Anda di halaman 1dari 27

13

BAB II

LANDASAN TEORI

A. ROHIS
1. Pengertian ROHIS
Rohis adalah kepanjangan dari dua kata, yaitu Rohani dan Islam.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rohani yaitu yang bertalian atau
berkenaan dengan roh. Pengertian roh itu sendiri dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia berarti sesuatu unsur yang ada dalam jasad yang
diciptakan Tuhan sebagai penyebab adanya hidup (kehidupan), jika sudah
berpisah dari badan, berakhirlah kehidupan seseorang, atau makhluk hidup
yang tidak berjasad, tetapi berpikiran dan berperasaan (Departeman
Pendidikan Nasional, 2008: 117). Sedangkan dalam buku Ensiklopedi
Islam, roh berarti zat murni yang tinggi, hidup, dan hakikatnya berbeda
dengan tubuh (Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam).
Rohani adalah aspek manusia selain jasmani dan akal (logika).
Pengertian atau hakikat rohani masih sangat sukar untuk ditemukan, namun
banyak yang mengaitkan dengan kalbu. Kalbu disini, sekalipun tidak jelas
hakikatnya, namun gejalanya sangat jelas. Gejalanya itu dapat diwakilkan
dalam istilah rasa. Rincian rasa tersebut misalnya sedih, gelisah, rindu,
sabar, serakah, putus asa, cinta, iman dan lain sebagainya. kalbu yang
berkualitas tinggi itu adalah kalbu yang penuh berisi iman kepada Allah
SWT atau dengan ungkapan lain kalbu yang penuh dengan ketaqwaan
kepada Allah SWT. Kalbu yang penuh dengan iman mempunyai gejala-
gejala yang sangat banyak, misalnya ketika sholat dengan khusyu’ (Al-
Mu’min :1-2), bila mengingat Allah SWT kulit dan hatinya tenang (Az-
Zumar : 23), bila disebut nama Allah SWT bergetar hatinya (Al-Hajj : 34-
35).
14

Sedangkan kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu aslama, yuslimu,
Islaman, yang berarti menyerahkan diri, menyelamatkan diri, taat, patuh
dan tuduk (Zuhairini, 1995: 35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
Islam berarti agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW berpedoman
pada kitab suci Al-Qur’an yang diturunkan ke dunia melalui wahyu Allah
SWT (KBBI: 444). Sedangkan dalam Ensiklopedi Islam, kata Islam
memiliki beberapa arti yaitu (1) melepaskan diri dari segala penyakit lahir
dan bathin, (2) kedamaian dan keamanan, (3) ketaatan dan kepatuhan.
Sementara menurut (Mohammad Daud Ali, 2008:49) Islam adalah
ketundukan, ketaatan, kepatuhan, (kepada kehendak Allah). Berasal dari
kata Salama yang berarti sejahtera, tidak tercela, tidak bercacat. Dari akar
kata itu juga terbentuk kata-kata Salm, silm yang berarti kedamaian,
kepatuhan, penyerahan (diri). Agama Islam adalah agama yang
mentauhidkan Allah SWT dan mengakui kerasulan Nabi Muhammad SAW
sejak zaman Nabi Adam AS sampai pada hari akhir nanti. Islam juga
merupakan agama yang integral, yang mengatur hidup manusia serta
menjadi dasar akhlak mulia yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW
untuk seluruh umat manusia disetiap zaman.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Rohani
Islam menurut penulis adalah keadaan jiwa manusia yang dinaungi rasa
ketauhidan kepada Allah SWT dan rasulNya sehingga semua tingkah laku
dan perbuatannya terjaga atau tidak keluar dari ajaran agama Islam, dan
yang di dalamnya (Rohis) memiliki tingkah laku atau kebiasaan yang
berbasis ke-Islaman yang pada akhirnya mengantarkan seseorang menjadi
generasi yang berakhlak mulia.

2. Rohis Sebagai Ekstrakurikuler


Ekstrakurikuler adalah wahana pengembangan pribadi peserta didik
melalui berbagai aktivitas, baik yang terkait langsung maupun tidak
15

langsung dengan materi kurikulum, sebagai bagian tak terpisahkan dari


tujuan kelembagaan. Di samping itu, ekstrakurikuler merupakan kegiatan
yang bernilai tambah yang diberikan sebagai pendambping pelajaran yang
diberikan secara intrakurikuler, dan tidak hanya sebagai pelengkap suatu
proses kegiatan belajar mengajar, tetapi juga sebagai sarana agar siswa
memiliki nilai plus, selain pelajaran akademis yang bermanfaat bagi
kehidupan bermasyarakat. Dalam praktiknya, pelajaran ekstrakurikuler
seringkali menjadi ciri khas suatu sekolah. Hal ini dikarenakan dalam
menyediakan jenis kegiatannya disesuaikan dengan visi dan misi serta
kondisi sekolah, terutama sekali dengan sarana dan prasarana yang
tersedia, dengan demikian setiap sekolah akan mempunyai jenis kegiatan
ekstrakurikuler yang berbeda.
Tujuan adanya ekstrakurikuler adalah untuk menumbuhkembangkan
pribadi siswa yang sehat jasmani dan rohani, bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, memiliki kepedulian dan tanggungjawab terhadap
lingkungan social, budaya dan alam sekitarnya, serta menanmkan sikap
sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab melalui berbagai
kegiatan positif di bawah tanggungjawab sekolah. pembimbingan yang
bersifat ekstrakurikuler, antara lain diarahkan pada pembimbingan
kecakapan hidup yang meliputi kecakapan individual, kecakapan sosial,
kecakapan vokasional, kecakapan intelektual, dan pembimbingan
kepemudaan (Popi Sopiatin, 2010: 99).
(B. Suryo Subroto, 1997: 78) mengungkapkan bahwa ekstrakurikuler
adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan salah satu
bidang pelajaran yang diminati oleh sekelompok siswa, misalnya oleh raga,
kesenian, berbegai macam keterampilan dan kepramukaan deselenggarakan
di luar jam pelajaran. Kegiatan ekstrakurikuler bagi siswa diharapkan untuk
dapat menghasilkan hasil individual, sosial, civic, dan etis. Hasil individual
adalah hasil yang berhubungan dengan peningkatan pengetahuan dan
16

keterampilan, serta pengembangan potensi yang dimiliki siswa. Hasil sosial


adalah hasil yang berhubungan dengan hubungan sosial dan
kemasyarakatan untuk dapat hidup bersama dengan orang lain, sedangkan
hasil civic dan etis merupakan hasil yang berhubungan dengan adanya
persamaan hak dan kewajiban, tanpa adanya diskriminasi. Selain itu,
kegiatan ekstrakurikuler memberikan kesempatan kepada siswa untuk
dapat mengembangkan minat dan pelajar lebih banyak mengenai diri
mereka sendiri dan orang lain. Program kegiatan ekstrakurikuler sekolah
dipengaruhi oleh misi dan filosofi dan membutuhkan lingkungan belajar,
dimana siswa dapat berkembang, belajar dan mengekspresikan dirinya.
Rohis biasanya dikemas dalam bentuk ekstrakurikuler (ekskul).
Padahal fungsi Rohis yang sebenarnya adalah forum, mentoring, dakwah,
dan berbagi. Susunan dalam Rohis layaknya OSIS, di dalamnya terdapat
ketua, wakil, bendahara, sekretaris dan divisi-divisi yang bertugas pada
bagiannya masing-masing. Rohis merupakan suatu bentuk kegiatan
ekstrakurikuler sekolah yang dilakukan di luar jam pelajaran sekolah dalam
rangka pembentukan mental dan spiritual anak-anak didik yang merupakan
generasi muda agar memiliki akhlak dan kepribadian yang sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam sehingga kelak diharapkan mampu menjadi
pemimpin yang baik bagi dirinya, keluarganya, dan orang lain.
Dijadikannya Rohis sebagai ekstrakurikuler adalah supaya dapat
memberikan bantuan pengetahuan yang lebih meluas tentang agama karena
sangat minimnya jam pelajaran atau alokasi yang telah ditentukan
khususnya pada mata pelajaran PAI (Husnul Khotimah, 2010: 10).
Rohis merupakan sebuah lembaga organisasi siswa di bidang
keagamaan, yang menyelenggarakan sejumlah program kegiatan yang
bertujuan untuk menggali potensi-potensi keagamaan yang dimiliki siswa.
Rohis juga menjadi wadah atau sarana bagi siswa yang beragama Islam
untuk memperoleh pembinaan keagamaan secara lebih mendalam dalam
17

rangka menumbuh kembangkan bakat, kemampuan serta memperluas


pengetahuan tentang ajaran-ajaran agama Islam dan senantiasa
menanamkan, membudayakan, mengakrabkan serta mengaktualisasikan
nilai-nilai Islam untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan bagi para
pelajar.
Pada dasarya penyelenggaraan ekstrakurikuler di sekolah bertujuan
menggali dan memotivasi siswa-siswa pada bidang tertentu. Karena itu
aktivitas ekstrakurikuler harus disesuaikan dengan hobi dan kondisi siswa,
sehingga melalui kegiatan tersebut siswa dapat memperjelas identitas
dirinya. Kegiatan itupun harus ditujukkan untuk membangkitkan semangat
dinamika dan optimism siswa sehingga mereka mencitai sekolahnya dan
menyadari posisinya di tengah-tengah masyarakat. Hal lain yang dapat
tergali dari kegiatan tersebut adalah pemenuhan kebutuhan psikologis
siswa, baik itu kebutuhan akan penghargaan, permainan dan kegembiraan.
Boleh jadi, ide pengadaan kegiatan di luar proses belajar mengajar formal
itu tunbuh dari niat untuk mengistirahatkan siswa dari kelelahan berpikir
yang menuntut mereka berjuang bersungguh-sungguh agar berprestasi.

. (Nugroho W, 2003: 35) mengungkapkan bahwa ekstrakurikuler


ROHIS adalah wadah besar yang dimiliki oleh siswa untuk menjalankan
aktivitas dakwah di sekolah yang merupakan kegiatan ekstrakurikuler di
luar jam pelajaran dengan tujuan untuk menunjang dan membantu
memenuhi keberhasilan pembinaan intrakurikuler.

(Nahlawi, 1995:187) Sebagian pendidik barat memandang bahwa


kegiatan tambahan itu merupakan sarana langsung untuk proses belajar
mengajar sehingga mereka memasukannya dalam materi kurikulum yang
akan diajarkan. Biasanya kegiatan ekstrakurikuler disusun bersamaan
dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya,
kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran di sekolah dan kelulusan
18

siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstrakurikuler


tersebut.
Para ahli didik sepakat, bahwa salah satu tugas yang diemban oleh
pendidikan adalah mewariskan nilai-nilai luhur budaya kepada peserta
didik dalam upaya membentuk kepribadian yang intelek bertanggungjawab
melalui jalur pendidikan yang diproses secara formal, nilai-nilai luhur
agama akan menjadi bagian dari kepribadiannya. Upaya mewariskan nilai-
nilai ini sehingga menjadi miliknya disebut mentransformasikan nilai,
sedangkan upaya yang dilakukan untuk memasukkan nilai-nilai itu ke
dalam jiwanya sehingga menjadi miliknya disebut menginternaslisasikan
niali. Kedua upaya ini dalam pendidikan dilakukan secara bersama-sama
dan serempak, antara lain dengan jalan: pergaulan, memberikan suri
tauladan, mengajak dan mengamalkan. Hal inilah yang berusaha digunakan
oleh Rohis agar pendidikan di sekolah tidak hanya sebatas penyampaian
materi semata, melainkan dapat menanmkan nilai-nilai luhur ke dalam diri
pesereta didik itu sendiri.
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa Rohis dijadikan
salah satu ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, yang bertujuan untuk
menambah wawasan pengetahuan para siswa khususnya pada bidang
keagamaan karena mengingat sangat minimnya jam pelajaran atau alokasi
waktu yang telah ditentukan khususnya pada mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI).

3. Jenis Kegiatan Rohis


Rohis mempunyai tugas yang cukup serius yaitu sebagai lembaga
dakwah. Hal ini dapat dilihat dari adanya kegiatan-kegiatan yang tidak
hanya diikiuti oleh anggotanya saja melainkan semua jajaran yang ada di
sekolah. Dakwah secara kelembagaan yang dilakukan Rohis adalah
dakwah actual, yaitu terlibatnya Rohis secara langsung dengan objek
19

dakwah melalui kegiatan-kegiatan bersifat sosial keagamaan (Manfred


Oepen, 1987: 92)
Kegiatan kerohanian Islam pada dasarnya merupakan sebuah kegiatan
ekstrakurikuler yang bertujuan untuk menambah wawasan siswa tentang
pemahaman ilmu-ilmu agama Islam guna tercapainya tujuan pendidikan,
meningkatkan mutu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap,
memperluas cara berpikir siswa yang kesemuanya itu dapat berpengaruh
pada prestasi belajranya.
Ada beberapa kegiatan Rohis yang meliputi kegiatan harian,
mingguan, bulanan, tahunan, dan kegiatan hari-hari besar. Kegiatan-keiatan
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan Harian
Kegiatan harian dalam Rohis adalah melaksanakan sholat dhuha
setiap hari. Sebelum masuk jam pelajaran pertama para siswa
dipandu oleh Pembina Rohis untuk bersama-sama melaksanakan
sholat dhuha di mushola.
b. Kegiatan mingguan
1. Ceramah keagamaan
Adalah kegiatan yang dilaksanakan setiap satu minggu sekali.
Kegiatan ini selain dimaksudkan supaya para siswa
mendapatkan pengetahuan tentang agama semakin luas juga
diharapkan supaya para siswa mendapat siraman rohani
khususnya para siswa yang terbiasa dengan pergaulan yang
bebas sperti nongkrong di pinggir jalan, pacaran, berani sama
orang tua dan lain sebagainya. Kegiatan ini biasa dipandu oleh
guru PAI yang bertugas sebagai penceramah.
2. Grup Hadroh
Kegiatan ini selain memang karena lagi maraknya
tawuran di setiap daerah begitu juga disetiap lembaga, juga
20

dimaksudkan supaya siswa-siswa yang mengikuti kegiatan


Rohis semangatnya bertambah. Hadroh memang sedang
menjadi sebuah perbincangan di masyarakat, sekolah-sekolah,
pesantren dan lembaga lainnya, hampir semua pemuda ingin
merasakan pandai menggunakan alat-alat hadroh karena
kegiatan ini dapat menimbulkan semangat lebih-lebih bagi
mereka yang cinta sholawat.
3. Mentoring
Adalah kegiatan pemberian materi tentang keislaman
yang diberikan oleh para guru PAI. Biasanya materi-materi
yang diberikan adalah tentang hal-hal yang berkaitan dengan
ibadah, akidah, akhlak, dan sebagainya.
4. Mengumpulkan Infaq
Kegiatan ini rutin dilakukan untuk menggalang dana
setiap hari jumat, infaq inipun tidak hanya diperuntukkan bagi
anggota Rohis saja tetapi juga bagi seluruh siswa.
5. Belajar Membaca Al-Qur’an
Kegiatan ini biasa diadakan setiap hari rabu dan jum’at
yang dipandu oleh guru PAI yang terjadwal sebagai petugas.
6. Pelatihan Metode Dakwah
Kegiatan ini dilaksanakan supaya siswa mampu
berkiprah di masyarakat kelak dalam menghidupkan agama
dengan semangat dakwahnya dan berbagai macam metode
yang diajarkan dalam kegiatan Rohis tersebut. Bahwasannya
ditegaskan cara berdakwah itu dengan cara dan jalan yang baik,
sebagaimana firman Allah SWT dalam Qs. An-Nahl ayat 125:
21

        

             

  


“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.
(Hikmah ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat
membedakan antara yang hak dengan yang bathil. (Departemen
Agama RI, 2005: 281)
c. Kagiatan Bulanan
1. BBM (Bersih-bersih Mushola)
Adalah kegiatan membersihkan mushola sebagai sarana ibadah
dan sebagai tempat dilaksanakannya kegiatan Rohis.
2. Bakti Sosial
Adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh ekskul Rohis dalam
upaya menyantuni anak-anak yatim yang ada di yayasan.
3. Lomba antar Sekolah
Kegiatan ini merupakan ajang adu bakat yang dilaksanakan
antar sekolah.
d. Kegiatan Tahunan
1. LDKR
Adalah kegiatan latihan dasar kepemimpinan Rohis yang
diadakan dalam rangka membentuk kader-kader kepemimpinan
dan kepengurusan Rohis.
22

2. LPJ (Laporan Pertanggungjawaban)


Adalah kegiatan akhir kepengurusan Rohis dalam satu kali
masa jabatan.
3. SANLAT
Adalah kegiatan pesantren kilat yang diadakan setiap bulan
Ramadhan.
4. Pengumpulan Zakat Fitrah
5. PHBI (Perayaan Hari Besar Islam)
Yaitu kegiatan hari-hari besar Islam seperti Isra’ Mi’raj, Idul
Adha, dan Lain sebagainya.
Karena pertemuan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang dilaksanakan di dalam kelas belum cukup maksimal, maka kegiatan
Rohis sangat dibutuhkan dalam rangka membina kataqwaan dan
kepribadian siswa dalam mengetahui dan mengamalkan ajaran-ajaran
agama Islam (Wawancara Pribadi dengan Pembina Rohis SMA Negeri 1
Banjarharjo, Ibu Khusnul Khotimah pada tanggal 07 maret 2017).
Dari uraian di atas, mengenai jenis- jenis kegiatan Rohis dapat
penulis simpulkan melalui garis besarnya yaitu: Kegiatan harian yang
berupa sholat dhuha bersama. Kegiatan mingguan, yang meliputi: ceramah
keagamaan, group hadroh, mentoring materi PAI, menggumpulkan Infaq,
pelatihan membaca Al-Qur’an dan pelatihan metode Dakwah. Kegiatan
bulanan, yang meliputi: Bersih-bersih Musholah, bakti sosial dan lomba
antar sekolah. kegiatan tahunan, yang meliputi: LDKR (Latihan Dasar
Kepemimpinan Rohis), LPJ (Laporan Pertanggungjawaban), SANLAT
(Santri Kilat), pengumpulan zakat fitrah dan PHBI (perayaan Hari Besar
Islam).
23

4. Fungsi dan Tujuan Kegiatan Rohis


Pada dasarnya penyelenggaraan ekstrakurikuler dalam dunia
persekolahan ditujukkan untuk menggali dan memotivai siswa dalam
bidang tertentu. Karena itu, aktivitas ekstrakurikuler itu harus disesuaikan
dengan hobi serta kondisi siswa sehingga melalui kegiatan tersebut, siswa
dapat memperjelas identitas diri. Kegiatan itupun harus ditujukkan untuk
membangkitkan semangat, dinamika dan optimisme siswa sehingga
mereka mencintai sekolahnya dan menyadari posisinya di tengah-tengah
masyarakat. Hal lain yang dapat tergali dari kegiatan tersebut adalah
pemenuhan kebutuhan psikologis siswa, baik itu kebutuhan akan
penghargaan, permainan, dan kegembiraan (Nahlawi, 1995: 75).
Fungsi dan tujuan suatu kegiatan termasuk kegiatan Rohis, ditujukkan
untuk membentengi kegiatan tersebut agar dapat bermanfaat dan
mempunyai efek bagi siapapun yang mengikutinya dan agar kegiatan itu
jelas tujuannya akan dibawa atau diarahkan kemana.
Kegiatan Rohis berfungsi untuk mempererat tali silaturrahmi sesama
siswa dan sebagai wadah untuk memperdalam ajaran-ajaran Islam, agar
dapat menjadi siswa yang berakhlak mulia dan berguna bagi agama, nusa,
dan bangsa. Mengingat masa remaja adalah masa transisi yang penuh
dengan gejolak, maka dari itu diperlukan satu wadah yang dapat membina
mental spiritual siswa agar tidak mmudah goyah dan terjerumus pada hal-
hal yang negative. Disinilah fungsi Rohis sebagai implikasi dari pendidikan
agama Islam yang diajarkan di dalam kelas secara terbatas.
Sedangkan tujuan Rohis adalah meningkatkan kesadaran dan
ketaqwaan kepada Allah SWT, memperbaiki akhlak dan budi pekerti yang
luhur, memahami hakikat hukum Islam dan memupuk rasa persatuan dan
kesatuan sesame muslim serta menumbuhkan kader-kader (pemimpin
Islam) agar mampu terjun dalam pembangunan bangsa dan negara dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
24

Sementara tujuan dibentuk dan dilaksanakannya kegiatan Rohis di


SMA Negeri 1 Banjarharjo Kabupaten Brebes adalah untuk meminimalisir
terjadinya penyimpangan-penyimpangan yang kerap terjadi pada generasi
muda dan menciptakan generasi muda yang berakhlakul karimah yang
berpegag teguh pada Al-Qur’an dan Hadist.
Tujuan Rohis dibagi menjadi dua:
a. Tujuan Umum
Membantu Siswa dalam menuntaskan pembelajaran secara
menyeluruh serta mempunyai kecakapan hidup berbasis Iman dan
taqwa (Imtaq).
b. Tujuan Khusus
Dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, mempunyai
semangat dalam melaksanakan ibadah, berakhlak mulia, mengetahui
dasar-dasar dalam berdakwah, mengetahui dasar-dasar pembinaan
remaja masjid, mengetahui dasar-dasar manajemen Masjid, menguasai
method pembelajaran IQRO’, mengetahui manajemen pendidikan dan
pengelolaan pengajian anak-anak (Wawancara Pribadi dengan
Pembina Rohis, Khusnul pada tanggal 07 maret 2017).
Fungsi dan tujuan Rohis yang telah diuraikan di atas, dapat
penulis simpulkan bahwa fungsi Rohis yaitu untuk mempererat tali
silaturrahmi sesama siswa dan sebagai wadah untuk memperdalam ajaran-
ajaran Islam, agar dapat menjadi siswa yang berakhlak mulia dan berguna
bagi agama, nusa, dan bangsa. Sedangkan tujuan Rohis meliputi tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum yaitu Membantu Siswa dalam
menuntaskan pembelajaran secara menyeluruh serta mempunyai kecakapan
hidup berbasis Iman dan taqwa (Imtaq). Tujuan khusus yaitu siswa dapat
membaca Al-Qur’an dengan baik, berakhlak mulia serta mampu
menghidupkan agama khususnya di masyarakat setempat umumnya untuk
seluruh ummat.
25

5. Ruang Lingkup Rohis


Rohis umumnya memiliki kegiatan yang terpisah antara anggota pria
(ikhwan) dan wanita (akhwat). Tapi tidak selalu. Hal ini dikarenakan
perbedaan mahram diantara anggota ikhwan dan akhwat tersebut. Apabila
kajian di tempat terbuka, seperti masjid, aula dan lapangan, maka kegiatan
bisa digabung antara pria dan wanita dengan catatan harus ada
pembatasnya. Kebersamaan dapat juga terjalin antara anggota dengan rapat
kegiatan serta kegiatan-kegiatan di luar ruangan.
Ruang lingkup yang ada dalam Rohis mencakup kegiatan yang
berkaitan dengan keagamaan. Seperti monitoring materi keagamaan yang
di dalamnya membahas tentang tauhid atau keimanan, tentang Sejarah
Kebudayaan dan Peradaban Islam, tentang fiqih dan materi yang terkait
lainnya. Selain itu juga ada pelatihan metode dakwah, ada juga kegiatan
ceramah keagamaan, baca tulis Al-Qur’an. Selain itu juga diadakan setiap
harinya melaksanakan sholat dhuha seecara berjamaah dimaksudkan
supaya para siswa terbiasa melaksanakan ibadah-ibadah sunah yang
dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Organisasi ini diperuntukkan bagi semua siswa yang tertarik dengan
kegiatan keagamaan yang sebelumnya telah mendaftar dan berkomitmen
membina diri. Di dalamnya para anggota dibina baik dalam ranah
pemikiran keagamaan, akhlakul karimah, keibadahan dan kewanitaan
(akhwat). Adapun struktur dalam Roshis sebagaimana OSIS, yang terdiri
dari Pembina Rohis, ketua, sekretaris, bendahara dan devisi-devisi atau
bidang-bidang lainnya. Seperti yang bertanggungjawab dalam bidang
pendidikan dan pengajaran, bidang dakwah dan pengkajian Islam dan
bidang memonitoring (Wawancara Pribadi dengan Bpk. A. Damanhuri
Wakil Pembina Rohis SMA Negeri 1 Banjarharjo Brebes dilaksanakan
pada tanggal 09 Maret 2007).
26

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa ruang lingkup yang ada dalam
Rohis mencakup kegiatan yang berkaitan dengan keagamaan. Salah
satunya yaitu monitoring materi keagamaan yang di dalamnya membahas
tentang ketauhidan atau keimanan, dan materi- materi yang berkaitan
dengan mata pelajaran PAI.

B. PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar berasal dari dua suku kata, yaitu “prestasi dan
“belajar”. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud
dengan prestasi adalah : Hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan,
dikerjakan, dan sebagainya (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 101).
Tentang apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
belajar mengajar ada yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar
(Tohirin, 2005: 140). Sedangkan menurut (Nana Sudjana dan Sumariah
1991:37) prestasi adalah keberhasilan murid dalam mempelajari materi
pelajaran yang dinyatakan dengan angka yang diperoleh siswa dari hasil tes
dari materi-materi tertentu.
Dalam prespektif psikologis, belajar merupakan suatu proses
perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Tohirin,
2005: 59).
(Ngalim Purwanto, 2003: 85) mengemukakan bahwa belajar adalah
“tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut
baerbagai aspek kepribadian, baik fisik, maupun psikis, seperti: perubahan
dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan,
kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
Menurut Sadirman menyatakan bahwa belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan
27

seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain


sebagainya.
Secara umum dapat dipahami bahwa belajar merupakan tahapan
perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai
hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan
proses kognitif (Muhibbin Syah, 2013: 90)
Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh diatas, maka
penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri yang disebabkan oleh
pengalaman.
Sementara itu, pengertian prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI): “penguasaan, pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes
atau angka nilai yang diberikan oleh guru (KBBI, 2008: 110)

Menurut Sukmadinata (2003: 101), “Prestasi Belajar adalah


realisasi atau pemekaran dari kecakapa-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang”.

Menurut (Zakiah Derajad, 2004: 138) bahwa kegiatan peserta didik


yang meliputi aktivitas jasmani dan aktivitas jiwa, antara lain:

a. Visual activities seperti membaca, memperhatikan gambar,


demonstrasi, percobaan dan sebaganya.
b. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya,
memberi saran, mengeluarkan pendapat, interview, diskusi dan
sebagainya.
c. Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan,
diskusi music, pidato, ceramah dan sebagainya.
28

d. Writing activities seperti, menulis cerita, karangan laporan, angket,


menyalin, dan sebagainya.
e. Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat kontruksi,
model referensi, bermain, berkebun, memelihara binatang dan
sebagainya.
f. Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta dan
sebagainya.
g. Mental acivities seperti menagkap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisa, mengambil keputusan dan sebagainya.
h. Emosional activities seperti menaruh minat, gembira, beranai,
tenang, gugup, kagum dan sebagainya.
Siswa melakukan aktivitas tersebut untuk mencapai prestasi belajarnya
dengan baik. Namun demikian, baik atau buruknya prestasi belajar yang
dicapai oleh siswa tidak saja ditentukan oleh aktivitas-aktivitas siswa itu
sendiri, melainkan juga ditentukan oleh aktivitas guru dalam mengajar.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan diatas, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang
telah dicapai oleh seorang siswa setelah melakukan kegiatan belajar
tertentu yang ditunjukkan dengan tes yang diberikan oleh guru setelah
mengikuti tes-tes tertentu tentang apa yang telah dipelajari.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar


Secara garis beras faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
terdiri dari dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor
intern yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti keadaan
jasmani, psikologis, intelektual (kecerdasan), minat dan motivasi.
Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa, seperti
keluarga, sekolah, masyarakat, sarana dan fasilitas belajar. Kedua faktor ini
29

tidak dapat dipisahkan karena satu dengan yang lainnya adalah saling
berkaitan dan dapat mempengaruhi hasil belajar siswa (Slameto, 2003: 54).
Sedangkan menurut (Muhibbin Syah 2013: 130-136) faktor-faktor
yang dapat mempengauhi prestasi belajar siswa dibedakan menjadi tiga
bagian yaitu:
A. Faktor Internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan dan
kondisi jasmani siswa, meliputi dua aspek yakni:
1. Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-
sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah
dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga
materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas.
2. Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat
mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran
siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada
umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut:
a. Tingkat Kecerdasan atau Intelegensi Siswa
Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai
kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau
menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang
tepat. Jadi, intelegensi sebenarnya bukan persoalan otak
saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.
Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungan dengan intelegensi manusia lebih menonjol dari
pada peran-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak
30

merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktifitas


manusia.
b. Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara
yang relative tetap terhadap objek, orang, barang, dan
sebagainya, baik secara positif maupun negative.
c. Bakat Siswa
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
Dengan demikian, sebetulnya setiap orang memiliki bakat
dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Jadi secara global bakat sama dengan intelegensi. Itulah
sebabnya seorang anak yang berintelegensi sangat cerdas
(superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut
juga sebagai gifted, yakni anak berbakat.
d. Minat Siswa
Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan
dan kegairahan yang tinggi seseorang terhadap sesuatu.
e. Motivasi
Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal
organisme yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
motivasi intrinsic dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah
hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar.
Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang
31

datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya


untuk melakukan kegiatan belajar.
B. Faktor Eksternal (faktor dari luar diri siswa), terdiri dari faktor
lingkungan dan faktor instrumental sebagai berikut:
1. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sekolah sperti para guru, para tenaga
kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-
teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang
siswa. Selanjutnya yang menjadi lingkungan sosial siswa
adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan
di sekitar perkampungan siswa tersebut.
2. Lingkungan Non sosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah
gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu
belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.
C. Faktor Pendekatan Belajar
Selain faktor internal dan eksternal, faktor pendekatan belajar
juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran.
Seorang siswa yang trbiasa mengaplikasikan pendekatan
pembelajaran deep misalnya, mungkin sekali berpeluang untuk
meraiih prestasi belajar yang bermutu daripada siswa yang
menggunakan pendekatan belajar surface atau reproduktif.
Faktor-faktor tersebut saling mendukung dan mempengaruhi.
Misalnya, seorang siswa yang memiliki kemampuan intelegensi
yang tinggi namun tidak didukung dengan lingkungan yang baik
serta sarana dan prasarana sekolah yang kurang baik, bisa jadi
dapat membuat siswa enggan untuk mengikuti pelajarn. Oleh
32

karena itu setiap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi harus


diperhatikan. Agar dapat meningkatkan siswa-siswa yang
berprestasi tinggi dan meminimalkan siswa-siswa yang berprestasi
rendah atau gagal sama sekali.
Ngalim Purwanto, 1990: 104-105, mengatakan bahwa faktor
guru dan cara mengajarnya merupakan faktor yang paling
penting, bagaimana sikap dan kepribadian guru, tinggi
rendahnya pengetahuan yang dimiliki guru, dan bagaimana
cara guru itu mengejarkan pengetahuan kepada anak-anak
didiknya, turut menentukan bagaiman hasil belajar yang dapat
dicapai anak.

Dari uraian tersebut mengenai faktor- faktor yang


mempengaruhi prestasi belajar, dapat penulis simpulkan bahwa faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar meliputi tiga bagian
yakni faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.

3. Jenis-jenis Prestasi Belajar


a. Prestasi Bidang Kognitif
1. Prestasi belajar Pengetahuan Hafalan (Knowledge)
Cakupan dalam pengetahuan hafalan termasuk pengetahuan
yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan mengenai hal-hal
yang perlu diingat kembali seperti batasan, peristilahan, kode-kode
tertentu, pasal hukum, ayat-ayat Al Quran atau Hadits, rumus, rukun
shalat, niat, dan lain-lain. Peninjauan sudut respon belajar siswa
pengetahuan itu perlu dihafal dan diingat agar dapat dikuasai dengan
baik. Dalam hal ini pakar Psikologi Pendidikan R. Ibrahim dan Nana
Syaoudih, menjelaskan bahwa belajar menghafal merupakan
kegiatan belajar yang menekankan penguasaan pengetahuan atau fakta
tanpa memberi arti terhadap pengetahuan atau fakta tersebut.
33

2. Prestasi Belajar Pemahaman (Comprehension)


Pemahaman memerlukan kemampuan dari peserta didik untuk
menangkap makna atau arti sebuah konsep atau belajar yang segala
sesuatunya dipelajari dari makna. Makna atau arti tergantung pada kata
yang menjadi simbul dari pengalaman yang pertama. Simbul-simbul
yang mempunyai arti umum berguna bagi belajar, karena memberi
simbol dan ekspresi hubungan dalam pengalaman dan menjadi jalan
keluarnya ide.
3. Prestasi Belajar Penerapan
Prestasi belajar penerapan belajar analisis yaitu kesanggupan
menerapkan dan mengabtraksi suatu konsep, ide, rumus, hukum, dan
situasi yang baru.
4. Prestasi Belajar Analisis
Hasil belajar analisis yaitu kesanggupan memecahkan atau
menguraikan suatu intregritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-
unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti serta mempunyai
tingkatan atau hirarki.
5. Prestasi Belajar Sintesis
Hasil belajar sintesis yaitu kesanggupan menyatakan unsur atau
bagian menjadi satu interitas (lawan dari analisis).
6. Prestasi Belajar Evaluasi
Prestasi belajar evaluasi yaitu kesanggupan memberikan keputusan
tentang nilai sesuatu berdasarkan judment yang dimilikinya dan
kriteria yang dipakainya. (Mustaqim dan Abdul Wahib, 1991: 87-
88).
Mengenai bentuk pemahaman peserta didik menurut (R.
Ibrahim dan Nana Syaodih S, 1995: 39) ada tiga macam bentuk yang
berlaku secara umum yaitu :
34

a. Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna


yang terkandung di dalam materi.
b. Pemahaman penafsiran, misalnya memahami grafik, simbul,
menggabungkan dua konsep yang berbeda yakni membedakan
pokok dan yang bukan pokok.
c. Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan peserta didik
untuk melihat dibalik yang tertulis/implisit, meramalkan
sesuatu atau memperluas wawasan.
Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa prestasi
bidang kognitif meliputi enam aspek, yaitu: pengetahuan hafalan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
b. Prestasi Belajar Bidang Afektif
(Muhibbin Syah, 2006:138) mengatakan prestasi belajar afektif
berhubungan dengan sikap dan nilai. Prestasi belajar bidang afektif pada
Pendidikan Agama Islam antara lain berupa kesadaran beragama yang
mantap. Tingkatan prestasi belajar bidang afektif sebagai berikut :
a. Reciving/attending, yakni kepekaan dalam menerima rangsangan
(stimulus) dari luar yang datang pada siswa baik dalam bentuk masalah
situasi atau gejala.
b. Responding atau jawaban, yakni reaksi dari perasaan kepuasan dalam
menjawab rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada dirinya.
c. Valuing (penilaian), yakni prestasi belajar berkenaan dengan nilai dan
kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi.
d. Orgnisasi, yakni pengembangan nilai ke dalam satu sistem nilai lain
dan kemantapan dan prioritas nilai yang telah dimilikinya.
Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari
semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah lakunya.
35

Jadi, dapat penulis simpulkan bahwa prestasi bidang afektif meliputi


reciving, responding, valuing dan organisasi.
c. Prestasi Belajar Bidang Psikomotor
Menurut (Mustaqim dan Abdul Wahib, 1997: 91-92) Prestasi atau
kecakapan belajar psikomotor adalah segala amal atau perbuatan jasmaniah
yang kongkrit dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
karena sifatnya yang terbuka, sehingga merupakan manifestasi wawasan
pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya. Prestasi belajar bidang
psikomotor pada Pendidikan Agama Islam antara lain kemampuan
melaksanakan shalat, berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain. Prestasi
belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill),
kemampuan bertindak individu (seseorang). Prestasi belajar bidang
motorik ini terbagi dalam enam tingkatan, yaitu :
a. Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan-gerakan yang tidak sadar
atau tanpa dikendalikan)
b. Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar
c. Keterampilan perseptual, termasuk di dalamnya membendakan visual,
membedakan auditif motorik dan lain-lain.
d. Kemampuan bidang pisik, misalnya kekuatan keharmonisan dan
ketetapan gerakan atau gerakan yang luwes.
e. Gerakan-gerakan skill, mulai dari keterampilan sederhana sampai pada
kemampuan keterampilan yang kompleks.
f. Kemampuan yang berkenaan dengan non decorsive kemunikasi seperti
gerakan ekspresif interprestatif.

Prestasi belajar psikomotorik ini lebih menunjukkan kredebilitas


keberhasilan tujuan belajar, mengingat ruang lingkup dasar Pendidikan
Agama Islam lebih menekankan keahlian gerakan/penerapan khususnya
36

dalam interaksi dengan Tuhan Yang Maha Esa, manusia, dan alam
sekitarnya.

Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam apabila dikaitkan dengan


belajar merupakan satu rangkaian tujuan akhir dari belajar Pendidikan
Agama Islam. Oleh karena itu prestasi belajar Pendidikan Agama Islam
bergantung pada proses belajar itu sendiri. Bila proses belajar baik, maka
hasil yang dicapai atau prestasi belajarnya baik, tetapi bila proses
belajarnya buruk dengan sendirinya prestasi belajarnya kurang baik. Untuk
itu dalam proses belajar belajar itu diperlukan perhatian khusus, baik dari
siswa, alat, metode, media pembelajaran, serta profesionalisme pendidik
(guru).

Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang profesional


mengetahui diperlukan suatu periode atau waktu untuk memahami konsep
yang telah diajarkan kepada anak agar diperoleh tujuan atau hasil belajar
Pendidikan Agama Islam. Oleh karena itu, dalam merancang kegiatan
pembelajaran, guru harus menyadari keberadaan anak dalam tahapan
belajar Pendidikan Agama Islam.

Menurut Mulyono Abdurrahman, 2000: 76) ada empat tahapan


prestasi belajar yang perlu diperhatikan oleh guru, yaitu :

a. Perolehan
Pada tahap ini anak telah terbuka terhadap pengetahuan baru tetapi
belum secara penuh memahaminya. Anak masih memerlukan banyak
dorongan dan pengaruh dari guru atau orang tua untuk menggunakan
pengetahuan tersebut. Contoh, kepada anak diperlihatkan pengetahuan
tentang shalat dan konsepnya dijelaskan sehingga anak mulai
memahaminya.
37

b. Kecakapan
Pada tahap ini anak mulai memahami pengetahuan atau keterampilan
tetapi masih memerlukan banyak latihan. Contoh, setelah anak
memahami konsep dan pengetahuan tentang shalat, anak diberi banyak
latihan dalam bentuk menghafal bacaan atau gerakan shalat, dan diberi
macam-macam ulangan penguatan.
c. Pemeliharaan
Pada tahap ini anak dapat memelihara dan mempertahankan suatu
kenerja taraf tingkat tinggi setelah pembelajaran langsung dan ulangan
penguatan (reinforcement) dihilangkan. Contoh, anak dapat
mengerjakan shalat secara cepat dan berurutan tanpa memerlukan
pengarahan dan ulangan penguatan dari guru atau orang tua.
d. Generalisasi
Pada tahap ini anak telah memiliki atau menginternalisasikan
pengetahuan yang dipelajarinya sehingga anak dapat menerapkan ke
dalam berbagai situasi. Contoh, anak dapat mengerjakan berbagai
macam shalat sesuai waktu dan kegunaannya, seperti shalat subuh di
pagi hari, shalat dhuhur di siang hari, shalat hajat untuk terkabulnya
doa, menghormati kepada orang yang lebih tua, mengasihi kepada yang
lebih muda, dan lain-lain.

Berbagai harapan dan rancangan pembelajaran yang berbeda


diperlukan untuk tiap tahapan belajar anak. Jika guru atau orang tua
sebagai pendidik menyadari tahapan belajar guna mencapai prestasi belajar
yang diinginkan secara maksimal, guru atau orang tua dapat menyediakan
pembelajaran yang tepat untuk membantu anak bergerak dari satu tahapan
prestasi ke tahapan prestasi berikutnya.
38

Jadi, dapat penulis simpulkan prestasi atau kecakapan belajar


psikomotor adalah segala amal atau perbuatan jasmaniah yang kongkrit dan
mudah diamati, diantaranya yaitu: kemampuan melaksanakan shalat,
berwudhu, akhlak/perilaku, dan lain-lain.

C. Pengaruh Kegiatan Rohis terhadap Prestasi Belajar


Untuk mendapatkan prestasi belajar yang bagus siswa harus
mempunyai wawasan yang luas. Salah satu cara untuk mendapatkan
wawasan yang luas bagi siswa adalah dengan cara mengikuti berbagai
kegiatan yang diadakan di sekolah. salah satu kegiatan yang dilakukan di
sekolah adalah kegiatan Rohis. Kegiatan Rohis yang dilakukan di sekolah
mempunyai pengaruh yang besar terhadap prestasi belajar siswa.
Sebagaimana yang dikatakan oleh (Syamsul Yusuf, 2004: 35) bahwa Rohis
adalah suatu kegiatan bimbingan, arahan yang dilakukan oleh guru
Pendidikan Agama Islam dalam rangka menambah wawasan pengetahuan
agama siswa, untuk mencapai tujuan pendidikan, meningkatkan mutu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, memperluas cara berpikir
siswa, yang kesemuanya itu dapat berpengaruh pada prestasi belajarnya.
Siswa yang aktif dalam kegiatan Rohis akan senantiasa mempunyai
pengetahuan dan wawasan yang luas. Siswa yang mempunyai wawasan
luas bisa menjawab pertanyaan apapun yang diajukan kepada mereka,
karena dengan begitu akan membuat cara berpikirnya semakin luas.
Dengan wawasan dan pengetahuan luas yang dimilikinya itu, maka akan
berpengaruh kepada prestasi mereka di sekolah.
Kegiatan Rohani Islam yang dilaksanakan di luar jam pelajaran ini
bertujuan untuk menambah wawasan siswa tentang keislaman sekaligus
membentuk generasi yang berakhlakul karimah serta dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
sebagai penunjang dari tujuan dari Pendidikan formal itu sendiri. Dalam
39

pelaksananannya siswa diberikan materi yang ada kaitannya dengan materi


yang dibahas dalam kelas dan akan dibimbing langsung guru Pendidikan
Agama Islam. Adapun materi yang disampaikan dalam kegiatan Rohani
Islam adalah materi- materi yang berkaitan dengan materi pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) diantaranya adalah: Memehami
macam-macam sholat wajib dan sunah, Menghindari sifat Hasad,
Suudzhan, khianat dan takabbur, Keadaan Masyarakat Mekkah sebelum
dan sesudah datangnya Islam (Wawancara pribadi Pembina Rohis SMA
Negeri Banjarharjo, Ibu Hunsul pada tanggal 07 Maret 2017)
Jadi, jelaslah di sini bahwa kegiatan Rohis yang diikuti oleh siswa
akan sangat berpengaruh kepada prestasi belajarnya di sekolah. Semakin
banyak siswa mengikuti kegiatan Rohis dan berusaha memahai ketika ada
kajian-kajian tentang keagamaan khususnya yang berkaitan dengan mata
pelajaran PAI, maka semakin tinggi pula prestasi belajar siswa tersebut.

Anda mungkin juga menyukai