MIKROBIOLOGI
BLOK THEURAPEUTIK KEDOKTERAN GIGI (BLOK 3)
PENYUSUN
Mengetahui,
Puji syukur kepada Allah SWT, bahwa pada akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
pembuatan Buku Panduan Praktikum Mahasiswa Mikrobiologi Blok Theurapeutik dan
Radiologi (Blok 3) untuk digunakan sebagai panduan praktikum Mikrobiologi mahasiswa
Program Studi Dokter Gigi FKG Unsyiah.
Akhir kata, dengan tulus penyusun menyampaikan ucapan terimakasih yang sedalam
dalamnya kepada pihak pimpinan FKG Unsyiah dan teman teman staf pengajar di bagian
Biologi Oral FKG Unsyiah atas motivasi yang diberikan sehingga penyusun dapat
menyelesaikan penyusunan Buku Panduan Praktikum ini. Penyusun menyadari bahwa buku
panduan ini masih sangat banyak kekurangan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
dan tangan terbuka penyusun mengharapkan saran dan masukan untuk dijadikan bahan
dalam menyempurnakan buku penuntun ini. Wassalam.
Penyusun
Santi Chismirina
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Tata Tertib Praktikum
Format Laporan Praktikum
Materi I. Pengenalan Alat Mikrobiologi
Materi II. Metode Aseptis dan Sterilisasi
Materi III. Penyiapan dan Pembuatan Medium
Materi IV. Kultur dan Transfer Kultur Mikroba
Materi V. Isolasi dan Enumerasi Mikroba, serta Preservasi Kultur Mikroba
Materi VI. Morfologi Jamur dan Bakteri
Materi VII. Uji Potensi Senyawa Antimikroba
Materi VIII. Teknik Dasar Biologi Molekuler
Daftar Pustaka
TATA TERTIB PRAKTIKUM
B. Tata Tertib Ujian Praktikum : Setiap mahasiswa diwajibkan mengikuti semua ujian
pada waktu yang telah ditentukan.
FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
BLOK THERAPEUTIKDAN RADIOLOGI
(BLOK 3)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktikum
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. KESIMPULAN
VI. DAFTAR PUSTAKA (disesuaikan dengan pustaka yang digunakan pada latar
belakang)
A. DESKRIPSI
Mata kuliah ini mencakup prinsip analisis dasar mikrobiologi seperti metode aseptis
dan sterilisasi, teknik isolasi, kultivasi, dan preservasi kultur mikroba, teknik enumerasi
mikroba, teknik identifikasi mikroba, dan faktor pertumbuhan mikroba. Praktikum ini juga
mencakup prinsip penggunaan alat instrumen diantaranya mikroskop.
C. MATERI PRAKTIKUM
1. Pengenalan alat mikrobiologi
2. Metode aseptis dan sterilisasi
3. Penyiapan dan Pembuatan Medium
4. Teknik kultur, isolasi, dan preservasi mikroba
5. Teknik enumerasi mikroba
6. Identifikasi dan karakterisasi mikroba
Kompetensi :
1. Mahasiswa mengenal dan mengetahui fungsi alat-alat yang umum digunakan pada
praktikum mikrobiologi
2. Mahasiswa mampun menggunakan alat-alat yang umum digunakan pada praktikum
mikrobiologi
Pendahuluan
Praktikum Mikrobiologi merupakan praktikum yang berhubungan dengan mikroba
sehingga memerlukan beberapa alat yang mendukung pelaksanaannya seperti autoclave,
mikroskop, dll. Berikut beberapa alat-alat mikrobiologi yang perlu dikenal :
mikroskop, autoclave, cawan petri, tabung reaksi, gelas Beaker, Erlenmeyer, gelas ukur,
mikropipet, lampu Bunsen, batang L, jarum inokulum, pinset, skalpel, pH indikator
universal.
Mikroskop
Keterangan :
1. Lensa okuler, untuk memperbesar bayangan yang
dibentuk lensa objektif
2. Revolving (pemutar lensa objektif), untuk
memutar lensa objektif sehingga mengubah
perbesaran
3. Ttabung pengamatan/tabung okuler
4. Stage (meja benda), spesimen diletakkan di sini
5. Condenser untuk mengumpulkan cahaya supaya
tertuju ke lensa objektif
6. Lensa objektif), untuk memperbesar spesimen
7. Brightness adjustment knob (pengatur
kekuatan lampu), untuk memperbesar dan
memperkecil cahaya lampu
8. Tombol on-off
9. Diopter adjustmet ring (cincin pengatur diopter)
Untuk menyamakan focus antara mata kanan dan
kiri
10. Interpupillar distance adjustment knob (pengatur
jarak interpupillar
11. Specimen holder (penjepit spesimen)
12. Illuminator (sumber cahaya)
13. Vertical feed knob (sekrup pengatur vertikal)
Untuk menaikkan atau menurunkan object glass
14. Horizontal feed knob (sekrup pengatur
horizontal) Untuk menggeser ke kanan / kiri
objek glas
15. Coarse focus knob (sekrup fokus kasar)
Menaik turunkan meja benda (untuk mencari
fokus) secara kasar dan cepat
16. Fine focus knob (sekrup fokus halus)
Menaik turunkan meja benda secara halus dan
lambat
17. Observation tube securing knob (sekrup
pengencang tabung okuler)
18. Condenser adjustment knob (sekrup pengatur
kondenser) untuk menaik-turunkan kondenser.
Autoclave
Autoclave adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi, menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 1,5 atm - 2 atm dengan suhu 121oC dan lama sterilisasi yang
dilakukan biasanya 15-20 menit.
mikrobiologi, menggunakan udara kering. Suhu 170-180oC dan lama sterilisasi yang
dilakukan biasanya 1,5-2 jam.
Cara Pemakaian :
1. Masukkan alat-alat yang telah siap ke dalam oven
2. Tutup oven dan tutup tombol pengatur tekanan dan nyalakan tombol
3. Atur suhu pada termometer dengan cara memutar pengatur suhu sesuai suhu oven
4. Hitung waktu sterilisasi selama 1,5-2 jam dan dimulai ketika suhu sudah
0
mencapai 170-180 C
5. Matikan tombol setelah 1,5-2 jam, tunggu sampai suhu turun dan oven
dingin selanjutnya alat-alat dapat dikeluarkan.
Timbangan/Neraca analitik
Alat untuk mengukur berat (terutama yang berukuran kecil) atau alat untuk
menimbang suatu zat. alat ini biasanya diletakkan di laboratorium sebagai alat ukur
dalam kegiatan penelitian. Alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital
dan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan sumber
tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan
kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka yang tertera pada layar, angka itu
merupakan berat dari bahan yang ditimbang.
Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan pada pembuatan
media untuk bakteri, jamur atau media tanam kultur jaringan dan mikrobiologi dalam
praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Komposisi penyusun media yang tidak tepat
akan berpengaruh terhadap konsentrasi zat dalam media sehingga dapat menyebabkan
terjadinya kekeliruan dalam hasil praktikum.
Kekurangan neraca analitik : Alat ini memiliki batas maksimal yaitu 1 mg, jika melewati
batas tersebut maka ketelitian perhitungan akan berkurang, tidak dapat menggunakan
sumber tegangan listrik yang besar, sehingga harus menggunakan stavolt. Jika tidak, maka
benang di bawah pan akan putus.
Kelebihan neraca analitik : Memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan dapat
menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g atau 0,1 mg, penggunaannya tidak begitu
rumit jika dibandingkan dengan timbangan manual.
Cawan Petri (Petri Dish) dan Tabung reaksi (Reaction Tube / Test Tube)
a b
a. Cawan Petri; berfungsi untuk membiakkan (kultivasi) mikroba. Medium dapat dituang
ke cawan bagian bawah dan cawan bagian atas sebagai penutup. Cawan petri tersedia
dalam berbagai macam ukuran, diameter cawan yang biasa berdiameter 15 cm dapat
menampung media sebanyak 15-20 ml, sedangkan cawan berdiameter 9 cm kira-kira
cukup diisi media sebanyak 10 ml.
Salah satu alat yang berfungsi untuk menciptakan kondisi yang steril adalah
pembakar Bunsen. Api yang menyala dapat membuat aliran udara karena oksigen
dikonsumsi dari bawah dan diharapkan kontaminan ikut terbakar dalam pola aliran
udara tersebut. Untuk sterilisasi jarum Ose atau yang lain, bagian api yang paling
cocok untuk memijarkannya adalah bagian api yang berwarna biru (paling panas). Lampu
Bunsen dapat menggunakan bahan bakar gas, alkohol, spiritus.
pH Meter Digital
6. Nyalakan pH meter (tekan tombol “on“) dan celupkan bagian elektrodanya pada gelas
A (larutan Mixed phosphate, pH = 6,86). Diamkan beberapa saat sampai angka yang
terbaca di layar stabil. Jika angka pada layar tidak sama dengan 6.86, gunakan obeng
kecil untuk mengatur angka dengan memutar kekiri atau kekanan skrew yang ada
dibagian belakang pH meter sampai layar menunjukkan angka 6.86. (Lihat gambar di
atas)
7. Selanjutnya matikan pH meter (tekan tombol “off) kemudian elektroda pH meter dibilas
dengan mencelupkan ke gelas C selama beberapa saat. Kemudian elektroda pH meter
dikeringkan menggunakan tissue sampai benar-benar kering.
8. Berikutnya, nyalakan kembali pH meter dan aduk larutan buffer pada gelas B
(larutan Potassium Hydrogen Phthlate, pH = 4,00), rendam selama beberapa saat
elektroda pH meter. Diamkan beberapa saat sampai angka di layar stabil, jika angka
yang terbaca dilayar tidak sama dengan 4,00. Gunakan kembali obeng kecil dengan cara
yang sama pada langkah (6).
9. Langkah terakhir adalah membilas elektroda pH meter dengan mencelupkan pada gelas
C. Keringkan menggunakan tissue sampai benar-benar kering, proses kalibrasi sudah
selesai dan pH meter siap digunakan.
Bagian paling penting pada sebuah pH meter adalah bagian elektroda, untuk itu
pemeliharaan dan perawatan elektroda harus dilakukan dengan benar agar pH meter selalu
dalam kondisi baik dan layak untuk digunakan. Jika tidak dilakukan pemeliharaan dengan
benar, dapat dipastikan usia pH meter tidak akan lama. Berikut ini cara merawat pH meter
digital :
1. Sebelum dan sesudah digunakan cucilah elektroda pH meter menggunakan cairan
khusus yang memiliki pH 0 yaitu elektrolit (KCL 3 M)
2. Pastikan elektroda benar-benar kering jika tidak digunakan (selama dalam
penyimpanan)
3. Simpan pH meter didalam box pada tempat yang bersih dan aman
4. pH meter disimpan pada suhu ruangan dan tidak lebih dari 50C
5. Lakukan kalibrasi secara berkala, jika pH meter digunakan selama 24 jam non stop,
minimal kalibrasi dilakukan setiap 8 jam.
6. Pastikan pH meter dalam kondisi “off” jika tidak digunakan.
7. Buka baterai jika pH meter akan disimpan dalam jangka waktu yang lama.
8. Penutup elektroda harus terpasang dengan baik dan benar.
a b
a. Pinset; memiliki banyak fungsi diantaranya adalah untuk mengambil benda dengan
menjepit, menjepit bahan yang akan diisolasi mikrobanya.
b. Skalpel; berfungsi untuk mengiris, memotong, menyayat inang, bagian inang yang akan
diisolasi mikrobanya.
a b
a. Batang L; bermanfaat untuk menyebarkan cairan di permukaan agar supaya bakteri yang
tersuspensi dalam cairan tersebut tersebar merata. Alat ini juga disebut spreader.
b. Jarum inokulum berfungsi untuk memindahkan biakan yang akan
ditanam/ditumbuhkan ke media baru. Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat
nikrom atau platinum sehingga dapat berpijar jika terkena panas. Bentuk ujung jarum
dapat berbentuk lingkaran (loop) dan disebut ose atau inoculating loop/transfer loop, dan
yang berbentuk lurus disebut inokulating needle/Transfer needle. Inokulating loop cocok
untuk melakukan streak di permukaan agar, sedangkan inoculating needle cocok
digunakan untuk inokulasi secara tusukan pada agar tegak (stab inoculating).
Inkubator
Alat ini digunakan untuk inkubasi media yang telah ditanami mikrobaa dan untuk
menyimpan bahan pemeriksaan di mana mikroba yang terkandung akan mati bila disimpan dalam
lemari es.
Lemari Pendingin/Refrigerator
Digunakan untuk menyimpan media steril yang siap pakai agar isi dan mutu media tersebut
tidak berubah, menyimpan untuk sementara waktu bahan/spesimen yang belum sempat
diperiksa agar tidak mengalami perubahan dan menyimpan cakram antibiotik/antibiotic disk
yang belum dipakai agar tidak mengalami perubahan.
a b c d
a. Erlenmeyer; berfungsi untuk menampung larutan, bahan atau cairan yang. Erlenmeyer
dapat digunakan untuk meracik dan menghomogenkan bahan-bahan komposisi media,
menampung akuades, kultivasi mikroba dalam kultur cair, dll.
b. Gelas Beaker; merupakan alat yang memiliki banyak fungsi, pada mikrobiologi, dapat
digunakan untuk preparasi media, menampung akuades dll.
c. Gelas ukur; berguna untuk mengukur volume suatu cairan, seperti labu erlenmeyer,
gelas ukur memiliki beberapa pilihan berdasarkan skala volumenya. Pada saat mengukur
volume larutan, sebaiknya volume tersebut ditentukan berdasarkan meniskus cekung
larutan (d).
Vortex
Kompetensi :
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip kerja steriilisasi alat-alat mikrobiologi
2. Mahasiswa dapat melakukan melakukan kerja aseptis
3. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat dan bahan yang akan disterilisasi dengan autokaf
4. Mahasiswa mampu melakukan sterilisasi alat, media mikroorganisme, dan bahan yang
digunakan dalam uji mikrobiologi dengan menggunakan autokaf
5. Mahasiswa mampu melakukan sterilisasi dengan sonar UV, nyala api langsung, alkohol,
sabun.
2.2. Sterilisasi
Alat dan bahan yang akan digunakan dalam suatu penelitian atau praktikum harus
disterilisasi terlebih dahulu untuk membebaskan semua bahan dan peralatan tersebut dari
semua bentuk kehidupan. Sterilisasi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada suatu benda. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan
mikroba dari kontaminan, sehingga bahan dan semua alat laboratorium steril.
Ada beberapa macam sterilisasi yang dapat dipilih dan disesuaikan dengan sifat
bahan yang akan disterilkan. Secara umum sterilisasi dibedakan menjadi 3 t e k n i k yaitu:
a. Secara mekanik (filtrasi); sterilisasi dengan menggunakan suatu saringan (filter) yang
berpori sangat kecil (0.22 µ atau 0.45 µ) sehingga mikroba tertahan pada saringan
tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan
enzim dan antibiotik.
b. Secara fisik; sterilisasi dengan menggunakan pemanasan, penggunaan sinar UV, sinar
X dan sinar-sinar yang panjang gelombangnya pendek.
c. Secara kimiawi; sterilisasi dengan menggunakan bahan-bahan kimia, seperti alkohol,
desinfektan, larutan formalin, dan lain-lain.
Bahan-bahan yang tidak boleh dipanaskan, seperti serum dan beberapa macam gula
tertentu dapat disterilkan dengan menggunakan membran filter. Dalam bidang
mikrobiologi, alat penyaring yang paling banyak dipergunakan adalah filter berkerfield,
filter chamberland, filter seilz, dan lain-lain. Filter-filter ini terbuat dari polimer khusus
dengan diameter 0,45 mikron, sehingga dapat menahan bakteri yang terkandung dalam
sampel.
Alat dan bahan :
a. Polisulfon membran dengan diameter 0,22 mikron (hidrofilik)
b. Satu set alat percobaan membran lengkap dengan regulator gas.
c. Cawan petri
d. Botol McCartney
e. Gun pipet lengkap dengan tipsnya
f. Medium NA tegak
g. Saliva
Cara kerja :
a. Cairkan medium NA dalam penangas air dan biarkan pada temperatur 40 oC.
b. Saringlah sejumlah saliva dengan menggunakan membran polisulfon.
c. Pipet sebanyak 1 ml. Saliva hasil saringan ini dan tempatkan ke dalam cawan petri
d. Sebagai kontrol, pipet 1 ml saliva yang tidak disaring dan tempatkan pada
cawan petri kedua.
e. Tuangkan masing-masing satu tabung medium NA (suhu 40 oC) ke dalam
masing-masing cawan petri yang sudah berisi sampel saliva.
f. Goyang kedua cawan sedemikian rupa sehingga sampel menjadi homogen
dengan medium, dan biarkan membeku.
g. Inkubasi kedua cawan petri tersebut pada suhu 20-30 oC selama 24-48 jam.
h. Amati kedua cawan petri !!. Kesimpulan apa yang dapat anda ambil dari
percobaan ini
Cara kerja:
a. Cairkan 3 tabung medium Agar tegak dalam penangas air.
b. Tuangkan ke dalam 3 cawan petri steril dan biarkan membeku.
c. Sinari cawan petri pertama dengan UV selama 1 menit, cawan kedua selama 3 menit,
dan cawan ketiga tidak disinari (dalam keadaan terbuka).
d. Inkubasi cawan petri selama 24 - 48 jam pada suhu 37 oC, dalam keadaan terbalik.
e. Amati pertumbuhan mikroba pada ketiga cawan petri tersebut.
2.2.3. Sterilisasi Dengan Zat Kimia
Zat-zat kimia seperti alkohol, formalin, karbol, lisol, sabun, dan lain-lain dapat dipakai
untuk mensterilkan alat-alat. Pada praktikum ini akan dilakukan sterilisasi dengan
menggunakan beberapa zat kimia.
2.2.3.1. Sterilisasi dengan Alkohol
Alat dan bahan:
a. Cawan petri steril
b. Medium NA tegak
c. Jarum pentul/Paku kecil.
d. Alkohol dengan konsentrasi 40 %, 70 %, dan 100 %
e. Air steril (Akuades)
f. Pinset
Prosedur Kerja:
A. Persiapan :
Buat pengenceran alcohol dengan menggunakan rumus :
C1.V1=C2.V2
Ket :
C1 = Konsentrasi bahan awal (alcohol 100%)
V1 = Volume bahan awal yang harus diambil
C2 = Konsentrasi bahan yang ingin dibuat/diencerkan
V2 = Volume bahan yang ingin dibuat/diencerkan
B. Cara Kerja:
a. Cairkan medium NA dalam penangas air dan tuangkan kedalam cawan petri. Biarkan
membeku pada suku kamar.
b. Rendam jarum pentul atau paku dalam larutan alkohol diatas selama 10 menit.
c. Cuci jarum pentul dengan air steril dan letakkan pada permukaan medium dalam
cawan petri.
d. Inkubasi pada suhu 28 - 30 oC selama 24-48 jam.
e. Bandingkan pertumbuhan mikroba pada sekitar jarum pentul. Konsentrasi alkohol
mana yang paling efektif untuk sterilisasi.
Praktikum 3 : Lakukan :
1. Praktek kerja aseptis: Bersihkan area kerja dari kontaminasi mikroba dengan cara
menyemprot meja (area kerja) dengan alkohol.
2. Praktek sterilisasi dengan radiasi menggunakan autoclave elektrik dan sinar UV
Praktikum 4 : Lakukan :
3. Praktek sterilisasi dengan nyala api langsung
4. Praktek sterilisasi dengan alkohol
5. Praktek sterilisasi dengan sabun
MATERI III
Kompetensi :
1. Mahasiswa memahami macam-macam medium dan fungsi dalam mikrobiologi
2. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan medium dalam bentuk cair dan padat untuk
kultur mikroba.
3. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan medium racik
d. Sterilkan dengan autoclave pada temperatur 121 oC pada tekanan 15 lbs, selama
15 menit.
e. Simpan di tempat yang sejuk dan kering (kulkas).
e. Sterilkan dengan autoclave pada temperatur 121 oC dan tekanan 15 lbs. Selama 15 menit.
f. Simpan pada tempat yang dingin dan kering (dalam kulkas).
3.3.3. Pembuatan medium Muller Hinton Agar
Untuk membuat 1 liter medium ini, lakukanlah prosedur berikut:
a. Timbang sebanyak gram medium instant Sesuai kebutuhan dengan mengacu pada
petunjuk pada kemasan)
b. Suspensikan dalam akuades dan buat volume akhir menjadi 1000 ml.
c. Panaskan sampai semua komponen larut.
d. Sterilkan dengan autoclave pada suhu 121 oC pada tekanan 15 lbs, selama 15 menit.
e. Simpan ditempat yang sejuk dan kering (dalam kulkas).
3.3.4. Pembuatan medium Trypticase Soy with Sucrose and Bacitracin (TYS20B)
1. TYS20B merupakan media racik yang dibuat dengan mencampur beberapa media. Timbang
bahan-bahan yang menjadi campuran media TYS20B:
- Sukrosa 200 gram/liter
- Yeast Extract 10 gram/liter
- Trypticase Soy Agar 40 gram/liter
- Bakto Agar 5 gram/liter
- Basitrasin 200 UI/liter
2. Suspensikan dalam akuades dan volume akhir dibuat 1000 ml dalam erlemayer.
3. Panaskan suspensi ini sampai agar-agar menjadi matang.
4. Masukkan ke dalam tabung reaksi (5 ml untuk media miring dan tegak) dan tutup
rapat dengan kapas padat yang dibungkus dengan aluminium foil atau plastic wrap dan
masukkan 10 ml-15 ml untuk media cawan.
5. Sterilkan dengan autoclave pada temperatur 121 oC dan tekanan 15 lbs. Selama 15 menit.
6. Media bisa dituang ke dalam cawan petri yang sudah di autoclave (lihat gambar di
bawah). Untuk satu cawan petri diameter 9,9 mm, ketebalan 1,5 cm, maka volume agar
yang diperkukan sebanyak 17,5-20 ml untuk ketebalan media agar yang baik. Agar di
tulang ke dalam cawan petri pada kondisi suhu media + 65-75oC. Pada suhu dibawah
itu agar akan membeku.
7. Biarkan agar dalam cawan petri membeku, tutup cawan di buka sampai agar
membeku (20-30 menit dalam laminar flow).
8. Simpan ditempat yang sejuk dan kering (dalam kulkas) dalam keadaan dibungkus
kantong plastik dan agar diletakkan terbalik (bagian tutup cawan petri di bawah dan agar
di atas).
Media umumnya dibuat dalam bentuk media agar (agar plate) yang mana media
dituangkan dalam cawan petri, media agar miring/agar tegak yang disiapkan dalam
tabung reaksi umunya digunakan untuk menyimpan kultur. Kultur aerob biasanya disimpan
dalam agar miring, sementara kultur anaerob umumnya disimpan dalam agar tusuk (stab)
pada media tegak.
Gambar. Menyiapkan media agar yang telah disterilkan di tuang ke dalam cawan petri. (A).
Perhatikan bahwa mulut erlenmeyer harus dibakar pada api bunsen terlebih dahulu. Pada
media tegak dan miring, tutup kapas harus dibuat dalam keadaan padat dan ketat sehingga tidak
mudah lepas.
Hasil Pengamatan :
Keadaan
No Media Pengamatan Tidak
Hari ke Kontaminasi Kontaminasi
1 BHIB 1
2
3
2 NA 1
2
3
3 MHA 1
2
3
4 SDA 1
2
3
5 TYS20B 1
2
3
MATERI IV
Kompetensi :
1. Mahasiswa memahami dan mampu melakukan berbagai teknik kultur mikroba secara
aseptis
2. Mahasiswa mampu melakukan teknik transfer kultur secara aseptis
3. Mahasiswa dapat melakukan teknik isolasi kultur dengan metode goresan kuadran
sehingga didapatkan biakan murni
Kultur mikroba dilakukan dengan cara menginokulasikan mikroba pada agar cawan,
dimana penyebaran kultur dilakukan dengan goresan di atas agar. Tujuan penyebaran
kultur adalah untuk memisahkan sel-sel mikroba satu dengan yang lain, sehingga
setelah inkubasi masing-masing sel akan tumbuh dan berkembang biak membentuk
kumpulan sel atau koloni yang terpisah dan dapat terlihat oleh mata (Sumbali dan
Mehrotra, 2009). Koloni yang tumbuh pada agar cawan dapat dibedakan dalam
besarnya, warna, penampakan (keruh atau bening). Bentuk penyebarannya dan bentuk
permukaannya. Berikut adalah beberapa teknik isolasi yang dapat dilakukan pada agar
cawan.
a. Metode gores (Streak plate)
Prinsip dari teknik isolasi ini adalah menggoreskan satu ose kultur pada media agar
padat. Ada beberapa cara untuk menggoreskan kultur pada agar cawan (Streak
Plate) yaitu:
a. goresan langsung
b. goresan kuadran
c. goresan radian
b. Metode Tuang (Pour Plate)
Pada metode ini, bahan pangan yang diperkirakan mengandung mikroba dan telah
diencerkan, dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian dituangkan ke dalamnya
medium agar cair steril yang bersuhu 47 - 50°C. Selanjutnya diinkubasi.
c. Metode Permukaan (Spread Plate)
Pada metode ini, agar steril terlebih dahulu dituangkan ke dalam cawan petri dan
dibiarkan beku. Setelah membeku sempurna, sampel yang telah diencerkan dipipet
pada permukaan tersebut dan diinkubasikan.
Gambar. Teknik Isolasi Mikroba Dengan Metode Sebar (Spread plate) dan
Metode Tuang (Pour plate)
Alat dan Bahan :
- Media BHIB
- Media NA (cawan dan miring)
- Tabung reaksi
- Pi pet
- Cott on bud st eri l
- Akuades
- Jarum ose
- Bunsen/Lampu Spiritus
- Inkubator
Cara Kerja Ku l tu r :
1. Swab mukosa bibir dengan menggunakan cotton bud steril, lalu masukkan cotton bud
tersebut ke dalam tube sentrifuge yang berisi BHIB.
2. Homogenkan tube centrifuge dengan vortex.
3. Ambil ose yang telah disterilkan dengan cara dibakar sampai berpijar dan masukkan ke
dalam tube untuk mengambil bakteri yang ada di dalamnya
4. Inokulasikan bakteri pada media NA secara aseptis dengan menggunakan :
- metode gores langsung pada agar cawan dan miring
- gores T pada agar cawan
- kuadran pada agar cawan
5. Beri label dan inkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu 370C dan amati
pertumbuhannya.
Prosedur Kerja
Langkah-langkah aseptis yang harus dilakukan pada saat transfer/pemindahan kultur
adalah:
1. Semprot area meja kerja dengan alkohol 70% dan lap dengan tisu
2. Siapkan media steril yang digunakan untuk inokulasi dan kultur Streptococcus mutans
3. Lakukan aseptis diri dengan cara menyemprotkan alkohol 70% ke telapak tangan
dan mengeringkannya dengan tisu.
4. Nyalakan api bunsen selama bekerja memindahkan kultur.
III II
0
I
2. Pijarkan ose kemudian gunakan untuk mengambil suspensi sampel, buka sedikit
tutup cawan, goreskan ose dipermukaan agar sektor 0 dengan cara bolak-balik
(zig zag) dan rata.
3. Pijarkan ose dan biarkan dingin, ose yang masih panas akan menghasilkan bunyi
mendesis bila mengenai permukaan agar-agar. Segera setelah ose dingin, buat
goresan ose dari sektor 0 menuju tepi sektor I, dan buatlah goresan bolak-balik tidak
bertumpang tindih sampai sektor I terisi penuh.
4. Putar cawan petri sehingga sektor I berada disebelah kiri anda, ulangi langkah ke-
3 untuk mengencerkan biakan dari sektor 1 ke sektor II, demikian pula cara yang
sama dari sektor II ke sektor III. Perhatikan langkah-langkah pada Gambar 1.
5. Berilah label pada dasar cawan petri, yaitu nama, kelompok, media yang
digunakan, dan tanggal praktikum.
6. Letakkan cawan petri dengan posisi terbalik, inkubasi pada suhu 30oC selama 2-3
hari.
7. Lakukan pengamatan morfologi pertumbuhan koloni pada media agar cawan yang
meliputi penampakan fisiologis seperti pada gambar di bawah.
i. ii.
iii iv.
Praktikum 6 :
1. Lakukan kultur dengan metode gores langsung dan kuadran secara aseptis
2. Lakukan teknik transfer kultur secara aseptis
MATERI V
ISOLASI DAN ENUMIRASI MIKROBA SERTA PRESERVASI KULTUR
Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat melakukan teknik isolasi kultur dengan metode goresan T
sehingga didapatkan biakan murni
2. Mahasiswa dapat melakukan penghitungan mikroba dengan teknik pengenceran.
3. Mahasiswa dapat melakukan preservasi untuk menyimpan kultur murni yang telah
didapatkan dari hasil teknik isolasi.
Cara kerja
a. Ambil sampel saliva dan plak secara aseptik masing-masing dengan menggunakan
cotton bud dan plak gigi steril, lalu masukkan dalam tube sentrifuge yang telah berisi
BHIB. Tandai tube yang berisi saliva dan plak. (Saliva dan plak diambil dari masing-
masing rongga mulut praktikan).
b. Homogenkan tube centrifuge dengan vortex.
c. Ambil ose yang telah disterilkan dengan cara dibakar sampai berpijar dan masukkan ke
dalam tube untuk mengambil bakteri yang ada di dalamnya
d. Inokulasikan bakteri pada media NA secara aseptis dengan menggunakan :
- metode gores langsung pada agar miring
- gores T pada agar cawan
e. Beri label dan inkubasikan selama 3 x 24 jam pada suhu 370C
f. Amati morfologi koloni yang tumbuh dan catat
Cara Kerja
a. Ambil sampel saliva secara aseptik dengan menggunakan cotton bud, lalu masukkan
dalam tube sentrifuge yang telah berisi BHIB.
b. Cairkan medium NA dalam penangas air dan dinginkan sampai suhu 45 oC.
telah berisi 9 ml akuades untuk mendapatkan faktor pengenceran sebesar 10 kali (10-1).
f. Homogenkan tabung reaksi dengan vortex, dan ambil larutan di dalamnya secara
aseptik sebanyak 1 ml dan masukkan ke dalam cawan petri yang bertanda 10-1.
g. Tuangkan medium NA ke dalam cawan petri yang bertanda 10-1 yang telah berisi 1 ml
campuran akuades dan sampel, lalu digoyang sampai homogen.
h. Dari tabung reaksi 10-1, ambil l a g i sebanyak 1 ml sampel dan masukkan ke dalam
tabung reaksi kedua yang telah berisi 9 ml akuades untuk memperoleh faktor
petri kedua (10-2). Dari tabung ini juga, ambil 1 ml sampel dan masukkan ke dalam
tabung reaksi ketiga yang telah berisi 9 ml. air steril untuk memperoleh faktor
h. Ulangi pekerjaan ini sampai pada faktor pengenceran 1.000.000 kali (10-6).
i. Inkubasi semua cawan yang telah ditanami dengan sample yang berisi mikroba pada
1 ml 1 ml 1 ml 1 ml
Contoh Sampel : 9 ml 9 ml 9 ml
9 ml
Saliva
(10-1) (10-2) (10-3) (10-4)
Gambar.Cara menyebarkan (spreading) sample di cawan petri
X = n x 25 x 10 x 103, dimana n adalah rata-rata sel yang terhitung pada setiap kotak
Catatan:
Sebagai contoh, bila sample diencerkan sebesar 10-2 atau 100 kali, maka hasil yang
diperoleh dari rumus diatas harus dikalikan dengan 102 atau 100.
Prosedur Kerja:
1. Buat larutan stok gliserol konsentrasi 60% dan disterilisasi
2. Masukkan 0,5 ml kultur dan 0,5 ml gliserol ke dalam tube steril dengan perbandingan
50%: 50% (konsentrasi akhir gliserol 30% v/v)
3. Vortex agar gliserol terdispersi
4. Beri label pada tube sesuai nama mikroba, hari dan tanggal pembuatan
5. Bekukan dalam freezer suhu -200C
Praktikum 7 :
1. Lakukan isolasi kultur dengan metode goresan T untuk mendapatkan biakan murni
2. Lakukan penghitungan mikroba dengan teknik pengenceran.
3. Lakukan preservasi untuk menyimpan kultur murni yang telah didapatkan dari hasil
teknik isolasi.
MATERI VI
PEWARNAAN SEL BAKTERI
Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan dengan metode pewarnaan langsung dengan
pewarna basa
2. Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan negatif atau pewarnaan tak langsung
3. Mahasiswa dapat melakukan pewarnaan Gram
6.1. Pendahuluan
Pengenalan bentuk mikroba (morfologi), kecuali mikroalgae harus dilakukan
pewarnaan terlebih dahulu agar dapat diamati dengan jelas. Tujuan pewarnaan adalah:
1. Mempermudah pengamatan bentuk sel mikroorganisme (khususnya bakteri).
2. Memperjelas ukuran sel mikroorganisme
3. Dapat mengamati struktur luar dan struktur dalam dari sel mikroba.
4. Melihat reaksi mikroorganisme terhadap pewarna yang diberikan, sehingga sifat fisik,
kimia dari mikroorganisme dapat diketahui.
Dengan demikian, kita dapat menggunakan pewarnaan sebagai salah satu cara untuk
klasifikasi bakteria. Berhasil atau tidaknya pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu
pemberian warna dan umur biakan yang diwarnai (Umur biakan yang baik adalah 24 jam).
Cara kerja.
a. Letakkan sebuah kaca objek yang bebas lemak (bersihkan dengan alcohol) diatas meja
kerja.
b. Teteskan setetes akuades ditengah-tengah kaca objek tersebut.
c. Dengan menggunakan jarum Ose yang telah dipijarkan, ambil sedikit biakan bakteri yang
saudara isolasi pada praktikum sebelumnya atau dari biakan murni bakteri yang
disediakan.
d. Buat apusan bakteri pada akuades yang diletakkan pada kaca objek dengan cara
menggesek- gesekan jarum ose yang berisi biakan bakteri, sehingga didapatkan suatu
campuran yang tipis dan merata.
e. Fiksasi diatas api bunsen dengan jarak sekitar 30 Cm. Dari nyala api. Dalam
memfiksasi ini jangan terlalu panas karena dapat merusak bentuk sel.
f. Teteskan salah satu larutan pewarna yang disediakan pada sediaan yang telah difiksasi.
Pewarna Metilene blue akan mewarnai sel dalam 30 - 60 detik, Kristal violet dalam 10
detik, dan Karbol fuhsin dalam 5 detik.
g. Cuci dengan air mengalir.
h. Keringkan sediaan dengan meletakkannya diantara kertas saring (tissue).
i. Amati dengan mikroskop dengan menggunakan lensa objektive dengan perbesaran 100
kali, dan minyak imersi.
j. Catat dan gambar bentuk sel dan warna sel mikroorganisme yang saudara lihat.
6.2.2. Pewarnaan Negatif Atau Pewarnaan Tak Langsung
Salah satu pewarna asam adalah nigrosin atau tinta cina. Karena daya mewarnai pada
zat ini berada pada ion negatif dan tidak bereaksi dengan ion negatif lainnya dari sel bakteri,
maka pewarna ini tidak mewarnai sel. Dalam hal ini, yang terwarnai adalah lingkungan
sekitar sel. Dengan cara ini saudara sudah dapat mengamati bentuk-bentuk sel bakteri dan
juga ukurannya dengan jelas.
Cara kerja
a. Teteskan sati tetes cairan nigosin atau tinta cina pada pinggir ujung kaca objek.
b. Dengan menggunakan jarum Ose yang telah dipijarkan, ambil sedikit biakan bakteri
dan suspensikan pada tetesan nigrosin pada permukaan kaca objek.
c. Ratakan suspensi bakteri dalam nigrosin pada permukaan kaca objek ini dengan
menggunakan kaca objek lain.
d. Biarkan kering pada suhu kamar, dan amati dengan mikroskop (perbesaran lensa
objektif 100 x), dan pakai minyak imersi.
e. Gambar bentuk bakteri yang saudara lihat.
Cara-cara pewarnaan berikut merupakan teknik pewarnaan diferensial, sebagai salah satu
cara dalam mengklasifikasi bakteri.
Bakeri yang setelah diwarnai dengan pewarna dasar warnanya tidak terhapus oleh
alkohol akan berwarna violet karena terwarnai oleh kristal violet, dan tidak lagi menyerap
pewarna kontras. Kelompok bakteri yang mempunyai sifat ini dikelompokkan menjadi
bakteri Gram positif. Sedangkan, kelompok bakteri yang telah diwarnai dengan pewarna
dasar dan warnanya terhapus setelah diperlakukan dengan alkohol, akan menyerap pewarna
safranin atau karbol fuhsin yang dipakai sebagai pewarna kontras, sehingga dalam
preparat akan terlihat warna merah(warna safranin atau karbol fuhsin). Kelompok bakteri
yang demikian disebut dengan bakteri Gram negatif.
Cara kerja
a. Buat apusan bakteri pada kaca objek kering dan bersih.
b. Fiksasi diatas nyala api bunsen atau di udara.
c. Warnai dengan larutan kristal violet selama 1 - 1,5 menit.
d. Cuci dengan air suling.
e. Tetesi dengan larutan garam iodin, dan biarkan selama 1 menit.
f. Cuci dengan larutan alkohol 95 % sampai warnanya terhapus, biasanya selama 0,5 menit
(30 detik) dan cuci dengan air.
g. Warnai dengan safranin atau karbol fuhsin selama 2 menit.
h. Cuci dengan air, dan buang kelebihan air dengan menggunakan kertas hisap, tanpa
menggosok sediaan.
i. Keringkan diudara atau diatas nyala api bunsen.
j. Amati dibawah mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. (ingat pakai minyak imersi),
catat pengamatan saudara.
Langkah kerja
Langkah Lama Keterangan
1. Krital violet 60 detik Zat warna utama
2. Cuci dengan air Cuci sedikit saja
3. Lar Mordan 60 detik Sebagai Mordant, membantu zat warna membentuk
(Lar. Yod) kompleks (terikat kuat) dengan bagian bermuatan dalam
didinding sel, plasma membran dan sitoplasma.
Cara kerja
a. Buat apusan dari mycobacterium dan E. coli pada kaca objek dan fiksasi.
b. Tempatkan sediaan pada plat kawat diatas penangas air.
c. Letakkan sepotong kertas isap pada apusan dan basahi dengan pewarna karbol fuhsin, dan
jaga jangan sampai apusan menjadi kering dengan terus memberi pewarna. Hindari
pemberian zar warna berlebih. Lakukan hal ini selama 5 - 10 menit.
d. Cuci dengan air.
e. Cuci dengan alkohol asam selama 10 - 30 detik.
f. Warnai dengan metilen blue selama 30 detik tanpa pemanasan.
g. Cuci dengan air dan keringkan.
h. Amati dengan mikroskop dengan perbesaran 1000 kali. (ingat minyak imersi). Bakteri
yang tahan asam akan berwarna merah dan yang tidak tahan asam akan terwarna biru.
A. Metoda Dorner
Alat dan bahan
a. Air suling.
b. Bakteri Bacillus cereus dan Clostridium sporogenes.
c. Karbol fuhsin
d. Nigrosin
Cara kerja
a. Letakkan 5 tetes air suling dalam masing-masing 1 tabung reaksi dan buat suspensi yang
pekat dari B. cereus dan Cl. Sporogenes.
b. Berikan dalam jumlah yang sama karbol fuhsin dalam suspensi-suspensi tersebut.
c. Letakkan dalam penangas air selama 10 menit.
d. Buat pewarnaan nigrosin.
e. Amati dengan mikroskop dan catat hasilnya.
Cara kerja
a. Buat apusan bakteri B. cereus dan Cl. sporogenes dan fiksasi.
b. Warnai dengan malakit hijau diatas ram kawat diatas penangas air selama 5 menit. (dilapisi
dengan kertas hisap).
c. Cuci dengan air suling.
d. Warnai dengan safranin selama 30 detik.
e. Cuci dengan air dan keringkan.
f. Amati dengan mikroskop, catat dan gambar hasilnya. Endospora akan terwarna hijau dan
bagian lain dari sel akan berwarna merah muda.
Praktikum 8 :
1. Lakukan pewarnaan dengan metode pewarnaan langsung dengan pewarna basa
2. Lakukan pewarnaan negatif atau pewarnaan tak langsung
3. Lakukan pewarnaan Gram terhadap Streptococcus mutans (Bakteri Gram Positif) yang telah
diisolasi pada praktikum sebelumnya dengan menggunakan TYS20B dan Bakteri Gram
Negatif dari saliva yang ditumbuhkan pada media NA
MATERI VII
UJI POTENSI SENYAWA ANTIMIKROBA
Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat melakukan uji potensi antibakteri dari suatu senyawa antimikroba,
misalnya antibiotik dengan teknik sumuran
2. Mahasiswa dapat melakukan uji potensi antibakteri dari suatu senyawa antimikroba,
misalnya antibiotik dengan teknik dilusi
3. Mahasiswa dapat melakukan uji potensi antibakteri dari suatu senyawa antimikroba,
misalnya antibiotik dengan teknik difusi paper disk.
Cara pengujian potensi (daya atau kekuatan) senyawa antimikroba tergantung pada
sifat dan bentuk sediaan senyawa antimikroba. Uji potensi antimikroba dapat dilakukan
dengan 2 macam metode yaitu :
1. Metode Difusi
Prinsip kerja metode difusi adalah terdifusinya senyawa antimikroba (misalnya
antibiotik) ke dalam media padat di mana mikroba uji (misalnya bakteri patogen)
telah diinokulasikan. Metode difusi ada 2 yaitu:
- Metode difusi dapat dilakukan secara paper disk (paper disk diffusion method)
Pada metode difusi secara paper disk, kertas disk yang mengandung antibiotik
diletakkan di atas permukaan media agar yang telah ditanam mikroba uji,
setelah itu hasilnya dibaca. Penghambatan pertumbuhan mikroba oleh antibiotik
terlihat sebagai zona jernih di sekitar pertumbuhan mikroba.
- Metode difusi dapat dilakukan secara sumuran (cylinder diffusion plate method)
Metode difusi secara sumuran dilakukan dengan membuat sumuran dengan
diameter tertentu pada media agar yang telah ditanami mikroba uji. Sumuran
dibuat tegak lurus terhadap permukaan media. Antibiotik diinokulasikan ke
dalam sumuran ini dan diinkubasikan, setelah itu hasilnya dibaca seperti pada
difusi secara paper disk. Luasnya zona jernih merupakan petunjuk kepekaan
mikroba terhadap antibiotik. Selain itu, luasnya zona jernih juga berkaitan
dengan kecepatan berdifusi antibiotik dalam media (Lay, 1994; Jawetz dkk,
1986).
Prosedur Kerja :
1. Uji Potensi Senyawa Antibiotik Secara Difusi Sumuran
Alat dan Bahan :
- Alat : petridish steril, tabung reaksi, erlenmeyer, pipet mikro, pipet tetes, gelas
ukur, pelobang gabus no. 4 (boleh pipet/sedotan yang sedang), jangka
sorong / penggaris, jarum ose, spidol, kertas label, vortex mixer, spreader.
- Senyawa uji berupa antibiotik (misalnya Amoxycilllin sirup kering) dengan variasi
konsentrasi : 25; 12,5; 6,25 dan 3,125 mg/ml
- Kultur murni bakteri uji dalam media NB/BHBI umur 24 jam
- Media nutrien agar (NA)
- Deret larutan standar Mac Farland
- Nutrient Broth (NB) /BHBI untuk pembuatan suspensi bakteri uji
- Akuadest steril sebagai pelarut senyawa uji
- Alkohol 70 %
Cara kerja :
a. Preparasi Senyawa Uji
Preparasi senyawa uji dilakukan sesuai petunjuk dalam kemasan, kemudian buatlah
berbagai variasi konsentrasi senyawa uji. Pada praktikum ini dibuat 4 variasi konsentrasi
senyawa uji (konsentrasi 25; 12,5; 6,25 dan 3,125 mg/ml (Perhatikan cara pembuatan
konsentrasi senyawa uji!)
b. Preparasi Mikroba Uji
1. Siapkan kultur murni bakteri uji
2. Siapkan deret larutan standard Mac Farland
3. Buat sebanyak 2 tabung @10 ml suspensi bakteri uji menggunakan media BPW
dan setarakan kekeruhannya dengan larutan standar Mac Farland II (konsentrasi
d. Disk blank
e. Senyawauji berupa antibiotik (misalnya Amoxycilllin sirup kering) dengan variasi
konsentrasi : 25; 12,5; 6,25 dan 3,125 mg/ml
Cara kerja :
f) Inkubasikan selama 24 jam. Amati zona keruh dan jernih di setiap petri
g) Amati, gambar pertumbuhannya dan ukur diameter zona jernih yang terbentuk di
sekitar paper disk dengan jangka sorong/penggaris.
Cara Kerja :
menjadi cair dan buat hingga suhunya sekitar 45 – 50oC sehingga siap untuk dicampur
dengan bakteri uji.
3. Buatlah suspensi bakteri uji dengan kepadatan yang setara dengan larutan standar Mac
Farland II.
4. Pembuatan kontrol kontaminasi media (per meja)
a. Ambil 15 ml media NA, tuang ke dalam petri streril secara pour plate. Biarkan
memadat.
b. Beri label pada dasar petri : kel. prakt/tgl/perlakuan.
c. Inkubasi selama 24 jam. Bandingkan dengan perlakuan.
5. Pembuatan kontrol pertumbuhan bakteri uji (per meja)
a. Ambil 15 ml media NA dalam tabung. Masukkan 1 ml suspensi bakteri uji ke dalam
tabung tersebut.
b. Tuang dalam petri steril secara pour plate. Biarkan memadat. Beri label pada
dasar petri: kel. prakt/tgl/perlakuan/nama bakteri uji. Inkubasi selama
c. 24 jam. Bandingkan dengan perlakuan.
6. Pembuatan kontrol negatif (pengujian potensi antibakteri pelarut) (per
kelompok kecil)
a. Ambil 15 ml media NA dalam tabung. Masukkan 1 ml suspensi bakteri uji dan 1
ml aquades steril pelarut senyawa antibiotik ke dalam tabung tersebut.
b. Tuang dalam petri steril secara pour plate. Biarkan memadat. Beri label pada
dasar petri : kel. prakt/tgl/perlakuan/nama bakteri uji. Inkubasi selama 24 jam.
Bandingkan dengan perlakuan.
Praktikum 10: Lakukan uji potensi antibakteri dari senyawa antimikroba misalnya antibiotic
dengan teknik paper disc dan teknik dilusi
MATERI VIII
Kompetensi :
1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik dasar biologi molekuler di bidang kedokteran gigi.
2. Mahasiswa dapat teknik dasar biologi molekuler
Untuk menegakkan suatu diagnosis penyakit yang tepat dapat dilakukan dengan
mendeteksi adanya patogen seperti bakteri, virus atau komponennya seperti faktor-faktor
virulensinya yang paling spesifik di dalam sel atau jaringan penderita. Hal ini dapat
dilakukan dengan menganalisis DNA dari penderita sehingga dapat diketahui jenis bakteri
atau virusnya. Salah satu caranya adalah dengan menggunakan teknik PCR, teknik ini juga
dapat mendeteksi adanya kelainan genetik, mendeteksi organisme dalam air, makanan dan
minuman.
PCR juga dapat dipergunakan untuk mengisolasi suatu gen untuk proses kloning
pada teknologi DNA rekombinan, untuk tujuan forensik, penentuan jenis kelamin dan
sebagai marker untuk menentukan sidik DNA spesifik untuk tumor malignan tertentu dan
memonitor adanya sel-sel neoplastik selama pengobatan dengan antikanker. Teknik PCR
dapat digunakan untuk memperbanyak DNA yang diperoleh dari sampel dimana sampel
tersebut dapat diambil dari cairan gusi, saliva, gigi, spesimen patologik, sel mukosa atau
jaringan lainnya.
PCR mirip dengan pembiakan patogen yang membedakannya bahwa pada
pembiakan patogen yang dilibatkan dalam amplifikasi adalah sel yang dibiakkan pada
cawan petri sedangkan pada teknik PCR yang diamplifikasi adalah fragmen DNA spesifik
secara in vitro. Keberhasilan proses pembiakan patogen sangat tergantung pada
kemampuan tumbuh patogen in vitro.
Keuntungan teknik PCR adalah dapat mendeteksi patogen secara sangat cepat
karena patogen tidak perlu dikultur terlebih dahulu, lebih sensitif, dan dengan pemilihan
primer yang spesifik untuk patogen tertentu teknik ini mempunyai tingkat kespesifikan
yang tinggi. Beberapa patogen yang ditemukan pada manusia yang berhasil dideteksi
melalui teknik PCR adalah :
- Mycobacterium tuberculosa
- Mycobacterium leprae
- Escheria coli
- Clostridium difficile
- Mycoplasma pneumoniae
- Staphylococcus aureus
- Virus hepatitis B
- Virus HIV
PCR telah dipermudah dengan penggunaan heat-stable enzyme taq polymerase dan
dari Thermophilus aquaticus dan dilengkapi dengan pengatur suhu yang otomatis.
Kekuatan PCR tergantung pada tingginya sensitifitas pengikatan primer pada sekuens
DNA target selama reaksi anneling. Pada saat penanganan sampel harus diperhatikan agar
tidak terjadi kontaminasi karena kontaminasi DNA asing yang sangat kecil pun akan
menyebabkan kesalahan besar (positif palsu), sedangkan negatif palsu dapat diakibatkan
oleh jumlah primer yang tidak adekuat.
Pemilihan target dan primer yang akan digunakan serta kondisi PCR yang tepat
pada umumnya dapat menanggulangi terjadinya kemungkinan kesalahan amplifikasi DNA.
Metode deteksi yang umum dilakukan adalah dengan menggunakan teknik elektroforesis
dengan menganalisa ukuran fragmen yang dihasilkan serta pola pita yang terbentuk setelah
dilakukan pemotongan. Pada umumnya deteksi produk PCR dilakukan dengan
menggunakan sistem pelacak (probe-base detection).
g
2. Annealing
Setelah DNA menjadi utas tunggal, suhu diturukan ke kisaran 40-60oC selama 20-40
detik untuk memberikan kesempatan bagi primer untuk menempel pada DNA
template di tempat yang komplemen dengan sekuen primer.
3. Ekstensi/elongasi
Dilakukan dengan menaikkan suhu ke kisaran suhu kerja optimum enzim DNA
polymerase, biasanya 70-72oC. Pada tahap ini DNA polymerase akan memasangkan
dNTP yang sesuai pada pasangannya, jika basa pada template adalah A, maka akan
dipasang dNTP, begitu seterusnya (ingat pasangan A adalah T, dan C dengan G,
begitu pula sebaliknya). Enzim akan memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung.
Lamanya waktu ekstensi bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi,
secara kasarnya adalah 1 menit untuk setiap 1000 bp.
Secara umum, reaksi berjalan dalam beberapa tahapan dimana tahap awal dimulai
dnegan denaturasi DNA tenpale menjadi bentuk single strand, dan selanjutnya suhu
diturunkan secara cepat untuk memberikan kondisi terjadinya annealing
(penempelan/hibridisasi primer) pada bagian yang mempunyai susuanan basa basa
yang komplemeter pada tenplate yang secara bersamaan enzyme polimerase bekerja
untuk menggabungkan susunan basa-basa yang sesuai. Se telah itu terjadi reaksi
ekstensi (elongation) dimana perpanjangan reaksi pembentukan rantai DNA dengan
sempurna. Jadi, karena setiap double strand DNA akan dicetak menjadi 2 rantai single
strand, maka setiap satu kali siklus reaksi menghasilkan 2 rantai double strand dari satu
rantai DNA tenplae (double strand). Dengan kata lain bahwa akan terjadi 2n produk
PCR (n adalah jumlah siklus reaksi). Dengan metode ini akan dihasilkan DNA dalam
jumlah yang sangat besar dari sejumlah tenplate DNA yang sangat terbatas.
8.3.
Elektroforesis
Elektroforesis adalah teknik pemisahan DNA atau molekul biologis lainnya
seperti protein (emzim dll), dengan cara mengalirkan pada lempengan agar khusus pada
larutan elektrolit (buffer tertentu). Dalam teknik molekuler biologi yang beruhubungan
dengan DNA dan teknik yang melibatkan PCR, elektoforesis merupakan bagian
terintegrasi yang tidak bisa dihindari. Teknik ini bertujuan untuk: memastikan apakan
DNA bisa terisolasi dengan baik dan seberapa jauh kemurnian DNA yang diperoleh, dan
yang lebih penting lagi adalah setelah dilakukan pencetakan fragment DNA
(PCR), apakah reaksi amplifikasi berlangsung dengan baik, atau apakan besar (panjang)
produk yang terbentuk sudah sesuai dengan besarnya target gen, atau apakan primer yang
digunakan cukup spesifik pada reaksi PCR. Ini semua dilakukan dengan menganalisis
pita yang muncul pada gel setelah dilakukan elektroforesis.
Praktikum 12: Lakukan Running PCR dan Elektroforesis untuk visualisasi pita
DNA
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1992, Cara Uji Cemaran Mikroba, SNI (Standar Nasional Indonesia), SNI 01-
2897-1992, Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
Anonim, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tanaman Obat, Cetakan Pertama,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal POM, Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional, Jakarta
Revisi 2006), Mikrobiologi, Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional, Jakarta
Bonang, G., dan Koeswardono, E.A., 1982, Mikrobiologi Kedokteran Untuk Laboratorium
dan Klinik, 45-46, P.T. Gramedia, Jakarta BPOM, 2006, Metode Analisis PPOMN, MA
PPOMN nomor 96/mik/00, Uji Angka Kapang/Khamir dalam Obat Tradisional, Jakarta
Holt, et.al, 2000, Bergeys Manual of Determinative Bacteriology, Ninth Ed., Lippincott
Williams and Wilkins Philadelphia, USA.
Hugo, W.B. and Russel, A.D., 1999, Pharmaceutical Microbiology,5th Ed. Blackwell
Science, Oxford
Jutono, J. Soedarsono, S. Hartadi, S. Kabirun S., Suhadi D., 1980, Pedoman Praktikum
Mikrobiologi Umum, Departemen Mikrobiologi, Fakultas Pertanian UGM, Yogyakarta
Lay, B., 1994, Analisis Mikroba di Laboratorium, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta
Madigan, M.T., J.M. Martinko, and J. Parker, Brock, 2000, Biology of Microorganisms,
9th ed, Prentice Hall International Inc., Upper Saddle River, New York
Madigan, M.T., J.M. Martinko, P.V. Dunlap and D.P. Clark, 2009, Brock Biology and
Microorganisms, 12th ed, Pearson Benjamin Cummings, San Fransisco
Prescott, L.M., Habley, J.P., and Klein, D.A., 1999, Microbiology, Fourth ed., Mc Graw-
Hill, New York