Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

SIKLUS ASAM SITRAT (SIKLUS KREBS)

DISUSUN OLEH :

1. Rayhan Wahid Djubu 70300122013


2. Nurhafiva 70300122026
3. Nadia 70300122003

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB II
PEMBAHASAN

A. Metabolisme Karbohidrat
Metabolisme adalah segala proses reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup, mulai makhluk hidup bersel satu hingga yang memiliki susunan tubuh kompleks
seperti manusia. Dalam hal ini, makhluk hidup mendapat, mengubah, dan memakai
senyawa kimia dari sekitarnya untuk mempertahankan hidupnya.

Metabolisme meliputi proses sintesis (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) senyawa


atau komponen dalam sel hidup. Semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Hal lain
yang penting dalam metabolismne adalah peranannya dalam penawar racun atau
detoksifikasi.

Karbohidrat yaitu senyawa organik yang terdiri dari unsur karbon (C), hidrogen (H),
dan oksigen (O). Terdiri atas unsur C, H, O dengan perbandingan 1 atom C, 2 atom H, 1
atom O. karbohidrat banyak terdapat pada tumbuhan dan binatang yang berperan
struktural & metabolik. Sedangkan pada tumbuhan, untuk sintesis CO2 dan H2O akan
menghasilkan amilum/selulosa melalui proses fotosintesis, sedangkan binatang tidak
dapat menghasilkan karbohidrat sehingga tergantung tumbuhan. Karbohidrat merupakan
sumber energi dan cadangan energi yang diproses melalui proses metabolisme.

Banyak sekali makanan yang kita makan sehari-hari adalah sumber karbohidrat seperti
nasi, singkong, umbi-umbian, gandum, sagu, jagung kentang, dan beberapa buah-buahan
lainnya. Rumus umum karbohidrat yaitu (CH2O)n, sedangkan yang paling banyak kita
kenal yaitu glukosa dengan rumus C2H12O6 sukrosa dengan rumus C12H22O11 selulosa
dengan rumus (C6H10O5)n.

a. Lintasan metabolisme karbohidrat


Lintasan metabolisme dapat digolongkan menjadi 3 kategori :
 Lintasan anabolik (penyatuan/pembentukan)
Ini merupakan lintasan yang digunakan pada sintesis senyawa
pembentuk struktur dan mesin tubuh. Salah satu contoh dari kategori ini
adalah sintesis protein.

 Lintasan katabolik (pemecahan)


Lintasan ini meliputi berbagai proses oksidasi yang melepaskan energi
bebas, biasanya dalam bentuk fosfat energi tinggi atau unsur ekuivalen
pereduksi, seperti rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

 Lintasan amfibolik (persimpangan)


Lintasan ini memiliki lebih dari satu fungsi dan terdapat pada
persimpangan metabolisme sehingga bekerja sebagai penghubung antara
lintasan anabolik dan lintasan katabolik. Contoh dari lintasan ini adalah
siklus asam sitrat.

Metabolisme mengakar pada kata metabole dari bahasa Yunani yang berarti berubah.
Dalam dunia ilmu pengetahuan, secara sederhana metabolisme diartikan sebagai proses
kimiawi yang berlangsung di dalam tubuh makhluk hidup yang bertujuan untuk
menghasilkan energi. Proses metabolisme karbohidrat secara garis besar terdiri dari dua
cakupan yakni reaksi pemecahan atau katabolisme dan reaksi pembentu kan atau anabolisme.
Pada proses pembentukan, salah satu unsur yang harus terpenuhi adalah energi. Energi ini
dihasilkan dari proses katabolisme. Sementara itu, tahapan metabolisme sendiri terdiri atas
beberapa bagian yakni glikolisis, oksidasi piruvat ke asetil-KoA, glikogenesis, glikogenolisis,
hexose monophosphate shunt dan terakhir adalah glukoneogenesis.

b. Metabolisme karbohidrat pada manusia


Metabolisme karbohidrat dibagi menjadi beberapa, salah satunya yaitu :
 Oksidasi asetil-KoA.
Merupakan suatu langkah yang dibutuhkan sebelum masuknya produk
glikolisis ke dalam siklus asam nitrat yang merupakan jalan akhir bersama
untuk oksidasi karbohidrat, lemak dan protein.

sebelum piruvat dapat memasuki siklus asam nitrat ia harus ditransfer ke


dalam mitokondria melalui transpor piruvat khusus yang membantu
melintasi membran bagian dalam mitokondria. ini memerlukan mekanisme
"Symport" di mana satu Proton diangkut bersama.

Dalam mitokondria, piruvat didekarboksilasi secara oksidatif menjadi


asetil-KoA. reaksi ini dikatalisis oleh beberapa enzim yang berbeda yang
bekerja secara berurutan dalam kompleks multi enzim. Enzim-enzim ini
secara kolektif disebut kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan
kompleks Alfa ketoglutarat dehidrogenase dari siklus asam nitrat. pirovat
mengalami dekarboksilasi dengan adanya tiamin difosfat menjadi derivat
hidroksietil cincin tiazol dan thiamin difosfat yang berikatan dengan enzim,
yang selanjutnya bereaksi dengan lipoamida teroksidasi membentuk asetil
lypoamida. dengan adanya dihidrolipoil transasetilase, asetil lypoamida
bereaksi dengan koenzim A membentuk asetil-KoA dan lipoamida tereduksi.

Siklus reaksi disempurnakan bila lipoamida tereduksi kembali dioksidasi


oleh flavoprotein dengan adanya dihidropoil dehidrogenase. akhirnya
flavoprotein yang tereduksi dioksidasi oleh NAD, yang selanjutnya
memindahkan ekuivalen pereduksi ke rantai pernafasan.

Piruvat + NAD plus + Koenzim A => Asetil KoA + H plus + NADH + CO2

kompleks piruvat dehidrogenase terdiri dari kurang lebih 29 mol piruvat


dehidrogenase dan kira-kira 8 mol flavoprotein (dihidripoil dehidrogenase)
yang tersebar di sekeliling 1 mol transasetilase. sistem piruvat dehidrogenase
cukup elektronegatif dipandang dari rantai pernapasan bahwa di samping
membebaskan koenzim tereduksi (NADH), Ia juga menghasilkan ikatan
tioester berenergi tinggi dalam asetil-KoA

Secara ringkas, jalur-jalur metabolisme karbohidrat dijelaskan sebagai berikut.


a. Glukosa sebagai bahan bakar utama akan mengalami glikolisis (dipecah) menjadi 2
piruvat jika tersedia oksigen. Dalam tahap ini dihasilkan energi berupa ATP.
b. Selanjutnya masing-masing piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Dalam tahap ini
dihasilkan energi berupa ATP.
c. Asetil KOA akan masuk ke jalur persimpangan yaitu siklus asam sitrat. Dalam tahap
ini dihasilkan energi berupa ATP.
d. Jika sumber glukosa berlebihan, melebihi kebutuhan energi kita maka glukosa tidak
dipecah, melainkan akan dirangkai menjadi polimer glukosa (disebut glikogen).
Glikogen ini disimpan di hati dan otot sebagai cadangan energi jangka pendek. Jika
kapasitas penyimpanan glikogen sudah penuh, maka karbohidrat harus dikonversi
menjadi jaringan lipid sebagai cadangan energi jangka panjang
e. Jika terjadi kekurangan glukosa dari diet sebagai sumber energi, maka glikogen
dipecah menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa mengalami glikolisis, diikuti dengan
oksidasi piruvat sampai dengan siklus asam sitrat.
f. Jika glukosa dari diet tak tersedia dan cadangan glikogenpun juga habis, maka sumber
energi nonkarbohidrat yaitu lipid dan protein harus digunakan. Jalur ini dinamakan
glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru) karena dianggap lipid dan protein harus
diubah menjadi glukosa baru yang selanjutnya mengalami katabolisme untuk
memperoleh energy.

B. Siklus Krebs
SIklus asam sitrat adalah serangkaian reaksi kimia dalam sel, yaitu pada mitokondria,
yang berlangsung secara berurutan dan berulang, bertujuan mengubah asam piruvat
menjadi CO2, H2O, dan sejumlah energi. Proses ini adalah proses Oksidasi dengan
sejumlah oksigen atau aerob. Siklus asam sitrat ini juga disebut siklus Krebs.

Pada sel eukariota, siklus asam sitrat terjadi pada mitokondria, sedangkan pada organisme
aerob, siklus ini merupakan bagian dari lintasan metabolisme yang berperan dalam
konversi kimiawi terhadap karbohidrat, lemak, dan protein menjadi karbon dioksida, air,
dalam rangka menghasilkan suatu bentuk energi yang dapat digunakan. Reaksi lain pada
lintasan katabolisme yang sama, antara lain glikolisis, oksidasi asam piruvat, dan
fosforilasi oksidatif.

Produk dari siklus asam sitrat adalah prekursor bagi berbagai jenis senyawa organik.
Asam sitrat merupakan prekursor dari kolesterol dan asam lemak, asam ketoglutarat-alfa
merupakan prekursor dari asam glutamat, purina dan beberapa asam amino, suksinil-KoA
merupakan prekursor dari heme dan klorofil, asam oksaloasetat merupakan prekursor dari
asam aspartat, purina, pirimidina, dan beberapa asam amino.

Gambar 1. Siklus krebs

Reaksi-reaksi kimia yang berhubungan dengan siklus asam sitrat serta reaksi dalam siklus itu
sendiri akan dibahas satu persatu.

1. Pembentukan Asetil Koenzim A Asetil KoA


Asetil KOA dibentuk pada reaksi antara asam piruvat dengan Koenzim A. Di samping
itu, asam lemak juga dapat menghasilkan Asetil KoA pada proses oksidasi. Reaksi
pembentukan Asetil KoA menggunakan kompleks piruvatdehidrogenase sebagai
katalis yang terdiri atas beberapa enzim. Koenzim yang ikut dalam reaksi ini adalah
tiamin pirofosfat (TPP), NAD, asam lipoat, dan ion Mg sebagai aktivator. Reaksi ini
bersifat tidak reversible dan asetil KoA yang terjadi merupakan penghubung antara
proses glikolisis dengan siklus asam sitrat.

2. Pembentukan asam sitrat


Asetil KOA adaalah senyawa berenergi tinggi dan dapat berfungsi sebagai zat
pemberi gugus asetil atau dapat ikut dalam reaksi kondensasi. Asam sitrat dibentuk
oleh asetil KoA dengan asam oksaloasetat dengan cara kondensasi. Enzim yang
bekerja sebagai katalis adalah sitrat sintetase. Asam sitrat yang terbentuk merupakan
salah satu senyawa dalam siklus asam Sitrat.

3. Pembentukan asam isositrat


Asam sitrat kemudian diubah menjadi asam isositrat melalui asam akonitat. Enzim
yang bekerja pada reaksi ini adalah akonitase. Dalam dalam keadaan keseimbangan
terdapat 90% asam sitrat, 4% asam akonitat dan 6% asam isositrat. Walaupun dalam
keseimbangan ini asam isositrat hanya sedikit, tetapi asam isositran akan segera
diubah menjadi asam ketoglutarat sehingga keseimbangan akan bergeser ke kanan.

4. Pembentukan asam o Ketoglutarat


Dalam reaksi ini asam isositrat diubah menjadi asam oksalosuksinat, kemudian
diubah lebih lanjut menjadi asam a Ketoglutarat. Enzim isositrat dehidrogenasse
bekerja pada reaksi pembentukan asam oksalosuksinat dengan Koenzim NADPH,
sedangkan enzim karboksilase bekerja pada reaksi selanjutnya. Pada reaksi yang
kedua ini di samping asam oketoglutarat, dihasilkan pula CO, untuk 1 mol asam
isositrat yang diubah, dihasilkan 1 mol NADPH dan 1 mol CO Koenzim yang
digunakan dalam reaksi selain NADP, juga NAD.

5. Pembentukan suksinil KoA


Asam o ketoglutarat diubah menjadi suksinil KoA dengan jalan dekarboksilasi
oksidatif. Reaksi ini analog dengan reaksi pembentukan asetil KOA dari asam piruvat.
Koenzim TPP dan NAD diperlukan juga dalam reaksi pembentukan suksinil KoA.
Reaksi berlangsung antara asam a ketoglutarat dengan koenzim A menghasilkan
suksinil KoA dan melepaskan CO. NADH juga dihasilkan pada reaksi ini. Yang
menonjol adalah bahwa reaksi ini tidak reversible.
6. Pembentukan asam suksinat
Asam suksinat terbentuk dari suksinil KoA dengan cara melepaskan koenzim A serta
pembentukan guanosin trifosfat (GTP) dari guanosin difosfat (GDP). Gugus fosfat
yang terdapat pada molekul GTP segera dipindahkan kepada ADP. Katalis dalam
reaksi ini adalah nukleosida difosfokinase.

7. Pembentukan asam Fumarat


Dalam reaksi ini asam suksinat diubah menjadi asam fumarat melalui proses oksidasi
dengan menggunakan enzim suksinat dehidrogenase dan FAD sebagai koenzim

8. Pembentukan asam malat


Asam malat terbentuk dari asam fumarat dengan cara adisi molekulair. Enzim
fumarase bekerja seagai katalis dalam reaksi ini.

9. Pembentukan asam Oksaloasetat


Tahap akhir dalam siklus asam sitrat adalah dehidrogenase asam malat untuk
membentuk asam oksaloasetat. Enzim yang bekerja pada reaksi ini adalah malat
dehidrogenase Oksaloasetat yang terjadi kemudian bereaksi dengan asetil koenzim
dan asam sitrat yang terbentuk bereaksi lebih lanjut dalam siklus asam sitrat.
Demikian reaksi-reaksi tersebut di atas berlangsung terus menerus dan berulang kali

C. Rantai Transpor Elektron


Horton (1996), menjelaskan bahwa pada tahun 1961 seorang ilmuan bernama Peter
Mitchel menyatakan sebuah teori tentang transpor elektron yang dikenal dengan nama
chemiosmotic Theory yang terdiri dari tiga kesimpulan:
1. Membran dalam mitokondria harus bersifat impermeable untuk zat yang
bermuatan agar dapat mempertahankan perbedaan konsentrasi proton. Untuk itu
digunakan mekanisme transpor yang spesifik untuk ion-ion agar dapat melewati
membran dalam mitokondria.
2. Dalam transpor elektron terdapat perbedaan konsentrasi proton dimana cytosolic
dari membran dalam mitokondria memiliki konsentrasi H yang lebih besar.
3. ATP syntase mengkatalisis ADP phosporilasi dalam reaksi yang didorong oleh
perpindahan proton melintasi membran dalam mitokondria dari sitosol ke matrik.
Menurut Horton (1996), tahapan Transfor electron, yaitu:

1. NADH akan melepaskan elektronnya (e) kepada komplek protein 1. Peristiwa


ini membebaskan energi yang memicu dipompanya H dari matriks mitokondria
menuju ruang antar membran. NADHI yang telah kehilangan elektron akan
berubah menjadi NAD.
2. Elektron akan diteruskan kepada ubiquinon.
3. Kemudian elektron diteruskan pada komplek protein III. Hal ini akan memicu
dipompanya H+ keluar menuju ruang antar membran.
4. Elektron akan diteruskan kepada sitokrom c.
5. Elektron akan diteruskan kepada komplek protein IV. Hal ini juga akan memicu
dipompanya II keluar menuju ruang antar membran.
6. Elektron kemudian akan diterima oleh molekul oksigen, yang kemudian
berikatan dengan 2 ion H+ membentuk H2O.
7. Bila dihitung, transfer elektron dari bermacam-macam protein tadi memicu
dipompanya 3 H+ keluar menuju ruang antar membran. H+ atau proton tersebut
akan kembali menuju matriks mitokondria melalui enzim yang disebut ATP
sintase.
8. Lewatnya H+ pada ATP sintase akan memicu enzim tersebut membentuk ATP
secara bersamaan. Karena terdapat 3 H yang masuk kembali ke dalam matriks,
maka terbentuklah 3 molekul ATP.
9. Proses pembentukan ATP oleh enzim ATP sintase tersebut dinamakan dengan
kemiosmosis

Rantai transport electron tidak membuat ATP secara langsung. Akan tetapi, rantai ini
memudahkan kejatuhan electron dari makanan ke oksigen, menguraikan pernurunan energy-
bebas dalam jumlah besar menjadi serangkaian langkah yang lebih kecil yang melepaskan
energy dalam jumlah yang mudah dikelola. (Campbell, 2010).

Kemoismosis merupakan suatu mekanisme dimana mitokondria atau membrane plasma


prokariota menggandeng transport electron dan pelepesan energy dengan sintesis ATP
Membrane-dalam mitokondria atau membrane plasma prokariota ditempati bnyak kompleks
protein yang disebut ATP sintase (ATP synthase) enzim yang sesungguhnya membuat ATP
dari ADP dan fosfat anorganik. ATP sintase bekerja seperti pompa ion yang terbalik
(Campbell, 2010). Menurut Campbell (2010), beberapa tahapan ATP sintase yaitu:

1. Ion H+ mengalir menuruni gradiennya dan memasuki separuh saluran dalam stator
2. Ion H+ memasuki situs pengikatan di dalam rotor, mengubah bentuk setiap subunit
sedemikian rupa sehingga rotor berputar di dalam membrane,
3. Setiap ion H+ melakukan satu putaran penuh sebelum meninggalkan rotor dan
melewati paruh kedua salurand alam stator ke dalam matriks mitokondria,
4. Perputaran rotor menyebabkan tangkai internal terputar juga, tangkai ini membenteng
ke dalam knop di bawahnya, yang ditahan secara statis oleh salah satu bagian stator
5. Perputaran tangkai mengaktivasi situs katalitik ada knop yang menghasilkan ATP dari
ADP dan P.

Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat transfer elektron dari
NADH atau FADH: kepada oksigen melalui serangkaian pengemban elektron. Proses ini
adalah sumber utama pembentukan ATP padaorganisme aerob. Pembentukan ATP dalam
glikolisis sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O, dari 30 ATP yang terbentuk 26 ATP
berasal dari proses fosforilasi oksidatif. Oksidasi posporatif dan transfer elektron merupakan
pasangan mekanisme dalam mensintesis ATP. Terciptanya perbedaan konsentrasi proton
akan mengakibatkan transpor elektron sehingga terjadilah sintesis ATP (McKee dan Trudy,
2013). Menurut (Campbell, 2010), secara ringkas proses kemiosmosis menggandeng rantai
transfor electron dengan sintesis ATP, yaitu:

1. NADH dan FADH2 mengulang-alik electron-elektron berenergi tinggi yang


diekstraksi dari makanan selama glikolisis dan siklus asam sitrat ke rantai transfor
electron yang tertanam dalam membrane dalam mitokondria. Anak panah emas
menelusuri transport electron yang akhirnya diteruskan ke oksigen pada ujung kaki
bukit rantai tersebut dna membentuk air. Sebagian hesar nembawa electron nada rantai
terkelompokkan ke dalam 4 kompleks. Dua pembawa yang bisa berpindah tempat,
ubikuinon (Q) dan sitokrom e (Cyt. C), bergerak dengan cepat, mengantarkan electron
di antara kompeks kompleks I, III, IV memompa proton dan matriks mitokondria ke
dalam ruang antarmembran. FADH2 mendepositkan elektronnya melalui kompeks II,
sehingga menyebabkan lebih sedikit proton yang dipompakan ke dalam ruang
antarmembran daripada yang terjadi dengan NADH. Energy kuimia yang awalnya
dipanen dari makanan ditransformasi menjadi gaya-gerak proton, yaitu: gradient H+ di
kedua sisi membrane tersebut.

2. Selama kemiosmosis, proton mengalir kembali menuruni gradiennya melalui ATP


sintase yang tertanam dalam membrane di dekat rantai transfor electron. ATP sintase
memanfaatkan gaya gerak proton untuk memfosforilasi ADP. membentuk ATP
Transport electron dan kemiosmosis bersama-sama menyusun fosforilasi oksidatif.

Disinilah akhir dari respirasi aerob molekul glukosa. Respirasi ini akan menghasilkan
energi sebanyak 36/38 ATP dengan hasil akhir berupa CO2 dan H2O yang akan dikeluarkan
dari tubuh sebagai zat sisa respirasi. Satu molekul glukosa dengan 6 atom C, ketika
mengalami respirasi aerob akan melepaskan 6 molekul CO2. Karbondioksida tersebut
dibebaskan pada tahap dekarboksilasi oksidatif dan siklus krebs.

Anda mungkin juga menyukai