Anda di halaman 1dari 5

PERBANYAKAN KENTANG BEBAS VIRUS SECARA KULTUR JARINGAN

A.PENGANTAR 1. Sejarah Kentang di Indonesia Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari negara beriklim sub tropic ( Belanda, Jerman). Tanaman Kentang sudah dikenal di Indonesia ( Pengalengan, Lembang, dan Karo) sejak sebelum perang dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di Negeri Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. (Surachmat Kusumo, 1984). Sesudah kemerdekaan, varietas-varietas kentang hasil silangan dalam negeri mulai ditemukan dan sejak tahun 1963 lebih dari 21 varietas-varietas unggul yang mempunyai kualitas eksport diintroduksikan dari Jerman dan Belanda Barat. (Bambang Soelarso, 1997). 2. Klasifikasi dan Morfologi Kentang a. Klasifikasi Tanaman Kentang merupakan tanaman dikotil bersifat semusim, berbentuk semak atau herba dengan filotaksis spiral.( Anggoro, dkk,1985). Menurut Z Human (1986) dalam Bambang Soelarso, 1997, tanaman Kentang diklasifikasikan sebagai berikut: : Dicotyledonae Ordo : Tubiflorae Famili : Solanaceae Genus : Solamun Spesies : Solamun tuberosum L. Di Jawa terdapat tanaman mirip Kentang yang disebut Kentang Hitam ( Jawa Kentang Ireng). Kentang jenis ini tidak termasuk dalam Genus Solamun tetapi dalam genus Coleus, famili labiatae, dan spesiesnya disebut Coleus tuberosus Benth. b. Morfologi Tanaman Kentang 1) Batang Batang tanaman kentang berongga dan tidak berkayu, kecuali pada tanaman yang sudah tua bagian bawah batang dapat berkayu. Batang ini umumnya barsudut dan bersayap. Tergantung pada kultifarnya, sayap pada batang ini berbeda-beda, ada yang tampak jelas dan ada pula yang kurang jelas. Pada yang jelas bersayap, sayapnya sempit atau lebar, tepinya lurus atau

bergelombangdan berjumlah satu atau lebih.Burton, Hooker,(1983,1966) dalam Anggoro, dkk (1985). Pertumbuhan batang memiliki tiga tipe tumbuh sebagai berikut: ~ Tegak : membentuk sudut > 45 o dari permukaan tanah. ~ Menyebar : membentuk sudut antara 30 o - 45 o dari permukaan tanah ~ Menjalar : pada tanaman non budi daya atau non komersial, kecuali pada tanaman yang sudah tua. 2) Daun Daun pada tanaman Kentang merupakan daun majemuk yang terdiri atas tangkai daun utama ( rachis), anak daun primer ( pinnae), dan anak daun sekunder ( folioles) yang tumbuh pada tangkai daun utama diantara anak daun primer. Bagian rachis dibawah pasangan daun primer yang terbawah disebut petiola. ( Bambang Soelarso, 1997). Daun majemuk tanaman kentang, pada dasarnya tangkai daunnya mempunyai tunas ketiak yang dapat berkembang menjadi cabang sekunder dengan sistem percabangan simpodial. (Cutter,1978). 3) Bunga Bunga Kentang adalah zigomorf ( mempunyai bidang simetris), berjenis kelamin dua (hermaproditus atau bunga sempurna), warna mahkota bunga ( corolla) putih, merah jambu, atau ungu. Daun kelopak (calyx), daun mahkota (corlla) dan benang sari (stamen) masing-masing berjumlah lima buah dengan satu bunga putik (pistilus). Mahkota berbentuk terompet dengan ujung seperti bintang. Lima buah benang sari berwarna kuning melingkari tangkai putiknya. (Bambang Soelarso, 1997). 4) Buah dan Biji Satu minggu setelah penyerbukan, bakal buah membesar dan berkembang menjadi buah kentang berwarna hijau tua sampai keunguan, berbentuk bulat, bergaris tengah + 2,5 cm, dan berongga dua. Buah kentang mengandung 500 bakal biji dan yang dapat berkembang menjadi biji hanyalah berkisar antara 10-300 biji. (Bambang Soelarso, 1997). 5) Stolon dan Umbi Kentang Bagian batang yang terletak dibawah permukaan tanah tumbuh daun-daun kecil seperti sisik pada ketiak daun terdapat tunas ketiak yang dapat tumbuh menjulur secara diageotropik. Bukubuku (internode) yang memanjang dan melengkung pada bagian ujungnya disebut stolon. ( Bambang Soelarso, 1997) Umbi Kentang merupakan bagian dari batang yang berfungsi sebagai tempat menyimpan cadangan makanan serta untuk berproduksi.( Beukema dan Van der Zaag,1979 dalam Eri Sofiari, 1984). 6) Akar Tanaman Kentang yang berasal dari umbi tidak terdapat akar utama tetapi hanya akar halus atau akar serabut saja yang panjangnya dapat mencapai 60 cm. Dalam tanah akar banyak terdapat pada kedalaman 20 cm. c. Pertumbuhan Kentang 1) Pertumbuhan tanaman kentang yang berasal dari biji Apabila biji disemai maka akan berkecambah dengan keping biji (cotyledon) muncul diatas

permukaan tanah atau epigeal, reduculae tumbuh dan berkembang menjadi akar tunggang dan kemudian membentuk akar serabut. Setelah batang tanaman ini mencapai tinggi beberapa cm maka pada beberapa ketiak keping biji tumbuh stolon yang selanjutnya tumbuh mendatar kesamping didalam tanah dan pada ujungnya membentuk umbi, namun ukuran umbinya kecil. (Cutter, 1978). 2) Pertumbuhan tanaman kentang yang berasal dari umbi. Menurut Evans (1975) ada tiga tahapan pertumbuhan tanaman kentang yang berasal dari umbi, yaitu: ~ Tahapan dari sejak umbi bibit ditanam sampai menjadi tanaman muda dengan luas permukaan daun kira-kira 200-300 cm2 , dimana umbi bibit masih memegang peranan utama sebagai sumber makanan bagi tanaman muda tersebut. ~ Tahapan dimulainya pertumbuhan autotropi dimana pertumbuhan tanaman dibagian atas tanah mendominasi semua pertumbuhan tanaman. ~ Tahapan dimulainya pembentukan umbi yang berlangsung sampai tanaman menua dan mati. d. Komposisi Kimia Kentang Kentang berperan penting sebagai bahan pangan, karena merupakan sumber mineral dan vitamin. Kandungan vitamin C cukup tinggi yaitu 20 mg/100 gr bahan, serta merupakan sumber karbohidarat dan mineral berupa fosfor, besi, dan kalium. Vitamin dan mineral ini sangat berguna bagi pertumbuhan serta kesehatan tubuh. (Aoki tadafumi, 1994). Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain, varietas, keadaaan tanah, pupuk yang digunakan, umur umbi ketika dipanen, waktu dan suhu penyimpanan. Perubahan komposisi umbi selama pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta turunnya kadar air dan gula pereduksi e. virus penyakit pada kentang Penyakit yang disebabkan oleh virus dapat terbawa dalam umbi dari satu generasi ke generasi selanjutnya dan belum ditemukan obat pemberantas virus. Virus tidak dapat bergerak seperti hama atau berspora seperti cendawan, jadi penularannya atau penyebarannya harus ada yang membawa baik itu manusia, binatang, alat-alat, baju, serangga, mikroorganisme atau persinggungan antara tanamannya sendiri. (Atie Sri Duriat, 1985). Akibat serangan virus tanaman tumbuh kerdil, kurus dan pucat. Tanaman yang terinfeksi penyakit virus memberikan hasil yang sangat sedikit (umbi kecil-kecil), bahkan sering kali tidak memberikan hasil sama sekali. Gejala-gejala yang tampak dari penyakit virus adalah daun menggulung, mosaic atau nekrosis, daun keriting, garis-garis coklat pada batang dan daun, dan menguningnya daun yang disertai kematian jaringan. ( Budi Samadi, 2003) Virus belum mempunyai obat pemberantas seperti fungisida untuk cendawan atau insektisida untuk hama serangga. Virus yang sudah menyerang susah diberantas, bahkan akan menyebabkan umbi yang dihasilkan menjadi sakit pula. Pengawasan terhadap penyakit inilebih ditujukan pada pencegahan penularannya. Di tanaman/kebun kutu daun berperan paling panting.( Atie Sri Duriat, 1982). Untuk mencegah meluasnya penakit virus dilakukan penanaman bibit kentang yang bebas virus, memangkas bagian tanaman yang sakit atau mencabut tanaman dan membakarnya, memberantas binatang-binatang yang menjadi vector penular virus dengan insektisida, pergiliran tanaman dengan menanam yang bukan inangnya. ( Budi Samadi, 2003) Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah karena hama atau

penyakit berkurang akibat sawah selalu dalam kondisi anaerob. Kondisi tanah yang gembur sangat membantu perkembangan akar tanaman dan pembesaran umbi. ( Budi Samadi, 2003)

B.ULASAN Rendahnya mutu bibit kentang terutama di Indonesia disebabkan oleh beberapa factor yaitu: - Bibit kentang Bibit kentang dari generasi yang sudah lanjut akan menghasilkan umbi kentang yang jelek. Hal ini terutama sekali disebabkan oleh infeksi virus yang makin lanjut gegerasinya makin menumpuk virusnya didalam umbi bibit. Pemilihan bibit kentang bebas penyakit merupakan persyaratan utama dalam budidaya kentang. Kentang yang sudah terkena penyakit virus tidak dapat dikendalikan dengan bahan kimia sehingga produktifitasnya dibawah potensi varietas tersebut. (Bambang Soelarso, 2001) - Lahan produksi yang digunakan Lahan produksi kentang pada saat ini sudah memiliki tingkat pencemaran penyakit cukup tinggi. Hal ini terjadi karena setiap musim lahan tersebut ditanami kentang atau dengan tanaman yang satu famili dengan kentang sehingga akumulasi penyakit kian bertambah. Oleh karena itu, perlu dilakukan rotasi tanaman untuk memutus rantai penyakit. (Bambang Soelarso, 2001) - Dalam pelaksanaan pembuatan tuberlet atau umbi mini Kentang bebas virus secara kultur jaringan dilakukan dengan dua tahap yaitu secara in vitro dan ex vitro. Perbanyakan secara invitro adalah pembuatan media Agar, perlakuan pada umbi Kentang, inisiasi atau penanaman, multiplikasi. Sedangkan untuk perbanyakan ex vitro yaitu pembuatan media tanah, aklimatisasi, perbanyakan stek dari tanaman induk dan pengumbian.

1. Perbanyakan secara in vitro Eksplan yang digunakan dalam perbanyakan in vitro adalah bagian meristem atau sering disebut kultur meristem. Kultur meristem adalah salah satu teknik kultur jaringan dengan menggunakan eksplant berupa jaringan meristematik. Dengan tujuan untuk mendapatkan tanaman sempurna. Kegunaan lain dari kultur meristem adalah untuk mengeliminasi penyakit sistemik terutama virus (Quak,1961 dalam Asih K, 1996). Planlet yang dihasilkan diuji menggunakan tanaman indicator atau dengan uji serelogi (ELISA test). Planlet yang bebas patogen dapat diperbanyak dalam botol selama tanaman tidak terkontaminasi. Multiplikasi dapat dilakukan 4 minggu sekali atau sesuai kebutuhan. Dalam waktu 10 minggu, eksplant dapat diperbanyak menjadi 10-12 botol dengan teknik penyetekan. Mulltiplikasi atau sub kultur dapat dilakukan beberapa kali sampai jumlah tunas yang dihasilkan sesuai dengan yang kita harapkan, tanpa mengorbankan kualitas tunas. Sub kultur yang terlalu banyak dapat menurunkan mutu tunas, seperti terjadinya vitrivikasi (suatu gejala ketidaknormalan fisiologis) dan aberasi (penyimpangan) genetik. Yusnita (2003). 2. Perbanyakan secara ex vitro Persentase keberhasilan aklimatisasi kentang varietas Granola mencapai 99 %. Menurut Yusnita (2003), prosedur pembiakan dengan kultur jaringan bisa dikatakan berhasil jika plantlet dapat

diaklimatisasi kekondisi eksternal dengan keberhasilan yang tinggi. Tanaman hasil aklimatisasi dijadikan sebagai tanaman induk, yang nantinya dapat diperbanyak lagi melalui penyetekan. Penyetekan pertama dilakukan pada umur 4 minggu atau sudah memiliki 5-6 daun tunggal. Penyetekan selanjutnya dilakuakan 10 hari kemudian. Satu tanaman induk menghasilkan 78 stek dalam waktu 5 bulan. Satu stek menghasilkan 3-5 umbi mini. Jadi satu tanaman induk bisa menghasilkan + 234 umbi mini atau Go yang bebas penyakit terutama virus. Penyiraman hasil aklimatisasi dan penyetekan dilakukan dua kali seminggu atau disesuaikan dengan keadaan media. Menurut Loon (1981), kekurangan air dapat menyebabkan hasil yang rendah. Dari penelitiannya mengemukakan bahwa berkurangnya hasil adalah karena area daun dan fotosintesis per unit area daun berkurang bila terjadi cengkraman air. Sedangkan Gandar dan Tanner (1967) mengatakan bahwa perpanjangan daun menurun bila potensi air daun menurun. Pemupukan diberikan satu minggu sekali menggunakan pupuk daun dalam bentuk larutan, agar mudah diserap oleh tanaman yang masih dalam stadium muda

Anda mungkin juga menyukai