Anda di halaman 1dari 5

Bacillus cereus Dapat menyebabkan keracuann makanan dan juga menyebabkan pneumonia, bronkopneumonia dan luka.

Morfologi Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang pertama kali diisolasi pada tahun 1969 dari darah dan cairan pleura pasien pneumonia. Bacillus cereus memiliki beberapa karakter morfologi diantaranya: Gram positif dengan lebar sel 0,9 1,2 m dan panjang 3 5 m. motilitas positif, spora elipsoidal, sentral atau parasentral, spora jarang keluar dari sporangia. Tidak membentuk kapsul, biasanya muncul dalam bentuk rantai panjang tipe R. Bentuk koloni irregular, opague terkadang waxy. Pada medium cair membentuk turbiditas moderate . Enterotoksin Bacillus cereus memiliki karakter yang mirip dengan Bacillus thuringiensis dan Bacillus anthracis, namun tetap dapat dibedakan berdasarkan determinasi motilitas (kebanyakan Bacillus cereus bersifat motil) dan adanya kristal toxin (hanya dihasilkan oleh B. thuringiensis), aktivitas hemolisis (B cereus memiliki sifat ini, sedangkan B. anthracis bersifat non-hemolitik). Bacillus cereus menghasilkan beberapa enterotoksin dapat dalam makanan atau dibentuk dalam usus penyebab penting dari infeksi mata, keratitis berat, endoftalmitis dan panoftalmitis (khasnya bakteri masuk ke dalam mata melalui benda asing yang berkaitan dengan trauma). Enterotoksin penyebab diare bersifat keracunan lewat makan (diarrheal type). Enterotoksin penyebab muntah berkaitan pada nasi panas tercemar (emetic type) dengan gejala mual, kejang otot perut. Dalam pertumbuhan Bacillus cereus menghasilkan toksin selama pertumbuhan atau selama sporulasi. Beberapa strain dari Bacillus cereus bersifat patogen dan berbahaya bagi manusia karena dapat menyebabkan foodborne illness, namun beberapa diantaranya yang bersifat saprofitik dapat bermanfaat sebagai probiotik dan juga penghasil antibiotik yang potensial. Bacillus cereus kebanyakan ditemukan terkandung dalam bahan pangan dan menyebabkan 2 tipe keracunan makanan: 1) emetic yang merupakan keracunan yang dimediasi oleh toksin yang sangat stabil yang dapat bertahan pada temperatur tinggi, pH ekstrim serta tahan terhadap enzim pencernaan seperti: trypsin, pepsin. 2) diarrhoeal yang dimediasi oleh enterotoksin yang labil terhadap panas dan asam. Bacillus cereus merupakan mikroorganisme yang dapat tumbuh pada kisaran

temperatur yang luas dan terdapat strain yang tergolong psychrophilic hingga thermophilic. Karena kebanyakan strain Bacillus cereus hidup dalam gastro-intestinal dan menyebabkan infeksi diarrhoeal, maka temperatur 37oC merupakan temperatur pertumbuhan yang optimal. Antibiotika Beberapa species utama genus Bacillus yang dapat memproduksi peptida antibiotik diantaranya: Bacillus brevis (contoh: Gramicidin, Tyrothricin), Bacillus cereus (Cerexin, Zwitermicin), Bacillus circulans (contoh: Circulin) , Bacillus laterosporus (contoh: Laterosporin). Bacillus licheniformis (contoh: Bacitracin), Bacillus polymyxa (Polymixin, Colistin), Bacillus pumilus (contoh: Pumilin) dan Bacillus subtilis (Difficidin, Subtilin, Mycobacillin). Bacillus cereus merupakan salah satu anggota genus Bacillus yang memiliki potensi antibiotik. Bacillus cereus memproduksi Biocercin yang efektif menghambat Staphylococcus aureus dan Staphylococcus albus dengan menggunakan protease pepton agar sebagai medium uji. Spesies ini diketahui bersifat antagonistik terhadap Fusarium roseum var sambucinum yang merupakan agen penyebab Potato Dry Root dengan menggunakan medium uji potato dextrose agar. Bacillus cereus memproduksi Mycocercin yang merupakan antibiotik peptida yang efektif terhadap beberapa jenis yeast maupun mold dengan rentang minimal inhibitory concentration antara 19,5 78 mikrogram/mL. Cerexin B merupakan antibiotik yang efektif terhadap bakteri gram positif yang diproduksi oleh Bacillus cereus Gp-3 dan merupakan antibiotik amphoteric acylpeptide. Bacillus cereus BMG 366-UF5 melalui fermentasi dengan menggunakan spora sebagai inokulum awal, dapat memproduksi Prumycin yang merupakan antibiotik yang juga diproduksi oleh Streptomyces kagawaensis dengan aktivitas yang tidak jauh berbeda. Zwittermicin A merupakan salah satu antibiotik golongan aminopolylol yang diketahui efektif dalam menghambat beberapa patogen yang menyerang tanaman dengan spektrum luas meliputi bakteri (baik gram positif maupun gram negatif), beberapa fungi (seperti: oomycetes) dan protista (contohnya: alga). Zwittermicin A diketahui diproduksi oleh beberapa strain Bacillus cereus diantaranya: Bacillus cereus UW 11, UW 32, UW 52, UW 56, UW 64, UW 78, UW 89, UW 96,UW 119 dan UW 120. Beberapa strain tersebut selain memproduksi Zwittermycin A, juga memproduksi Kanosamin yang merupakan antibiotik dengan spektrum luas.

Gejala-gejala Penyakit Keracunan makanan karena B. cereus merupakan penamaan secara umum, walaupun ada dua tipe penyakit yang disebabkan oleh dua metabolit yang berbeda. Penyakit dengan gejala diare (tipe diare) disebabkan oleh protein dengan berat molekul besar, sementara penyakit dengan gejala muntah (tipe emetik) diyakini disebabkan oleh peptida tahan panas dengan berat molekul rendah. Gejala-gejala keracunan makanan tipe diare karena B. cereus mirip dengan gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh Clostridium perfringens . Diare berair, kram perut, dan rasa sakit mulai terjadi 6-15 jam setelah konsumsi makanan yang terkontaminasi. Rasa mual mungkin menyertai diare, tetapi jarang terjadi muntah (emesis). Pada sebagian besar kasus, gejala-gejala ini tetap berlangsung selama 24 jam. Keracunan makanan tipe emetik ditandai dengan mual dan muntah dalam waktu 0.5 sampai 6 jam setelah mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang kram perut dan/atau diare dapat juga terjadi. Umumnya gejala terjadi selama kurang dari 24 jam. Gejala-gejala keracunan makanan tipe ini mirip dengan gejala keracunan makanan yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus . Beberapa strain B. subtilis dan B. licheniformis telah diisolasi dari kambing dan ayam yang dicurigai menjadi penyebab kasus keracunan makanan. Organismeorganisme ini menghasilkan racun yang sangat tahan panas yang mungkin mirip dengan racun penyebab muntah yang diproduksi oleh B. cereus . Keberadaan B. cereus dalam jumlah besar (lebih dari 10 6 organisme/g) dalam makanan merupakan indikasi adanya pertumbuhan dan pembelahan sel bakteri secara aktif, dan berpotensi membahayakan kesehatan.

Diagnosis Bacillus cereus dipastikan sebagai penyebab suatu kasus keracunan makanan, apabila (1) hasil isolasi Bacillus cereus menunjukkan bahwa strain-strain dari serotip yang sama ditemukan pada makanan yang dicurigai dan dari kotoran atau muntahan pasien, atau (2) hasil isolasi bakteri dari makanan yang dicurigai, kotoran, atau muntahan pasien menunjukkan adanya sejumlah besar Bacillus cereus dari serotip yang dikenal sebagai penyebab keracunan makanan, atau (3) dengan cara mengisolasi Bacillus cereus dari makanan yang dicurigai dan menentukan kemampuannya

dalam menghasilkan enterotoxin ( enterotoxigenicity ) dengan uji serologis (untuk toxin penyebab diare) atau uji biologis (untuk tipe diare dan emetik). Pada tipe emetik, waktu yang cepat munculnya gejala segera setelah infeksi, didukung dengan beberapa bukti pada makanan, seringkali sudah cukup untuk mendiagnosis keracunan makanan tipe ini. Tes Diagnostik Laboratorium Bacillus cereus non pathogen menunjukkan pergerakan dengan penyebaran (swarming) pada media kultur seengah padat. Sel vegetatif dari Bacillus cereus dapat tumbuh pada rentang temperatur 5 50 oC dengan temperatur optimal antara 35 - 40 oC, resisten terhadap pH 4,59,3. Dapat tumbuh pada anaerobic agar dan nutrien broth dan penambahan NaCl 7%, nutritive agar serta nutritive agar dengan 7 10 % darah domba. Waktu generasi relatif singkat, antara 20 30 menit. Dalam medium GA, Bacillus cereus telah mencapai fase eksponensial pada 6 jam inkubasi dan mencapai fase stasioner 20 jam setelah inkubasi. Patogenesis Bacillus cereus bertanggung jawab untuk sebagian kecil penyakit bawaan makanan (2-5%), menyebabkan mual muntah, parah dan diare penyakit bawaan makanan Bacillus. Terjadi karena kelangsungan hidup endospora bakteri ketika makanan tidak benar matang. Memasak suhu kurang dari atau sama dengan 100 C (212 F) memungkinkan beberapa spora Bacillus cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika makanan itu tidak benar didinginkan, yang memungkinkan endospores untuk berkecambah. Makanan dimasak tidak dimaksudkan untuk dipakai sendiri atau pendinginan yang cepat dan pendinginan harus disimpan pada suhu di atas 60 C (140 F). Perkecambahan dan pertumbuhan umumnya terjadi antara 10-50 C (50-122 F), meskipun beberapa strain psychrotrophic hasil pertumbuhan bakteri dalam produksi enterotoksin, salah satunya sangat tahan terhadap panas dan pH antara 2 dan 11;. konsumsi menyebabkan dua jenis penyakit, diare dan muntah (muntah) sindrom .

Makanan yang Terkait Berbagai jenis makanan, termasuk daging, susu, sayuran, dan ikan, berkaitan dengan penyebab keracunan makanan tipe diare. Kasus-kasus tipe emetik umumnya berkaitan dengan makanan dari beras. Walaupun demikian, makanan bertepung lainnya seperti kentang, pasta, dan keju juga dapat menjadi penyebabnya. Campuran makanan seperti saus, pudding, sup, casserole (sejenis

makanan yang dimasak dalam wadah tertutup di atas api kecil), pastry (sejenis kue), dan salad sering dicurigai sebagai penyebab dalam kasus-kasus keracunan makanan. Pencegahan Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan. Namun demikian, makanan yang dimasak, dipanaskan, dan disimpan dengan benar umumnya aman dari racun yang menyebabkan muntah. Resiko paling besar yaitu kontaminasi silang, yakni apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan yang terkontaminasi (misalnya alas pemotong). Tipe emetik umumnya berkaitan dengan makanan yang mengandung tepung, yang disimpan dengan cara yang tidak benar (misalnya nasi, pasta). Penyimpanan dengan benar (di bawah 7C dan hanya untuk beberapa hari) akan mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan produksi racun. Populasi Rentan Semua orang diyakini rentan terhadap keracunan makanan oleh Bacillus cereus.

Epidemiologi Bacillus sp termasuk kedalam family Bacillaceae. Untuk bakteri Bacillus cereus sendiri merupakan bakteri gram positif, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk pangan (Tay, et al., 1982). Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan yang mengandung NaOH dan HCL.

Anda mungkin juga menyukai