Anda di halaman 1dari 12

1.

1 Bunga Kol
1.1.1 Klasifikasi
Menurut Rukmana (1994), taksonomi tanaman kembang kol secara
umum diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub-divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledonae
Familia : Cruciferae
Genus : Brassica
Species : Brassica oleracea var. botrytis L.
1.1.2 Morfologi
Bunga kol mempunyai bagian bagian tanaman seperti akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji.
1. Akar
Sistem perakaran bunga kol menurut Cahyono (2001), memiliki
akar tunggang (Radix Primaria) dan akar serabut. Akar tunggang
tumbuh ke pusat bumi (kearah dalam), sedangkan akar serabut tumbuh
ke arah samping (horizontal), menyebar, dan dangkal (20 cm 30 cm).
Dengan perakaran yang 7 7 dangkal tersebut, tanaman akan dapat
tumbuh dengan baik apabila ditanam pada tanah yang gembur dan
porous.
2. Batang
Batang tanaman bunga kol tumbuh tegak dan pendek (sekitar 30
cm). Batang tersebut berwarna hijau, tebal, dan lunak namun cukup
kuat dan batang tanaman ini tidak bercabang (Fitriani, 2009).
3. Daun
Daun bunga kol menurut Cahyono (2001) berbentuk bulat telur
(oval) dengan bagian tepi daun bergerigi, agak panjang seperti daun
tembakau dan membentuk celah-celah yang menyirip agak
melengkung ke dalam daun bunga kol berwarna hijau dan tumbuh
berselang-seling pada batang tanaman. Daun memiliki tangkai yang
agak panjang dengan pangkal daun yang menebal dan lunak. Daun
daun yang tumbuh pada pucuk batang sebelum massa bunga tersebut
berukuran kecil dan melengkung ke dalam melindungi bunga yang
sedang atau mulai tumbuh.
4. Bunga
Massa bunga (curd) terdiri dari bakal bunga yang belum mekar,
tersusun atas lebih dari 5.000 kuntum bunga dengan tangkai pendek,
sehingga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih bersih atau
putih kekuning kuningan. Diameter massa bunga kol dapat mencapai
lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg 1,3 kg, tergantung
varietas dan kecocokan tempat tanam (Pracaya, 2000).
5. Buah dan Biji
Tanaman bunga kol dapat menghasilkan buah yang mengandung
banyak biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga
yang terjadi karena penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang
dengan bantuan serangga lebah madu. Buah berbentuk polong,
berukuran kecil dan ramping, dengan panjang antara 3 cm 5 cm. Di
dalam buah tersebut terdapat biji berbentuk bulat kecil, berwarna
coklat kehitam hitaman. Biji biji tersebut dapat dipergunakan
sebagai benih perbanyakan tanaman (Cahyono, 2001).
1.1.3 Syarat Tumbuh
Syarat tumbuh tanaman bunga kol dalam budidaya tanaman bunga
kol adalah sebagai berikut :
1. Iklim
Pada mulanya bunga kol dikenal sebagai tanaman sayuran
daerah yang beriklim dingin (sub tropis), sehingga di Indonesia
cocok ditanam di daerah dataran tinggi antara 1.000 2.000
meter dari atas permukaan laut (dpl) yang suhu udaranya
dingin dan lembab. Kisaran temperatur optimum untuk
pertumbuhan dan produksi sayuran bunga kol antara 15C
18C, dan maksimum 24C (Rukmana, 1994). Bunga kol
termasuk tanaman yang sangat peka terhadap temperatur terlalu
rendah ataupun terlalu tinggi, terutama pada periode
pembentukan bunga. Bila temperatur terlalu rendah, sering
mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga sebelum
waktunya. Sebaliknya pada temperatur yang terlalu tinggi,
dapat menyebabkan tumbuhnya daun daun kecil pada massa
bunga (curd) (Pracaya, 2000).
2. Tanah
Tanaman bunga kol cocok ditanam pada tanah lempung
berpasir, tetapi toleran terhadap tanah ringan seperti andosol.
Namun syarat yang paling penting keadaan tanahnya subur,
gembur, kaya akan bahan organik, tidak mudah becek
(menggenang), kisaran pH antara 5,5 6,5 dan pengairannya
cukup memadai (Fitriani, 2009).
1.1.4 Hama dan Penyakit
Hama dan penyakit yang menyerang kembang kol sama
seperti pada famili kubis lainnya. Gangguan fisiologis penting pada
kembang kol seperti Ekor cambuk, gejala gangguannya adalah
bentuk daun kembang kol menjadi tidak teratur dan akhirnya
menjadi seperti ekor cambuk karena sebagian besar daunnya hanya
terdiri dari daun tengah dengan sedikit helaian daun. Umumnya
kepala bunga yang terbentuk tidak dapat dijual karena
pertumbuhannya terganggu akibat dari perubahan titik tumbuh.
Gejala ekor cambuk biasanya disebabkan oleh tanah yang terlalu
asam. Gangguan Bercak Cokelat yang menimbulkan sebagian atau
beberapa bagian kepala bunga terlihat seperti ada noda air.
Terkadang noda tersebut mengering atau mengeras, namun jika
keadaan lembap sering menjadi busuk. Sebelum kepala bunga
muncul, bagian tepi daun tengah sering berubah menjadi muda dan
akhirnya mati. Kepala bunga yang terserang lama-kelamaan
berubah warna menjadi cokelat karat dan rasanya menjadi pahit.

1.1.5 Pengendalian
Pengendalian hama dilakukan dengan cara terpadu: melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae, menyebarkan
mikroba yang menjadi musuh alami dan menggunakan pestisida baik yang
biologis maupun kimiawi. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit,
penyemprotan pestisida telah dilakukan walaupun belum ada gejala
serangan. Penyemprotan dilakukan setiap 2 minggu (Rukmana, 1994).
1.2 Kale
1.2.1 Klasifikasi
Klasifikasi Tanaman Kale Menurut Budi Samadi (2013) kale
adalah jenis tanaman sayuran daun, dalam dunia tumbuhan, kailan
diklasifikasikan sebagai sebagai berikut :
Divisi : Sphermatophyta (tumbuhan berbiji)
Subdivisi : Angiospermae (biji berada didalam buah)
Kelas : Dicotyledone (biji berkeping dua atau biji belah)
Famili (suku) : Cruciferae (cabbage)
Genus (marga) : Brasicca
Spesies (jenis) : Brasicca oleraceae var.acephala
1.2.2 Morfologi
Kale memiliki bentuk daun yang tebal, bulat memanjang dan
berwarna hijau tua. Batang tanaman kale merupakan batang sejati,
tidak keras, tegak, beruasruas dengan diameter antara 3-4 cm dan
berwarna hijau muda. Perakaran kale merupakan akar tunggang dan
serabut. Kale memiliki perakaran yang panjang yaitu akar tunggang
bisa mencapai 40 cm dan akar serabut mencapai 25 cm (Budi Samadi,
2013).
1.2.3 Syarat Tumbuh
Tanaman kale baik tumbuh di daerah dengan sinar matahari penuh.
Ph tanah yang dikehendaki untuk tanaman kale yaitu sekitar 6 7.
Jika tanahnya terlalu asam maka harus ditambahkan dengan kapur.
Tanaman dengan pertumbuhan daun yang bagus maka diperlukan
kandungan nitrogen yang tinggi. Tanaman kale lebih menyukai suhu
dengan temperatur yang dingin. Cuaca yang dingin akan membuat
rasa kale lebih manis. Tanaman kale tumbuh di daerah dataran tinggi
(Monica van Wensveen, 2009).
1.2.4 Hama dan Penyakit
a. Hama Ulat Grayak (spodoptera Litura F/ Prodenia Litura F)
Hama ini merupakan larva dari ngengat (kupu-kupu) yang
berwarna abu-abu. Ngengat dapat menghasilkan telur sampai 2.000
butir. Biasanya ngengat meletakkan telurnya dibagian bawah daun
secara berkelompok. Ulat menyerang daun dengan memakan bagian
efidermis dan jaringan hingga habis daunnya. Setelah itu ulat akan
pindah ke daun lain atau ke tanaman lain. Gejala yang tampak adalah
daun berlubang- lubang. Pemberantasan secara mekanis dengan
memangkas daun yang telah tertempeli telur dan secara kimia dengan
menyemprot insektisida (Budi Samadi, 2013).
b. Ulat Grayak (Spodoptera Litura).
Ulat grayak menyerang daun tanaman. Daun tanaman yang
terserang menjadi berlubang-lubang, mulai dari tepi daun permukaan
atas hingga bagian bawah. Serangan dewasa berupa kupu-kupu
berwarna agak gelap dengan garis agak putih pada sayap depannya
(Hesti Dwi Setyaningrum dkk, 2011).
c. Ulat Crop (Crocidolomia binotalis Zell)
Ulat crop kubis dapat dijumpai di bagian bawah daun kubis-
kubisan. Bagian tanaman yang diserang adalah daun. Daun yang
diserang akan bercak putih. Bercak tersebut merupakan efidermis
permukaan atas daun yang tersisa (tidak ikut dimakan ulat). Bercak
putih itu kemudian berlubang setelah lapisan efedermis mengering.
1.2.5 Pengendalian
Pengendalian hama dilakukan dengan berbagai cara : melakukan
pergiliran tanaman dengan tanaman selain famili Cruciferae,
menyebarkan mikroba yang menjadi musuh alami dan menggunakan
pestisida baik yang biologis maupun kimiawi. Pemberantasan secara
mekanis dengan memangkas daun yang telah tertempeli telur dan
secara kimia dengan menyemprot insektisida.
1.3 Padi
1.3.1 Klasifikasi
Menurut Tjitrosoepomo 2004, klasifikasi tanaman padi
adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Graminae
Genus : Oryza
Species : Oryza sativa L.
1.3.2 Morfologi
Secara morfologi tanaman padi termasuk tanaman setahun
atau semusim. Batang padi berbentuk bulat dengan daun panjang
yang berdiri pada ruas- ruas batang dan terdapat sebuah malai pada
ujung batang. Bagian Vegetatif dari tanaman padi adalah akar,
batang, dan daun, sedangkan bagian generatif berupa malai dari
bulir- bulir padi (Kuswanto, 2007).
1. Akar Akar tanaman padi berfungsi menyerap air dan zat
makanan dari dalam tanah yang kemudian diangkut ke bagian atas
tanaman. Akar tanaman padi adalah akar serabut. Radikula (akar
primer) yaitu akar yang tumbuh pada saat benih berkecambah.
Pada benih yang sedang berkecambah timbul calon akar dan
batang. Apabila pada akar primer terganggu, maka akar seminal
akan tumbuh dengan cepat. Akar- akar seminal akan digantikan
oleh akar-akar sekunder (akar adventif) yang tumbuh dari batang
bagian bawah. Bagian akar yang telah dewasa (lebih tua) dan telah
mengalami perkembangan berwarna coklat, sedangkan akar yang
masih muda berwarna putih (Suhartatik, 2008).
2. Batang Padi termasuk kedalam familia Graminae yang memiliki
batang dengan susunan beruas - ruas. Batang padi berbentuk bulat,
berongga, dan beruas. Antar ruas pada batang padi dipisahkan oleh
buku. Panjangnya tiap-tiap ruas tidak sama. Ruas yang terpendek
terdapat pada pangkal batang dan ruas kedua, ketiga, dan
seterusnya lebih panjang dari pada ruas yang didahuluinya. Pada
buku bagian bawah ruas terdapat daun pelepah yang membalut
ruas sampai buku bagian atas. Pada buku bagian ujung dari daun
pelepah memperlihatkan percabangan dimana cabang yang
terpendek menjadi ligula (lidah daun) dan bagian yang terpanjang
dan terbesar menjadi daun kelopak yang memiliki bagian auricle
pada sebelah kiri dan kanan. Daun kelopak yang terpanjang dan
membalut ruas yang paling atas dari batang disebut daun bendera.
Pembentukan anakan padi sangat dipengaruhi oleh unsur hara,
sinar matahari, jarak tanam, dan teknik budidaya.
3. Daun Padi termasuk tanaman jenis rumput-rumputan
mempunyai daun yang berbeda-beda, baik bentuk, susunan,
maupun bagian-bagiannya. Ciri khas daun padi adalah terdapat
sisik dan telinga daun. Daun tanaman padi tumbuh pada batang
dalam susunan yang berselang-seling. Pada setiap buku terdapat
satu daun. Setiap daun terdiri atas helai daun yang memiliki bentuk
panjang seperti pita. Pelepah daun yang menyelubungi batang
berfungsi untuk menguatkan bagian ruas yang jaringannya lunak,
telinga daun (auricle), lidah daun (ligule) yang terletak pada
perbatasan antara helai daun dan upih. Fungsi dari lidah daun
adalah mencegah masuknya air hujan diantara batang dan pelepah
daun (Suhartatik, 2008). Daun yang muncul pada saat terjadi
perkecambahan dinamakan koleoptil. Koleoptil keluar dari benih
yang disebar dan akan memanjang terus sampai permukaan air.
Setelah koleoptil membuka akan diikuti keluarnya daun pertama,
daun kedua dan seterusnya hingga mencapai puncak yang disebut
daun bendera, sedangkan daun terpanjang biasanya pada daun
ketiga. Daun bendera merupakan daun yang lebih pendek dari pada
daun-daun di bawahnya, namun lebih lebar dari pada daun
sebelumnya. Daun bendera ini terletak di bawah malai padi. Daun
padi pada awalnya adalah tunas yang kemudian berkembang
menjadi daun. Daun pertama pada batang keluar bersamaan dengan
timbulnya tunas (calon daun) berikutnya. Pertumbuhan daun yang
satu dengan daun berikutnya (daun baru) mempunyai selang waktu
7 hari.
4. Bunga Bunga padi pada hakikatnya terdiri atas tangkai, bakal
buah, lemma, palea, putik, dan benang sari. Tiap unit bunga
terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer
dan cabang sekunder. Sekumpulan bunga padi (spikelet) yang
keluar dari buku paling atas dinamakan malai. Bulirbulir padi
terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu
utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang
malai tergantung pada varietas padi yang ditanam dan cara
bercocok tanam (Suhartatik, 2008). Bunga padi memiliki perhiasan
bunga yang lengkap. Dalam satu tanaman memiliki dua kelamin,
dengan bakal buah dibagian atas. Jumlah benang sari ada 6 buah,
tangkai sarinya pendek dan tipis, kepala sari besar serta
mempunyai dua kantong serbuk. Putik mempunyai dua tangkai
putik, 13 dengan dua buah kepala putik yang berbentuk malai yang
berwarna putih atau ungu. Jika bunga padi telah dewasa, palea dan
lemma yang semula bersatu akan membuka dengan sendirinya agar
pemanjangan benang sari dapat terlihat dari floret yang membuka.
Membukanya palea dan lemma ini terjadi antara jam 10-12, pada
suhu 30-32 C. Palea dan lemma akan tertutup setelah kepala sari
melakukan penyerbukan (Suhartatik, 2008).
1.3.3 Syarat Tumbuh
Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa
panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik
rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4
bulan, curah hujan yang dikehendaki tahun-1 sekitar 15002000
mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalahn 23
C dan tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar
antara 01500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman
padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan
lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam
jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah
yang ketebalan lapisan atasnya antara 1822 cm dengan pH antara
47 (Siswoputranto, 1976). Faktor yang menentukan jarak tanam
pada tanaman padi sawah tadah hujan tergantung pada:
1. Jenis tanaman
Jenis padi tertentu dapat menghasilkan banyak anakan.
Jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam
yang lebih besar, sebaliknya jenis padi yang memiliki
jumlah anakan sedikit memerlukan jarak tanam yang
lebih sempit.
2. Kesuburan tanah
Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan
mempengaruhi penentuan jarak tanam, sebab
perkembangan akar atau tanaman itu sendiri pada tanah
yang subur lebih baik dari pada perkembangan akar /
tanaman pada tanah yang kurang subur. Jarak tanam
yang dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih
lebar dari pada jarak tanam padah tanah yang kurang
subur. Air yang diberikan dalam jumlah cukup
sebenarnya bermanfaat juga untuk mencegah
pertumbuhan gulma, menghalau wereng yang
bersembunyi di batang padi sehingga lebih mudah
disemprot dengan pestisida, serta mengurangi serangan
hama (Siregar dan Hadrian, 1987).

1.3.4 Hama dan Penyakit


1. Tikus Tikus sawah (Rattus argentiventer) merupakan spesies
dominan pada pertanaman padi. Selain itu, dapat pula ditemukan
tikus semak R. Exulans. Hama tikus perlu dikendalikan seawal
mungkin, mulai dari pengolahan tanah sampai tanaman dipanen.
2. Penggerek Batang Penggerek batang merusak tanaman padi pada
berbagai fase pertumbuhan, dan ditemukan pada padi sawah, padi
air dalam dan padi gogo. Empat jenis penggerek batang padi yang
umum ditemukan adalah; Penggerek batang padi kuning
(Tryporyza incertulas), penggerak batang padi bergaris (Chilo
suppressalis), penggerek batang padi putih (Tryporyza innotata),
dan penggerek batang padi merah jambu (Sesamia inferens).
3. Wereng coklat atau wereng punggung putih Wereng coklat
(Nilaparvata lugens Stal.) memiliki tingkat kemampuan reproduksi
yang tinggi jika keseimbangan populasinya terganggu oleh
penanaman varietas peka, perubahan iklim (curah hujan), maupun
kesalahan aplikasi insektisida yang menyebabkan resurjensi hama
4. Siput murbei atau keong mas (Pomace canaliculata Lamarck)
Merupakan hama baru yang penyebarannya cukup luas. Kerusakan
terjadi ketika tanaman masih muda. Petani harus menyulam atau
menanam ulang pada daerah dengan populasi siput yang tinggi
sehingga biaya produksi meningkat.
7. Ulat tentara (Mythimna separata) Menyerang tanaman secara
tidak terduga baik stadia vegetaif maupun generatif. Pengendalian
dilakukan bila telah terjadi serangan.
8. Walang sangit (Leptocorisa spp.) Hanya menyerang tanaman
yang sudah berbulir.
9. Penyakit tungro dan wereng hijau Wereng hijau (Nephotettix
virescens Distant) umumnya tidak langsung merusak tanaman padi,
tetapi bertindak sebagai penular atau vektor penyakit virus tungro.
10.Penyakit hawar daun bakteri (HDB) Penyakit hawar daun
bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae dapat terjadi melalui air,
angin, dan benih. Infenksi terjadi melalui luka/lubang alami
(stomata).
1.2.5 Pengendalian
Beberapa komponen teknologi pengendalian hama pada
tanaman padi yang bisa dilakukan adalah:
a. Sanitasi lingkungan dan manipulasi habitat
Membersihkan dan memperbaiki lingkungan di sekitar
areal pertanaman padi, seperti: semak belukar, tanggul-tanggul
saluran irigasi dan pematang sawah
b. Kultur teknis
Musim tanam yang teratur dan terjalinnya kebersamaan
antar petani dalam setiap kelompok tani serta kebersamaan
antar kelompok tani dalam satu hamparan sehingga tumbuh
kebiasaan bertanam serentak, penanaman varietas yang sama
setiap musim (waktu panennya sama), pengaturan pola tanam,
waktu tanam, dan jarak tanam.
c. Fisik dan mekanis
Secara fisik dengan mengubah lingkungan fisik seperti:
suhu, kelembaban, cahaya, air, dll sehingga tikus menjadi jera
atau mengalami kematian karena adanya perubahan faktor
fisik. Secara mekanis, dengan mengambil daun yang terdapat
hama secara langsung atau menggunakan alat
d. Biologis
Secara Biologis yaitu dengan memanfaatkan adanya musuh
alami dalam mengendalikan hama pada tanama padi.
d. Kimiawi
Petani sudah banyak mengetahui pengendalian secara
kimiawi ini, seperti rodentisida, fumigasi, dll. Namun cara ini
hanya dianjurkan bila populasi hama sangat tinggi dan cara lain
sudah dilaksanakan.

Daftar pustaka
Budi Samadi. 2013. Budidaya Intensif Kailan Secara Organik dan Anorganik.
Jakarta: Pustaka Mina.

Cahyono. B. 2001. Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta : Kanisius .

Dwi, Hesti, Setyaningrum dan Saparinto C. 2011. Panen Sayur Secara Rutin di
Lahan Sempit. Jakarta: Penebar Swadaya

Fitriani, M. L. 2009. Budi Daya Tanaman Kubis Bunga (Brassica Oleraceae Var
Botrytis L.) Di Kebun Benih Hortikultura (Kbh) Tawangmangu. Fakultas
Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Kuswanto. 2007. Teknologi Pemrosesan Pengemasan dan Penyimpanan Benih.


Yogyakarta :Kanisius.

Monica van. 2009 .Wensveen Canberra Organic Growers Society

Pracaya, 2000. Kol alias kubis. Jakarta :Penebar swadaya.

Rukmana, R. 1994. Budidaya Kubis Bunga dan Broccoli. Yogyakarta :Kanisius.

Siregar, Hadrian. 1987. Budidaya tanaman padi di indonesia. Bogor :Sastra


Hudaya.

Siswoputranto, 1976. Komoditi ekspor Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia


Suhartatik. 2008. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Padi. Balai Besar Penelitian
Tanaman Padi. Sukamandi. Subang

Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai