Anda di halaman 1dari 5

Nama : Amira Auline Salsabila

NIM : 08061181823008
Kelas : Farmasi B

WATER FOR INJECTION (WFI)

 Sumber air yang digunakan berasal dari : air PDAM (city water), shallow
well (sumur dangkal) dengan kedalaman 10-20 m ,atau berasal dari deep
well (sumur dalam) dengan kedalaman 80-150 m. Variasi mutu dari pasokan
air mentah (raw water) yang memenuhi syarat ditentukan dari target mutu
air yang akan dihasilkan.

 Persyaratan Water For Injection (WFI) menurut standar BP (2001) dan


EP(2002):
a. total karbon organic tidak boleh lebih dari 0,5 mg/L. kemudian bila 25
ml air untuk injeksi ditambahkan kalsium hidroksida LP maka selama 5
menit harus tetap jernih.
b. Klorin tidak boleh lebih dari 0,5 ppm kemudian bila 100 ml air untuk
injeksi ditambahkan 1 ml perak nitrat LP, maka setelah didiamkan 5 ml
harus tetap tidak berwama dan jernih.
c. Amenia tidak boleh dari 0,1 ppm. Kemudian bila 50 ml air untuk injeksi
yang ditambahkan 2 ml kalsium raksa (II) iodida LP dalam suasana alkalis
dan dilihat dalam tabung Nessler maka tidak memperlihatkan pewarnaan
yang lebih kuat dari pada pewarnaan yang diberikan 50 ml air
yang bebas amoniak P setelah penambahan 2 ml pereaksi Nessler LP dan
diperiksa pada keadaan yang sama.
d. Nitrat boleh lebih dari 0,2 ppm. Kemudian 5 ml air untuk: injeksi tidak
boleh memberikan warna biru pada batas permukaan setelah dituangkan
dengan hati- hati kedalarn 5 ml difenilalamina LP
e. Logam berat (Cu, Fe, Pb) tidak boleh lebih dari 0,1 ppm.
Kemudian bila 100 ml air untuk injeksi ditambahkan 1 tetes larutan
natrium sulfide LP, maka harus tetap jernih dan tidak berwarna.
f. Oksidator tidak lebih dari 5 ppm. Kemudian bila 100 ml air untuk injeksi
dididihkan selama 3 menit serta ditambahkan 10 ml asam sui fat encer P dan
0,5 ml kalium permanganat 0,01 N maka tidak menghilangkan sarna sekali
warna larutan.
g. Bebas pirogen.
h. pH 5,0 - 7,0. pemeriksaan dengan 10 ml air untuk injeksi dengan
ditambahkan 2 tetes larutan merah metal LP tidak boleh memberikan warna
merah kemudian 10 ml air untuk injeksi dengan ditambahkan 5 tetes larutan
biru bromtimol LP tidak boleh memberikan warna biru.

 Persyaratan WFI menurut USP :

1. Memenuhi semua persyaratan untuk “air dimurnikan”


2. Diperoleh secara distilasi atau osmosis terbalik (ro)
3. Mengandung tidak lebih dari 0,25 EU / mL endotoksin (pirogen)
4. Dibuat dengan alat sesuai untuk meminimalkan pertumbuhan mikroba
5. Kandungan mikroorganisme tidak lebih dari 0,1 CFU/ml untuk air injeksi

CARA PEMBUATAN WATER FOR INJECTION (WFI):

 Pembuatan WFI skala laboratorium:

1. Didihkan air selama 30 menit

2. Dihitung setelah air mendidih di atas api lalu didinginkan.

3. Aqua p.i (Aqua Pro Injeksi) ditambah dengan karbon aktif 0,1% dari
volume, dipanaskan dengan temperatur 60-70°C selama 15 menit.

4. Tidak boleh menggunakan Aqua DM (demineralisasi) karena ada zat-zat


organik yang tidak bermuatan dapat lolos, ditanggulangi dengan filtrasi
karbon adsorben dan filtrasi bakteri.
 Pembuatan WFI skala pabrik:

1. Raw material yang mengalir dalam sistem WFI mengandung senyawa-


senyawa kontaminan. Kontaminan ini dapat membentuk biofilm yang
akan merusak sistem dan produk steril. Oleh karena itu, diperlukan
multimedia filter. Tahapan selanjutnya berupa penghilangan klorin,
kloramin, pestisida, dan lain-lain dengan active karbon. Softener berupa
resin yang mengikat Ca2+, ditambahkan untuk menghilangkan kandungan
Ca2+ yang bisa menyebabkan inkompatibilitas.

2. Heat exchanger merupakan salah satu alat yang digunakan untuk tetap
menjaga proses sterilisasi dengan menggunakan uap panasnya, baik pada
alat maupun produk sterilisasi. Tahap mikro filter merupakan tahap untuk
menyaring ukuran-ukuran partikel yang berupa mikro, namu perlu
diingat bahwa senyawa kontaminan ada pula yang berukuran nano oleh
karena produk belum steril. Tahapan selanjutnya berupa reverse osmosis
atau osmosis terbalik.
3. Pembuatan dengan penyaring membran (osmosis terbalik/reverse
osmosis). Penyaring membran adalah tipe penyaring permukaan yang
menahan partikel yang berukuran lebih besar dari ukuran pori pada
permukaan bagian atas aliran membran polimer dengan ukuran pori
membran untuk proses osmosis terbalik ini ialah 1-10 Å. Membran
semipermeabel ini mampu untuk menolak sebagian besar senyawa
organik, bakteri dan virus serta juga 90-99% ion. Membran yang
digunakan untuk reverse osmosis biasanya merupakan polimer komplek.
Polimer yang paling lazim digunakan yaitu Cellulose Acetate Triacetate
(CA), polyamide (PA), Thin film composite (TEC) dan Sulfon composite.
Sistem osmosis terbalik beroperasi pada perbedaan tekanan 100-500 psi
karena ukuran pori yang sangat kecil. Sistem osmosis terbalik ini akan
menghasilkan air yang dimurnikan dan air untuk injeksi dengan
penyaringan 2 rangkap.

4. Electron Dionize Ion Exchange dilakukan setelah reverse osmosis


dilakukan untuk menangkap ion-ion yang masih terkandung setelah proses
RO, lalu dilakukan pengecekan pH meter untuk mengetahui pH yang ada
pada WFI. pH yang sesuai dengan proses penggunaan diperlukan supaya
tidak terjadi iritasi dengan tubuh saat pengaplikasian. Distilasi merupakan
proses pengoptimalan minimalisir kontaminan. Distilasi adalah suatu
proses yang melibatkan penguapan air dan kemudian mengkondensasikan
uap yang dihasilkan. Kebanyakan kontaminan yang terlarut
tidak menguap pada suhu didih air karena tidak terbawa ke dalam uap dan
uap kondensat, dalam meningkatkan efisiensi penggunaan energi distilasi
biasa dilakukan melalui penyulingan efek multipel yang dirancang untuk
memanfaatkan kembali energi yang sudah digunakan untuk menguapkan
air.
 Menurut Operation manual for Implementation of GMP, proses
pembuatan sterile water for Injection melalui tiga proses sebagai
berikut:
a). Proses pertama adalah persiapan (pretreatment) untuk mendapatkan
Water For Injection dimulai dari sumber air (sumur atau mata air) yang
ditampung dan diendapkan, kemudian diberi penyaring pasir dan diberi
klorin, sehingga air dapat diminum (drinking water). Air minum disaring
kembali dengan filter 5-10 µm.
b). Proses kedua adalah proses final treatment biasanya dilakukan reverse
osmosis dengan menggunakan chemical softening (kation anion), atau
menggunakan Twin Bed Column lalu disaring dengan menggunakan filter
5-10 µm kemudian disaring lagi menggunakan filter yang lebih kecil dengan
ukuran filter 2 µm bila perlu menggunakan ozonisator atau ultraviolet atau
pemanasan dengan temperatur di atas 70℃ kemudian dimasukkan dalam
tangki penampung dengan temperatur 70℃ kemudian di EDI (Electro
Deionization) Atau didestilasi dimasukkan ke dalam tangki penampung lalu
disaring dengan filter bakteri 0,02 µm.
c). Proses ketiga adalah proses sterilisasi WFI dengan menggunakan
autoklaf, sehingga mendapatkan WFI steril.

Anda mungkin juga menyukai