LAPORAN PRAKTIKUM
KARAKTERISTIK BAHAN HASIL PERTANIAN
(Retensi Air dan Equilibrium Moisture Content (EMC))
Oleh:
Nama : Sarah Fitri Soerya
NPM : 240110160095
Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 18 Oktober 2017
Waktu/Shift : 07.30 WIB/ B2
Asisten : 1. Connie Shintia Ayu Sidabutar
2. Lisa Oktavia Br Napitupulu
3. Zahrah Eza Arpima
4. Zulfa Irbah Zain
4.2 Perhitungan
Perhtiungan Data Kelompok 1
M b−M c
a. Kadar Air (Wb) = x 100%
M b−M a
9,4057−9,088
= x 100%
9,4057−4,3688
= 6,2195 %
M b−M c
b. Kadar Air (DB) = x 100%
M c −M a
9,4057−9,0888
= x 100%
9,0888−4,3688
= 6,7139 %
Perhtiungan Data Kelompok 2
M b−M c
a. Kadar Air (Wb) = x 100%
M b−M a
9,9744−9,6102
= x 100%
9,9744−4,9650
= 7,27 %
M b−M c
b. Kadar Air (DB) = x 100%
M c −M a
9,9744−9,6102
= x 100%
9,6102−4,9650
= 7,84 %
Perhtiungan Data Kelompok 3
M b−M c
a. Kadar Air (Wb) = x 100%
M b−M a
9,3908−9,0849
= x 100%
9,3908−4,3107
= 6,02 %
M b−M c
b. Kadar Air (DB) = x 100%
M c −M a
9,3908−9,0849
= x 100%
9,0849−4,3107
= 6,41 %
Perhtiungan Data Kelompok 4
M b−M c
a. Kadar Air (Wb) = x 100%
M b−M a
10,4943−10,1817
= x 100%
10,4943−5,4915
= 6,2497 %
M b−M c
b. Kadar Air (DB) = x 100%
M c −M a
10,4943−10,1817
= x 100%
10,1817−5,4925
= 6,663 %
Perhtiungan Data Kelompok 5
M b−M c
a. Kadar Air (Wb) = x 100%
M b−M a
9,2931−8,9768
= x 100%
9,2931−4,2875
= 6,3189 %
M b−M c
b. Kadar Air (DB) = x 100%
M c −M a
9,2931−8,9768
= x 100%
8,9768−4,2875
= 6,7581 %
3.4 Grafik
9
8.9
f(x) = − 0.03 x + 9
8.8 R² = 0.96
8.7
Kadar Air %
8.6
8.5
8.4
8.3
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
10
8
Kadar Air %
0
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
11
Kadar Air %
10.8
10.6
10.4
10.2
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
11.4
11.38
f(x) = − 0.01 x + 11.4
11.36 R² = 0.57
Kadar Air %
11.34
11.32
11.3
11.28
11.26
11.24
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
14.15
14.1
Kadar Air %
14.05
14
13.95
13.9
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
14.3
14.25
f(x) = − 0 x + 14.25
14.2 R² = 0.11
Kadar Air %
14.15
14.1
14.05
14
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
13
12.5
f(x) = 0 x + 12.4
R² = 0
12
Kadar Air %
11.5
11
10.5
10
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
13
Kadar Air %
12.5
12
11.5
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
,
Gambar 8. Grafik Waktu Terhadap Peningkatan Kadar Air Kelompok 4
11.25
11.2
11.05
11
10.95
10.9
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
11.2
f(x) = − 0.02 x + 11.3
R² = 0.7
11.1
11
Kadar Air %
10.9
10.8
10.7
10.6
4 6 8 10 12 14 16 18 20 22
Waktu
Pada praktikum kali ini membahas mengenai retensi air dan equilibrium
moisture content (EMC) pada bahan hasil pertanian. Percobaan dilakukan dengan
2 cara yaitu dengan metode pengeringan dan pendinginan. Dengan kedua proses
tersebut kadar air dapat diturunkan atau dinaikan. Pada proses pengeringan
dengan cara dioven kadar air dapat diturunkan. Penurunan kadar air merupakan
proses mengurangi nilai kadar air yang terdapat pada suatu bahan hasil pertanian.
Sedangkan pada proses pendinginan dengan cara bahan hasil pertanian dimasukan
ke kulkas/ refrigerator kadar air dapat bertambah. Peningkatan kadar air
merupakan menambah jumlah kadar air yang terdapat pada suatu bahan hasil
pertanian.
Sebelum melakukan praktikum dilakukan pengukuran RH dan suhu pada
ruangan laboratorium, refrigerator, dan oven sebanyak 3 kali. Setelah diukur
maka RH rata-rata pada ruangan, refrigerator, dan oven adalah 63%, 71%, dan
60.66%. Sedangkan suhu rata-rata ruangan, refrigerator, dan oven yang terukur
adalah 25,7oC, 15,03oC, dan 65oC. Oven memiliki RH terkecil hal ini disebabkan
karena sesuai dengan data psikometrik, RH akan mengecil jika pada suhu tinggi.
Praktikum mengenai Kadar air ini digunakan 4 bahan umum yang memiliki
ukuran yang kecil yaitu jagung, kacang hijau, kacang tanah, dan kedelai.
Percobaan metode penyimpanan pengeringan dan pendinginan menggunakan
bahan dengan di timbang diatas cawan sebanyak 5 gram setiap biji-bijian yang
akan digunakan. Setiap kelompok membuat 6 cawan yang sebanyak 3 sampel dari
masing masing bahan kemudian dimasukan ke dalam refrigerator untuk
pendinginan, dan dimasukan ke dalam oven untuk metode pengeringan secara
bersamaan. Terdapat tiga pengukuran waktu untuk mengetahui perbedaan
kandungan air pada bahan yang digunakan, yaitu 5, 10 dan 20 menit.
Kadar awal bahan tiap bahan berbeda-beda, pada kacang hijau misalnya
memiliki kadar air bahan sebesar 8,63%, kacang kedelai sebesar 10,967%,
kacang tanah sebesar 14,167%, jagung sebesar 12,433%, dan kacang kedelai pada
kelompok lainnya adalah 10,97%. Setelah dilakukan perlakuan yaitu pengeringan
selama 5 menit maka terjadi perubahan kadar air bahan, pada bahan – bahan yang
digunakan, ada yang mengalami penurunan ada pula yang belum mengalami
penurunan, hal ini disebabkan oleh dua faktor yaitu waktu yang digunakan belum
lama dan juga karena bahan yang digunakan berbeda dengan bahan awal yang
dipakai untuk diukur kadar airnya. Pada umumnya pada proses pengeringan ini
kadar air bahan menjadi berkurang,, ada proses ini terjadi penyesuaian kembali
dengan lingkungan laboratorium karena terjadi penumpukan pada desikator.
Pengukuran kedua setelah 10 menit menghasilkan jumlah kadar air dalam
persen yang berbeda – beda. Pada kacang hijau menjadi 8,7 % atau dapat dibilang
kadar air lebih besar dari kadar air awal. Hal ini menunjukan bahwa eaktu yang
tidak lama tidak akan mempengaruhi penurunan kadar air yang besar. Diperlukan
waktu yang lama untuk menghasilkan penurunan yang signifikan. Tidak jauh
dengan kacang hijau, kacang kedelai pada kedua kelompok menghasilkan nilai
yang mirip yaitu 10,9 dan 11,2. Kelompok kedua menghasilkan nilai yang sama
dengan pengukuran awal sehingga kadar air berarti tidak berubah. Hal yang
berbeda terjadi pada jagung. Jagung mengalami penurunan yang cukup terlihat
dibandingkan percobaan kelompok yang lainnya yaitu 1% . Awalnya jagung
percobaan memiliki kadar air sebesar 12,43% berubah menjadi 11,2%.
Pengukuran ketiga menghasilkan nilai yang tidak jauh berbeda dengan waktu
sebelumnya.
Pada proses pendinginan dengan menggunakan refrigerator, kadar air dari
setiap bahan mengalami perubahan. Pada waktu 5 menit, pada kacang hijau
misalnya memiliki kadar air bahan sebesar 8,8%, kacang kedelai sebesar 11.4%,
kacang tanah sebesar 14,3%, jagung sebesar 13,2%, dan kacang kedelai 11.1%.
Pada saat dilakukan refrigerasi selama 10 menit kadar air juga dalam bahan
mengalami perubahan, kacang hijau dalam keadaan tetap, kacang kedelai menjadi
turun yaitu 11,3%, jagung 13,2%, kacang tanah tetap dan kacang kedelai pada
kelompok 5 menajdi 11,2%. Sedangkan saat dilakukan refrigerasi selama 20
menit kadar air bahan juga mengalami perubahan yang tidak terlalu jauh. Faktor
ini juga disebabkan oleh dua factor yang sama pada pengukuran penurunan
menggunakan oven, yaitu bahan percobaan yang digunakan berbeda dengan
bahan percobaan pengukuran kadar air yang awal dan waktu yang tidak lama
sehingga kadar air yang meningkat belum signifikan.
Selanjutnya setelah melakukan metode pengeringan dan refrigerasi maka
melakukan pengukuran kadar air basis basah dan basis kering dengan
menggunakan oven, bahan yang digunakan oleh setiap kelompok berbeda beda.
Pada metode bahan yang digunakan dimasukan kedalam oven selama waktu yang
ditentukan. Pada kelompok 1 massa awal bahan beserta massa cawan sebesar
9,4057 gram dan setelah dikeringkan menjadi 9,0888 gram, sehingga memiliki
kadar air basis basah sebesar 6,2195% dan kadar air basis kering sebesar
6,7139%. Percobaan kelompok 2 massa bahan dan massa cawan sebesar 9,9744
gram dan setelah dikeringkan menjadi 9,6102 gram, sehingga setalah dilakukan
perhitungan maka kadar air basis basah dari bahan adalah 7,27% dan kadar air
basis kering adalah sebesar 7,84%. Pada kelompok 3 massa awal beserta massa
cawan sebesar 9,3908 gram dan setelah dikeringkan menjadi 9,0849 gram,
sehingga memiliki kadar air basis basah sebesar 6,02% dan kadar air basis kering
sebesar 6,41%. Pada kelompok 4 massa awal beserta massa cawan sebesar
10,4943 gram dan setelah dikeringkan menjadi 10,1817 gram, sehingga memiliki
kadar air basis basah sebesar 6,2497% dan kadar air basis kering sebesar
6,6663%. Sedangkan pada percobaan kelompok 5 massa awal beserta massa
cawan sebesar 9,2931 gram dan setelah dikeringkan menjadi 8,9768 gram,
sehingga memiliki k adar air basis basah sebesar 6,3189% dan kadar air basis
kering sebesar 6,7581%. Penentuan kadar air basis basah dan kadar air basis
kering pada bahan dengan menggunakan metode dasar yaitu metode oven, serta
merupakan metode standar yang diajukan oleh ISTA (International Seed Testing
Assosiation) untuk menghitung kadar air benih. ISTA Rules merupakan metode
pengujian benih yang sudah diakui dunia perdagangan benih secara internasional,
karena metode ini sudah diakui sebagai metode yang reproducible. Dari
pengukuran laju pengeringan dapat kita lihat dan ketahui bahwa semakin lama
waktu pengeringan, maka kadar air bahan akan semakin turun.
Beberapa kesalahan terjadi akibat perbedaan dari bahan dasar yang
digunakan. Perhitungan kadar air awal dan perhitungan penurunan dan
peningkatan kadar air menggunakan bahan yang berbeda sehingga hasil kadar air
ada yang seharusnya menurun menjadi meningkat dan yang meningkat menjadi
menurun. Penggunaan moisture tester harus berhati – hati, walaupun harus di
putar dengan kuat, tapi jangan terlalu kencang karena dapat merusak atau
meretakkan alat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Kadar air yang merupakan salah satu sifat fisik dari bahan hasil pertanian
yang dapat mempengaruhi umur simpan dan kualitasnya.
2. Mengetahui kadar air dapat dimanfaatkan untuk perlakuan pengolahan
lanjutan dan juga cara pendistribusian bahan dengan cara yang tepat dan
sesuai.
3. Kandungan kadar air dapat dipengaruhi jenis bahan dan juga fisiologi dari
bahan tersebut.
4. Pemanasan bahan dengan metode oven menyebabkan penurunan kadar air
bahan. Penurunan kadar air terjadi akibat kadar air pada bahan teruapkan
pada suhu yang cukup tinggi.
5. Pendinginan dengan menggunakan refrigerator menyebabkan kenaikan
kadar air bahan. Peningkatan kadar air terjadi akibat kelembaban pada
refrigerator yang cukup tinggi sehingga terjadinya perpindahan kadar air.
6.2 Saran
Saran pada praktikum kali ini adalah:
1. Sebaiknya saat akan melakukan praktikum, praktikan mempelajari materi
yang akan dibahas dan dipraktikumkan agar memperoleh kemudahan dalam
melaksanakan praktikum.
2. Alat-alat yang digunakan untuk praktikum harus dalam kondisi baik dan
dapat digunakan, serta berhati – hati dalam menggunakannya agar tidak
rusak.
3. Saat pelaksanaan praktikum, praktikan harus lebih teliti dalam menentukan
nilai-nilai yang ada.
DAFTAR PUSTAKA