Anda di halaman 1dari 3

2.

Metode Analisis Pemeriksaan Asam Urat

2.1 Metode CLIA (Chemiluminescence Immunoassay)

Metoda CLIA dalam uji saring darah menggunakan substrat chemiluminescent


yang bereaksi dengan berbagai enzim yang digunakan untuk penanda. Metode ini
sangat populer karena tingginya sensitivitas serta limit deteksi yang rendah.

Reaksi chemiluminescence enzimatik nantinya akan menghasilkan cahaya. Saat


ini sistemnya menggunakan derivatif dari luminol dengan peroksidase dan H2O2 atau
sistem enzimatik lainnya yang menghasilkan H2O2. Lalu ditambah penambah
turunan dari fenol, seperti p-iodofenol, yang meningkatkan emisi
cahaya sampai 2.800 kali.

Komponen-komponen yang bereaksi dan menghasilkan cahaya nantinya akan


terhitung dalam layar serta menunjukan hasil berapa besar kadarnya.

2.2 Metode HPLC (High Perfomance Liquid Crhomatography)

Sesuai namanya, prinsip HPLC menggunakan prinsip kromatografi untuk


mengukur sampel. Dalam kromatografi, analisis dilakukan dengan cara memisahkan
molekul berdasarkan perbedaan struktur ataupun komposisinya. Pemisahan tersebut
terjadi saat sampel bergerak melewati fase diam (dapat berupa zat padat atau cair)
karena terbawa oleh fase gerak (dapat berupa zat cair atau gas).
Hasil yang terpampang nantinya akan berupa satu komponen tersendiri yang
sebelumnya tercampur dalam suatu zat. Pemisahan teknik ini menggunakan fase
terbalik C18 kolom dengan fosfat buffer sebagai air dalam fase geraknya. Deteksi
dilakukan dengan sinar UV 205 nm selama 10 menit. Kuantitas dilakukan dengan
cara menghubungkan daerah puncak dari senyawa yang di identifikasi dengan
hipoksantin sebagai standar internal. Masing-masing batas deteksi kreatinin dan
asam urat adalah 0,045 dan 0,062 mg mL-1.

2.3 Metode Elektroforesis Kapiler (CE)

Elektroforesis kapiler adalah metode elektroforesis yang digunakan untuk


memisahkan asam amino, protein, lipid, karbohidrat, dan nukleotida dengan resolusi
tinggi yang dilakukan pada pipa kapiler berisi buffer.

Elektroforesis kapiler menggunakan listrik bertegangan tinggi yang


menyebabkan semua komponen ion atau molekul netral bergerak ke katode. Deteksi
dapat dilakukan dengan teknik pendeteksian spektrometri atau elektrokimia. Teknik
pemisahan ini dipengaruhi oleh tegangan listrik, koefisien difusi, panjang, dan
diameter pipa kapiler, serta konsentrasi sampel. Metode ini memiliki efisiensi
dan selektivitas yang baik.

Dalam metode ini sampel dapat berupa saliva maupun asam urat dengan batas
deteksi masing-masing sebesar 3,6 mol/L untuk kreatinin dan 0,86 mol/L untuk
asam urat.
2.4 Metode Fluoresensi

Dalam beberapa tahun terakhir pengukuran fluoresensi telah menerima lebih


banyak perhatian karena kesederhanaan operasional mereka, tinggi sensitivitas,
reproduktifitas baik serta real-time deteksi. Serangkaian cara kerja fluoresensi
sendiri telah dirancang untuk mendeteksi biomolekul dan ion logam.

Iodida yang berlebih didapat mampu membuat sensitivitas meningkat secara


signifikan. Sehingga didapat kesimpulan tingkat sensitivitas berhubungan secara
linear dengan konsentrasi asam urat dengan kisaran 0,7-80 M. Selain itu asam urat
serendah 120 nM terdeteksi dengan pengenceran sederhana dengan sampel darah
yang dapat dianalisis.

Selain itu pemeriksaan ini juga dapat menggunakan CdTe atau Cadmium
telluride secara enzimatik. Metode ini dapat mendeteksi dengan cara menghitung
berapa banyak molekul CdTe bereaksi sehingga menunjukan komponen yang ada
dalam zat yang diamati.

2.5 Metode Elektrokimia

Metode elektrokimia ini menggunakan cara kerja mengeliminasi arsobic acid


dalam tembaga(II)-polidopamin dengan dimobilisasi permukaan elektroda. Lapisan
polidopamin (PD) akan terbentuk melalui peredam sederhana berupa glassy carbon
electrode (GCE) yang telah didilusi menggunakan larutan DA dalam keadaan asam
ditambah Cu2+. Tembaga(II) nantinya akan berada dipermukaan dari GCE sehingga akan
muncul hasil komponen yang diamati. Hasil ini akan memberikan respon linier berkisar
antara 0,06-1,68 mM dengan batas deteksi 24,6 M.

Anda mungkin juga menyukai