Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KIMIA ORGANIK DAN ANORGANIK

NAMA : AMINA APRIANI ALIPEN


NIM : 1907010170
SEMESTER : IV

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat dan
rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Kimia
Organik dan Anorganik” pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih sangat jauh dari
kesempurnaan karena itu penulis meminta agar pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan
kita semua.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................4
2.1 Senyawa Organik.......................................................................................................................4
2.2 Senyawa Anorganik...................................................................................................................7
2.3 Dampak Kimia Organik dan Anorganik Terhadap Lingkungan dan Manusia...................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................9
KESIMPULAN....................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................10

iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Senyawa Organik didefinisikan sebagai senyawa yang dibangun oleh unsur
karbon sebagai kerangka utamanya yang mengikat unsur non logam yang lain
(hidrogen, oksigen, nitrogen). Senyawa-senyawa ini umumnya berasal dari
makhluk hidup atau yang terbentuk oleh makhluk hidup (organisme).Senyawa ini
mudah kita jumpai seperti ureum atau urea terdapat pada air seni (urin). Gula
pasir atau sakarosa yang banyak terdapat didalam tebu dan alkohol merupakan
hasil fermentasi dari lautan gula. Definisi lain Senyawa organik adalah senyawa
yang mengandung karbon dan hidrogen beserta dengan elemen lainnya (misalnya
nitrogen dan oksigen). CO, CO2, O2 bukan senyawa organik karena tidak
mengandung atom hidrogen.

Sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolan


Lingkungan Hidup No.23 Th.1997, bahwa masyarakat berhak atas Lingkungan
hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak tersebut, pada pasal 6
dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk berpartisipasi
dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan menaggulangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam
UU NO. 18 Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang
mempunyai hak dan kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam hal
pengelolaan sampah pasal 12 dinyatakan, setiap orang wajib mengurangi dan
menangani sampah dengan cara berwawasan lingkungan.

Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2008, sampah adalah sisa


kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Pengelolaan sampah dimaksudkan adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh,
dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Berdasarkan sifat fisik dan kimianya sampah dapat digolongkan menjadi: 1)
sampah ada yang mudah membusuk terdiri atas sampah organik seperti sisa
sayuran, sisa daging, daun dan lain-lain; 2) sampah yang tidak mudah membusuk
seperti plastik, kertas, karet, logam, sisa bahan bangunan dan lain-lain; 3) sampah
yang berupa debu/abu; dan 4) sampah yang berbahaya (B3) bagi kesehatan,
seperti sampah berasal dari industri dan rumah sakit yang mengandung zat-zat
kimia dan agen penyakit yang berbahaya.

Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup


masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman
karakteristik sampah. Meningkatnya daya beli masyarakat terhadap berbagai
jenis bahan pokok dan hasil teknologi serta meningkatnya usaha atau kegiatan
penunjang pertumbuhan ekonomi suatu daerah juga memberikan kontribusi yang
besar terhadap kuantitas dan kualitas sampah yang dihasilkan. Meningkatnya

1
volume timbulan sampah memerlukan pengelolaan. Pengelolaan sampah yang
tidak mempergunakan metode dan teknik pengelolaan sampah yang ramah
lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan baik lingkungam
pemukiman, hutan, persawahan, sungai dan lautan.

Beberapa usaha yang telah berlangsung di TPS untuk mengurangi volume


sampah, seperti telah dilakukan pemilahan oleh pemulung untuk sampah yang
dapat didaur ulang. Ini ternyata sebagai mata pencaharian untuk mendapatkan
penghasilan. Terhadap sampah yang mudah busuk telah dilakukan usaha
pengomposan. Namun usaha tersebut masih menyisakan sampah yang harus
dikelola yang memerlukan biaya yang tinggi dan lahan luas. Penanganan sisa
sampah di TPS sampai saat ini masih dengan cara pembakaran di tempat terbuka
dan pembusukan secara alami. Hal ini menimbulkan permasalahan baru bagi
lingkungan, yaitu pencemaran tanah, air, dan udara.

Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat


dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari
sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika
sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta
sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu
penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air
dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak
menimbulkan kebakaran dan yang lainnya (Azwar, 1986).

Pengelolaan sampah di perkotaan juga memiliki faktor-faktor pendorong dan


penghambat dalam upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
sampah. Menurut hasil penelitian Nitikesari (2005) faktor-faktor tersebut di
antaranya adalah tingkat pendidikan, penempatan tempat sampah di dalam
rumah, keberadaan pemulung, adanya aksi kebersihan, adanya peraturan tentang
persampahan dan penegakan hukumnya. Sampah dengan volume paling tinggi
adalah sampah di rumah tangga.

Masyarakat harus berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,


pengelolaan dan pengawasan di bidang pengelolaan sampah. Tata cara partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan sampah dapat dilakukan dengan memperhatikan
karakteristik dan tatanan sosial budaya daerah masing-masing. Berangkat dari
ketentuan tersebut, tentu menjadi kewajiban dan hak setiap orang baik secara
individu maupun secara kolektif, untuk berpartisipasi dalam pemanfaatan dan
pengelolaan sampah dalam upaya untuk menciptakan lingkungan yang baik,
bersih, dan sehat.

2
1.2 Rumusan Masalah
berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi masalah dalam makalah ini
adalah:
a. Apa itu senyawa organik?
b. Apa itu senyawa anorganik?
c. Apa dampak kimia organik bagi lingkungan dan manusia?
d. Apa dampak kimia anorganik bagi lingkungan dan manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendapat nilai mata kuliah Analisis
Kualitas Lingkungan dan agar pembaca dapat menambah wawasan mengenai:
a. Senyawa organik dan anorganik
b. Dampak kimia organik bagi lingkungan dan manusia
c. Dampak kimia anorganik bagi lingkungan dan manusia

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Senyawa Organik
Kimia organik adalah studi ilmiah mengenai struktur, sifat, komposisi, reaksi, dan
sintesis senyawa organik. Senyawa organik dibangun oleh karbon dan hidrogen, dan dapat
mengandung unsur-unsur lain seperti nitrogen, oksigen, fosfor, dan belerang. Senyawa
organik adalah senyawa kimia yang molekulnya mengandung karbon, kecuali karbida,
karbonat, dan oksida karbon. Pembeda antara kimia organik dan anorganik adalah
ada/tidaknya ikatan karbon-hidrogen. Sehingga, asam karbonat termasuk anorganik,
sedangkan asam format, asam lemak termasuk senyawa organik. • Pada tahun 1828,
Friedrich Wohler mendapatkan bahwa senyawa organik urea (suatu komponen urin) dapat
dibuat dengan menguapkan larutan yang berisi senyawa anorganik amonium sianat.
Penggolongan senyawa organik didasarkan pada jenis gugus fungsi yang dimiliki oleh suatu
senyawa. Gugus fungsi akan menentukan kereaktifan kimia dalam molekul. Senyawa
dengan gugus fungsi yang sama cenderung mengalami reaksi kimia yang sama.

Berikut ini contoh senyawa yang termasuk dalam kimia organik, antara lain adalah
sebagai berikut:

a. Asam Nuklea

Asam nukleat adalah biopolimer, atau biomolekul kecil, penting untuk semua
bentuk kehidupan. Istilah asam nukleat adalah nama keseluruhan untuk DNA dan
RNA. Mereka terdiri dari nukleotida, yang merupakan monomer yang terbuat dari
tiga komponen: gula 5 karbon, gugus fosfat, dan basa nitrogen. Jika gula adalah
senyawa ribosa, polimernya adalah RNA (asam ribonukleat); jika gula berasal dari
ribosa sebagai deoksiribosa, polimernya adalah DNA (asam deoksiribonukleat).

b. Glukosa

Glukosa adalah monosakarida yang paling melimpah, subkategori karbohidrat.


Glukosa terutama dibuat oleh tanaman dan sebagian besar ganggang selama
fotosintesis dari air dan karbon dioksida, menggunakan energi dari sinar matahari.

4
Dalam metabolisme energi, glukosa adalah sumber energi terpenting dalam semua
organisme. Glukosa untuk metabolisme sebagian disimpan sebagai polimer, pada
tanaman terutama sebagai pati dan amilopektin dan pada hewan sebagai glikogen.

5
c. Fruktosa
Fruktosa, atau gula buah, adalah monosakarida ketonik sederhana yang ditemukan di
banyak tanaman, di mana ia sering terikat pada glukosa untuk membentuk sukrosa
disakarida. Ini adalah salah satu dari tiga monosakarida, bersama dengan glukosa dan
galaktosa, yang diserap langsung ke dalam darah selama pencernaan.
d. Sukrosa
Sukrosa pada umumnya dikenal sebagai “gula tebu“. Ini adalah karbohidrat yang
terbentuk dari kombinasi glukosa dan fruktosa. Sukrosa telah menjadi gula penting
bagi manusia karena mudah diekstraksi dari tanaman seperti tebu dan bit gula.
Tanaman ini cenderung menyimpan kelebihan gula, dan dari sini kami menghasilkan
sebagian besar gula yang kami gunakan. Bahkan sebagian besar pemanis “alami”,
yang mengklaim lebih sehat daripada sukrosa, hanyalah versi glukosa yang berbeda
yang dikombinasikan dengan cara yang berbeda oleh tanaman.
e. Ester
Ester adalah kelompok fungsional yang biasa ditemukan dalam kimia organik, yang
dicirikan oleh ikatan karbon pada tiga atom lainnya: ikatan tunggal dengan karbon,
ikatan rangkap dengan oksigen, dan ikatan tunggal dengan oksigen. Oksigen yang
terikat sendiri terikat pada karbon lain. Gliserida, yang merupakan ester asam lemak
dari gliserol, adalah ester penting dalam biologi, menjadi salah satu kelas utama lipid,
dan membentuk sebagian besar lemak hewani dan minyak nabati. Ester dengan berat
molekul rendah biasanya digunakan sebagai wewangian dan ditemukan dalam minyak
esensial dan feromon. Ester biasanya memiliki aroma yang manis dan dianggap
sebagai pelarut berkualitas tinggi untuk beragam plastik, plastisator, resin, dan lak. Itu
juga merupakan salah satu kelas pelumas sintetis terbesar di pasar komersial
f. Urea
Urea, juga dikenal sebagai karbamid, adalah senyawa organik dengan rumus kimia
CO (NH2) 2. Amida ini memiliki dua gugus –NH2 yang bergabung dengan gugus
fungsional karbonil (C = O). Urea berperan penting dalam metabolisme senyawa yang
mengandung nitrogen oleh hewan dan merupakan zat yang mengandung nitrogen
dalam urin mamalia. Tubuh menggunakan urea dalam banyak proses, terutama
ekskresi nitrogen. Hati membentuknya dengan menggabungkan dua molekul amonia
(NH3) dengan molekul karbon dioksida (CO2) dalam siklus urea. Urea banyak
digunakan dalam pupuk sebagai sumber nitrogen (N) dan merupakan bahan baku
penting untuk industri kimia.
g. Alkohol
Dalam kimia, alkohol adalah senyawa organik yang membawa setidaknya satu gugus
fungsi hidroksil (C-OH) yang terikat pada substruktur alifatiknya. Istilah alkohol
awalnya disebut alkohol etanol primer (etil alkohol), yang digunakan sebagai obat dan
merupakan alkohol utama yang ada dalam minuman beralkohol. Kelas alkohol yang
penting, di mana metanol dan etanol adalah bagian yang paling sederhana, mencakup
semua senyawa yang rumus umumnya adalah CnH2n + 1OH.
h. Polimer
Polimer adalah molekul besar, atau makromolekul, yang terdiri dari banyak subunit
berulang. Polimer sintetis dan alami memainkan peran penting dan ada di mana-mana
dalam kehidupan sehari-hari. Sifat polimer berkisar dari plastik sintetis yang dikenal
seperti polistirena hingga biopolimer alami seperti DNA dan protein yang mendasar
bagi struktur dan fungsi biologis. Polimer, baik yang alami maupun sintetis, dibuat
melalui polimerisasi banyak molekul kecil, yang dikenal sebagai monomer.

6
i. Petrokimia
Petrokimia adalah arti bahan kimia yang berasal dari minyak mentah atau minyak
bumi. Distilasi fraksional memisahkan bahan baku menjadi senyawa organik sesuai
dengan titik didih yang berbeda. Contohnya termasuk bensin, plastik, deterjen,
pewarna, zat tambahan makanan, gas alam, dan obat-obatan.
j. Warfarin
Warfarin, dijual dengan nama merek Coumadin antara lain, adalah obat yang
digunakan sebagai antikoagulan (pengencer darah). Ini biasanya digunakan untuk
mengobati gumpalan darah seperti trombosis vena dalam dan emboli paru dan untuk
mencegah stroke pada orang yang memiliki fibrilasi atrium, penyakit jantung katup
atau katup jantung buatan.
2.2 Senyawa Anorganik
Kimia anorganik merupakan salah satu bidang ilmu kimia yang mempelajari sifat-sifat
dan reaktivitas senyawa-senyawa anorganik. Semua senyawa anorganik mencakup semua
senyawa kimia, kecuali yang berupa rantai atau cincin atom-atom karbon, yang biasa disebut
senyawa organik. Perbedaan antara kedua bidang ilmu kimia anorganik dan kimia organik
tidak mutlak, karena ada pembahasan yang tumpang-tindih, khususnya dalam subbidang
kimia organologam. Kimia anorganik menyangkut studi kimia lebih dari 100 unsur yang
dapat membentuk senyawaan berwujud padat, cair dan gas dengan reaktivitas yang beragam.
Pokok pembahasan kimia anorganik jauh lebih luas dan rumit dan aturan-aturan perilaku
kimia seringkali tidak konsisten untuk diterapkan. Senyawa anorganik didefinisikan sebagai
senyawa pada alam (di tabel periodik) yang pada umumnya menyusun material / benda tak
hidup. Semua senyawa yang berasal dari makhluk hidup digolongkan dalam senyawa
organik, sedangkan yang berasal dari mineral digolongkan dalam senyawa anorganik. Pada
waktu itu diyakini bahwa senyawa organik hanya dapat terjadi oleh adanya pengaruh dari
daya yang dimiliki makhluk hidup (vital force atau vis vitalis). Dengan keberhasilan
Friederich Wohler dalam membuat urea (senyawa organik) dari amonium sianat (senyawa
anorganik) pada tahun 1828, maka keyakinan adanya pengaruh vital force dalam
pembentukan senyawa organik semakin goyah. Dalam perkembangan selanjutnya diperoleh
suatu kesimpulan bahwa di antara senyawa organik dan anorganik tidak ada perbedaan
mengenai hukum-hukum kimia yang berlaku. Meskipun di antara senyawa organik dan
senyawa anorganik tidak ada perbedaan yang hakiki sebagai senyawa kimia, namun
pengkajiannya tetap dipandang perlu dipisahkan dalam cabang kimia yang spesifik. Secara
garis besar alasan yang melandasi pemisahan bidang kajian kimia organik dan kimia
anorganik adalah:

 jumlah senyawa organik jauh lebih banyak daripada senyawa anorganik.


 semua senyawa organik mengandung atom karbon, yang mempunyai keunikan dalam
hal kemampuannya membentuk rantai dengan sesama atom karbon, dan mempunyai
sifat-sifat khas.

Perbedaan senyawa organik dan anorganik:

a. Secara praktik, senyawa organik berfungsi sebagai bahan bakar. Sedangkan


senyawa anorganik tidak berfungsi sebagai bahan bakar.
b. Titik lebur (melting point) dan titik didih (boiling point) dari senyawa organik
lebih rendah daripada senyawa anorganik. Contoh: Senyawa organik
(napthalen) memiliki boiling point 218 derajat Celcius. Sedangkan senyawa
anorganik (sodium klorida) memiliki boiling point 1465 derajat Celcius.

7
c. Kelarutan senyawa organik bernilai lebih kecil daripada kelarutan senyawa
anorganik.
d. Senyawa organik menunjukkan gejala isomerisasi, sedangkan senyawa
anorganik sebaliknya. Isomer adalah senyawa-senyawa dengan rumus molekul
yang sama tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda.
e. Senyawa organik reaksinya terjadi secara molekuler sehingga reaksi berjalan
lambat, sedangkan senyawa anorganik reaksinya secara ionik sehingga
reaksinya berjalan lebih cepat.
f. Berat molekul senyawa organik (dengan susunan yang kompleks) bernilai
lebih dari 1000 gram/gramol, sedangkan berat molekul senyawa anorganik
bernilai kurang dari 1000 gram/gramol.

2.3 Dampak Kimia Organik dan Anorganik terhadap lingkungan dan manusia

Dari sekian limbah rumah tangga ada yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan
manusia yaitu sampah anorganik yang keberadaannya kadang dianggap kecil. Dari hasil kajian
pustakamaka menunjukan bahwa sampah menurut jenisnya terbagi menjadi: Garbage (sisa
pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk), Rubbish (bahan atau limbah yang tidak
mudah membusuk), Ashes (sejenis abu hasil dari proses pembakaran seperti pembakaran kayu,
batubara maupun abu dari hasil industry), Dead animal (segala jenis bangkai yang membusuk
seperti bangkai kuda, sapi, kucing tikus dan lain-lain), Street sweeping (segala jenis sampah atau
kotoran yang berserakan di jalan karena perbuatan orang yang tidak bertanggungjawab) dan
Industrial waste (benda-benda padat sisa dari industri yang tidak terpakai atau dibuang Misal
industri kaleng dengan potongan kaleng-kaleng yang tidak terolah Dampak negatif yang dapat
ditimbulkan oleh volume sampah yang tinggi yang tidak dikelola dengan baik adalah gangguan
kesehatan, menurunkan kualitas lingkungan, menurunkan estetika lingkungan dan terhambatnya
pembangunan negara.
Agar pengelolaan sampah berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diinginkan,
maka setiap kegiatan pengelolaan sampah harus mengikuti filosofi pengelolaan sampah. Filosofi
pengelolaan sampah sudah kita kenal adalah bahwa semakin sedikit dan semakin dekat sampah
dikelola dari sumbernya, maka pengelolaannya akan menjadi lebih mudah dan baik, serta
lingkungan yang terkena dampak juga semakin sedikit. Sampah anorganik adalah sampah yang
dihasilkan dari bahan-bahan non-hayati, baik berupa produk sinterik maupun hasil proses
teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik ialah sampah yang dihasilkan dari
bahan-bahan non hayati baik berupa produk sinterik maupun hasil prosses teknology
pengelolahan bahan tambang atau sumber daya alam dan tidak dapat diuraikan oleh alam,
Contohnya: botol plastik, tas plastik, kaleng. Tim Penulis PM (2008) mengatakan bahwa sampah
anorganik (sampah kering), yaitu sampah yang tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah
pembungkus makanan, kertas, plastik mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, dan sebagainya.
Sampah jenis ini tidak dapat terdegradasi secara alami oleh alam. Walaupun demikian, sampah ini
dapat dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk lainnya
sehingga apabila diolah lebih lanjut dapat menghasilkan keuntungan. Selain dijual sampah
anorganik dapat diolah menjadi barang hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, dan bahan
dalam pembuatan karya seni rupa. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual dan diolah
menjadi produk baru adalah plastik wadah pembungkus makanan, botol dan gelas bekas
minuman, kaleng, kaca, dan kertas, baik kertas koran, HVS, maupun karton.

8
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Senyawa Organik didefinisikan sebagai senyawa yang dibangun oleh unsur karbon
sebagai kerangka utamanya yang mengikat unsur non logam yang lain (hidrogen,
oksigen, nitrogen).
2. Definisi lain Senyawa organik adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen
beserta dengan elemen lainnya (misalnya nitrogen dan oksigen). CO, CO2, O2 bukan
senyawa organik karena tidak mengandung atom hidrogen.
3. Perbedaan senyawa organik dan anorganik:
a. Secara praktik, senyawa organik berfungsi sebagai bahan bakar. Sedangkan
senyawa anorganik tidak berfungsi sebagai bahan bakar.
b. Titik lebur (melting point) dan titik didih (boiling point) dari senyawa organik
lebih rendah daripada senyawa anorganik. Contoh: Senyawa organik
(napthalen) memiliki boiling point 218 derajat Celcius. Sedangkan senyawa
anorganik (sodium klorida) memiliki boiling point 1465 derajat Celcius.
c. Kelarutan senyawa organik bernilai lebih kecil daripada kelarutan senyawa
anorganik.
d. Senyawa organik menunjukkan gejala isomerisasi, sedangkan senyawa
anorganik sebaliknya. Isomer adalah senyawa-senyawa dengan rumus molekul
yang sama tetapi memiliki rumus bangun yang berbeda.
e. Senyawa organik reaksinya terjadi secara molekuler sehingga reaksi berjalan
lambat, sedangkan senyawa anorganik reaksinya secara ionik sehingga
reaksinya berjalan lebih cepat.
f. Berat molekul senyawa organik (dengan susunan yang kompleks) bernilai
lebih dari 1000 gram/gramol, sedangkan berat molekul senyawa anorganik
bernilai kurang dari 1000 gram/gramol.

9
DAFTAR PUSTAKA
Marliani, N. (2015). Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga (Sampah Anorganik) Sebagai
Bentuk Implementasi dari Pendidikan Lingkungan Hidup. Formatif: Jurnal Ilmiah
Pendidikan MIPA, 4(2), 124–132. https://doi.org/10.30998/formatif.v4i2.146

Cahyadi, A., & Prabawa, B. A. (2017). Variasi Temporal Curah Hujan Bulanan dan
Pengaruhnya Terhadap Penyerapan Karbondioksida Atmosfer pada Proses Pelarutan
di Kawasan Karst Gunungsewu. 1(1), 13–24. https://doi.org/10.31227/osf.io/h6uaw

10

Anda mungkin juga menyukai