan penuh dengan tantangan, prinsip-prinsip pendidikan
Islam yang mengedepankan pembentukan karakter dapat menjadi pedoman untuk membangun
spiritualitas dan moralitas individu. Konsep pendidikan yang bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah, seperti yang ditawarkan oleh al-Ghazali, dapat menjadi landasan untuk
mengembangkan keimanan dan kesalehan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu, prinsip-prinsip akhlak dalam pendidikan Islam juga dapat membantu individu untuk
mengendalikan nafsu dan emosi sehingga mampu mengambil keputusan yang bijaksana dan adil.
Dengan demikian, pendidikan Islam dapat menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah moral
dan spiritual yang dihadapi oleh individu dalam era modern.

"Pola Asuh Orang Tua"

"Pola Asuh Orang Tua" sangat penting dalam membentuk karakter anak di era modern ini. Orang tua
memiliki tanggung jawab yang besar dalam membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan nilai-nilai

2
Nur Ainiyah. Juni 2013. PEMBENTUKAN KARAKTER
MELALUI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Jurnal Al-Ulum. Volume. 13 Nomor 1, Juni 2013: Hal 25-38
kebajikan kepada anak-anak mereka. Anak-anak adalah amanah dari Allah Subhanahu Wa Taala yang
harus dirawat dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.

Sayangnya, masih banyak orang tua yang salah dalam memberikan pola asuh pada anak-anak
mereka. Beberapa orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kegiatan lain sehingga kurang
memberikan perhatian dan waktu yang cukup untuk anak-anak mereka. Hal ini dapat mengakibatkan
anak-anak merasa terabaikan dan kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tua.

Di sisi lain, ada juga orang tua yang terlalu protektif dan overprotective terhadap anak-anak mereka.
Mereka cenderung mengontrol setiap langkah anak dan tidak memberikan kesempatan pada anak
untuk belajar mandiri. Akibatnya, anak-anak menjadi kurang percaya diri dan tidak mampu
mengambil keputusan dengan baik di kemudian hari.

Pola asuh yang salah dapat mengakibatkan anak-anak tumbuh menjadi individu yang sulit diatur dan
tidak memahami nilai-nilai kebaikan. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami betul tugas dan
tanggung jawab mereka dalam membentuk karakter anak. Orang tua perlu memberikan perhatian
dan kasih sayang yang cukup, memberikan kesempatan pada anak untuk belajar mandiri, dan
mengajarkan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, anak-anak dapat
tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia, tangguh, dan memiliki karakter yang kuat.Tiga
metode penting dalam menyiapkan generasi masa depan.

Metode pertama adalah dengan selalu bersandar pada aturan-aturan agama, baik dalam Al-Qur'an
maupun Hadis Rasulullah. Hal ini menunjukkan bahwa agama dan nilai-nilai keagamaan harus
menjadi landasan utama dalam mendidik anak. Orang tua harus menanamkan nilai-nilai keagamaan
dan keimanan pada anak dengan sungguh-sungguh. Dua hal ini harus dijadikan pegangan utama
dalam mendidik anak agar menjadi anak yang berkualitas.

Metode kedua adalah dengan selalu bertutur kata baik dan ramah lembut. Kata-kata yang baik dan
penyemangat akan membantu anak membangun konsep diri yang kuat dan positif. Sebaliknya, kata-
kata buruk dan negatif hanya akan merusak kepribadian anak dan membuat konsep dirinya menjadi
rapuh. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan kata-kata motivasi kepada anaknya sebagai
penyemangat hidup untuk menjadi orang yang sukses dan mulia.

Metode ketiga adalah memberikan pendidikan yang seimbang dan holistik. Pendidikan seimbang
harus memadukan antara pendidikan jasmani dan rohani, serta pendidikan yang memadukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan iman dan takwa. Pendidikan jasmani harus dimulai dengan
membiasakan anak untuk menjaga kebersihan badan dan lingkungan, serta menjalankan pola hidup
dan pola makan yang baik. Kesehatan dan kebugaran tubuh juga harus ditekankan agar anak dapat
senantiasa dekat dengan Allah Subhanahu Wa Taala.
Pendidikan rohani juga harus diberikan dengan baik. Pendidikan rohani bertujuan untuk
mengantarkan anak mencapai kebahagiaan akhirat. Orang tua harus memberikan pendidikan yang
berpijak pada rukun iman dan rukun Islam. Jika pola asuh di rumah memadukan pendidikan jasmani
dan rohani secara konsisten, akan terbangun pendidikan akal, etos kerja, dan konsep diri yang kuat
dan positif. Selanjutnya, akan terbentuk kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual anak. Hal ini
akan menjadi harapan setiap orang tua dalam mendidik anak agar mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat.3

prinsip-prinsip pendidikan Islam dapat membentuk spiritualitas dan moralitas individu dalam era
modern. Tiga metode penting dalam menyiapkan generasi masa depan adalah bersandar pada
aturan-aturan agama, bertutur kata baik dan ramah lembut, serta memberikan pendidikan yang
seimbang yang menggabungkan pendidikan jasmani dan rohani. Dengan mengikuti prinsip-prinsip
ini, orang tua dapat membentuk karakter anak yang kuat dan memiliki kecerdasan intelektual,
emosional, dan spiritual yang seimbang. Hal ini akan membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat
serta membentuk moralitas dan spiritualitas individu yang kuat dalam era modern yang penuh
dengan tantangan dan godaan. Oleh karena itu, prinsip-prinsip pendidikan Islam sangat penting
untuk dijadikan pegangan dalam mendidik anak agar menjadi generasi penerus yang berkualitas.

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pendidikan Islam dapat
membentuk spiritualitas dan moralitas individu dalam era modern. Prinsip-prinsip ini meliputi:

(1) mengajarkan nilai-nilai ketuhanan,

(2) mengajarkan nilai-nilai moral dan etika,

(3) mengajarkan pendidikan seimbang yang memadukan pendidikan jasmani dan rohani,

serta pendidikan ilmu pengetahuan teknologi (Iptek) dengan iman dan takwa. Dalam menerapkan
prinsip-prinsip ini, orang tua harus senantiasa bersandar kepada Al-Qur'an dan Hadis Rasulullah,
serta membiasakan diri untuk mengajarkan kata-kata baik dan ramah lembut kepada anak-anak.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini secara konsisten, diharapkan dapat terbentuk kecerdasan
intelektual, emosional, dan spiritual pada anak, sehingga dapat mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pendidikan
Islam dalam pola asuh mereka untuk membentuk spiritualitas dan moralitas individu dalam era
modern.

3
FELIA MAIFANI. 2016 M / 1437 H. PERANAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER
ANAK SEJAK DINI DI DESA LAMPOH TAROM. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Diterbitkan.
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM-BANDA; ACEH

Anda mungkin juga menyukai