PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Bacillus sp merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh pada kondisi aerob
dan anaerob. Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu mendegradasi Xylandan karbohidrat
(Cowandan Stells, 1973). Bacillus spp mempunyai sifat: (1) mampu tumbuh pada suhu lebih dari 50 oC
dan suhu kurang dari 5 oC, (2) mampu bertahan terhadap pasteurisasi, (3) mampu tumbuh pada
konsentrasi garam tinggi (>10%), (4) mampu menghasilkan spora dan (5) mempunyai daya proteolitik
yang tinggi dibandingkan mikroba lainnya. Bacillus adalah salah satu genus bakteri yang berbentuk
batang dan merupakan anggota dari divisi Firmicutes. Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob
obligat atau fakultatif, dan positif terhadap uji enzim katalase.
Bacillus secara alami terdapat dimana-mana, dan termasuk spesies yang hidup bebas atau bersifat
patogen. Beberapa spesies Bacillus menghasilkan enzim ekstraseluler seperti protease, lipase, amilase,
dan selulase yang bisa membantu pencernaan dalam tubuh hewan (Wongsa dan Werukhamkul, 2007).
Jenis Bacillus (B. cereus, B. clausii dan B. pumilus) termasuk dalam lima produk probiotik komersil
terdiri dari spora bakteri yang telah dikarakterisasi dan berpotensi untuk kolonisasi, immunostimulasi, dan
aktivitas antimikrobanya (Duc et al., 2004).
Beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi dan memurnikan bakteriosin Bacillus sp. Gram
positif diantaranya yaitu subtilin yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis (Kleinetal.1993), megacin yang
dihasilkan oleh B. megaterium (Tagg et al., 1976), coagulin dihasilkan oleh B. coagulans (Hyronimus,
1998), cerein dihasilkan oleh B. cereus (Oscariz dan Pisabarro, 2000), dan tochicin yang dihasilkan oleh
B. thuringiensis (Paik et al., 1997).
Bakteriosin merupakan zat antimikroba berupa polipeptida, protein, atau senyawa yang mirip
protein. Bakteriosin disintesis diri bosom oleh bakteri selama masa pertumbuhannya dan umumnya hanya
menghambat pertumbuhan galur-galur bakteri yang berkerabat dekat dengan bakteri penghasil bakteriosin
(Kone & Fung, 1992). Menurut Tagg et al., (1976), kriteria yang merupakan ciri-ciri bakteriosin adalah
sebagai berikut: (1) memiliki spektra aktivitas yang lebih sempit, (2) senyawa aktif merupakan
polipeptida atau protein, (3) bersifat bakterisida, (4) mempunyai reseptor spesifik pada sel sasaran, 5) gen
determinan terdapat pada plasmid. Senyawa antibiotik yang dihasilkan Bacillus sp adalah basitrasin,
pumulin, laterosporin, gramisidin, dan tirocidin yang efektif melawan bakteri Gram positif serta kolistin
1
dan polimiksin bersifat efektif melawan bakteri Gram negatif. Sedangkan difficidin memilikis pektrum
lebar, mikobacilin dan zwittermicin bersifat antijamur (Todar, 2005).
1.1 TUJUAN
1. Menjelaskan tentang karakteristik dan jenis (spesies) bakteri
2. Menjelaskan tentang patogenitas dan penyakit yang ditimbulkan
3. Menjelaskan sumber, asal, penyebaran dan penularan
4. Menjelaskan pencegahan dan pengobatan
5. Menjelaskan diagnosis LAB (bahan pemeriksaan, isolasi dan identifikasi)
BAB II
2
PEMBAHASAN
2.1 KARAKTERISTIK DAN JENIS (SPESIES) BAKTERI
Secara umum kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong
dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat
aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus
dapat membentuk endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang
tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Bakteri Bacillus sp. biasanya banyak ditemukan di tanah. Cara untuk mendapatkan bakteri
Bacillus sp. yaitu dengan mengambil sampel tanah menggunakan sendok yang telah disterilisasikan
terlebih dahulu kemudian ambil tanah sekitar kedalaman 3 cm dari permukaan tanah. Bacillus sp.
merupakan bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-22x1,27-7 m, sebagian bersifat motil
(gerak) mobilitasnya ini disebabkan oleh flagel, jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk
dorman sel vegetatif sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang
tidak menguntungkan bagi bakteri.
Letak endospora dalam sel ukuran selama pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan
lainnya. Beberapa spesies memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora dapat berbentuk oval,
silindris, bulat, atau lainnya. Untuk memastikan bahwa koloni-koloni tersebut adalah Bacillus, maka
dilakukan serangkaian pengujian yang bersifat spesifik yaitu pengecetan gram, pengecetan negatif dan
motilitasnya. Bacillus dibedakan dari anggota familia Bacillaceae lainnya berdasarkan sifat-sifatnya yaitu:
keseluruhannya merupakan pembentuk spora, hidup pada kondisi aerob baik sebagai jasad yang
sepenuhnya aerob maupun aerob fakultatif, selnya berbentuk batang, dan memproduksi katalase.
Kebanyakan anggota genus Bacillus adalah organisme saprofit yang lazim terdapat dalam tanah,
air, udara, dan tumbuh-tumbuhan, seperti Bacillus cereus dan Bacillus subtilis. Beberapa di antaranya
patogen bagi insekta. Bacillus cereus dapat tumbuh pada makanan dan menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan keracunan makanan. Organisme ini kadang-kadang dapat menimbulkan penyakit pada
orang fungsi imun yang terganggu (misalnya meningitis, endokarditis, endoftalmitis, konjungtivitis, atau
gastroenteritis akut). Seperti Bacillus anthracis, penyebab antraks adalah bakteri patogen utama genus ini
Sel vegetatif dari Bacillus cereus dapat tumbuh pada rentang temperatur 5 50 oC dengan
temperatur optimal antara 35 - 40 oC, resisten terhadap pH 4,59,3. Dapat tumbuh pada anaerobic agar
dan nutrien broth dan penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 10 % darah
domba. Waktu generasi relatif singkat, antara 20 30 menit. Dalam medium GA, Bacillus cereus telah
mencapai fase eksponensial pada 6 jam inkubasi dan mencapai fase stasioner 20 jam setelah inkubasi.
Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus thuringiensis dan Bacillus
anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan determinasi motilitas (kebanyakan Bacillus cereus
bersifat motil) dan adanya kristal toxin (hanya dihasilkan oleh B. thuringiensis), aktivitas hemolisis (B
cereus memiliki sifat ini, sedangkan B. anthracis bersifat non-hemolitik).
Beberapa strain dari Bacillus cereus bersifat patogen dan berbahaya bagi manusia karena dapat
menyebabkan foodborne illness, namun beberapa diantaranya yang bersifat saprofitik dapat bermanfaat
sebagai probiotik dan juga penghasil antibiotik yang potensial. Bacillus cereus kebanyakan ditemukan
terkandung dalam bahan pangan dan menyebabkan 2 tipe keracunan makanan: 1) emetic yang merupakan
keracunan yang dimediasi oleh toksin yang sangat stabil yang dapat bertahan pada temperatur tinggi, pH
ekstrim serta tahan terhadap enzim pencernaan seperti: trypsin, pepsin. 2) diarrhoeal yang dimediasi oleh
enterotoksin yang labil terhadap panas dan asam. Bacillus cereus merupakan mikroorganisme yang dapat
tumbuh pada kisaran temperatur yang luas dan terdapat strain yang tergolong psychrophilic hingga
thermophilic. Karena kebanyakan strain Bacillus cereus hidup dalam gastro-intestinal dan menyebabkan
infeksi diarrhoeal, maka temperatur 37oC merupakan temperatur pertumbuhan yang optimal.
Karakter
Bentuk
Gram
Sumber
Berdasarkan spora
Respirasi
Pergerakan
Suhu Optimum Pertumbuhan
pH Optimum Pertumbuhan
Katalase
Bacillus Subtilis
Batang (tebal maupun tipis), rantai maupun
tunggal
Positif
tanah, air, udara dan materi tumbuhan yang
terdekomposisi
Bakteri penghasil endospora
Aerob obligat
Motil dengan adanya flagella
25-350C
7-8
Positif
kelangsungan hidup hidup endospora bakteri ketika makanan tidak benar matang.Memasak suhu
kurang dari atau sama dengan 100 c memungkinkan beberapa spora Bacillus cereus untuk
bertahan hidup.Masalah ini diperparah ketika makanan makanan tidak benar didinginkan,yang
memungkinkan endospora untuk berkecambah.
Penyakit
Penyakit dengan gejala diare (tipe diare) disebabkan oleh protein dengan berat molekul
besar, sementara penyakit dengan gejala muntah (tipe emetik) diyakini disebabkan oleh peptida
tahan panas dengan berat molekul rendah.
Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena Basillus cereus mirip dengan gejala
keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens. Diare berair, kram perut, dan
rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi. Rasa mual
mungkin disertai diare, tetapi jarang terjadi muntah (emesis). Pada sebagian besar kasus, gejalagejala ini tetap berlangsung selama 24 jam.
digembalakandi padang rumput. Padang rumput yang baru saja menerima air berlebihan dari daerah lain
merupakan padang penggembalaan yang berbahaya.
Adapun pada manusia penularan penyakit antraks seringnya melalui hal-hal sebagai berikut :
Kontak langsung dengan bibit penyakit yang ada di tanah/rumput, hewan yang sakit, maupun bahanbahan yang berasal dari hewan yang sakit seperti kulit, daging, tulang dan darah.
Bibit penyakit terhirup orang yang mengerjakan bulu hewan (domba dll) pada waktu mensortir. Penyakit
dapat ditularkan melalui pernapasan bila seseorang menghirup spora Antraks.
Memakan daging hewan yang sakit atau produk asal hewan seperti dendeng, abon dll
2.3.2 Bacillus cereus
Bila seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri bereproduksi dan
menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi pangan yang telah mengandung toksin
tersebut. Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh
Bacillus cereus, yaitu toksin yang menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).
Gejala keracunan:
Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab diare, maka gejala
yang timbul berhubungan dengan saluran pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut
seperti kram, diare berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan.
Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin penyebab muntah, gejala yang
timbul akan bersifat lebih parah dan akut serta berhubungan dengan saluran pencernaan bagian
atas, berupa mual dan muntah yang dimulai 1-6 jam setelah mengkonsumsi pangan yang tercemar.
Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan berbahan beras, kentang
tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan bakteri penghasil toksin
penyebab diare bisa mencemari sayuran dan daging.
2.3.3 Bacillus subtilis
Media perantara pertumbuhan Bacillus subtilis antara lain adalah tanah, air, udara dan materi
tumbuhan yang terdekomposisi. Selain itu, B.subtilis juga ditemukan pada produk makanan seperti
produk susu, daging, nasi dan pasta. Bakteri ini dapat tumbuh pada produk makanan karena produkproduk makanan tersebut menyediakan nutrisi yang baik untuk pertumbuhan B.subtilis.
Pembuangan bangkai hewan dengan membakar atau mengubur pada sumur yang dalam disertai
kapur , Dekontaminasi produk-produk hewan (biasanya dengan autoklaf), Baju dan sarung tangan
pelindung waktu mengenai bahan-bahan yang mungkin tercemar, Imunisasi aktif hewan peliharaan
dengan vaksin hidup yang dilemahkan. Orang yang mempunyai resiko besar karena pekerjaanya harus diimunisasi
dengan vaksin bebas-sel yang dapat diperoleh dari Centers for Disease Control, Atlanta, GA 30333.
Pengobatan
Banyak antibiotika efektif terhadap antraks pada manusia, tetapi pengobatan harus dimulai sedini
mungkin. Penisilin cukup memuaskan, kecuali pada pengobatan antraks pernapasan, dimana mortilitas
tetap tinggi. Beberapa basil Gram-positif lainnya mungkin resisten terhadap penisilin karena membentuk
-laktamase. Tetrasiklin, eritromisin, atau clyndamicin mungkin efektif.
2.4.2 Bacillus cereus
Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian, makanan yang dimasak,
dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun yang menyebabkan muntah. Resiko paling besar
yaitu kontaminasi silang.
9
Pengobatan
Pengobatan diare dapat dilakukan dengan sistem pengobatan simtomatik ( atau menghilangkan rasa
sakit ) dan pengobatan kausatif . untuk pengobatan kausatif kuman penyebabnya dimatikan dengan zat
anti bakteri . tujuan dari pengobatan adalah mengurangi terjadinya infeksi terhadapat manusia dari bakteri
Bacillus cereus .
2.4.3 Bacillus subtilis
Pencegahan
Menjaga sanitasi diri dan lingkungan karena bakteri ini dapat mencemari makanan .
Pengobatan
Pengobatan jarang dilakukan karena bakteri hanya mencemari makanan tanpa menimbulkan keracunan
makanan dan penyakit lain yang berkelanjutan .
10
Inkubator
Wrapper
2.6.2 Bahan
Aquadest
Alkohol 70%
Aluminium foil
Medium Nutrient Agar (NA)
Nitrat Broth (NB)
Malachite Green
Sterch Agar (SA)
Semisolid
Skim Milk Agar
Simon citrat
MR-VP Broth
KOH Alfanaptol
Reagen A dan B
NB 0%
NB + Nacl(6,5% dan 10 %)
Kristal violet
Lugol iodine
Safranin
Etanol 96%
Reagen H2O2
Media rafinosa
Laktosa
Reagen oksidase
2.6.3 Metode
Hari 1
Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Mac conkey
Hari II
Koloni yang tersangka dari Blood agar plate dicat gram.kalau ditemukan gram (+) batang
kemudian ditanam pada media gula dan media lainnya.Masuk inkubator 37c 24 jam.(hasil pada
hari III)
Hari III
Dibaca dan dicatat pertumbuhan pada media gula dan media lainnya,dilakukan test kimia.
2. Aluminium foil disiapkan yang sebelumnya disterilkan terlebih dahulu dengan alkohol 70%
3. Sampel diambil dengan cepat dan dengan hati-hati dimasukan kedalamaluminium foil steril
kemudian ditutup rapat.
1. Dibuat ulasan bakteri pada objek glass lalu ditutupi dengan kertas merang
2. Ditetesi dengan Malachite green diatas kertas merang dan diletakkan
diatas air mendidih
3. Dibiarkan lama selama 5 menit,jika pinggiran mulai mengering ditambahkan lagi malachite green
h. Uji motilitas
1. Diinokulasi bakteri uji pada medium SIMA semisolid sebanyak 1 ose
2. Diinkubasi selama 2x 24 jam pada temperatur 30oc
3. Dilihat pertumbuhan koloni bakterinya yang ada pada amedium SIMA semisolid
i.Uji hidrolisi starch
1. Diinokulasi bakteri uji pada medium padat starch agar sebanyak 1 ose
2. Diikubasi selama 2x 24 jam pada temperatur 30oC
3. Permukaan media ditetesi dengan larutan lugol iodine
4. Diamati perubahan yang terjadi,jika berbentuk zona jernih (warna biru reagen) menandakan hasil
uji negatif
DIAGNOSA LAB
Identifikasi species Bacillus sp
Alat :
1. Jarum ose
2. Objeck glass
3. Mikroskop
4. Inkubator
5. Pipet tetes
6. Pembakar spirtus
Bahan :
1. Sampel ( darah , nanah , dsb)
2. media agar darah
3. perlengkapan perwarnaan gram seperti : kristal violet , lugol iodine , safranin .
15
Cara kerja :
1. Hari I :
specimen ditanam pada blood agar plate . masukan ke inkubator suhu 37 derajat celcius
selama 24 jam . ( hasil pada hari ke 2)
2. Hari II
koloni tersangka dari blood agar plate dicat pada pewarnaan gram . kalau ditemukan gram (+) batang
kemudian ditanam pada media gula ( hasil pada hari IV )
Cara penanaman uji gula - gula :
1. tanam bakteri pada media gula - gula dengan cara aseptik
2. diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu 30 derajat celcius
3. Diamati perubahannya hasil positif jika media berubah warna dari ungu menjadi kuning dan
hasil negatif jika media berwarna ungu
interpretasi hasil
No
Species
1.
2.
3.
B.anthacis
B. Cereus
Glukosa
Laktosa
+
+
-
B. subtilis
16
Mannitol
+
Maltosa
+
+
+/-
Sukrosa
+
+/+
KESIMPULAN
Secara umum kelompok Bacillus merupakan bakteri berbentuk batang (basil), dan tergolong
dalam bakteri gram positif yang umumnya tumbuh pada medium yang mengandung oksigen (bersifat
aerobik) sehingga dikenal pula dengan istilah aerobic sporeformers. Kebanyakan anggota genus Bacillus
dapat membentuk endospora yang dibentuk secara intraseluler sebagai respon terhadap kondisi
lingkungan yang kurang menguntungkan, oleh karena itu anggota genus Bacillus memiliki toleransi yang
tinggi terhadap kondisi lingkungan yang berubah-ubah.
Bacillus sp memiliki ciri-ciri morfologi sebagai berikut :koloni bakteri berbentuk bulat atau
circular,berukuran sedang atau moderate, elevasi convex , permukaan halus mengkilap, dan margin
entre.Lebar sel Bacillus sebenrnya 2,5 sedangkan panjang sel sebenarnya 2,5.Hasil uji positif yaitu uji
pewranaan gram, pewarnaan endospora, ujihidrolisi starch, uji hidrolisis kasein, uji VP, uji katalase, dan
uji oksidase.Hasil uji negatif yaitu uji laktose dan raffinosa, uji motilitas, ujipenggunaan sitrat, dan uji
toleransi Nacl.
DAFTAR PUSTAKA
17
Sri Wulandari Nursal dan Wildan Sukma Juwita.2006. Bioaktifitas Ekstrak Jahe (Zingiber
officinale Roxb.) dalam Menghambat Pertumbuhan Koloni Bakteri Escherichia coli dan
Bacillus subtilis.Jurnal Biogenesis Vol. 2(2):64-66. Laboratorium Pendidikan Biologi PMIPA
FKIP Universitas Riau.Riau.
Lampiran
IDENTIFIKASI DAN STUDI AKTIVITAS PROTEASE
18
19
PENDAHULUAN
Rumah Potong Ayam (RPA) merupakan salah satu
industri di bidang peternakan yang bergerak dalam
fungsi pemotongan ayam hidup dan mengolah
menjadi karkas yang siap konsumsi (Singgih dan
Kariana, 2008). Dampak negatif dari industri ini
yaitu menghasilkan limbah berbentuk padat dan
cair. Menurut Del and Damianovic dalam Tarntip
dan Thungkao (2011), pemotongan ayam akan
menghasilkan limbah cair terutama di proses
pemotongan dan pencucian karkas. Kandungan
limbah cair RPA diantaranya adalah limbah kimiafisik dan mikrobiologi. Mikroba yang terkandung
dalam limbah cair RPA diantaranya adalah
Bacillus subtilis, Bacillus thuringiensis, dan
Lysinibacillus fusiformis (Tarntip dan Thungkao,
2011).
Menurut Baehaki (2011), Bacillus sp merupakan
salah satu jenis bakteri yang memiliki kemampuan
untuk menghasilkan protease. Protease merupakan
satu diantara tiga kelompok enzim komersial yang
diperdagangkan sebagai katalisator hayati.
Protease dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi
industri pangan dan non-pangan. Salah satu
industri non-pangan yang memanfaatkan protease
adalah industri biodeterjen.
Biodeterjen adalah zat pencuci yang
memanfaatkan enzim sebagai bahan aktif utama.
Saat ini, penggunaan biodeterjen telah mencapai
hampir di seluruh dunia karena memiliki kelebihan
dibandingkan dengan deterjen sintetik. Biodeterjen
lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan
deterjen sintetik. Hal ini didasarkan bahwa
komponen utama biodeterjen adalah protease yang
bersifat efisien, selektif dan mengkatalisis reaksi
tanpa produk samping (Naiola, 2002). Kebutuhan
biodeterjen yang meningkat menyebabkan
peningkatan terhadap kebutuhan protease. Oleh
karena itu, perlu adanya pengembangan produksi
protease yang mudah serta biaya yang relatif
rendah.
Menurut Naiola (2002), penggunaan
mikroorganisme untuk produksi protease memiliki
beberapa kelebihan diantaranya mudah diproduksi
dalam skala besar, waktu produksi relatif pendek
serta dapat diproduksi berkesinambungan dengan
biaya yang relatif rendah. Salah satu
20
21
22
Lampiran
23
24
25
kasein, reduksi nitrat (Jutono et al., 1973); hidrolisis gelatin dan penggunaan
sumber karbon (Nishiyama dan Ezuka, 1991); uji reaksi hipersensitif, uji
patogenisitas (Klement, 1990); pertumbuhan pada berbagai pH media,
produksi hidrogen sulfida, hidrolisis eskulin, pertumbuhan pada berbagai suhu
inkubasi, pertumbuhan pada 0,1% fenol, toleransi terhadap NaCl, penggunaan
sumber nitrogen, hidrolisis gelatin, dan penggunaan sumber karbon (Nishiyama
dan Ezuka, 1991); aktivitas enzim lecithinase (Gordon et al., 1973).
Pengujian Antibiosis terhadap Patogen Lincat dan Pengujian Antagonisme
Antaragensia Pengendali Hayati
Pengujian antarisolat bakteri dilakukan seperti yang dilaporkan oleh Arwiyanto et
al. (2006 ) sedangkan pengujian penekanan terhadap nematoda oleh Bacillus spp.
dilakukan seperti yang dilakukan oleh Dropkin (1996) dan Dalmadiyo (2004).
Morfologi Bakteri
Koloni Bacillus spp. yang diamati berbentuk bulat, berlendir, tepi rata, dan tidak
tembus cahaya. Sel bakteri berbentuk batang dengan ukuran sel yang bervariasi
Semua isolat membentuk endospora. Pewarnaan dengan malachite green
memperlihatkan endopsora berwarna hijau dengan sel vegetatif berwarna merah.
Endopsora berbentuk elips dengan posisi berada di tengah sel atau di dekat ujung
sel.
Sifat Fisiologi dan Biokimia
Semua isolat yang diuji menunjukkan sifat Gram positif, mampu tumbuh pada
kondisi oksigen berkecukupan maupun dalam kondisi oksigen terbatas, bentuk
batang, dan membentuk endopsora. Enzim katalase dibentuk oleh
semua isolat, uji VP positif sedangkan uji MR negatif yang berarti semua isolat
mampu membentuk asam dari glukosa namun pH yang terbentuk tidak mencapai
4,2. Sitokrom oksidase dibentuk oleh semua isolat, hidrolisis pati dan kasein
positif, sebagian besar menghidrolisis gelatin (kecuali isolat Ba-41), sitrat
digunakan oleh semua isolat sebagai sumber karbon, nitrat dapat direduksi
menjadi nitrit. Beberapa senyawa karbohidrat dapat digunakan
sebagai sumber karbon yaitu glukosa, maltosa, sukrosa, amilum, manitol, sorbitol,
dan myoinositol. Suhu minimum untuk pertumbuhan berkisar dari 10 C sampai
20 C sedangkan suhu optimum antara 3040 C. Suhu maksimum berbeda-beda
tiap isolatnya. Ba-22 dan Ba-33 mampu tumbuh pada suhu 80 C. Semua isolat
mampu tumbuh pada medium yang mengandung 7% NaCl. pH optimum untuk
pertumbuhan adalah 6,57,5 sedangkan pH minimum 4,5 dan pH maksimum
untuk pertumbuhan adalah 10.
Sifat Patogenisitas terhadap Tanaman
Hasil pengujian reaksi hipersensitifitas menunjukkan bahwa semua isolat yang
diuji tidak mampu menimbulkan bercak nekrosis pada daun tembakau. Ini berarti
bahwa isolat-isolat tersebut bukan merupakan patogen tumbuhan.
Pengujian lebih lanjut menguatkan hasil tersebut ketika keenam isolat
diinokulasikan ke tanaman tembakau lewat akar. Tanaman tembakau var. klemoko
yang diinokulasi dengan enam isolat Bacillus spp. tidak menunjukkan
26
gejala apa pun, tidak dijumpai malaformasi atau perubahan morfologis, seperti
halnya pada kontrol negatif yang diinokulasi dengan air. Pada kontrol positif yang
diinokulasi dengan R. solanacearum, tanaman menunjukkan gejala kelayuan
setelah satu minggu.
Aktivitas Antibiosis terhadap Patogen Antagonisme terhadap Ralstonia
solanacearum
Tiga isolat Bacillus spp. yaitu Ba-4, Ba-22, dan Ba-24 mampu menghambat ketiga
isolat R. solanacearum yang diujikan sedangkan dua isolat lainnya yaitu Ba-30
dan Ba-33 hanya mampu menghambat satu isolat saja. Dari enam isolat yang diuji
ternyata hanya satu isolat yaitu Ba-41 yang tidak mampu menghambat
pertumbuhan R. solanacearum secara in vitro. Sebaliknya isolat Bacillus Ba-41 ini
dihambat pertumbuhannya oleh dua isolat R. solanacearum (
Antagonisme terhadap Meloidogyne incognita
Semua isolat Bacillus spp. mampu mendegradasi telur nematoda M. incognita dan
mengurangi persentase telur yang menetas menjadi larva (Tabel 6). Dua isolat,
yaitu Ba-4 dan Ba-22 hanya mampu mendegradasi telur dalam jumlah yang
sangat sedikit namun sisa telur yang tidak terdegradasi ternyata tidak mampu
menetas menjadi telur.
Antagonisme antar bakteri antagonis
Hasil pengujian menunjukkan bahwa terdapat variasi penghambatan antarbakteri
antagonis yang akan digunakan dalam program pengendalian hayati penyakit
lincat. Hampir separuh isolat Bacillus spp. yang diuji mampu menekan
pertumbuhan agensia hayati lainnya (Tabel 6). Isolat Ba-41 yang memberikan
penekanan terbaik terhadap penyakit lincat di lapangan ternyata tidak
menghambat pertumbuhan bakteri antagonis lainnya. Meskipun demikian
ternyata isolat Ba-41 peka terhadap antagonisme isolat bakteri antagonis yang
lain.
PEMBAHASAN
Beberapa sifat yang berhasil diidentifikasi menunjukkan bahwa isolat bakteri
yang diteliti masuk ke dalam genus Bacillus. Sifat ini bersama dengan bentuknya
yang batang dan mampu membentuk endopsora, membedakan Bacillus sp. dengan
genus Clostridium dan Sporosarcina. terlihat bahwa isolat-isolat Bacillus spp.
yang diuji mempunyai sifat yang beragam. Isolat Ba-4, Ba-24, Ba-30, Ba-33, dan
Ba-41 mempunyai kemiripan sebagian sifat dengan B. cereus sedangkan Ba-22
dengan B. licheniformis. Karakterisasi lebih lanjut dengan metode modern seperti
secara molekuler perlu dilakukan untuk memastikan spesies dari isolat-isolat
bakteri tersebut. Isolat Bacillus spp. yang diteliti bukan merupakan
pa togen tumbuhan yang di tunjukkan dengan ketidakmampuannya menyebabkan
gejala nekrosis pada daun tembakau (reaksi hipersensitifitas negatif) dan tidak
ditemukannya malaformasi pada tanaman yang diinokulasi melalui akar. Sampai
saat ini telah dilaporkan ada tiga spesies dari genus Bacillus yang merupakan
patogen pada tumbuhan yaitu B. megaterium, B. megaterium pv cerealis, dan B.
27
28